Kedaruratan Obstetri.docx

  • Uploaded by: haryanti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kedaruratan Obstetri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,960
  • Pages: 32
“KEDARURATAN OBSTETRI ” Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Obstetri Dosen Pengampu : RD Rahayu, SST.,M.Si

Disusun oleh : 1. DWI SANTIKA WIJAYANTI

( P27224017 124)

2. MAHRENI DAROJATIN KHUSNUL

( P27224017 138 )

3. RULITA AYU RACHMAWATI

( P27224017 153 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2018 / 2019

1

Kata Pengantar

Alhamdulilah,segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya,serta

shalawat

dan

salam

pada

Rasulallah

Muhammad

SAW,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul ini di susun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah obstetric. Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan banyak terimakasih terhadap berbagai pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran sera kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para calon tenaga kesehatan, para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis serta menjadi referansi untuk makalahmakalah selanjutnya.

Klaten, 9 September 2018

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2 Daftar Isi .................................................................................................................3 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ......................................................................................4 B. Tujuan Penulisan ...................................................................................5 Bab II Tinjauan Teori A. B. C. D. E. F. G. H.

Asphyksia Neonatorum ...............................................................................6 Syok Obstetric .............................................................................................8 Distocia Bahu ............................................................................................10 Prolapse Talipusat .....................................................................................13 Cepalo Pelvic Disproportion (CPD ..........................................................14 Persalinan Macet .......................................................................................15 Ruptura Uterus ..........................................................................................18 Komplikasi Pada Persalinan Kala III .......................................................19

Bab III Penutup A. Kesimpulan ....................................................................................................27 Daftar Pustaka ...................................................................................................................28 Soal – Soal .........................................................................................................................29

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendarahan obsterti yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah pendarahan yang berat, dan jika tidak menapat penanganan yang cepat dapat mendatangkan syok yang fatal. Sampai sekarang pendarahan dalam obstetric masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun di negara maju, terutama pada kelompok social ekonomi rendah. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester III dalam hal ini pendarahan pada kehamilan lanjut, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat segera melakukan penanganan yang tepat. Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir.

4

Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tadak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai profesional ahli.

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa saja macam kegawatdaruratan obstetrik 2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetrik

5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Asphyksia Neonatorum 1. Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran. Hal ini dapat berakibat fatal. Nama lain untuk kondisi ini adalah asfiksia perinatal, hipoksia-iskemik ensefalopati, dan asfiksia bayi baru lahir. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab utama dari kerusakan otak dan kematian pada bayi di seluruh dunia. 2. Gejala Asfiksia Neonatorum

Terdengarnya denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau rendah dapat menjadi indikator sebelum persalinan. Apabila hal ini segera terjadi, maka bayi akan mengalami gejala asfiksia segera setelah lahir sebagai berikut: 

Kulit tampak pucat atau kebiruan (sianosis)



Kesulitan bernafas, yang dapat menyebabkan gejala seperti pernapasan cuping hidung atau pernapasan perut



Detak jantung yang lambat



Otot lemah lamanya

waktu

bayi

kekurangan oksigen

mempengaruhi

keparahan gejala. Semakin lama bayi tidak mendapatkan oksigen, semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala yang berat. Gejala asfiksia berat bisa menunjukkan gangguan, cedera atau kegagalan pada: 

Paru-paru



Jantung

6



Otak



Ginjal

3. Penyebab Asfiksia Neonatorum

Semua hal yang mempengaruhi kemampuan bayi untuk mengambil oksigen dapat menjadi penyebab asfiksia neonatorum. Selama persalinan dan melahirkan, dokter harus hati-hati mengelola kadar oksigen bagi ibu dan bayi untuk mengurangi risiko ini. Asfiksia neonatorum dapat terjadi jika salah satu atau lebih dari kondisi berikut terjadi: 

Sumbatan pada saluran napas bayi.



Bayi memiliki anemia, yang berarti sel-sel darah tidak membawa cukup oksigen.



Persalinan yang berlangsung terlalu lama atau sulit.



Ibu tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum atau selama persalinan.



Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.



Infeksi yang mempengaruhi ibu atau bayi.



Plasenta terlepas dari rahim terlalu cepat, mengakibatkan hilangnya oksigen.



Lilitan tali pusat

4. Langkah Penanganan Asfiksia Neonatorum

Upaya yang dilakukan sebelum persalinan juga bisa dilakukan, misalnya ibu dapat menerima oksigen tambahan sebelum persalinan untuk meningkatkan oksigenasi bayi sebelum lahir. Operasi sesar mungkin dilakukan sebagai upaya penyelamatan bagi persalinan yang sulit dan berkepanjangan. Tingkat

keparahan

gejala

asfiksia

bayi

baru

lahir

akan

mempengaruhi penanganannya. Setelah lahir, upaya yang dilakukan untuk menolong bayi asfiksia adalah dengan melakukan resusitasi neonatus, dokter akan menghangatkan, mengeringkan, dan memberikan rangsang 7

taktil. Saluran nafas akan dibersikan dari cairan dan lendir-lendir, selanjutnya dengan menggunakan alat khusus, dokter memberikan nafas buatan agar paru-paru bayi dapat mengembang. Apabila denyut jantung lemah, maka dilakukan penekanan pada dada untuk merangsang denyut jantung bayi. Sedemikian rupa sambil mengevaluasi setiap 30 detik terhadap usaha nafas dan denyut jantung bayi sampai bisa tertolong. beberapa

bayi

dapat

mengalami

kejang

akibat

asfiksia

neonatorum. Dokter harus hati-hati memperlakukan bayi-bayi ini untuk menghindari cedera kejang. Penanganan yang mungkin diberikan pada kondisi ini antara lain: 

Obat anti-inflamasi



Magnesium



Vitamin allopurinol , yang merupakan obat yang mengurangi penumpukan asam dalam tubuh. Keberhasilan penanganan tergantung pada berapa lama bayi

mengalami asfiksia. Bayi yang berhasil bertahan hidup bisa saja tidak mengalami masalah sama sekali, namun bisa juga mengalami konsekuensi cacat jangka panjang akibat kerusakan otak dan organ lain.

B. Syok Obstetric Syok adalah suatu keadaan klinis yang akut pada penderita, yang bersumber pada berkurangnya perfusi jaringan dengan darah, akibat ganggua

pada

sirkulasi

mikro.

Sesuai

dengan

menimbulkannya, syok dapat dibedakan beberapa macam : 1. Syok hipovolemik 2. Syok septik 3. Syok kardiogenik 4. Syok anafilaktik 5. Syok neurogenik

8

sebab

yang

6. Syok obstruktif oleh karena aliran darah ke jantung Peristiwa-peristiwa kebidanan yang menimbulkan syok : 1.

Perdarahan

2.

Infeksi berat

3.

Solutio plasenta

4.

Perlukaan dalam persalinan

5.

Inversio uteri

6.

Emboli air ketuban

7.

Supine hipotensive syndrome Perdarahan merupakan penyebab utama syok dalam kebidanan. Peristiwa-

peristiwa kebidanan yang menimbulkan pedarahan sampai syok adalah : abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa, gangguan pelepasan plasenta, atonia uteri, plasenta previa, ruptur uteri, dll. Infeksi berat sebagai penyebab syok masih sering ditemukan. Syok karena infeksi berat disebut syok septik atau syok endotoksik dengan kuman tersering gram negatif. Peristiwa infeksi yang dapat menimbulkan syok adalah : abortus infeksiosus, febris puerperalis yang berat, piolenefritis. Pada solutio plasenta yang berat selain karena perdarahan syok juga terjadi karena DIC. Pada inversio uteri, syok terjadi di samping karena perdarahan juga bersifat neurogen karena tarikan kuat pada peritonium, kedua ligamentum infundibulo pelvikum, serta ligamentum rotundum. Syok karena emboli air ketuban berlangsung sangat mendadak dan berakhir dengan kematian. Penderita mendadak gelisah, sesak nafas, kejang dan meniggal. Emboli air ketuban terjadi pada his yang kuat dan ketuban telah pecah. Karena his yang kuat, air ketuban bersama mekonium, rambut lanugo dan verniks kaseosa masuk ke dalam sinus sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paruparu. Supine hipotensive syndrome terjadi karena adanya tekanan vena kava oleh rahim. Sering terjadi pada kehamilan kembar, hidramnion, dan kehamilan trimester akhir.

9

Tatalaksana 1. Kelancaran ventilasi harus terjamin. 2. Beri cairan infus intra vena. 3. Atasi penyebab syok : -

Jika syok perdarahan, hentikan perdarahan dan ganti kehilangan darahnya.

-

Bila penyebab syok adalah infeksi, beri antibiotika dosis tinggi dan berspektrum luas. Pemberian deksametason juga sangat membantu.

C. Distocia Bahu 1. Definisi

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan manuever khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. 2. Faktor-faktor penyebab



Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional.



Janin besar (macrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 g.



Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar.



Ibu dengan obesitas.



Multiparitas.



Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah usia 42 minggu.



Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara 42 wanita.

10

3. Teknik penanganan distosia bahu

Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan badan bayi sesegera mungkin dengan beberapa teknik berikut : a.

Episiotomi Dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga diharapkan dapat lahir.

b.

Manuver Mc Robert - Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (suami atau anggota keluarganya) untuk membantu ibu. - Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya. - Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri.

c.

Manuver Corkscrew Woods - Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu. - Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.

d.

Teknik pelahiran bahu belakang -

Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior.

-

Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi. e. Manuver Rubin

-

Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan pada abdomen.

11

-

Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah diakses, kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu depan dari belakang simfisis pubis. f. Manuver Hibbard

-

Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan dibebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan bahu depan semakin terjepit. g. Posisi merangkak

-

Minta ibu untuk berganti posisi merangkak.

-

Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati.

-

Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior denga tarikan perlahan ke arah bagian bawah dengan hati-hati. h. Manuver zavanelli

-

Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut.

-

Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang diikuti dengan pelahiran secara sesar.

-

Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan relaksasi uterus. i. Fraktur klavikula

-

Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit. j. Kleidotomi

-

Yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, biasanya dilakukan pada janin mati.

12

k. Simfisiotomi -

Yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan juga dapat diterapkan dengan sukses.

D. Prolapse Talipusat 1. Definisi

Tali pusat terkemuka (diketahui saat ketuban masih utuh) dan tali pusat menumbung (ketuban sudah pecah) sama bahayanya dan mengancam kehidupan janin. Keadaan ini perlu penanganan segera. 2. Diagnosis

Setiap saat ketuban pecah dalam persalinan, periksalah kemungkinan adanya prolapsus tali pusat. Teraba tali pusat di depan bagian terendah janin (tali pusat terkemuka). Tali pusat keluar di vagina segera setelah ketuban pecah (tali pusat menumbung). 3. Penatalaksanaan

a. Tali pusat berdenyut Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup.  Beri oksigen 4-6 L/menit melalui masker atau kanula nasal.  Posisi ibu trendelenburg.  Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.  Jika ibu pada persalinan kala 1 - Dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukkan tangan dalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi. - Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi. - Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat di atas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap di atas abdomen sampai dilakukan seksio sesaria.

13

- Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV, secara perlahanuntuk mengurangi kontraksi rahim. - Segera lakukan seksio sesaria.  Jika ibu pada persalinan kala II - Pada presentasi kepala, lakukan segera persalinan dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam/forcep dengan episiotomi. - Jika presentasi bokong/sungsang, lakukan ekstraksi bokong atau kaki dan gunakan forceps piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul. - Jika letak lintang, siapkan seksio sesaria. - Siapkan segera resusitasi neonatus. b.

Tali pusat tak berdenyut Jika tali pusat tidak berdenyutberarti janin telah meinggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi dan lahirka bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan pervaginam.

E. Cepalo Pelvic Disproportion (CPD) a. Pengertian

Cephalopelvic

Disproportion

(CPD) adalah

keadaan

yang

menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya Ada 2 definisi panggul sempit, yaitu secara anatomi dan secara obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih.

14

Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal. b. Faktor yang mempengaruhi ukuran dan bentuk panggul



Perkembangan: bawaan lahir atau keturunan.



Suku bangsa.



Nutrisi: gangguan gizi (malnutrisi)



Faktor

hormon:

kelebihan

androgen

menyebabkan

panggul

jenis android 

Metabolisme: ricketsia dan osteomalasia.



Trauma, penyakit atau tumor tulang panggul, kaki dan tulang belakang.

c. Penyebab dari cephalopelvic disproportion:

1. Janin yang besar 2. Kelainan posisi dan presentasi 3. Panggul sempit 1 Wanita dengan tinggi kurang dari 1,5 meter dicurigai panggul sempit (ukuran barat). Pada pemeriksaan kehamilan, terutama kehamilan anak pertama, kepala janin belum masuk pintu atas panggul di 3-4 minggu terakhir kehamilan. Bisa juga ditemukan perutnya seperti pendulum serta ditemukan kelainan letak bayi. Pada kehamilan pertama, biasanya dilakukan pemeriksaan kapasitas rongga panggul pada usia kehamilan 38-39 minggu, baik secara klinis (dengan periksa dalam /VT) atau dengan alat seperti jangka ataupun radio diagnostik (X-ray, CT-scan atau Magnetic resonance imaging (MRI).

E. Persalinan Macet 1. Pengertian Distosia adalah kondisi persalinan normal yang terhambat atau sulit. Persalinan macet menyebabkan proses melahirkan berjalan panjang

15

karena tidak kunjung mengalami kemajuan. Sebanyak 50 persen kasus operasi caesar disebabkan oleh persalinan macet. 2. Penyebab Kondisi ibu saat melahirkan maupun kondisi bayi dalam kandungan sama-sama berisiko menyebabkan persalinan macet di tengah jalan. Cara mengejan yang salah atau ibu yang kelelahan di tengah proses mendorong bisa menjadi faktor risiko distosia. Selain itu, ada juga faktorfaktor lainnya dari kondisi ibu yang dapat meningkatkan risiko persalinan macet, di antaranya: 

Postur tubuh ibu pendek atau kurang dari 150 cm



Usia ibu lebih dari 35 tahun



Usia kehamilan lebih dari 41 minggu



Jarak antara pemberian induksi epidural dengan pembukaan lengkap lebih dari 6 jam



Kelainan jalan lahir, misalnya karena panggul yang sempit (baik pada pintu atas, tengah, atau pintu bawah panggul), atau terdapat tumor yang mempersempit jalan lahir sehingga bayi susah keluar.



Kelainan leher rahim yang gagal melebar selama persalinan. Dari faktor risiko kondisi bayi, persalinan bisa macet di tengah

jalan karena posisi bayi sungsang atau kelainan janin tertentu, misalnya posisi bahu bayi yang nyangkut pada dasar panggul ibu (distosia bahu). Melahirkan

bayi

besar

lewat

persalinan

normal juga

bisa

meningkatkan risiko ibu mengalami persalinan yang memakan waktu lama. 3. Komplikasi Persalinan Macet

Persalinan macet yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi, baik pada ibu maupun bayi yang dikandung.

16

Dampak bagi ibu di antaranya berisiko terjadi perdarahan, trauma atau cedera jalan lahir, dan infeksi. Sedangkan bagi bayi, persalinan yang berjalan lama dapat menyebabkan

bayi

tercekik

karena

kehabisan

oksigen

(asfiksia), hematoma kepala (benjolan berupa kumpulan darah di kepala), dan nekrosis kulit kepala (kematian jaringan kulit kepala). 4. Cara Mengatasi Persalinan Macet Jika persalinan macet disebabkan oleh distosia bahu bayi, bidan atau

dokter

harus

menempuh

beberapa

cara

untuk

membantu

mengeluarkan bayi, di antaranya: 

Memberikan tekanan pada perut ibu



Meminta ibu untuk menekukkan kedua kaki dan mendekatkan lutut ke arah dada



Membantu memutar bahu bayi secara manual



Melakukan episiotomi untuk memberikan ruang pada bahu Cara-cara tersebut berisiko menimbulkan cedera saraf pada bahu,

lengan, dan tangan bayi, tapi biasanya akan berangsur-angsur membaik dalam waktu 6-12 bulan. Jika sudah mencapai tingkat yang fatal, distosia bahu bisa menyebabkan

kerusakan

pada

otak bayi

karena

otaknya

tidak

mendapatkan cukup oksigen. Komplikasi distosia bahu yang fatal bahkan dapat menyebabkan kematian. Sementara bagi ibu, cara di atas berisiko menimbulkan peradangan pada rahim, vagina, leher rahim hingga perdarahan berat pasca bersalin. Pada kebanyakan kasus, cara yang paling utama untuk mengatasi persalinan macet adalah dengan melakukan operasi caesar darurat.

17

F. Ruptura Uterus 1. Definisi

Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan lanjut berarti perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan, sedangkan perdarahan pada persalinan adalah perdarahan intrapartum sebelum kelahiran. 2. Faktor penyebab

Ruptur uteri disebabkan oleh trauma yang terjadikarena jatuh, kecelakaan sperti tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. 3. Tatalaksana



Tatalaksana awal ruptur uteri sama dengan tatalaksana pada kasus distress janin lainnya, yaitu segera melahirkan janin dengan tindakan operasi (bedah cesar).



Ruang operasi harus segera dipersiapkan.



Cairan intravena dan darah untuk keperluan transfusi harus ada.



Dokter anak juga harus berada di tempat untuk segera melakukan resusitasi bayi setelah lahir.



Tindakan selanjutnya adalah menghentikan sumber perdarahan akibat uterus yang ruptur dengan cara histerorafi atau histerektomi. Peilihan histerorafi atau histerektomi bergantung pada tipe ruptur, lebar ruptur, derajat perdarahan, kondisi ibu secara umum, dan kebutuhan ibu untuk mempunyai anak lagi di kemudian hari.

18



Waktu yang tersedia (golden period) untuk dilakukan pembedahan adalah 10-37 menit sebelum menimbulkan resiko permanen pada janin.

G. Komplikasi Pada Persalinan Kala III A. Atonia Uteri Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan untuk mengatasinya segera lakukan kompresi bimanual internal (KBI) dan kompresi bimanual eksternal (KBE). a. Penyebab Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti : 

Overdistention

uterus

seperti:

gemeli

makrosomia,

polihidramnion, atau paritas tinggi. 

Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.



Multipara dengan jarak kelahiran pendek



Partus lama / partus terlantar



Malnutrisi.



Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

b. Gejala Klinis: 

Uterus tidak berkontraksi dan lunak



Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).

c. Langkah-langkah penatalaksanaan Atonia uteri: 

Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) karena dapat merangsang kontraksi

19

uterus sambil melakukan masase sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus. 

Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks karena dapat menghalangi kontraksi uterus.



Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi,lakukan katerisasi menggunakan teknik aseptic.



Lakukan Kompresi Bimanual Internal selama 5 menit.



Anjurkan keluarga untuk mulai membantu Kompresi Bimanual Eksternal.



Keluarkan tangan perlahan-lahan.



Berikan ergometrin0,2mg IM(kontra indikasi hipertensi) atau misoprostol 600-1000 mg.



Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat + 20 unit oksitosin.Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.



Rujuk segera jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit.



Dampingi ibu ketempat rujukan.Teruskan melakukan KBI.



Lanjutkan infuse Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500/jam hingga tiba di tempat rujukan

atau

hingga

menghabiskan

1,5

liter

infuse.Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup,berikan 500 cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minimum untuk rehidrasi. d. Pencegahan atonia uteri. Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin

20

injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin

mempunyai

onset

yang

cepat,

dan

tidak

menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. B. Retensio Plasenta Retensio Plasenta merupakan keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. 1. Penyebab Retensio Plasenta: a.Fungsional: o His kurang kuat (penyebab terpenting) o Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba),Bentuknya

(plasenta membranasea,plasenta

anularis),dan

ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesiva. b.Patologi-anatomi o Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium. o Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai keserosa. o Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim. 21

2. Pencegahan Retensio Plasenta Pencegahan Retensio Plasenta adalah dengan cara: o Mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uretonika dengan segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan talipusat terkendali.Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III o

Megamati dan melihat kontraksi

3. Penatalaksanaan Retensio Plasenta Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila plasenta belum lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan. Tindakan penanganan retensio plasenta : 

Memberikan informasi kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan



Mencuci tangan secara efektif



Melaksanakan pemeriksaan umum



Mengukur vital sign,suhu,nadi,tensi,pernafasan



Melaksanakan pemeriksaan kebidanan



1.inspeksi, 2.palpasi, 3.periksa dalam



Memakai sarung tangan steril



Melakukan vulva hygiene



Mengamati adanya gejala dan tanda retensio plasenta



Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir,atau terjadi perdarahan sementara placenta belum lahir,maka berikan oxytocin 10 IU IM.



pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadi kontraksi,kemudian

coba

melahirkan

menggunakan peregangan tali pusat terkendali

22

plasenta

dengan



Bila dengan tindakan tersebut placenta belum lahir dan terjadi perdarahan lacenta harus dilahirkan secara manual



Berikan cairan infus NACL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan

Manual plasenta : 

Memasang infus cairan dekstrose 5%.



Ibu posisi litotomi dengan narkosa dengan segala sesuatunya dalam keadaan suci hama.



Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas – disisihkan dengan tepi jari-jari tangan – bila sudah lepas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi.

C.

Rupture Uteri Rupture uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya. 1. Rupture uteri terdiri dari: a).Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan:

23



Ruptur Uteri Gravidarum adalah rupture yang terjadi waktu sedang hamil,



sering berlokasi pada korpus.



Ruptur Uteri Durante Partum adalah rupture yang terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang terbanyak.

b). Menurut robeknya peritoneum o Rupture uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrium ),dalam hal ini terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis o Rupture uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut

robek

peritoneumnya.

Perdarahan

terjadi

subperitoneal dan bisa meluas ke ligamentum. 2.Gejala-gejala Rupture uteri: o

Sewaktu kontraksi yang kuat,pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat di perut bagian bawah.

o Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi. o

His berhenti/hilang.

o

Ada perdarahan per vaginam walaupun biasanya tidak banyak.

o Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut (seolah-olah dapat berjabat tangan dengan anak). o

Kadang-kadang di samping anak teraba tumor,yaitu rahim yang telahmengecil.

o Pada pemeriksaan dalam,ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas bahkan tidak teraba lagi karena masuk dalam rongga perut. o

Bunyi jantung anak tidak ada/tidak terdengar.

o

Biasanya pasien jatuh dalam syok.

24

o

Jika sudah lama terjadi,seluruh perut nyeri dan gembung.

o

Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan diagnosis jikagejala-gejala solusio plasenta kurang jelas.

3.Penatalaksanaan Rupture Uteri Bila rupture uteri,sudah pasti terdiagnosis,tidak diusahakan melahirkan anak per vaginam karena usaha ini menambah trauma dan memperpanjang lamanya operasi maka sebaiknya dilakukan laparotomi. Hanya bila diagnosis rupture uteri diragukan,anak dilahirkan per vaginam dulu disusul dengan eksplorasi kavum uteri. Transfusi darah merupakan syarat mutlak pada pengobatan rupture uteri.Pasca operasi pasien diletakkan secara Fowler supaya infeksi terbatas pada pelvis dan diberi antibiotic dalam dosis yang tinggi. Menghadapi rupture uteri yang dapat mencapai polindes/puskesmas segara harus dilakukan: o Pemasangan infuse untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk mengatasi keadaan syok o Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik.sehingga infeksi dapat dikurangi. o Segera merujuk penderita dengan didampingi petugas agar dapat memberikan pertolongan o Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari terjadinya perdarahan baru. Penangan rupture uteri menurut sarwono prawirohardjo: o Berikan segera cairan isotonic(ringer laktat)500 ml dalam 15-0 menit dan siapkan laparotomi o Lakukan laparotomi untuk melahirkan anak dan plasenta fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan 25

o Bila konservvasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus. o Bila

luka

mengalami

nekrosis

yang

luas

dan

kondisi

pasien

menghawatirkan lakukan histerektomi. o Antibiotika dan serum anti tetanus. Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spectrum luas.Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia atau luka kotor,tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid.Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus,berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM.

26

BAB III KESIMPULAN

Telah diketahui bahwa kegawatdaruratan obstetrik ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut : 1.Asphyksia Neonatorum 2.Syok Obstetric 3.Distocia Bahu 4.Prolapse Talipusat 5.Cepalo Pelvic Disproportion (CPD 6.Persalinan Macet 7.Ruptura Uterus 8.Komplikasi Pada Persalinan Kala III Dari beberapa kegawatandaruratan obstetrik dapat diidentifikasikan dan penatalaksanaanya.

27

DAFTAR PUSTAKA

Sumarah,

Yani

Widyastuti

,

Nining

Wiyati.

2008. Perawatan

Ibu

Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2003. Obstetri Patologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. http://d3kebidanan.blogspot.com//2009/11/retensio-plasenta.html http://makalah-komplikasi-persalinan-kala-iii.html www.nuhamedika.com

28

SOAL – SOAL 1. Perhatikan dibawah ini : 

Sumbatan pada saluran napas bayi.



Bayi memiliki anemia, yang berarti sel-sel darah tidak membawa cukup oksigen.



Persalinan yang berlangsung terlalu lama atau sulit.



Plasenta terlepas dari rahim terlalu cepat, mengakibatkan hilangnya oksigen.



Lilitan tali pusat Dari data diatas merupakan faktor penyebab terjadinya ..... a. Syok Obstetric b. Distocia Bahu c. Asphyksia Neonatorum d. Persalinan Macet

2. His kurang kuat dan Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), dari penjelasan diatas merupakan faktor penyebab Retensio Placenta yang berdasarkan.... a. Fungsional b. Anatomi c. Pathologis d. Psikologis 3. Penatalaksanaan Rupture Uteri apa bila rupture uteri,sudah pasti terdiagnosis,tidak diusahakan melahirkan anak per vaginam karena usaha ini menambah trauma dan memperpanjang lamanya operasi maka sebaiknya dilakukan laparotomi. Hanya bila diagnosis rupture uteri diragukan,anak dilahirkan per vaginam dulu disusul dengan........ a. Eksplorasi kavum uteri b. Pembedahan uteri c. Pengambilan Manual d. Pengambilan Menyeluruh

29

4. Suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali, merupakan pengertian dari.... a. Atonia uteri b. Recturi Uteri c. Asphyksia Neonatorum d. Persalinan Macet 5. Perhatikan faktor penyebab dibawah ini : o Postur tubuh ibu pendek atau kurang dari 150 cm o Usia ibu lebih dari 35 tahun o Usia kehamilan lebih dari 41 minggu o Jarak antara pemberian induksi epidural dengan pembukaan lengkap lebih dari 6 jam Dari data diatas merupakan faktor penyebab terjadinya suatu ...... a. Atonia uteri b. Recturi Uteri c. Asphyksia Neonatorum d. Persalinan Macet 6. Perhatikan dibawah ini :  Episiotomi  Manuver Mc Robert  Manuver Corkscrew Woods  Teknik pelahiran bahu belakang  Manuver Rubin Dari data diatas merupakan teknik penanganan ..... a. Recturi Uteri b. Distosia Bahu c. Prolapsus Talipusat d. Atonia uteri e. Asphyksia Neonatorum 30

7. Tali pusat terkemuka (diketahui saat ketuban masih utuh) dan tali pusat menumbung (ketuban sudah pecah) sama bahayanya dan mengancam kehidupan janin. Keadaan ini perlu penanganan segera, merupakan definisi dari ....... a. Prolapsus Tali Pusat b. Syok Obstetrik c. Distosia Bahu d. Persalinan Macet e. Pengambilan Manual 8.Peristiwa-peristiwa kebidnan yang menimbulkan syok, kecuali ...... a. Perdarahan b. Infeksi berat c. Solutio plasenta d. Perlukaan dalam persalinan e. Syok kardiogenik 9. Perhatikan dibawah ini :  Tatalaksana awal ruptur uteri sama dengan tatalaksana pada kasus distress janin lainnya, yaitu segera melahirkan janin dengan tindakan operasi (bedah cesar).  Ruang operasi harus segera dipersiapkan.  Cairan intravena dan darah untuk keperluan transfusi harus ada.  Dokter anak juga harus berada di tempat untuk segera melakukan resusitasi bayi setelah lahir.

Dari data diatas merupakan tatalaksana ..... a. Distosia Bahu b. Persalinan Macet c. Pengambilan Manual d. Ruptura Uteri 31

e. Syok kardiogenik 10. syok dapat dibedakan beberapa macam,kecuali........ a. Syok hipovolemik b.Syok septik c.Syok kardiogenik d.Syok anafilaktik e. Syok solutio plasenta

32

Related Documents


More Documents from "MAUL"

Gnaps.docx
December 2019 28
Cover.docx
December 2019 9
Lampiran.docx
December 2019 6
Komik 1.docx
December 2019 16