Kedudukan dan Keutamaan Shabar Senin, 23-Juli-2007, Penulis: Buletin Al Ilmu, Jember Para pembaca yang mulia –semoga Allah subhanahu wata'la merahmati kita semua–, pada edisi sebelumnya telah diutarakan bahwa ujian dan cobaan di dunia merupakan sebuah keharusan yang (siapa pun) tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan tanda kebenaran dan kejujuran iman seseorang kepada Allah subhanahu wata'la. ASH-SHABR DAN IMAN Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah menyatakan bahwa lafazh ash-shabr dalam Al Qur’an disebutkan di sembilan puluh tempat (ayat). Hal ini menunjukkan sabar memiliki kedudukan tinggi nan mulia dalam agama Islam. Oleh karena itu, Al Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sabar setengah dari keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur. Lebih jelasnya, akan kami sebutkan beberapa penyebutan ashshabr dalam Al Qur’an dengan uraian yang ringkas sebagai berikut: 1. Sabar Merupakan Perintah Mulia Dari Rabb Yang Maha Mulia Allah subhanahu wata'la berfirman (artinya): “Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat,..” (Al-Baqarah: 153) dalam ayat yang lain (artinya): “Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu,…” (Ali Imran: 200) Konteks (kandungan) dari kedua ayat diatas menerangkan bahwa sabar merupakan perintah dari Allah subhanahu wata'la. Sabar termasuk ibadah dari ibadah-ibadah yang Allah subhanahu wata'la wajibkan kepada hamba-Nya. Terlebih lagi, Allah subhanahu wata'la
kuatkan perintah sabar tersebut dalam ayat yang kedua. Barangsiapa yang memenuhi kewajiban itu, berarti ia telah menduduki derajat yang tinggi di sisi Allah subhanahu wata'la. Tidak terkecuali Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Allah subhanahu wata'la juga memerintah beliau shalallahu 'alaihi wasallam untuk memenuhi kewajiban ini, sebagaimana firman-Nya (artinya): “Dan bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka di waktu pagi dan senja dengan mengharap Wajah-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.” (Al Kahfi: 28) dalam ayat lainnya (artinya): “Dan bersabarlah engkau dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah bersedih terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (An Nahl: 127) Jika nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna masih diperintah untuk bersabar, maka terlebih lagi bagi umatnya. 2. Larangan dari lawan Kesabaran Allah subhanahu wata'la juga melarang dari perbuatan yang meniadakan kesabaran. Sebagaimana firman-Nya subhanahu wata'ala (artinya): “Dan janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih, padahal kamulah orang-orang yang tinggi (derajatnya), jika kamu benar-benar orang beriman.” (Ali Imran: 139) Tidak terkecuali Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, beliau shalallahu 'alaihi wasallam pun juga dilarang dari perbuatan yang meniadakan kesabaran, sebagaimana pada ayat di atas (An Nahl: 127). Adanya larangan dari perbuatan-perbuatan yang bisa mengurangi atau menghilangkan kesabaran menguatkan sifat perintah untuk bersabar.
Sehingga sabar itu benar-benar merupakan ibadah yang bersifat wajib bukan sebatas mustahab (anjuran saja). 3. Pujian Allah subhanahu wata'la Terhadap Orang-Orang Yang Bersabar Allah subhanahu wata'la memuji mereka sebagai orang-orang yang kejujuran dalam keimanannya. Sebagaimana firman-Nya subhanahu wata'ala: “…, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (AlBaqarah: 177) Dalam kitab Madarijus Salikin 2/152 karya Al Imam Ibnul Qayyim, beliau mengutarakan bahwa ayat yang semisal ini banyak dalam Al Qur’an. Sehingga keberadaan sabar dalam mengahadapi ujian dan cobaan dari Allah subhanahu wata'la itu benar-benar menjadi barometer keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata'la. 4. Mendapat Kecintaan Dari Allah subhanahu wata'la Semua orang yang beriman berharap menjadi golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata'la. Allah subhanahu wata'la mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa golongan yang mendapatkan kecintaan-Nya subhanahu wata'ala adalah orang-orang yang sabar terhadap ujian dan cobaan dari Allah subhanahu wata'la. Sebagaimana Allah subhanahu wata'la tegaskan dalam firman-Nya radhiallahu 'anhu(artinya): “…, dan Allah itu mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146) 5. Allah subhanahu wata'la Bersama Orang-Orang Yang Sabar Allah subhanahu wata'la berfirman (artinya): “Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)
Yang dimaksud dengan Allah subhanahu wata'la bersama orang-orang yang sabar adalah penjagaan dan pertolongan Allah subhanahu wata'la selalu menyertai mereka. Bahkan dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wata'la benar-benar menjamin penjagaan dan pertolonganNya itu selalu bersama dengan orang-orang yang sabar. Sebagaimana firman-Nya subhanahu wata'ala (artinya): “Ya, jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan jika mereka menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (Ali Imran: 125) Sebagaimana pula diterangkan dalam hadits berikut ini: َّ َ م أ ر َ صَر ْ َ وَاعْل َ معَ ال ْ َّ ن الن ِ ْ صب “Ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. At Tirmidzi, dari shahabat Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma) 6. Shalawat, Rahmat dan Hidayah Bersama Orang Yang Sabar Allah subhanahu wata'la senantiasa mencurahkan shalawat, rahmat dan hidayah-Nya subhanahu wata'ala kepada orang-orang yang sabar. Karena jika mereka ditimpa ujian dan cobaan dari Allah subhanahu wata'la mereka kembalikan urusannya kepada Sang Pencipta dan sekaligusnya Pemiliknya. Sehingga mereka berkata: ن َ ْجعُو ِ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ َرا Sifat mulia yang dimiliki orang yang sabar ini dikisahkan oleh Allah subhanahu wata'la dalam firman-Nya (artinya): “(Orang-orang yang sabar itu) adalah bila mereka ditimpakan musibah, seraya mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali.’ Mereka itulah yang mendapat
shalawat dan rahmat dari Rabb mereka. Dan mereka itulah orangorang yang mendapat hidayah (petunjuk).” (Al-Baqarah: 156-157) Atas dasar ini, bila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, dianjurkan mengucapkan kalimat ini, yang dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah subhanahu wata'la). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah setelahnya dengan do’a yang diajarkan oleh baginda nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam: َ َ اللَّه منْهَا َ ف لِي ْ صيْبَتِي وَا ْ ُ خل ِ خيًْرا ِ م ُ جْرنِي فِي ِ مأ ّ ُ “Ya Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.” Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan do’a di atas niscaya Allah subhanahu wata'la akan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik. Sebagaimana hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah. Suatu ketika Ummu Salamah ditinggal suaminya Abu Salamah yang mati syahid di medan perang (jihad). Kemudian beliau mengucapkan do’a ini, sehingga Allah subhanahu wata'la memenuhi janji-Nya dengan memberikan pendamping (jodoh) baginya dengan sebaik-baik pendamping yaitu Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Sesungguhnya Allah subhanahu wata'la tidak akan mengingkari janjiNya. 7. Mendapatkan Ganjaran Yang Lebih Baik Dari Amalannya Allah subhanahu wata'la memberikan ganjaran bagi orang yang sabar melebihi usaha atau amalan yang ia lakukan. Sebagaimana firman-Nya subhanahu wata'ala (artinya): “Dan sesungguhnya Kami memberi balasan bagi orang-orang yang sabar dengan ganjaran yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (An Nahl: 126) Dalam ayat lainnya, Allah subhanahu wata'la menjanjikan akan memberikan jaminan kepada orang yang sabar dengan ganjaran tanpa hisab (tanpa batas). Sebagaimana firman-Nya radhiallahu 'anhu (artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang akan dipenuhi ganjaran mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10) 8. Mendapat Ampunan Dari Allah subhanahu wata'la Selain Allah subhanahu wata'la memberikan ganjaran yang lebih baik dari amalannya kepada orang yang sabar, Allah subhanahu wata'la juga memberikan ampunan kepada mereka. Allah subhanahu wata'la berfirman (artinya): “…, kecuali orang-orang yang bersabar dan beramal shalih, mereka itulah yang akan mendapatkan ampunan dan ganjaran yang besar.” (Hud: 11) Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha Ummul Mu’minin, beliau berkata: “Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: َّ حتَّى ال شيْكُهَا ّ َ م إِل َّ ك ُ َ شوْك ِ ُة ي ِ ُ صيْبَةٍ ت ِ م ِ ما َ ه ُ ْ صي ْ م ُ ْ ه بِهَا ع َن ُ فََر الل َ ِ سل ُ ْ ب ال ُ ن َ ْ م “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim, melainkan Allah subhanahu wata'la telah menghapus dengan musibah itu dosanya. Meskipun musibah itu adalah duri yang menusuk dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062) 9. Mendapat Martabat Tinggi Di Dalam Al-Jannah Anugerah yang lebih besar bagi orang-orang yang sabar adalah berhak mendapatkan martabat yang tinggi dalam al-jannah. Allah subhanahu wata'la berfirman (artinya): “Mereka (orang-orang yang sabar) itulah yang akan dibalas dengan
martabat yang tinggi (dalam al-jannah) dikarenakan kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.“ (Al Furqaan: 75) 10. Sabar Adalah Jalan Terbaik Para pembaca yang mulia –semoga Allah subhanahu wata'la merahmati kita semua–, semua uraian di atas menunjukkan bahwa sabar ialah jalan terbaik bagi siapa yang menginginkan kebaikan dunia dan akhiratnya. Hal ini sebagaimana yang Allah subhanahu wata'la tandaskan dalam firman-Nya subhanahu wata'ala (artinya): “…, kalau seandainya kalian mau bersabar, sungguh itu berakibat lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (An-Nisaa’: 25) Dari shahabat Shuhaib bin Sinan, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: َ َ ك إل َّ لِل ْمؤ ْمن فَإ َ َ ع َجبا ً ل َمر ال ْمؤ ْمن إ َ ُسَّراء ن َ ه َ شكََر فَكَا ْ ِ ِ ِ ُ َ ّ ِ ِ ِ ُ ِ ْ َ ه ُ ْ صابَت ُ ّ مَره ُ كُل ْ نأ َ ْ خيٌْر َولَي َ نأ ِ َ ِ س ذَل َ خيرا ل َه وإ ه َ ن َ صبََر فَكَا َ ه ْ َِ ُ ُ َ خيًْرا ل َ ْ صابَت َ ُضَّراء َ نأ ًْ َ “Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim) Untaian Permata Salaf 'Umar bin Al Khattab radhiallahu 'anhu berkata: “Tidaklah seseorang dikaruniai sesuatu yang lebih luas dan baik dibandingkan kesabaran”. Beliau juga berkata: “Sebaik-baik kehidupan yang kami rasakan adalah dengan kesabaran. Kalau sekiranya sabar itu ada pada salah seorang niscaya ia akan menjadi orang mulia.”
'Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata: “Posisi kesabaran dalam iman seperti posisi kepala dalam tubuh”. ungkapan ini cukup jelas maknanya yaitu orang yang tidak punya kesabaran ibarat orang yang tidak punya kepala, sehingga tidak ada iman bagi orang yang tidak punya kesabaran, sebagaimana ia tidak punya kepala dalam tubuhnya. Al Hasan Al Bashri berkata: “Sabar adalah satu kekayaan dari kekayaan yang baik, Allah subhanahu wata'la tidaklah memberikan kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang mulia di sisi-Nya.” Sulaiman Ibnul Qasim berkata: “Setiap amalan akan diketahui ganjarannya kecuali kesabaran. Allah subhanahu wata'la berfirman (artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan ganjaran mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10) Itulah diantara keutaamaan besar yang Allah subhanahu wata'la janjikan bagi hamba-Nya yang bersabar. Setelah kita mengetahui beberapa keutamaan sabar, kedudukannya dalam agama Islam, serta dalil-dalil yang memerintahkannya, maka sudah sepantasnya bagi kita berupaya dan berdo’a agar dapat mengamalkannya. Semoga Allah subhanahu wata'la memberi taufiq kepada kita untuk beramal dengan ilmu yang kita ketahui. Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.
http://assalafy.org/artikel.php?kategori=akhlaq=5