Proceeding KEGIATAN PEMBINAAN SOSIAL POLITIK “KAJIAN PILKADA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG: PENDEWASAAN CARA PANDANG POLITIK BAGI MASYARAKAT”
“Kajian Pilkada Langsung dan Tidak Langsung: Pendewasaan
Cara Pandang Politik Bagi Masyarakat” Sukoharjo, 26 – 27 Januari 2015
Diselenggarakan oleh: Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Propinsi Jawa Tengah 2015
Proceeding KEGIATAN PEMBINAAN SOSIAL POLITIK
“Kajian Pilkada Langsung dan Tidak Langsung: Pendewasaan
Cara Pandang Politik Bagi Masyarakat” Sukoharjo, 26 – 27 Januari 2015
HARI PERTAMA, SESI PERTAMA 26 Januari 2015, Pukul 15.30 wib – 17.30 wib Diskusi Panel: Materi dan Narasumber : 1. Tinjauan Kondisi Aktual Sosial Politik Indonesia Pandang Kearifan Lokal – KH.Drs. M. Dian Nafi’
dari
Sudut
Moderator, Assalamu’alaikum wr. wb. Selamat malam dan salam sejahtera bapak-ibu dan rekan-rekan peserta kegiatan Pembinaan Sosial Politik,
“Kajian
pilkada
pandang
langsung
dan
tidak
langsung:
pendewasaan
cara
politik bagi masyarakat”. Tibalahh saaatnya kita menerima paparan materi dari narasumber yang sudah hadir di hadapan kita, beliau adalah Bapak M. Dian Nafi’
Demi
efektifitas
wktu,selanjutnya
kita
persilahkan
kepada
para
nasumber untuk memaparkan materinya dengan alokasi masing-masing narasumber 60 menit, silahkan.
KH. Drs. M Dian Nafi’ Assalamu’alaikum
wr.
wb.
Yang
saya
hormati
bapak-ibu
peserta
pembinaan sosial politik Kesbangpol dan Linmas Prov. Jateng. Pada kesempatan
ini
saya
akan
menyampaikan
materi
mengenai
Tinjauan
Kondisi Aktual Sosial Politik Indonesia dari Sudut Pandang Kearifan Lokal
Pasang surut sosial politik selalu terjadi di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang yang terjadi karena faktor proses pematangan kehidupan bernegara dan pembinaan hukum. Dalam proses pematangan kehidupan bernegara terlihat dari perilaku politik dalam hubungannya dengan ketatanegaraan. Perilaku politik itu di satu sisi bisa membebani fasilitas ketatanegaraan dan di sisi lain bisa
juga
memberikan
sumbangan
positif
bagi
semakin
kokohnya
ketatanegaraan. Kedua modus perilaku itu seharusnya dapat diintegrasikan oleh hukum. Di negara berkembang seperti Indonesia, pembinaan hukum masih berlangsung terus dan lebih padat agendanya dibandingkan dengan negara-negara
yang
sudah
mapan
sistem
hukumnya.
Kenyataan
itu
didukung oleh sistem hukum sipil (civil law) yang rata-rata dianut oleh negara-negara berkembang sesuai dengan kenyataan kebhinekaannya yang tinggi. Sementara di negara-negara yang sudah mapan, biasanya dianut sistem hukum berbasis praktek bernegara yang berlaku sejak berabad-abad lamanya atau yang dikenal dengan istilah custom law. Situasi itu menimbulkan pertanyaan, apakah yang dapat menjaga integrasi bangsa dan negara kita? Jawabannya adalah terdapat unsurunsur
dari
pertahanan
ideologi, dan
politik,
keamanan
yang
ekonomi,
sosial,
sama-sama
budaya,
hukum,
berkontribusi
kepada
integrasi bangsa dan negara kita, meskipun porsi dan relevansi masing-masing berbeda. Dalam sudut pandang kearifan lokal, yang masuk ke dalam unsur budaya, maka tampak beberapa pokok persoalan sebagai berikut. a. Apa saja contoh kearifan lokal yang dapat menjaga integrasi bangsa dan negara? b. Apakah kearifan lokal itu bersesuaian dengan kekuatan-kekuatan integratif lainnya? c. Bagaimanakah
cara
menguatkan
kearifan
lokal
cocok untuk menjaga integrasi bangsa dan negara?
yang
terbukti
Contoh Kearifan Lokal yang Integratif Negara
berkembang
yang
lama
hidup
di
dalam
penjajahan,
biasanya mengalami lima gejala krusial di dalam proses panjang demokratisasinya; yaitu (a) lengsernya pemimpin besar; (b) konflik horisontal; (c) liberalisasi politik; (d) otonomi daerah; dan (e) konflik elit. Sejak 1998 terbukti bangsa Indonesia dapat mengawal dinamika kenegaraan dengan baik. Sejak runtuhnya Tembok Berlin 1990, terdapat beberapa negara yang bubar atau pecah di tengah-tengah tahapan itu. Yugoslavia, misalnya, adalah negara yang pecah pada tahap
konflik
horisontal.
Beberapa
pemimpinnya
bahkan
akhirnya
diajukan ke Mahkamah Internasional dengan dakwaan genosida. Uni Soviet adalah contoh negara adidaya yan hanya mampu bertahan 72 tahun
usianya,
karena
negara
itu
mlai
melemah
saat
tahapan
liberalisasi politik digelindingkan oleh Michael Gorbachev dengan slogannya
yang
dikenal
dengan
Glasnost
atau
Keterbukaan
dan
Perestroika atau Retsrukturisasi. Ketika memasuki tahapan otonomi daerah, maka yang terjadi adalah masing-masing republik bagiannya menjadi negara merdeka yang terlepas dari Uni Soviet. Cekoslovakia
termasuk
negara
yang
beruntung.
Negara
ini
didirikan oleh dua bangsa yang sejak semula memang hidup rukun; yaitu Bangsa Ceko dan Bangsa Slavia. Begitu Uni Soviet bubar, maka negara ini terbebas untuk berproses menuju demokratisasinya, dan ketika berada pada tahap penerapan otonomi daerah, maka mereka memilih untuk menjadian negaranya sebagai Republik Konfederasi Ceko dan
Slovakia.
Setelah
ipoleksosbudhankamnya,
masing-masing maka
negara
ini
mantap
dengan
kemudian
kalkulasi
mengubah
diri
menjadi Republik Ceko dan Republik Slovakia. Contoh-contoh dari negara lain tidak pernah sesuai 100% untuk negara manapun, termasuk Indonesia. Konflik elit sekarang sedang terjadi di Indonesia. Dan kita harus optimis, bahwa bangsa Indonesia dapat mengelola tantangan ini dengan elegan sebagaimana pengalaman selama ini. Optimisme itu patut dikemukakan agar tumbuh kebiasaan
menilik dari sejarah bangsa kita yang pernah mengalami masalahmasalah yang jauh lebih berat, tetapi dapat mengatasinya dengan elegan. Setiap negara memiliki sejarah dan kulturnya sendiri-sendiri, yang membentuk kearifan lokalnya sendiri di dalam menjaga integrasi bangsa dan negaranya. Sebagian contoh kearifan lokal itu adalah: a. Musyawarah
untuk
mufakat
adalah
jenis
kearifan
lokal
yang
hampir merata hidup di dalam masyarakat Indonesia, meskipun masing-masing
rumpun
bangsa
sempat
memiliki
pengalaman
kolonisasi yang berbeda. Masyarakat Indonesia di bagian Barat dan
Tengah
kecuali
mengalami
Bengkulu
yang
penjajahan merupakan
paling
lama
jajahan
oleh
Belanda,
Inggris,
kemudian
ditukar dengan Singapura pada masa Gubernur Jenderal Raffles. Sementara Indonesia bagian Timur sempat mengalami penjajahan lebih
lama
oleh
Portugis.
Inggris
sempat
pula
menguasai
nusantara pada masa Raffles itu. b. Masyarakat nusantara pada umumnya membagi diri ke dalam empat domain pengabdian atau domain pengembangan diri; yaitu adat, agama, negara dan pasar. Masing-masing domain dapat berkembang dan mendapatkan mandat untuk mewarnai ruang publik Indonesia sampai
sekarang.
Keempat
domain
itu
didorong
untuk
saling
bersinergi, tetapi tidak saling mengintervensi. Para pendiri negara kita tak tega jika tidak memasukkan adat dan agama ke dalam ruang publik itu. Dengan demikian masyarakat Indonesia memiliki
pilar
integrasi
yang
dengan masyarakat negara sekuler
lebih
beragam
dibandingkan
yang menerapkan kebijakan
yang membatasi agama semata-mata dalam ruang privat belaka. c. Gotong royong adalah kearifan lokal yang melekat kuat dalam masyarakat
Indonesia.
Di
dalamnya
terdapat
dua
pengakuan
sekaligus. Pertama, adalah pengakuan akan potensi tiap-tiap individu/sektor. Kedua, pengakuan akan pentingnya kerja sama untuk
menjadikan
kekuatan-kekuatan
individual/sektoral
itu
menjadi
sinergi
yang
menunjang
efisiensi
dan
efektivitas
kerja. Gotong royong ini dapat mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat untuk kepentingan bersama yang ada di masyarakat. d. Bhinneka Tunggal Ika menggenapkan kearifan lokal masyarakat nusantara. Meskipun dioriginasi dari refleksi atas pengalaman politik Majapahit di Abad Ke-14, sesanti itu tetap saja aktual untuk
membingkai
masyarakat
Indonesia
dari
beragam
latar
belakang untuk tetap bersatu ke dalam satu ikatan bangsa. Ketika
sesanti
itu
ditarik
ke
dalam
aras
negara,
maka
keberadaannya menjadi semakin lengkap; semula sebagai modal kultural,
kemudian
mempengaruhi kenegaraan,
menjadi
konfigurasi misalnya
komitmen
politik,
dalam
karena
menyusun
kebangsaan setiap
Kabinet
yang
keputusan
Pemerintahan,
selalu dibuat dengan menyertakan representasi fungsional dan bahkan representasi personal di dalamnya. Masih banyak contoh kearifan lokal yang menunjang integrasi bangsa dan negara Indonesia. Yang perlu dikemukakan di sini adalah apa yang oleh para ahli Antropologi interpretatif disebut sebagai kultur lokal (local culture), pengetahuan lokal (local knowledge) atau yang diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai kearifan lokal (local
wisdom)
kreativitas
itu
dan
sejatinya
memuat
pencapaian-pencapaian
“pengalaman, tertentu
dari
jejak-jejak para
jenius
lokal dalam mengembangkan pandangan hidup, tata berpikir dan juga sistem sosial tertentu” (Abdurrahman Wahid, 2007: 159n). Kesesuaian Kearifan Lokal dengan Kekuatan-kekuatan Integratif Kearifan dipergunakan
lokal sebagai
sebagai
konstruksi
justifikasi
terhadap
kultural
lama
idiom-idiom
biasanya baru
yang
masuk sebagai konsekuensi atas diterimanya konstruksi kebangsaan modern
yang
dalam
sejarah
Indonesia
biasanya
dikaitkan
dengan
gerakan Kebangkitan Nasional pada awal Abad Ke-20. Kearifan lokal yang terpateri berabad-abad lamanya dalam bumi masyarakat nusantara
bagaikan terbangkitkan sebagai energi aktual yang melimpah setelah para pemuda Indonesia menyerap pengetahuan baru dari Barat dan Timur Tengah.
Dari
Barat
para
pemuda
nusantara
itu
menyerap
ide-ide
tentang bangsa (nation), republik, demokrasi, hukum (recht), dan trias politika. Dari Timur Tengah, terutama Haramain -- Mekah dan Medinah -- para pemuda santri menyerap pengetahuan kritis tentang kesetaraan
(musawah),
harga
diri
yang
sama
bagi
semua
manusia
(harkat), harga diri yang berbeda-beda pada manusia sesuai dengan ikhtiarnya
(martabat),
keadilan
(‘adalah),
kemerdekaan
(hurriyah
atau istiqlal) dan kedaulatan hukum (hukumah). Serapan yang berasal dari
Barat
dan
dari
Timur
Tengah
itu
memantik
kearifan
lokal
membentuk pondasi berpikir masyarakat nusantara dan diartikulasikan dengan sangat baik oleh para pendiri negara di dalam merumuskan dasar Pancasila. Episode itu hanyalah sebagian kecil saja dari proses panjang akulturasi pengetahuan Barat dan Timur Tengah dengan pengetahuan yang
telah
lebih
dahulu
ada
dan
berkembang
sejak
berabad-abad
lamanya hadir diperbincangkan dan dirundingkan untuk mengkonstitusi kehidupan masyarakat nusantara di dalam pengelolaan kekuasaan mereka sejak
masa
prasejarah,
kuna,
kerajaan-kerajaan
Islam,
kolonial
Barat, Jepang, hingga masa pencapaian Kemerdekaan Repiblik Indonesia pada
17
menerus
Agustus terjadi,
1945.
Proses
ditandai
akulturasi
dengan
adanya
pengetahuan dinamika
itu
terus
politik
yang
bertali temali dengan polemik penafsiran atas hukum yang diterima bersama, sehingga kesesuaian kearifan lokal dengan kekuatan-kekuatan integratif lainnya terbentuk dalam waktu yang lama melalui proses yang berangsur-angsur. Terkait
dengan
bekerjanya
kekuatan-kekuatan
integratif
di
dalam masyarakat, terdapat beberapa catatan dari Wertheim (1976: 212-215) yang ringkasnya bisa dikalimatkan sebagai berikut. Pertama, pasang surut kehidupan politik dan konflik-konflik sosial yang dapat dikembalikan kepada aturan hukum merupakan penanda penting di dalam
bekerjanya
kekuatan-kekuatan
integratif
di
masyarakat.
Kedua,
bekerjanya kekuatan integratif itu menjamin tidak adanya gejolak yang mengoncangkan struktur sosial masyarakat. Ketiga, kenyataan sosiologis semacam itu menunjukkan secara melimpah bahwa “struktur sosial
mencakup
lebih
banyak
daripada
keseluruhan
kaidah-kaidah
hukum.” Cara Menguatkan Kearifan Lokal Melalui diskusi dengan Alwy Rachman, pakar studi budaya dari Makassar (2011) didapat simpulan bahwa kearifan lokal memiliki ciriciri sebagai berikut. a. Menjaga keseimbangan: manusia, alam dan Tuhan. b. Menjaga kesinambungan alamiah. Contohnya adalah di kalangan masyarakat Kajang, Sulawesi Selatan, terdapat ketentuan adat bahwa menebang 1 pohon, harus mengganti dengan cara menanam 100 bibit. c. Kekuasaan harus memelihara alam dan manusia. Kerusakan pada alam dan manusia merupakan pertanda kerusakan kekuasaan. d. Disimpan dalam genre dalam arsitektur, lansekap, seni, simbol, cerita rakyat, tradisi lisan, mitos, legenda, dan dongeng. e. Menyimpan pengetahuan yang berguna untuk mengatasi masa-masa sulit. f. Terbangun menjadi ingatan kolektif. g. Mendistribusikan hasilnya secara seimbang, bukan menang-kalah. h. Bisa dikembangkan menjadi produk
yang mengglobal. Misalnya
adalah produk jamu menjadi obat herbal, batik menjadi pakaian resmi, dan sebagainya. i. Bisa mendorong ekonomi kreatif. Cara
menguatkannya
kearifan lokal itu untuk
adalah
memberikan
kesempatan
kepada
(a) diafirmasi pada sisi-sisi yang masih
berguna;
(b)
direstorasi
usang; dan (c)
pada
sebagian
sisi-sisinya
yang
telah
direvolusi atau diadakan baru sama sekali jika
terdapat suatu kebutuhan vital yang belum ada kearifan lokalnya. Terima Kasih, semoga forum ini menjadi tempat belajar bersama agar semakin percara diri menjadi tokoh didaerahnya masing-masing. Demikian materi yang dapat saya sampaikan, mari kita lanjutkan dengan diskusi bersama. Wassalamualaikum wr wb. Tanya-Jawab: Mustofa, Ormas Kebencanaan Tadi bapak menyebutkan tentang struktur sosial yang goncang. Mohon bisa diberi contoh tentang kondisi struktur sosial yang goncang tersebut.
Mbah Beno, Dubang Merah Seandainya di Indonesia itu sistem pemilihan langsung, PNS, POLRI dan
TNI
tdk
ikut
memilih.
Dalam
arti
yang
memilih
itu
murni
masyarakat.
Sunaryo, PBB Dari yang bapak sampaikan bahwa kearifan lokal sebuah alat untuk mewujudkan bagaimana
Good
Goverment,
kaitannya
dengan
karena
temanya
kearifan
lokal
ini yang
tentang
politik,
bermuara
dengan
politik?
Muh Samrodin, PKS Bagaimana
kalo
unsur
agama
dimasukkan
agama
dimasukkan
sebagai
penyeimbang kearifan lokal yang sudah ada?
Pak Boy, Nasdem Kami mohon kepada bapak Dian Nafi untuk memberikan panutan atau masukan bagi para pelaku politik atau para politis dalam menjaga kearifan lokal ketika sedang bersinggungan dengan masalah politik.
Jawaban KH. M. Dian Nafi’ Terima kasih kepada para penanya, langsung saja saya akan mulai mencoba menjawabnya. Untuk Bapak Mustofa, sebenarnya di Indonesia ini sudah beberapa kali mengalami goncangan struktur sosial. Namun alhamdullilah bisa kita atas tanpa dampak yang berkepanjangan dan signifikan. Ada sebuah contoh kejadian di sebuah kecamatan yang tidak perlu saya sebut namanya. Dalam kecamatan tersebut seluruh pegawai kecamatan didemo dan diusir dari kecamatan tersebut karena diantara mereka tidak ada satupun yang asli warga kecamatan tersebut. Dengan kata lain kecamatan tersebut dipimpin dan diatur oleh orang dari luar suku tersebut. Karena desakan kebutuhan pegawai kecamatan untuk mendistribusikan bantuan bencana yang terkumpul dikecamatan. Para warga desa sepakat untuk mengangkat 11 kepala suku dan tetua untuk mengelola kecamatan. Untuk Pak Naryo dari Partai Bulan Bintang. Mengenai
kearifan
lokal
yang
berurusan
dengan
politik.
Misalkan noken. Noken diperlukan karena : 1) masyarakat disana tempat tinggalnya jauh-jauh sekali. 2) tingkat pendidikan yang masih sangat rendah. Oleh karena kondisi geografis dan kondisi masyarakat yang tidak memungkinkan untuk melakukan pencoblosan/pemilihan maka ketua adat lah yang dipilih dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin mereka dan untuk mewakili hak politik mereka. Dalam demokrasi ada dua sistem demokrasi, demokrasi formal seperti kita dan demokrasi organik. Negara komunis seperti Uni Soviet tidak mau disebut negara non demokrasi. Mereka merasa lebih demokratis ketimbang Amerika. Dalam setiap kelompok mereka memilih wakil
mereka.
Misal,
kelompok
buruh
memilih
perwakilan
buruh,
kelompok PNS memilih perwakilan PNS, dan seterusnya. Para wakil kelompok ini kemudian duduk dalam sebuah komite yang disebut komite
central.
Artinya
organik
itu
apa?
Setiap
organ
atau
kelompok
mengadakan pemilihan sendiri-sendiri. Kita tidak bisa menghakimi sistem orang lain, tetapi kita bisa menikmati sistem yang kita pakai sendiri. Kita bisa belajar dari negara lain tapi kita punya jati diri sebagai sebuah bangsa dan negara.
Sistem
noken
diperlukan
untuk
menjebatani
keterbatasn
objektif yang ada pada warga negara di daerah itu yang karena lokasinya berjauhan dan karena taraf kemampuan baca tulisnya rendah maka sistem ini yang paling adil dan bijaksana. Untuk pak samrodin dari PKS, Para
pendiri
bangsa
kita
sudah
mengingatkan
untuk
tidak
meninggalkan masalah agama. Agama sangat penting dalam menjaga dan sebagai penyeimbang kearifan lokal Untuk pak Boy dari Nasdem, Biasanya kearifan lokal itu melemah pada saat Pilkada atau Pilgub, saya kira ini pasang surut. Perilaku politik menguat maka kearifan lokal melemah. Yang penting masyarakat harus tetap menjaga 4 hal tadi. Termasuk tidak kampanye ditempat-tempat ibadah. Moderator, Kesbangpol Kab. Kudus: Demikian bapak-ibu semoga bermanfaat. Terimakasih.
HARI PERTAMA, SESI KEDUA 26 Januari 2015, Pukul 19.30 wib – 22.30 Wib Diskusi Panel: Materi dan Narasumber : 1. Peran Media Sosial dalam Pendidikan Politik Masyarakat dan Pemersatu Bangsa - Drs. Joko J. Prihatmoko, Peneliti LPPI Semarang/ Dosen FISIP Unwahas Semarang 2. Tahapan Pemilukada Pasca PERPU No.1 Tahun 2014 – Drs. Joko Purnomo, Ketua KPU Pov. Jateng
Moderator,
Assalamu’alaikum wr. wb. Yang terhormat para narasumber. Yang terhormat
para
peserta
kegiatan
pembinaan
sosial
politik.kita
memasuki diskusi pleno yang kedua. Yaitu dengan dua materi dengan judul yang pertama Peran Media Sosial dalam Pendidikan Politik Masyarakat dan Pemersatu Bangsa yang akan disampaikan oleh Drs. Joko J. Prihatmoko Msi, yang kedua Tahapan Pemilukada Pasca PERPU No.1 Tahun
2014
oleh
Selanjutnya
kita
Drs.
Joko
Purnomo,
Ketua
kepada
kedua
persilahkan
KPU
Pov.
Jateng.
narasumber
untuk
menyampaikan paparan materi. Masing-masing satu jam, Silahkan.
Drs Joko J. Prihatmoko, Peran Media Sosial dalam Pendidikan Politik Masyarakat dan Pemersatu Bangsa Assalamualaikum wr wb. Yang saya hormati Bapak Ibu Peserta pembinaan Politik, saya disini ditugasi untuk memberikan materi tentang Peran Media Sosial dalam Pendidikan Politik Masyarakat dan Pemersatu Bangsa.
Rasanya kita sudah sama-sama tahu tentang media
sosial. Makanya kemudian saya mengambil sedikit hal yang berbeda yaitu tentang demokrasi digital. Hari ini di Indonesia terkait kasus penangkapan wakil ketua KPK BW, hanya dalam waktu jumat pagi di tangkap, kita bisa melihat dimedia sosial begitu banyak poster virtual terkait penangkapan BW. Ini tidak digerakkan oleh KPK. Gerakan Ini mucul sendiri. Kampanye penyelamatan KPK dgn hashtag atau tanda pagar (tagar) #SaveKPK memuncaki trending topic dunia.
Kecepakatannya mencapai 152 status
bertanda tagar #SaveKPK dlm stp menit di Twitter. pustaka
Keyhole.co,
menghasilkan netizen
897
mencapai
dg
pencarian
percakapan 2
juta
dr
akun.
sesaat
749
thd
pengguna.
Menurut
Menggunakan
tagar
#SaveKPK,
Jangkauan
kepada
Topsy,
gemuruh
pustaka
kampanye #SaveKPK mencapai 2.607 percapakan/jam. Dalam satu hari terekam 192.000 percakapan dgn kampanye #SaveKPK. Peristiwa itu menenggelamkan pelanggaran
percakapan
etik
oleh
sebelumnya
Ketua
KPK
yg
Abrahan
santer Samad,
ttg atas
dugaan tudingan
politisi PDIP, Hasto Kristiyanto. Tagar #SaveKPK adalah peringatan bagi Presiden Jokowi utk segera bersikap taktis. Memang, kampanye berbasih online sebaiknya ditindaklanjuti dengan kampanye nyata. Jumlah pemilih pemula Pemilu 2014 cukup besar. Menurut KPU, dr jumlah sekitar 188 juta orang dlm DPT, diperkirakan trdpt sekitar 22 juta orang yg akan mengikuti pemilu pertama kali. Adapun jumlah pemilih kel. usia 17-23 thn sktr 30 juta org. Dan mayoritas pemilih pemula dan pemilih muda adl pelajar (SMA), mahasiswa dan pekerja muda yg baru masuk kerja, shg total sktr 52 juta org. Pd Pemilu 2004, ada sktr 50 juta org pemilih.
pemilih pemula dr jumlah 147 juta org
Jumlah itu mencapai 34% dr total pemilih. Penelitian yg
dilakukan Bakti (2012) mencatat pemilih pemula mencapai 19% atau 36 jutaan dari 189 juta penduduk yg memiliki hak pilih. Potensi suara pemilih pemula tsb tetap lebih besar dibandingkan perolehan suara partai politik terbesar saat itu (Partai Demokrat: 21,6 juta suara). Scr psikologis,
preferensi “generasi MTV” ini berbeda dgn orang-
orang tua pd umumnya. Mrk lebih kritis, mandiri, independen, antistatus
quo
atau
tidak
puas
dgn
kemapanan,
pro-perubahan, dan
ahistoris dgn masa Orde Baru. Dr sosiolkultural, anak-anak muda ini jg hidup lepas dr pengaruh model demokrasi otoriter Orde Baru, tdk pernah wajib nonton film G30S PKI, tdk ikut Penataran P4, dan yg penting tak prnh mengalami “pemilu sinetron” yg pemenangnya bs ditebak.
Ktk
mjd
pemilih
pertama
ini,
mrk
hidup
sdh
di
alam
demokrasi shg disebut dgn native democration alias lahir di alam demokrasi. Namun, juga dikenal cuek dgn keriuhan politik sekaligus tak
tertarik
politik.
Di
saat
sama,
native
democration
ini,
bernafas dgn udara digital dlm kehidupan sehari-hari, di mana gadget lbh berharga dr uang
tunai.
Twitter dan Facebook dianggap lbh
penting dr buku pelajaran, (bhkn konon separuh otaknya di Google dan Yahoo), KP-Pop lbh akrab dp gamelan, gangnam style lbh familiar dp kuda lumping , Youtube lbh menghibur dr TV, serta narsis di media sosial lebih menarik ketimbang jadi juara kelas.
Di Indonesia yang memakai facebook 79 juta. Terbesar ke 4 di dunia. Kalo kawan-kawan mengelola partai tidak memanfaatkan hal tersebut, selesai! Artinya vote-nya tinggi. Hari ini cucu-cucu Bapak sudah pegang HP, bermain game online dengan bebas. Di Korea anakanak bermain game online mendapat pengawasan dari pemerintah. Satu jam pertama mereka dibebaskan, satu jam kedua negara melambatkan jaringan internetnya, dijam ketiga pemerintah memutuskan koneksinya. Anak-anak harus log-in dengan NIK orang tuanya untuk bermain game online. APJII- BPS: pengguna internet 71,19 juta org hingga akhir thn 2013.
Dibandingkan akhir 2012 yg sebanyak 63 juta org,
tumbuh 13%.
Penetrasi internet di Indonesia sekitar 28%. (15/1/2013). Situs jejaring
sosial
yg
plg
byk
diakses
adl
Facebook
dan
Twitter.
Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar (stlh USA, Brazil, dan India) dan peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia
(stlh
USA,
Brazil,
Jepang
dan
Inggris).
Webershandwick
(perusahaan PR dan pemberi layanan jasa komunikasi):
pengguna
Facebook aktif di Indonesia ada sekitar 65 juta. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per hari, 55 juta pengguna aktif yg memakai perangkat mobile dlm pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yg memakai perangkat mobile per hari. PT Bakrie Telecom: pengguna Twitter19,5 juta di Indonesia dr total 500 juta pengguna global.
Twitter mjd salah satu jejaring sosial plg besar di dunia
shg mampu meraup keuntungan mencapai USD 145 juta. Jejaring sosial lain yg dikenal di Indonesia adl Path dgn jumlah pengguna 700.000, Line 10 juta, Google+ 3,4 juta dan Linkedlin 1 juta pengguna, dll. Saat teknologi internet dan mobile phone mkn maju maka jejaring sosial pun ikut tumbuh dgn pesat. Kini utk mengakses Facebook atau Twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dgn
menggunakan
sebuah
mobile
phone.
Dmkn
cepatnya
orang
bisa
mengakses jejaring sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar thd arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia.
Krn
kecepatannya
jejaring
sosial
jg
mulai
tampak
menggeser peranan media massa konvensional dlm menyebarkan beritaberita. Pesatnya perkembangan jejaring sosial kini krn semua orang spt memiliki media sdr. Sgt disayangkan jk perkembangan dan kemajuan teknologi internet ini hny digunakan utk sekadar update status atau jg slg menimpali komentar atau foto yg diunggah ke Facebook dan Twitter. Dgn jumlah pengguna sdmkn bnyk, media sosial tentu memiliki kemungkinan besar dpt mengubah atau menciptakan perubahan baru di masyarakat. Media sosial dpt mengubah budaya dan media massa, yg disebabkan pola komunikasi yg berubah dan sosial media yg bs menjadi sebuah media massa krn dibaca oleh ribuan orang
–tergantung teman yg
mengikuti social media yg dimiliki seseorang. (Majalah Cyber Edisi Okt. 2012: hal 3) Perubahan pola komunikasi yg tjd stlh tumbuhnya social media cukup besar. Dulu, konsep dasar komunikasi pd media adl adanya komunikator yg sering dijabarkan sbg media massa, kelompok besar atau organisasi, sdg komunikan adl masyarakat yg hny menerima dan memberikan respon atau feedback tertunda. Kini, konsep itu berubah drastis. Saat ini, individu dpt mjd komunikator utk khalayak luas. Seorang
komunikan
pun
dpt
berubah
mjd
komunikator
ktk
ia
dpt
mengungkapkan atau mendorong bhkn mempropaganda masyarakat lain. (dlm skripsi Ratih Dwi Kusumaningtyas ‘Peran Media Sosial Online (Facebook) sbg Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya’; Universitas
Pembangunan
Nasional
“Veteran”
Jawa
Timu;
Surabaya;
2010). Kalo
dulu
yang
membatasi
media
komunikasi
adalah
pemilik
medianya. Yang mempengaruhi isinya adalah redakturnya. Contoh hari ini kita betul-betul dikendalikan oleh pemilik media, kasus AirAsia dan kasus gempa banjarnegara. Kasus Airasia dieksploitasi sedemikian rupa, berbeda dengan musibah yang terjadi di banjarnegara yang hanya diberitakan secara singkat. Sedangkan dimedia sosial semua pengguna adalah redaktur yang bisa menentukan isi yang ingin disampaikan. Makanya perlu undang-undang
untuk mengontrol kebebasan tersebut. Sehingga pengguna media sosial bisa lebih bertanggung jawab atas apa yang ditulis. Perbedaan media komunikasi dan media sosial Perbedaan
Media Komunikasi
Media Sosial
Pemilik media
Para konsumen
Brand
Konsumen
Satu arah
Dua arah
Mengulang pesan yg ada
Mengadaptasi pesan
FOKUS
Brand
Konsumen
SIFAT
Menghibur
YANG MEMBATASI
KONTROL JENIS
KOMUNIKASI
SIFAT
PESAN
PEMBUAT
Mempengaruhi dan melibatkan
Perusahaan
KONTEN
Para pengguna
Pada akhirnya pengguna media sosial itu berjaringan. Ada pola tertentu dan ikatan tertentu dan ada hukum yang mengaturnya. Tidak ada satu media sosial pun yang tidak terhubung dengan media sosial lainnya. Oleh karena itu contoh kasus KPK bisa langsung meledak dimedia sosial hanya dalam beberapa jam atau hari. Fungsi media sosial adl sbg ruang komunikasi antarmanusia yg tdk dibatasi.
Penciptanya
sengaja
mengkreasi
media
sosial
agar
penggunanya bs berimajinasi dlm ruang hampa (cyber space) tanpa hrs melihat keadaan atau realitas sebenarnya. Media sosial sgt jauh dr realitas sebenarnya, realitas semu. Seseorang bs saja melakukan apa saja
dgn
media
sosial
tanpa
hrs
memperlihatkan
wujud
aslinya.
Pengguna dimanjakan dgn bbg fitur lain (Mis: online shop). Ini adl realitas semu tapi nyata terjadi dan begitu dekat dgn lingkungan sekitar.
Akibat media sosial, manusia yg semula makhluk sosial kini
telah bergeser menjadi makhluk berteknologi. Krn sebegitu dekatnya kita dgn media sosial hingga menggeserkan fungsi-fungsi manusia itu
sendiri. Inilah yg disebut Emile Durkheim (1858-1917)
sbg fakta
sosial yg secara perlahan tlh bergeser mulai dr kelompok, struktur, pranata, solidaritas sosial, serta nilai-nilai. Konsep solidaritas sosial mrpkn konsep sentral Emile Durkheim (1858-1917) dlm mengembangkan teori sosiologi. Durkheim (dlm Lawang, 1994:181) menyatakan bhw solidaritas sosial mrpkn suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yg didasarkan pd perasaan moral
dan
pengalaman hubungan
kepercayaan emosional
yg
dianut
bersama.
antarindividu
dan
bersama
Solidaritas
kelompok
dan
dan
diperkuat
menekankan mendasari
pd
oleh
keadaan
keterikatan
bersama dlm kehidupan dgn didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yg hidup dlm masyarakat. Wujud nyata dr hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional shg memperkuat hubungan antarmereka. Di dlm media sosial, ada juga solidaritas sosial yg terbentuk seperti realitas sebenarnya. Kita bs flashback pada kasus-kasus yg terjadi pada Prita Mulyasari, Cecak vs Buaya, dll. Itu adl contoh dr bentuk solidaritas sosial pada media sosial yg mampu berimplikasi pada realitas sebenarnya. Fungsi
media
sosial
utk
membangun
realitas
sebenarnya.
Juga
sangat berperan sangat penting utk menjadi pengontrol kondisi sosial yg ada. Tidak hanya kasus Prita, gerakan sosial pun muncul dr berbagai macam belahan dunia. Salah satu faktor kemenangan dr Obama adl seringnya dia melakukan kampanye melalui media sosial. Krn pada saat itu masyarakat AS sangat akrab dgn media sosial shg cara yg sgt ampuh utk mendekatkan diri dgn warga adl dgn cara menggunakan media sosial. Inilah realitas semu yg bs berimplikasi menjadi sebuah realitas yg sebenarnya terjadi. Media sosial mmg mampu mengubah segalanya
mulai
dr
cara
pandang
hingga
perilaku
penggunanya.
Sehingga istilah “socmed is a ‘opium’ in the people” sangat tepat utk masyarakat saat ini. Secara substansial demokrasi adl keterlibatan (engagement) aktif warga
negara
dlm
proses
pembuatan
kebijakan
pemerintah,
yg
mempengaruhi kehidupan mereka. Cyberdemokrasi adalah sebuah konsep
yg
melihat
internet
transformatif konsep
yg
dan
sbg
teknologi
memperluas
merupakan
yg
memiliki
partisipasi
perpaduan
dari
pengaruh
demokrasi.
cyberspace
Sbg
dan
sosial sebuah
demokrasi,
cyberdemokrasi mengandalkan sebagian besar pd prinsip-prinsip akses dan pertukaran informasi yg bebas. Media baru, dgn karakteristiknya yg
mudah
diakses
dan
partisipatif,
menjadikannya
sebuah
ruang
demokrasi yg ideal di mana orang dpt berkomunikasi scr bebas dan berpartisipasi
dlm
forum
yg
dibangun
utk
pengambilan
keputusan
kolektif. Informasi digital akan menjadi empowering force –diluar harapan banyak orang. Cyberdemokrasi juga mendorong adopsi teknologi Internet dan mendorong terjadinya etos pertukaran bebas informasi, yg akan memudahkan orang utk mengakses informasi, dan mendorong terjadinya demokrati. Para pendukung cyberdemokrasi melihat internet sbg sarana utk menyediakan kontrol konstituen yg lebih besar atas wakil-wakil mereka. •
FITUR KUNCI DEMOKRASI DIGITAL
Ada potensi
beberapa utk
Interactivity, Construction
fitur
kunci
pengembangan Global and
dar
media
varietas
network,
dissemination
Free of
interaktif
baru
yg
demokrasi,
speech,
Free
information,
menawarkan yaitu
:
association, Challenge
to
professional and official perspectives, Breakdown of nation-state identity. (Barry Hague dan Brian Loader (1999). •
WARGA DIGITAL
Partisipasi di dunia maya inilah yg kemudian menciptakan warga digital (digital citizenship), yg oleh Karen Mossberger, dkk (2008), didefinisikan
sbg
kemampuan
utk
berpartisipasi
dlm
masyarakat
online. Secara lebih luas dapat juga dikatakan bhw warga digital adl mereka yg sering menggunakan teknologi, yg menggunakan teknologi utk memenuhi kewajiban mereka sbg warga negara, dan yg menggunakan teknologi di tempat kerja utk keuntungan ekonomi. Dgn dmkn, apa yg disebut partisipasi politik online mencakup diskusi politik melalui email grup, dan posting komentar, gambar, photo, dll di blog. Sementara, bentuk-bentuk sosial media lain, seperti facebook ataupun
twitter dinilai jg mjd sarana partisipasi politik online, ketika media
ini
digunakan
setidaknya
mengandung
utk
memberikan
informasi
informasi
politik,
atau
(Karen
Mossberger,
dkk
politik
(2008). •
KRITIK DEMOKRASI DIGITAL
Paul Virilio (2002), seorang teoritikus budaya dari Prancis, melihat cyberdemokrasi sbg orang yg terlalu optimis dan bhkn keliru. Teknologi
media
baru,
yg
memiliki
karakteristik
interaktif
dan
kecepatan arus informasi, memiliki sejumlah konsekuensi : 1. Kecepatan menghancurkan pemikiran dan kemungkinan musyawarah demokratis. Kecepatan teknologi menghasilkan budaya di mana komunikasi
digunakan
utk
mengkondisikan
tanggapan
dr
masyarakat. 2. Penyebaran
global
teknologi
komunikasi
dan
informasi
menciptakan terbentuknya terminal citizen. Dgn menghancurkan hubungan
temporal
antara
dekat
dan
jauh,
manusia
mjd
lnh
peduli dgn realitas layar dp realitas fisik. 3. Paradoks masyarakat informasi: peningkatan mobilitas virtual menyebabkan
kelemahan
fisik.
Terminal
citizen
tdk
perlu
bergerak shg tdk begitu byk kemungkinan aksi publik, tapi yg terjadi adalah . 4. Mempercepat
realitas
individualistis, sendiri.
Proses
scr
dimana
real
informasi
ini,membuat
time mjd
manusia
memiliki terfokus krg
dampak pd
diri
memperhatikan
lingkungan nyata yg mendukung semua bentuk kehidupan. •
FENOMENA DEMOKRASI DIGITAL
1. Data terbuka (utk kampanye, pencitraan, pembentukan opini, kritik, dll). 2. Kiding dan trending topic. 3. Petisi dalam jaringan (baik untuk mendesakkan agenda maupun membangun koneksi masyarakat dgn pengambil keputusan). Dengan terkoneksi, politisi tdk hanya berpikir ketemu konstituen lima tahun sekali tp stp kali hendak mengambil keputusan.
Syarat ke depan, membangun dan memverifikasi data.
Artinya, pola
pikir masyarakat hrs smkn mengikuti logika digital.: gigih menggali manfaat positif dan menekan dampak negatif internet. Masalah (sikap mental) mendasar:
pada umumnya kita lebih tertarik
kpd apa yg
dilakukan media pd kita daripada apa yang kita lakukan pd media.
Kami mengusulkan tentang ada namanya deposit. Begitu DPR terpilih, menitipkan sejumlah uang kepada KPU. Ketika anggota DPR lolos uang itu dikembalikan. Ketika anggota DPR terjerat kasus uang itu hilang. Ini
memang
rumit.
Tetapi
ini
bertujuan
untuk
mengontrol
dan
mengawasi kinerja politisi. Saya cukup sekian, nanti kita bisa lanjutkan dengan diskusi yang lebih mendalam.
Drs. Joko Purnomo, Ketua KPU Jateng (Tahapan Pilkada Pasca Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014) Assalamu’alaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Yang
saya
hormati
para
peserta
sekalian.
Perlu
kami
sampaikan
terlebih dahulu surat terbaru hasi; rapat dengar pendapat KPU dan Bawaslu pada tanggal 22 Januari 2015. Setelah Perpu No 1 Tahun 2014 disahkan, akan dilakukan revisi terbatas. Yang batas waktunya sampai sidang terakhir DPRD tanggal 18 Februari 2015. Yang pertama yang akan direvisi adalah tentang tahapan waktu. Yang kedua uji publik dan yang ketiga terkait pasangan. Paling utama yang akan direvisi adalah tiga poin tersebut, disamping ada tujuh poin yang lain. Yang
pertama
soal
tahapan
dan
waktu
ini
menyangkut
soal
pilkada serentak yang kedua. Sesuai Perpu no 1 yang sudah disahkan, jika pilkada serentak pertama tahun 2015, maka masa bakti kepala daerah sampai dengan 2020. Dengan resiko serentak yang kedua 2018 hanya akan memangku jabatan 2 tahun. Karena harus berhenti 2020. Menyangkut waktu ini menjadi rumit. Karena masa jabatan 2 tahun ini tidak dihitung satu periode. Artinya meskipun sudah menjabat dua
kali masih boleh mencalonkan lagi. Yang dipermasalahkan oleh para calon dan partai politik adalah menyangkut biaya politik pilkada, meskipun
jabatan
hanya
dua
tahun
tetapi
biaya
politik
yang
dikeluarkan adalah sama. Kalo direvisi di 2016 itupun maksimal jangan sampai lewat Juni. Jika lewat juni masa berakhirnya sampai 2021 dengan masa jabatan 3 tahun dan dihitung satu periode. Tetapi jika sebelum juni belum dihitung satu periode. Oleh karena itu Perpu ini bermaksud untuk menjembatani salah satu biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh para calon yaitu biaya kampanye. Ini perhitungan waktu yang ingin direvisi. Kalo betul-betul digeser akan memberikan beberapa keuntungn, yang pertama dari segi kesiapan terkait anggaran dari daerah. Syukur-syukur kalo dana pilkada sudah di backup dari APBN, karena akan rumit jika anggaran pilkada hanya dari APBD. Salah satu yang difasilitasi adalah biaya kampanye untuk pemasangan alat peraga dimedia dan ditiadakan rapat umum. Kedua terkait uji publik. Ini juga rumit. Salah satu pasal yang kemarin diusulkan dihapus namun tidak jadi dihapus adalah mengenai calon tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Karena banyak tafsiran tentang makna kata tercela. Termasuk juga kampanye dimedia sosial. Yang ketiga terkait dengan pasangan. Kalo perpu nomer
satu
dijalankan,
kita
hanya
akan
melakukan
pemilihan
bupati/walikota saja. Untuk wakilnya dengan sistem penunjukan oleh kepala
daerah
terpilih.
Untuk
daerah
Jawa
Tengah
daerah
untuk
Salatiga dan Magelang hanya menunjuk satu wakil untuk yang lainnya maksimal dua wakil. Kita langsung lanjut ke tahapan pilkada. Pembentuk UU menghendaki penataan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilihan Kepala Daerah untuk memperkuat sistem Presidensiil. Biar linier dari pusat ke daerah. Yang jadi persoalan adalah ketika banyak masukan-masukan dari negara lain. Sering tidak kita sadari bahwa negara berkembang tidak
pernah
tenang
memikirkan
bahwa
ideologinya
berkembang
ke
negara
lain.
Tetapi
negara
maju
selalu
memikirkan
bagaimana
ideologinya bisa berkembang dinegara lain. Pada 2006 KPU menerbitkan 12 buku yang di dalam buku ke-2 salah satu isinya adalah usulan untuk menjadwal ulang pemilu yang disebut
dengan
pemilu
nasional
dan
daerah
agar
struktur
tata
pemerintahan antara pusat dan daerah paralel. Kalau dalam pemilu nasional
presiden
&
wakil
presiden
dipilih
bersamaan
dengan
legislatif pusat maka seharusnya kepala daerah dipilih bersamaan dengan
legislatif
metodologi
daerah.
untuk
Karena
mengkoversi
sebenarnya
suara
pemilu
rakyat
hanyalah
menjadi
kursi
penyelenggara negara baik eksekutif maupun legislatif. Disamping itu kita juga perlu menguatkan partai politik. Tidak selamanya kita akan menjelek-jelekkan partai politik. Kita akan membenahi sistem ini tanpa merubah sistem ketatanegaraan negra kita sesuai dengan kesepakatan para pendiri bangsa. Norma Baru dalam Perpu 1. Hari adalah hari kerja, 2. Pendaftaran
balon
dilaksanakan
6
(enam)
bulan
sebelum
pendaftaran calon. Ini akan semakin panjang dan memakan waktu yang lama. 3. Uji publik dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pendaftaran calon. Artinya selama pencalonan sampai uji publik memerlukan waktu tiga bulan. 4. Penyelesaian sengketa TUN Pilkada. Ini juga membutuhkan waktu yang panjang. Sebenarnya di MA juga sudah mengusulkan untuk membentuk
satu
pengadilan
khusus.
Karena
KPU
ini
memiliki
tugas yang banyak. Tetapi saat ini pilkada sudah tidak masuk ke MK haanya sampai ke MA dan keputusannya final. Tetapi administrasinya masih bisa dilimpahkan ke PTTUN. 5. Penyelesaian
perselisihan
hasil
pemilihan.
Ini
juga
dipisahkan. Khusus hasil pemilu. Sesuai dengan Perpu hanya bisa disengketakan jika selisihnya sekian persen dari jumlah penduduk.
Langkah KPU Memperbaiki manajemen penyelenggara Pemilu: Definisi hari adalah hari kerja dan kalender Hari kerja ditetapkan sesuai dengan tenggat waktu yang diatur dalam Perppu Dalam hal Perrpu tidak mengatur berlaku hari kalender Pembentukan badan penyelenggara PPK & PPS paling lambat 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan tugas Pengaturan
kegiatan
mutarlih/coklit
tidak
dalam
satu
waktu
dengan verifikasi calon perseorangan Memberikan waktu pada bakal calon menyiapkan diri KPU Prov/Kab/Kota melakukan sosialisasi sebelum pelaksanaan pendaftaran balon
RANCANGAN TAHAPAN PILKADA
TAHUN 2015
Pemungutan suara 16 DES 2015 Jan
Feb
Mar
Sosialisasi (hingga Des)
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Coklit Penyelesaian sengketa TUN Sumber: Ida Budhiati (Anggota KPU RI)
RANCANGAN TAHAPAN PILKADA
PUTARAN II 2016
Pemungutan suara 23 MAR 2016
Penetapan calon terpilih
Penetapan hasil rekapitulasi 1 APR 2016 Logistik Sosialisasi
Jan
Feb
Pengusulan pengesahan (dengan kasasi) 14 MEI 2016 Mar
Apr
Mei
Penyelesaian PHP Pengusulan pengesahan: (tidak ada PHP) 6 APR 2016 (tidak ada kasasi) 27 APR 2016 Sumber: Ida Budhiati (Anggota KPU RI)
Ternyata
menyusun
jadwal
kampanye
memang
rumit.
Tapi
inilah
tantangan kita. Bapak ibu sekian saya rasa itu yang dapat saya sampaikan nanti bisa kita lanjutkan dengan diskusi bersama.
Tanya-Jawab: Sugiana, dari Golkar Untuk pak Joko Purnomo, mengenai calon Independent. Bagaimana ketika disatu kabupaten hanya ada satu calon independent? Untuk pak Joko Prihatmoko, mengenai media sosial. Kami sebenarnya pernah memanfaatkan media sosial seperti website sebagai sarana untuk sosialisasi dan kampanye. Tapi kami merasa respon dari itu kurang berpengaruh secara signifikan. Menurut bapak apa
masalahnya?
Kenapa
media
kami
kurang
direspon
masyarakat
khususnya didunia maya. Sunaryo, dari PBB Saya hanya akan sedikit menanggapi terkait materi yang bapak-bapak narasumber sampaikan. Yang pertanya terkait dengan media sosial sebagai
sebuah
keniscahyaan
membangun
demokrasi.
Saya
kurang
sependapat tertang media sosial yang nampak lebih penting dibanding
makna demokrasi itu sendiri. Dan untuk pak Joko Purnomo, akan lebih baik seharusnya jika peserta disini juga deiberi kopian Perpu yang dari tadi dijelaskan Bapak. Dalam uji publik, bagaimana proses uji publik tersebut? Bagaimana regulasi penunjukan wakil kepala daerah? maryanto Yang pertama tentang media sosial. Aturan yang ingin diterapkan sering berbenturan sangat sulit diterapkan. Bagaimana solusinya? Untuk pak Joko Purnomo, terkait kampanye terbuka. Niat baik kita untuk memperbaiki masyarakat sering kali berbenturan. Bahkan KPU pun sering berbenturan dengan Bawaslu. Ada bebrapa hal yang patut dipertanyakan. Terkait dengan tadi hal yang bisa disengketakan harus lebih dari sekian persen ini juga menjadi
ambigu.
Bisa
diartikan
curang
gk
masalah
yang
penting
angkanya menang. Harapan kami diperjelas tentang kalimat diperpu tersebut sehingga tidak multi tafsir bagi masyarakat. Suryana dari Kepala Desa Pertanyaan sama dengan pertanyaan pak sunaryo dari PBB. Jawaban Joko Purnomo Yang pertama terkait pencalonan, asalkan ada calon lebih dari satu meskipun dari calon independent semua tetap dilaksanakan pilkada. Tetapi jika hanya ada satu calon kita menunggu sampai ada minimal dua calon untuk melaksanakan pilkada. Terkait dengan penunjukan wakil kepala daerah. Orang pertama yang menikmati perpu nomer 1 itukan Gubernur DKI. Jadi kepala daerah yang berhak memilih wakilnya boleh dari PNS maupun non PNS. Terkait dengan uji publik, ini masih debatable. Rencananya ada panitia lima, dari akademisi 2 dan tokoh masyarakat 2 yang satu dari KPU. Knp dari KPU ini persoalan administrasi anggaran. Kemudia yang diuji, pertama dari kompetensi dan integritas calon. Uji publik ini rawan akan adanya fitnah. Makanya KPU menggunakan
jika tidak ada putusan hukum yang sudah inkra ya kita tidak berani menyatakan ini melanggar. Orang pernah melakukan tindakan pindana sudah dihukum berarti sudah selesai. Tidak ada manusia yang dihukum selamanya. Terkait benturan-benturan tadi, semua sudah ada aturannya pak. Ini sudah jelas. Bagi temen-temen LSM mohon untuk dibantu temen2 di daerah
untuk
ikut
mengawasi.
Jadi
tidak
perlu
membentuk
tim
independen. Joko Prihatmoko Seleksi pencalonan pejabat publik, yang pertama seleksi sistem ketatanegaraan. Yang kedua seleksi administratif yang dilakukan KPU ini. Yang ketiga seleksi hukum administrasi yang dilakukan Panwas. Dan yang terakhir seleksi politis. Bagus atau tidak yang menentukan rakyat. Rakyat yang memilih melalui proses pemilihan. Nah, media sosial memiliki peran penting disini untuk menyebarkan informasi secara
cepat,
berantai
dengan
biaya
yang
murah
terkait
dengan
riwayat kehidupan, pendidikan, organisasi dan prestasi para calon pejabat publik. Ini juga terkait dengan tahapan uji publik yang akan dilakukan KPU. Dalam perpu partai boleh mengajukan calon lebih dari satu untuk uji publik. Tujuan uji publik ini untuk menguji dan menguliti atau mengadili calon pejabat publik. Kenapa begitu? Karena calon akan menjadi kepala daerah akan memimpin kita, kita yang menentukan siapa yang akan memimpin kita. Nah, media sosial ini cukup cocok sebagai media uji publik. Untuk
pak
naryo,
saya
tidak
membandingkan
atau
mendewakan
media sosial. Tapi kita tidak bisa membandingkan dengan negaranegara kelahiran demokrasi. Seperti roma, yunani. Negara-negara itu bangkrut sekarang. Melihat rakyat kita yang begitu besar saat ini. Tantangan kita semakin besar untuk menjaga demokrasi kita. Untuk mempertahankan
kesatuan
negara,
media
sosial
memiliki
peranan
penting. Media sosial sebagai jembatan untuk berkomunikasi meskipun yang terpenting adalah komunikasi langsung (tatap-muka). Nah, media
sosial
memudahkan
untuk
berkomunikasi
kepada
konstituante
tanpa
harus bertatap muka langsung. Isu dimedia sosial cukup penting. Moderator, Bapak-ibu demikian sesi panel malam ini, semoga bermanfaat dan terimakasih.
HARI KEDUA, SESI PERTAMA 27 Januari 2015, Pukul 08.00 wib – 10.30 Wib Diskusi Panel: Materi dan Narasumber : 1. Penyelesaian Pelanggaran Pemilu ditinjau dari UU No 22 Tahun 2014 dan Perpu No 1 Tahun 2014 – M Yamin, SH, MH. 2. Peran Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Konsolidari Serta Kesiapan Komponen Politik Daerah – Kepala Kantor Kesbangpol Kab Sukoharjo Moderator Assalamualaikum wr wb. Yang terhormat kepada kedua narasumber kita. Yang terhormat kepada para peserta kegiatan pembinaan politik. Kita memasuki
diskusi
panel
yang
ketiga.
Disini
telah
hadir
kedua
narasumber yang akan menyampaikan materi. Yang pertama Bapak M Yamin SH, MH yang akan menyampaikan materi dengan judul Penyelesaian Pelanggaran Kabupaten
Pemilu
dan
yang
kedua
perwakilan
Sukorejo
yang
akan
menyampaikan
dari
materi
Kesbangpol
tentang
Peran
Pemerintah Daerah dalam Menjaga Konsolidasi Serta Kesiapan Komponen Politik
daerah.
Langsung
saja
kita
persilahkan
kepada
kedua
narasumber untuk menyampaikan materi yang sudah disiapkan. Silahkan.
M Yamin SH, MH. Assalamualaikum wr wb. Langsung saja kita mulai dari hal yang umum dulu. Kalo kita bicara
tentang
pilkada,
ini
ada
beberapa
pilar
yang
mendukung
pilkada. Yang pertama adalah regulasi atau aturan perundangannya, ini menjadi penting karena ada perubahan regulasi atau perpunya ini yang
nanti
anggaran,
akan
kita
logistik,
bahas.
Yang
keamanan,
kedua
sosialisasi,
penanganan
kemudian
pelanggaran
dan
penyelenggaraan sengketannya. Dua terakhir ini yang akan kita bahas hari ini. Sukses pemilu/pilkada tidak hanya ditentukan dari terlaksananya pemungutan suara dan partisipasi pemilih yg tinggi, tetapi juga penyelesaian pelangggaran dan sengketa yang terjadi. Proses dan mekanisme penyelesaian pelanggaran dan sengketa pemilu yang efektif (effective electoral dispute resolution mechanisms and processes) merupakan suatu dan
bermartabat.
conditio sine qua non bagi pilkada yang jujur, adil Masalah
penyelesaian
pelanggaran
dan
sengketa
pilkada sangat strategis untuk dibahas karena :Pertama, pelaksanaan pemilu/pilkada masih diiringi oleh berbagai pelanggaran dan sengketa yang dilakukan oleh berbagai pihak. Kedua, lahirnya Undang-Undang pilkada baru melahirkan perubahan mekanisme dan aturan penyelesaian pelanggaran
dan
sengketa
yang
dipahami
oleh
semua
pihak
yang
terlibat pilkada. Berikutnya kalo kita bicara tentang dasar hukum penyelesaian pelanggaran pemilu dan sengketa yang pertama Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Pasal 205 : Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Yang kedua BAB XX PERPU 1/2014 : Pelanggaran Pemilihan,
Administrasi, Sengketa
Tata
Penyelesaian Usaha
Pelanggaran Kode Etik,
Sengketa,
Negara,
Dan
Tindak
Perselisihan
Pidana Hasil
Pemilihan Pasal 136 sd Pasal 159. Ketiga, Perpu No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota;
dan Perpu Nomor
2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemda,“ telah disetujui DPR 20 Januari 2015. Selanjutnya kita akan bicara tentang rezim pemilu. 22E ayat (2) UUD 1945
Melalui
Pasal
(original intent), yang dimaksud dengan
(Rezim) Pemilu adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta Presiden dan Wakil Presiden.
Kalo itu
pemilu yang
menyelesaikan pelanggaran dan sengketa pemilu adalah MK. Ini sudah
diatur di UU No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi. Namun
pada tahun 2004 karena tidak tercantum dalam uu terkait penyelesaian sengketa pilkada, maka pilkada diartikan sama dengan pemilu yang pada akhirnya penyelesaian terkait pelanggaran dan sengketa pilkada juga diselesaikan di MK. Putusan MK No. 072-073/PUU-II/2004 : bahwa ‘rezim” pemilihan kepala
daerah
langsung
walaupun
secara
formal
ditentukan
oleh
pembentuk UU bukan merupakan rezim Pemilu, tetapi secara substantif adalah Pemilu sehingga penyelenggaraannya harus memenuhi asas-asas konstitusional
Pemilu.
Putusan
ini
yang
menjadi
latar
belakang
lahirnya UU No. 22 Th. 2007 (jo UU 15/2011) tentang Penyelenggara Pemilu dan UU 12 th. 2008 tentang Perubahan Kedua atas
UU No. 32
Th. 2004. MK (19 Mei 2014) mengabulkan pengujian Pasal 236 C UU No. 12/2008 ttg Pemerintahan Daerah
& Pasal 29 ayat (1) huruf e
UU No.
48 /2009 ttg Kekuasaan Kehakiman kewenangan MK mengadili sengketa Pilkada
dihapus.
Pada akhirnya MK menilai kedua pasal itu bertentangan dengan UUD 1945 (inkonstitusional). Pasal 22E UUD 1945 harus dimaknai limitatif “pemilu” adl presiden
yang
utk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, presiden dan wakil dilaksanakan
5
tahun
sekali.
Memasukkan
pilkada
menjadi bagian dari pemilu & menjadikan kewenangan MK mengadili sengketanya tidak sesuai dg makna original intent dari pemilu. Tahapan Penyelesaian Pelanggaran Pemilu
PENYELESAIAN PELANGGARAN PILKADA PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILIHAN
DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU [PASAL
[PASAL 136]
137
BAWASLU, BAWASLU PROV. PANWASLU KAB/KOTA
PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN [PASAL 138]
KPU, KPU PROVINSI, KPU KAB/KOTA, [PASAL 140] [PASAL 141]
[PASAL 139 (1)]
SENGKETA ANTAR PESERTA – PESERTA DG PENYELENGARA
BAWASLU PROP & PANWASLU KAB/KOTA
TERAKHIR DAN MENGIKAT [PASAL 144]
[PASAL 142]
[PASAL 142]
PENYELESAIAN PELANGGARAN PILKADA TINDAK PIDANA PEMILIHAN [PASAL 145]
PENUNTUT UMUM [PASAL 146 (4)]
PENYIDIK POLRI [PASAL 146]
PENGADILAN [PASAL 147150]
SENTRA GAKKUMDU (Pasal 152) SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILIHAN
MA (JIKA KASASI)
PT TUN [PASAL 154 (1-6)]
[PASAL 153]
PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN [PASAL 156]
[PASAL 154 (7-11)]
PT YG DITUNJUK MA
KPU (Prop/ Kab/Kota
MA [PASAL 157 (6-8)]
[PASAL 157 (1-5)]
Sekarang kita bahas terkait apa itu pelanggaran pilkada? Yang pertama pelanggaran kode etik penyelengara pemilihan. di Pasal
136,
Pelanggaran
kode
etik
penyelenggara
Pemilihan
pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan pada
sumpah
dan/atau
janji
sebelum
menjalankan
dalah
yang berpedoman tugas
sebagai
penyelenggara Pemilihan. Di Pasal 137 (1) Pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilihan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
136
diselesaikan oleh DKPP. (2) Tata cara penyelesaian pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penyelenggara pemilihan umum.
Yang
kedua
Pelanggaran
PELANGGARAN
administrasi
ADMINISTRASI Pemilihan
PEMILIHAN.
meliputi
Di
Pasal
pelanggaran
138
terhadap
tata cara yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan Pemilihan. Pasal 139 (1) dan/atau
Panwaslu
Kabupaten/Kota
membuat
Bawaslu Provinsi
rekomendasi
atas
hasil
kajiannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (5) terkait pelanggaran administrasi Pemilihan. Pasal 140 dan/atau
KPU
Kabupaten/Kota
memeriksa
dan
(1) :KPU Provinsi memutus
pelanggaran
administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 ayat (2) paling lama 7 (tujuh)
hari sejak rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota diterima. Pasal 141 Dalam hal KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota,
menindaklanjuti Kabupaten/Kota Bawaslu
PPK,
PPS,
rekomendasi
atau
peserta
Bawaslu
Provinsi
Pemilihan
tidak
dan/atau
Panwas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 ayat (2),
Provinsi dan/atau Panwas Kabupaten/Kota memberikan
sanksi
peringatan lisan atau peringatan tertulis. TINDAK PIDANA PEMILIHAN Di Pasal 145. Tindak pidana Pemilihan merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan sebagaimana diatur
dalam
Undang-Undang (Pasal 177 – Pasal 198). Di Pasal 146 (1) Penyidik Polri menyampaikan hasil penyidikannya disertai berkas kepada penuntut umum paling lama 14 (empat laporan diterima (2)
PU melimpahkan
kerja. Di Pasal 148 (1)
perkara
belas) hari sejak
berkas ke PN dalam 5 hari
PN memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tindak pidana Pemilihan paling lama 7 (tujuh) hari setelah pelimpahan berkas perkara. (2) banding
diajukan
dibacakan. (3)
paling
lama
Dalamdiajukan banding, permohonan 3
(tiga)
hari
setelah
putusan
PN melimpahkan berkas perkara permohonan banding
kepada PT paling lama 3 (tiga) hari setelah permohonan banding diterima. Sentra Penegakan Hukum Terpadu
Di Pasal 152 : (1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak
pidana
Pemilihan,
Bawaslu
Provinsi,
dan/atau
Panwas
Kabupaten/Kota, Kepolisian Daerah dan/atau Kepolisian Resor, dan Kejaksaan
Tinggi
dan/atau
Kejaksaan
penegakan hukum terpadu. (2)
Negeri
membentuk
sentra
Ketentuan mengenai sentra penegakan
hukum terpadu diatur berdasarkan kesepakatan bersama antara Kepala Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia,
Jaksa
Agung
Republik
Indonesia, dan Ketua Bawaslu. Tujuan sentra hukum terpadu adalah untuk menyamakan pandangan. PENANGANAN LAPORAN PELANGGARAN PEMILIHAN Pasal 134 (1)
Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota, Panwas
Kecamatan,
PPL, dan Pengawas TPS menerima laporan pelanggaran Pemilihan pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan. (2)
Laporan pelanggaran
Pemilihan dapat disampaikan oleh: a. Pemilih; b. pemantau Pemilihan; atau
c.
peserta
Pemilihan.
(3)
Laporan
pelanggaran
Pemilihan
disampaikan secara tertulis yang memuat paling sedikit: a. nama dan alamat pelapor; b. pihak terlapor; c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan d. uraian kejadian. (4) Disampaikan paling lama 7 (tujuh)
harisejak
diketahui
dan/atau
ditemukannya
pelanggaran
Pemilihan. (5) Dalam hal setelah dikaji dan terbukti kebenarannya, Bawaslu Provinsi, Panwas
Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan, PPL, dan
Pengawas TPS wajib menindaklanjuti laporan paling lama
3 (tiga)
hari setelah laporan diterima. (6) Dalam hal diperlukan, Bawaslu Provinsi,
Panwas
Kabupaten/Kota,
Panwas
Kecamatan,
PPL,
PengawasTPS dapat meminta keterangan tambahan dari pelapor
dan dalam
waktu paling lama 2 (dua) hari. Di Pasal 135 (1)
Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 134 ayat (1) yang merupakan:
a. pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan diteruskan oleh Bawaslu kepada DKPP; b.
pelanggaran administrasi Pemilihan diteruskan kepada KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota; c.
sengketa Pemilihan diselesaikan oleh Bawaslu; dan
d.
tindak pidana Pemilihan ditindaklanjuti oleh Polri.
(2)
Laporan
tindak
pidana
Pemilihan
diteruskan
kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak diputuskan oleh Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota, dan/atau Panwas Kecamatan. (3)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
penanganan
laporan
pelanggaran Pemilihan diatur dengan Peraturan Bawaslu. Untuk selanjutnya nanti bisa dibaca sendiri. Nanti kita lanjutkan didiskusi saja. Terima kasih Kamto Marjanto S.Sos, Kesbangpol Kab. Sukoharjo Assalamualaikum Sebelumnya
saya
wr mohon
wb.
Salam
maaf
sejahtera
karena
pak
bagi
Kepala
kita
sekalian.
Kesbangpol
Kab
Sukoharjo tidak dapat hadir disini. Saya mewakili beliau untuk menyampaikan materi tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Konsolidari Serta Kesiapan Komponen Politik Daerah. Amanat Perpu No. 1 Tahun 2014 mengatakan bahwa Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota harus dilaksanakan secara demokratis (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Konsekwensi logis dari Negara demokrasi, maka pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota dilakukan
secara
merupakan
salah
langsung satu
oleh
sarana
rakyat
dalam
bukan
oleh
pembangunan
DPR.
system
Pemilu politik
demokrasi yang bertujuan untuk memilih pimpinan baik tingkat pusat (Pilpres) maupun Pimpinan Daerah (PEMILUKADA) serta memilih wakilwakil rakyat (PILEG). Dinamika politk sangat berpengaruh terhadap
perkembangan
situasi
Kamtibmas
yang
diprediksi
akan
semakin
meningkat eskalasinya pada saat pemilu sehingga perlu diantisipasi. Benturan antar kelompok masyarakat dapat menimbulkan konflik social yang
menimbulkan
konflik
social
yang
mengakibatkan
terganggunya
stabilitas daerah dan terhambatnya pembangunan daerah. I.
Gambaran
Umum
Pelaksanaan
Pemilu
Tahun
2014
di
Kabupaten
Sukoharjo a. Pemilu Legislatif di Kabupaten Sukoharjo
Nasdem
PKB
:
3
kursi
PKS
:
1
kursi
PDI-P
: 22
PAN
:
5
kursi
Partai Golkar
:
5
kursi
Demikrat
:
2
kursi
Gerindra
:
5
kursi
:
2
kursi
kursi
b. Hasil Pemilu Presiden 2014 dimenangkan oleh Pasangan Jokowi – Jusuf Kalla yang diusung dari PDI-P, Nasdem dan PKB. c. Data Pemilih terakhir untuk Pilpres sebagai berikut : -
Jumlah DPT
: 671.894
-
Jumlah yang menggunakan hak pilih 514.143
-
Tidak menggunakan hak pilih 157.751
Artinya partisispasi masyarakat Sukoharjo untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan cukup tinggi. II. Permasalahan- permasalahan dalam pelaksanaan Pemilu a. Penetapan DPT yang sering berubah-ubah b. Penyediaan logistik c. Distribusi logistik d. Pelanggaran kampanye e. Pelanggaran Pemilu III. Potensi Kerawanan Daerah
1.
2.
Pemilu a.
Bentrok antar massa pendukung parpol/calon
b.
Salin merusak APK antar massa/simpatisan parpol/calon
c.
Politik uang, intimidasi dan tindak kekerasan
d.
Kampanye hitam antar parpol dan antar calon
e.
Netralitas PNS/TNI/Polri
Masyarakat a.
Konflik intern dan atau antar agama
b.
Merebaknya penyakit masyarakat (Pekat)
c.
Permasalahan buruh dengan pengusaha
d.
Permaslahan kebijakan pemerintah
IV. Peran Pemerintah Daerah dalam menjaga kondusifitas Daerah serta Kesiapan Komponen Politik Daerah. a. menfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KPU dan Panwaslu guna kelancaran Pemilu di Kabupaten Sukoharjo. b. mengadakan pendidikan politik kepada elemen masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan unsure pemerintah. c. memberikan sosialisai pemilu kepada pemilih pemula khususnya kepada pelajar SLTA/SMK yang baru mempunyai hak pilih. d. penyebarluasan
informasi
penyelenggaraan
pemilu
dengan
memasang baliho dan spanduk di tempat-tempat strategis di wilayah Kabupaten Sukoharjo. e. Mendorong dan memfasilitasi agar keberadaan “Forum-forum” dan organisasi masyarakat yang ada (FKDM, FKUB, KOMINDA) dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal sehingga mampu meredam kemungkinan munculnya konflik di masyarakat. f. Memaksimalkan peran Forum MUSPIDA dalam mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang ada.
g. Membangun komunikasi dan kerjasama dengan Ormas, LSM, Tomas, Toga dan elemen masyarakat lainnya. h. Mengadakan
sosialisasi/sarasehan/ceramah
tentang
Wasbang,
Ideologi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, P4GN dan Pendidikan Politik. i. Bersama aparat Pam dan instansi terkait mengadakan monitoring pelaksanaan Pemilu. V.
Kesimpulan 1. Kondusifitas daerah akan dapat terwujud apabila ada komunikasi dan kerjasama anatar Pemerintah Daerah dengan lembaga-lembaga masyarakat yang (Parpol, Ormas, LSM, Perusahaan, Toga dean Tomas dll). 2. Elemen masyarakat diharapkan dapat melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah dengan melakukan tindakan lapor cepat dan menyampaikan
informasi
adanya
kemungkinan
potensi
gangguan
keamanan. 3. Pemerintah
daerah
terus
melakukan
pembinaan
bersama-sama
dengan toga/tomas guna menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk senantiasa
menciptakan
suasana
aman
dan
kondusif
di
masyarakat. 4. Pemilu
akan
berhasil
dan
sukses
apabila
semua
kompunen
penyelenggara pemilu saling hormat menghormati dan mematuhi aturan yang ada. Demikian materi yang saya sampaikan mari kita lanjutkan dengan diskusi bersama.terima kasih, Tanya Jawab Mbah Beno Tadi yang sudah disampaikan bahwa Keputusan MA maupun MK harus mengikat? Bagaimana yang terjadi saat ini setelah kasus Akil Muhtar? Bahwa kita sikapi bersama tentang Pilkada. Yang saya ketahui adanya
pemilihan langsung memang dibebrapa daerah ada beberapa kasus. Namun jumlahnya tidak signifikan. Sugiana, Golkar Selama ini banyak sengketa pilkada namun penyelesaianya tidak memuaskan. Di pemilihan gubernur dan pileg kemarin kami menemukan beberapa pelanggaran. Namun yang terjadi ketika kami melaporkan hal tersebut tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Dengan alasan tidak cukup bukti. Yang kedua penyelesaian sengketa pilkada di MA dan MK memerlukan biaya yang cukup tinggi. Bagaimana kalo kita membentuk tim independen dengan durasi kerja yang terbatas yang kinerjanya
bisa
dipertanggung
jawabkan
dan
lebih
bisa
bersikap
netral? Terkait dengan kekuatan hukum MK yang luar biasa besar. Saya rasa perlu untuk merevisi amandemen undang-undang terkait dengan kewenangan MK. Untuk bapak kesbangpol. Kami mohon kepada pihak kesbangpol, satpol pp, sebagai organ penyelenggara negara. Bekerjalah sesuai tupoksinya.
Terutama
saat
pemilu.
Jangan
selalu
memihak
kepada
pemenang. Sriyana, kepala desa Terkait dengan jumlah wakil bupati? Bagaimana persyaratannya? Sunaryo PBB Penyelesaian sengketa ini sangat strategis untuk dimainkan oleh beberapa pihak. Sepertihalnya yang disampaikan oleh bapak sugiana. Bahwa kebanyakan perkara mandek ditengah jalan. Yang ingin kami tanyakan bagaimana masukan pak yamin terkait banyaknya kasus yang mandek ditengah jalan terkait pelanggaran pemilu? Selanjutnya yang menarik adalah terkait pelanggaran kode etik. Mohon dicontohkan kasus pelanggaran etik? Bagaiman sikap tegas dari pemerintah untuk menjaga kondusifitas daerah?
jawaban Kesbangpol Terima kasih atas pertanyaan dan perhatiannya. Nanti akan kami sampaikan
kepada
Ingsyaallah
pihak
kedepannya
terkait akan
kami
tentang
keluhan
tindak
lanjuti
bapak-bapak. sebagaimana
mestinya. Untuk pak naryo. Mengenai ketegasan pemerintah. Nanti akan kami sampaikan kepada pimpinan. Terima kasih atas masukannya. M Yamin SH MH Terima kasih atas kesempatannya Terkait dengan keputusan MK yang final dan mengikat. Memang tidak ada upaya hukum apapun untuk mengungkit hal tersebut. Didunia hukum memang keputusan hukum harus dianggap benar. Karena jika tidak final dan mengikat maka setiap kasus dipengadilan tidak akan pernah selesai. Jadi pada prinsipnya didunia ini tidak ada seorang pun yang bersih. Hanya saja tuhan belum membuka keburukannya. Putusan apapun tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Memang kita akui bersama bahwa Sentra Penegakan Hukum Terpadu menjadi ladang basah bagi beberapa pihak. Hal ini hanya karena penyelewengan kewenangan beberapa pihak. Selanjutnya terkait tentang penyelesaian dengan membentuk tim independent. Sayangnya pengaturan kita tidak mengatur ke arah situ. Regulasi kita mengarahkan untuk penyelesaian sengketa pilkada di MA. Untuk pak sriyana. Untuk kabupaten yang memiliki penduduk dibawah seratus ribu tidak perlu memiliki wakil Bupati. Kabupaten yang memiliki penduduk diatas seratus ribu sampai 250rb memiliki satu wakil bupati. Kabupaten yang memiliki penduduk lebih dari 250rb boleh memiliki lebih dari satu wakil bupati. Terobosan
itu
bisa
dilakukan
dengan
terkait kepada kompolnas atau kejaksaan. Moderator
cara
melaporkan
pihak
Sekian dari kami, terima kasih semoga bermanfaat. HARI KEDUA, SESI KEDUA 27 Januari 2015 Pukul 10.30 wib – 12.00 wib Diskusi Kelompok (FGD): “Kondisi dan Harapan Masyarakat Terhadap Kehidupan Politik Modern Indonesia” Fasilitator, M Anfaul Umam S.IP Assalamualaikum wr wb. Yang saya hormati kepada seluruh peserta pembinaan sosial-politik. Saya ditugaskan untuk memandu bapak-ibu sekalian berdiskusi tentang kondisi dan harapan masyarakat terhadap kehidupan politik modern di Indonesia. Perlu kami sampaikan untuk sesi ini sebenarnya ada dua tema. Namun karena waktu dan fasilitator hanya satu. Jadi kita hanya akan membahas satu tema untuk kita diskusikan dan langsung akan kita plenokan. Yaitu terkait dengan kondisi dan harapan masyarakat terhadap kehidupan politik modern di Indonesia. Untuk
teknisnya
langsung
saya
serahkan
kepada
Bapak-ibu
sekalian. Jadi disini narasumbernya adalah bapak-ibu sekalian. Bapak ibu silahkan untuk beropini menyampaikan permasalah terkait dengan kondisi politik kita saat ini, mulai dari masalah, penyebab dan solusi yang bapak-ibu tawarkan. Silahkan,
Maryanto, Kepala Desa Saya menyambung dari materi yang disampaikan Pak Joko Pri semalem, terkait dengan deposito politik. Bagi kami usulan yang baik itu justru kontraproduktif. Justru disaat demokrasi kapitalis saat ini dengan sistem pemilihan terbuka. Akhirnya banyak anggota dewan yang
hanya
berfikir
memiliki
untuk
modal
tanpa
mensejahterakan
punya
idealisme
masyarakat.
Untuk
dan itu
kerangka marilah
demokrasi yang sudah kian parah seperti ini kita perbaiki bersama bukan semakin merusaknya dengan budaya politik kapitalisme. Sunaryo, PBB
Politik modern tidak bisa lepas dari politik kapitalisme. Partai politik saat ini tidak bisa memegang janji politik, hanya bermuara pada kepentingan. Berbeda dengan politik tahun 1955 dimana partai politik benar-benar berada diposisi mewakili rakyat. Partai politik dan politisi sudah kehilangan ideologi yang pada akhirnya hanya mementingkan
diri
dan
kelompoknya
dengan
melupakan
kepentingan
rakyat. Sugiana, Golkar Menarik menanggapi apa yang disampaikan pak maryanto terkait dengan politik yang cenderung kapitalistik. Tidak bisa dipungkiri saat ini seseorang dipilih bukan karena kemampuan atau kapasitasnya tetapi karena kemampuan financialnya. Pada saat pemilu legislatif 2009 ada keputusan dari sistem tertutup ke terbuka, yang dari nomer urut menjadi suara terbanyak. Hal ini menyebabkan para caleg di nomer urut bawah berlomba-lomba memperoleh suara terbanyak dengan cara politik uang. Kami mengusulkan untuk mengembalikan kepada sistem tertutup yaitu menetukan nomer caleg. Hal ini memungkinkan partai politik untuk memilih anggotanya yang memiliki kapbilitas untuk menduduki nomer urut atas. Sebenarnya saya pernah mengusulkan tentang deposit politik tetapi konsepnya berbeda dari pak Joko Pri semalem. Kalo pak Joko mengusulkan deposit setelah terpilih, kalo kami mengusulkan deposit ketika mencalonkan diri. Dengan begitu kami mengetahui kemampuan calon tersebut. Dengan begitu para calon tidak akan terlalu rakus mengembalikan modal mereka. Mbah Beno, Dubang Merah Yang
pertama,
saya
heran
dengan
bapak
–
bapak
kita.
Tentang
perwakilan. Para wakil rakyat kita sering studi banding ke luar kota,ke luar pulau dengan uang kita dan kita gk bisa apa-apa karena kita hanya diwakilkan. Semua partai yang ingin mencalonkan kepala daerah, terlebih
seharusnya dahulu
partai
kepada
menyekolahkan
kadernya
yang
(memberi
akan
pendidikan)
disekolahkan.
Dan
meminimalisir calon dari luar daerah. Bagaimana mungkin daerah kita rela dipimpin oleh orang dari luar daerah. Samrodin, PKS Saya sangat mengapreasi kepada temen-temen yang sudah menyampaikan kritik kepada anggota DPRD. Saya berterima kasih dan tak ingin membela diri dan karena memang kenyataanya seperti itu. Ini saya jujur, saya jadi anggota DPRD tidak seorang pun saya kasih amplop untuk memilih saya. Memang luar biasa terjadinya pergeseran. Sistem demokrasi tentang pembagian kekuasaan. Legislasi tidak bisa bekerja dengan maksimal tanpa dukungan masyarakat, tanpa dukungan LSM. Saya harapkan partisipasi khususnya LSM untuk membantu mengawasi kinerja DPRD. Dan juga dukungan media. Media harus independen dan netral. Dan terkait dengan deposit politik saya tidak setuju dengan hal tersebut karena merusak cita-cita demokrasi itu sendiri. Kemudian saya merangkum dari bapak-bapak sebenarnya adalah kesalahan sistem demokrasi itu sendiri. Saya inginnya kembali kepada sistem tertutup agar partai bisa menyeleksi terlebih dahulu calon anggota legislatif yang akan diikutkan pemilu. Dan yang mengusulkan untuk membuat larangan kepada ketua partai untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Hal ini untuk mencegah terjadinya single mayority. Karena jika ketua partai menjadi kepala daerah dikawatirkan akan selalu mengunakan sistem voting ketika sedang menyusun kebijakan yang menguntungkan kelompoknya. Mbah Beno, Dubang Merah Saya prihatin dengan kondisi LSM saat ini. LSM hanya digunakan sebagai pekerjaan. Saya berharap LSM bangkit dimotori oleh para generasi muda dan kembali ke ideologi masing-masing. Sugiana, Golkar Saya
berharap
aktivis
LSM
tidak
masuk
menjadi
aktivis
partai
politik. Karena jika ini terjadi kepentingannya akan campur aduk. Bayangan saya LSM masih terjadi. Tetapi kenyataannya tidak begitu. LSM sudah tidak profesional. Saya berharap LSM bekerja sesuai bidang dan niat awalnya.
Yang kedua tentang media. Media adalah soko guru demokrasi. Media yang bisa menjadi pilar demokrasi adalah media yang independent. Tidak mengikuti kepentingan pemilik modal. Harapan saya ada regulasi tentang media yang mengarah ke objektifitas yang lebih tinggi. Boy, Nasdem Ini tentang kearifan lokal. Ini hanya masukan kepada para kepala desa. Untuk lebih hati-hati terkait proyek yang terjadi didaerah bapak-bapak. setempat.
Jangan
Sebagai
sampai
tidak
masyarakat
melibatkan
yang
peran
langsung
masyarakat
terkena
dampak
pembangunan. Fasilitator, M Anfaul Umam S.IP Demikian diskusi kelompok kali ini. Kami mengucapkan terima kasig kepada bapak-ibu yang telah menyumbangkan waktu dan pikiranya untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi kali ini. Kemudian hasil diskusi ini akan kami sampaikan kepada Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah
untuk
dilingkungan
kemudian Pemerintahan
didistribusikan dan
kepada
kepada
semua
pihak
dinas
terkait
terkait
untuk
dijadikan referensi pengambilan kebijakan mengenai masalah sosial yang baru saja kita diskusikan. Kurang lebihnya saya mohon maaf. Semoga
pertemuan
ini
Wassalamualaikum wr. wb.
membawa
manfaat
bagi
kita
semua.
“Kondisi
NO 1
FGD (Focus Group Discussion) dan Harapan Masyarakat Terhadap Kehidupan Politik Modern Indonesia” Hotel Ommaya Sukoharjo, 26-27 Januari 2015
PEMETAAN MASALAH KONDISI POLITIK MODERN INDONESIA Demokrasi Indonesia cenderung kapitalistik: Demokrasi nir-ideologi Kunjungan kerja DPR bias substansi, hanya menghamburhamburkan anggaran negara Pencalonan legislatif dan kepala daerah dijadikan sebagai lapangan kerja Pemilihan umum berbiaya tinggi Pencalonan legislatif dan kepala daerah disesaki calon bukan dari putera daerah Kearifan lokal politik semakin tergerus
2
Banyak media komunikasi (media massa & elektronik) tidak independen Opini media mengikuti konstruksi paradigma redaktur dan motif kepetingan owner
3
Banyak LSM tidak amanah: Bermunculan LSM tanpa izin dan spesialisasi bidang yang tidak jelas (abal-abal) LSM dijadikan sebagai sarana mencari penghidupan
4
Masih banyak kebijakan publik Pemda (kepala desa, Bupati/ Walikota, Gubernur) yang tidak tepat sasaran: Perumusan kebijakan (program pembangunan) tidak melibatkan
HARAPAN MASYARAKAT & REKOMENDASI Kembali pada sistem pemilihan proporsional tertutup (nomor urut) + minimum 10-20 % BPP KPU mengakomodir alat peraga untuk sosialisasi profil calon Kepala daerah dilarang rangkap jabatan sebagai ketua partai atau jabatan struktural partai lainnya Kepala dareah terpilih sebelum dilantik perlu mendapatakan “kursus singkat” mengenai tupoksi jabatan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) harus memberlakukan sanksi tegas bagi media komunikasi yang tidak independen (obyektif) LSM agar berkerja sesuai niat awal dan spesialisasi bidangnya Aktifis LSM dilarang berafiliasi pada parpol Dalam merumuskan kebijakan publik (program pembangunan) yang berdampak langsung pada hajat
masyarakat Perumusan kebijakan (program pembangunan) tidak didahului sosialisasi ke masyarakat Perumusan kebijakan (program pembangunan) mengabaikan AMDAL dan Dampak Sosial
hidup masyarakat Pemda harus melibatkan masyarakat Dalam merumuskan kebijakan publik (program pembangunan) yang berdampak langsung pada hajat hidup masyarakat Pemda harus terlebih dahulu menyosialisasikannya pada masyarakat Dalam merumuskan kebijakan publik (program pembangunan) yang berdampak langsung pada hajat hidup masyarakat Pemda harus memenuhi persyaratan AMDAL dan Analisis Dampak Sosial