Kehujjahan Hadits.docx

  • Uploaded by: Yoga Hastiko Ardi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kehujjahan Hadits.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,791
  • Pages: 20
1

MAKALAH ULUMUL HADITS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Ulumul Hadits

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan pada kita nikmat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada junjungan kita, suri tauladan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta pengikut beliau umat muslim dan muslimat hingga akhir zaman. Dengan selesainya makalah yang saya susun ini, semoga bermanfaat bagi yang membaca dan mendapat wawasan dan pemahaman baru tentang “Ulumul Hadits” setelah membaca makalah ini. Dan kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Apabila terdapat manfaat serta kelebihan dalam makalah ini murni datangnya dari Allah SWT. Namun, apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan itu datangnya dari kami sendiri. Oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun semangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini benar-benar memberi manfaat serta wawasan baru kepada para pembaca. Amiin Ya Allah Amin ya Rabbal Alamiin.

Palangka Raya, 22Februari 2016

Penyusun,

ii

3

DAFTAR ISI MAKALAH ULUMUL HADITS .......................................................................... 1 KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4 A. Latar Belakang ............................................................................................. 4 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5 C. Tujuan .......................................................................................................... 5 D. Kegunaan...................................................................................................... 5 E. Batasan Masalah........................................................................................... 5 F.

Metode Penulisan ......................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6 A. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam ...................................... 6 B. Dalil Kehujjahan Hadits ............................................................................... 8 C. Fungsi Haditst Terhadap Al-Quran ............................................................ 11 BAB III ................................................................................................................. 19 PENUTUP ............................................................................................................. 19 A. Simpulan .................................................................................................... 19 DAFTAR ISI ......................................................................................................... 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika Muhammad mendekati batas akhir hayatnya, masyarakat arab telah menjelma menjadi umat yang terkondisikan dengan baik di atas normanorma Islam. Dalam keadaan demikian, beliau merasa telah berhasil merampungkan misi kerasulannya yang sudah diembannya sejak pertama kali menerima wahyu. Dalam mejalankan misinya itu, seluruh perilaku dan kondisi yang hadir pada diri Muhammad dipersepsikan sebagai sistem etika universal yang menjadi sumber hukum yang kedua setelah Al - Qur’an. Sebab sistem etika tersebut tidak lepas dari kerangka etika Al - Qur’an. Pernyataan ini didukung oleh salah satu riwayat yang disampaikan oleh ‘Aisyah bahwa prilaku (akhlak) muhammad adalah Al - Qur’an. Riwayat di atas menunjukkan bahwa keberadaan hadits Nabi sangat penting dan mendasar karena kedudukannya sebagi sumber hokum sama dengan Al - Qur’an. Namun jika diurut secara hirarkis maka sumber hokum yang pertama adalah Al - Qur’an, sedangkan hadits menempati posisi yang kedua. Keduanya menjadi satu-kesatuan yang intregral. Dalam perspektif sejarah pertumbuhan dan perkembangannya, hadits telah menjadi referensi bagi seluruh bentuk tata kehidupan bagi masyarakat generasi awal. Selain Al - Qur’an dan hadits yang dijadikan dasar, terbentuknya hukum – hukum praktis dalam fikih Islam, Ijma’ dan Qiyas juga disepakati sebagai sumber referensi dalam melakukan ijtihad atau menisbatkan suatu hukum. Tuisan ini tidak dikemas untuk menguraikan kedudukan keempat sumber referensi hukum tersebut, namun hanya dibatasi pada sumber hukum yang kedua yaitu Hadits. Masalah ini dianggap penting dan urgen sebab kenyataan sejarah telah menunjukkan bukti bahwa ada sekelompok kecil orang tidak mengakui hadits sebagai salah satu sumber otoritatif syari’at Islam.

4

5

B. Rumusan Masalah 1. Apa saja dalil – dalil yang berkenaan dengan kehujjahan hadits ? 2. Apa saja fungsi hadits terhadap Al – Qur’an?

C. Tujuan 1. Mengetahui dalil kehujjahan hadits 2. Memahami fungsi hadits terhadap Al – Qur’an D. Kegunaan Kegunaan penulisan ini, adalah : 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta pembaca tentang hadits. 2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan khususnya untuk mahasiswa IAIN Palangkaraya. E. Batasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan masalah yang berkaitan dengan pembahasan di atas, maka penulis membatasi pembahasan ini sesuai dengan yang terdapat dalam rumusan masalah. Adapun hal yang tidak berhubungan dengan pembahasan di atas, penulis tidak menguraikan ke dalam makalah ini. F. Metode Penulisan Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan Metode Studi Pustaka (library research). Tidak hanya itu, penulis juga mencari bahan dan sumber-sember dari media massa elektronik yang berjangkauan internasional, yaitu Internet (internet research).

BAB II PEMBAHASAN A. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam Banyak ayat Al-Quran dan hadits yangt memberikan pengertian bahwa hadits itu merupakan sumber hukum islam selain Al-Quran yang wajib diikuti, baik dalam bentuk perintah maupun larangannya. Uraian di bawah ini merupakan paparan tentang kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam dengan melihat beberapa dalil. Banyak

ayat

Al-Quran

yang menerangkan

tentang kewajiban

mempercayai dan menerima segala yang disampaikan oleh rasul kepada umatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Diantara ayat – ayat dimaksud adalah :

                                        Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar.(QS. Ali ‘Imran (3)179 ). 6

                              Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. ( QS. An-Nisaa’(4)136 ). Dalam QS. Ali ‘Imran di atas, Allah memisahkan antara orang – orang mukmin dengan orang – orang munafiq, dan akan memperbaiki keadaan orang – orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Oleh karena itulah, orang mukmin dituntut agar tetap beriman kepada Allah dan Rasul – Nya. Sedangkan pada QS. An – Nisa, Allah menyeru kaum muslimin agar tetap beriman kepada Allah, Rasul – Nya, Al-Quran , dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat, Allah mengancam orang – orang yang mengingkari seruan – Nya.1

1

Dr. H.Munzier Suparta M. A., 2011, Ilmu Hadits, Jakarta Utara, Rajagrafindo Persada

7

B. Dalil Kehujjahan Hadits 1. Surah An-Nisaa’ : 136

                              Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya,

rasul-rasul-Nya,

dan

Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

2. Surah Ali ‘Imran : 32

8

hari

             Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".(QS. Ali ‘Imran (3)32). 3. Surah At-Taghaabun : 12

            

Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS. At-Taghaabun (64)12). Hadits yang dijadikan sebagai hujjah juga sangat banyak sekali, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. “Aku tinggalkan pada kalain dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Alllah dan sunnahku.” (HR. Al-Hakim dan Malik) 2. “Wajib bagi sekalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa ar-sasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpagang tegulah kamu sekalian denganya.” (HR. Abu Daud dan Ibn Majah)

9

Haditst-haditst diatas menjelaskan kepada kita bahwa seseorang tidak akan tersesat apabila hidupnya berpegang teguh atau berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Haditst.2 Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits telah dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal

beliau,

masa

khulafaurrosyidin

hingga

masa-masa

selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya. Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain adalah peristiwa dibawah ini; 1. Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata, “saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya. 2. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, “saya tahu bahwa engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak akan menciummu.” 3. Pernah ditanyakan kepad Abdullah bin Umar tentang ketentuan sholat safar dalam Al-Quran. Ibnu Umar menjawab, “Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu, maka sesugguhnya kami berbuat sebagaimana kami melihat Rasulullah berbuat.” Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa yang diperintahkan, dilakukan, dan diserukan oleh Rasulullah Saw, selalu

2

Suparta, Munzier. 2003. Ilmu Hadis. Jakarta : Fajar Interpratomo Offset

10

diikuti oleh umatnya, dan apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh umatnya. C. Fungsi Haditst Terhadap Al-Quran Al-Quran dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam islam, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan. Al-Quran sebaga sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran hadits, sebagai sumber jaran kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi Al - Quran tersebut.3 Allah menurunkan Al - Quran bagi umat manuia, agar Al - Quran ini dapat dipahami oleh manusia, maka Rasulullah SAW diperintahkan untuk menjelaskan kandungan dan cara – cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadits – haditsnya. Oleh karena itu, fungsi hadits sebagai penjelas Al - Quran dibagi menjadi beberapa macam.4 1. Bayan At-Taqrir Bayan At-Taqrir menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan didalam Al – Al - Quran. Fungsi hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al - Quran. Suatu contoh hadits yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar, yaitu berbunyi sebagai berikut : “Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu maka berbukalah”. (HR. Muslim)

Hadits ini mentaqrir ayat Al - Quran dibawah ini :

3 4

Amin, Muhammadiyah.2008. Ilmu Hadis, Yogyakarta : Graha Guru Nuruddin. 1997. Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum Hadits. Bandung : Remaja Rosdakarya

11

                                                (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Albaqarah (2) 185) Contoh lain, hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, yang berbunyi sebagai berikut : “ Rasul SAW telah bersabda : Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum berwudhu”. (HR. Bukhari).

12

Hadits tersebut mentaqrir QS. Al – Maidah (5) : 6 mengenai keharusan berwudhu ketika seseorang akan mendirikan sholat. Ayat tersebut berbunyi :

 

 













 









        

























        







 













 







  

13

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

2. Bayan Al-Tafsir Yang dimaksud dengan bayan al-tafsir adalah bahwa kehadiran hadits berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayatayat

Al-Quran

yang

masih

bersifat

global,

memberikan

persyaratan/batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat umum. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : “sholatlah sebagaimana engkau melihat aku sholat”. (HR. Bukhari) Hadits tersebut menjelaskan bagaimana mendirikan sholat. Sebab dalam Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahkan sholat adalah :

        Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku'. (QS. Al-Baqarah (2) : 43)

14

Sedangkan hadits yang membatasi ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak, diantara lain seperti sabda Rasulullah SAW : “Rasulullah SAW didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan”. Hadits ini men taqyid QS. Al-Maidah (5): 58 yang berbunyi :

               Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Contoh lain adalah sabda Rasulullah SAW. “telah dihalalkan bagi kami, dua bangkai, yaitu bangkai ikan dan belalang”. Hadits ini mentaqyidkan ayat Al-Quran yang mengharamkan semua bangkai dan darah, sebagaimana firman Allah SWT. :

      Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi… Sebagai contoh hadits yang berfungsi untuk men takhsish keumuman ayat-ayat Al-Quran, adalah :

15

Nabi SAW. Bersabda : “Tidaklah orang muslim mewarisi dari orang kafir, begitu juga kafir tidak mewarisi dari orang muslim.” (HR. Bukhari) “Kami para Nabi tidak meninggalkan harta warisan” Kedua hadits tersebut mentakhsishhan keumuman ayat :

          Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan….. (QS. An-Nisa’ (4) : 11)

3. Bayan at-Tasyri’ Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Quran, atau dalam Al-Quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja. Contohnya adalah sebagai berikut : “Bahwasanya Rsaul SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat islam pada bulan Ramadhan satu sukat kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan Muslim.”. (HR. Muslim)

4. Bayan Al-Nasakh Untuk bayan yang keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam. Kata Nasakh secara bahasa berarti ibthal (membatalkan), izalah (menghilangkan), tahwil (memindahkan), dan taghyir (mengubah). Para ulama mengartikan bayan al-Nasakh banyak yang melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi perbedaan-

16

perbedaan pendapat dalam menta’rifkannya. Termasuk perbedaan pendapat antara ulama mutaakhirin dengan ulama mutakodimin. Menurut ulama mutakodimin bahwa terjadinya nasakh ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakuannya serta tidak bisa diamalkan lagi, dan syari’ (pembuat syariat) menurunkan ayat tersebut tidak diberlakukan selamanya. Salah satu contoh yang bisa diajukan oleh para ulama ialah hadits yang berbunyi : “tidak ada wasiat bagi ahli waris”. Hadits ini menurut mereka menasakh firman Allah SAW :

                  Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Sementara yang menolak naskh jenis ini adalah Imam Syafi’I dan sebagian besar pengikutnya, meskipun naskh tersebut dengan hadits mutawatir. Kelompok lain yang menolak adalah sebagian pengikut madzhab Zhahiriyah dan kelompok Khawarij.5

5

Dr. H.Munzier Suparta M. A., 2011 Ilmu Hadits, Jakarta Utara, Rajagrafindo Persada

17

18

BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. Al-Quran dan hadits adalah sebagai pedoman hidup, sumber dan ka dalam Islam antara satu dengan yang lain tidak dapat di pisahkan. Dengan kata lain, Hadis adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. 2. Dalil-dalil kehujjahan hadits ada tiga yaitu a. Surah An-Nisa : 136 b. Surah Ali ‘Imran : 32 c. Surah Al-Taghaabun : 12 3. Fungsi hadits sebagai penjelas Al-Qur’an mempunyai empat macam yaitu: a. Bayan Al-Taqrir b. Bayan A-Tafsir c. Bayan At-Tasyrik d. Bayan Al-Nasakh

B. Saran Sebagai umat islam, sedah selayaknya kita mematuhi apa yang di perintahkan oleh Allah termasuk untuk mematuhi atau mengamalkan apa yang di sampaikan Rasulullah kepada umatnya, dan tidak mengingkari apa yang di ajarkan Rasul terhadap kita.

19

DAFTAR ISI Amin, Muhammadiyah. 2008. Ilmu Hadis. Yogyakarta : Graha Guru Nuruddin. 1997. Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum Hadits. Bandung : Remaja Rosdakarya Suparta, Munzier. 2003. Ilmu Hadis. Jakarta : Fajar Interpratomo Offset Suparta, Munzier. 2011. Ilmu Hadis. Jakarta : Rajagrafindo Persada

20

Related Documents


More Documents from "Yoga Hastiko Ardi"

Hydrozoa.docx
July 2020 4
Insecta.docx
July 2020 1
Sintesis Beta Kasein A2
October 2019 58