Kebutuhan Pangan DiIndonesia Pemerintah Indonesia berusaha mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pangan dengan meningkatkan pasokan melalui peningkatan produksi beras dan mengembangkan tanaman bernilai lebih tinggi. Namun strategi ini terbukti tidak efektif sebab walaupun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, masih ada 19,4 juta warganya yang tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Anggota Dewan Pembina Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arianto A. Patunru mengatakan, fokus pemerintah pada pasokan pangan nasional mengacu pada pemahaman yang ketinggalan zaman tentang ketahanan pangan. Ketahanan pangan hanya dimaknai sebagai ketersediaan domestik dan stabilitas pasokan pangan. Konsepsi keamanan pangan ini menunjukkan bahwa solusi yang lebih efektif untuk masalah ini adalah meningkatkan persaingan di pasar pangan domestik. Persaingan yang dimaksud adalah mengarah pada kemajuan teknologi, peningkatan kualitas makanan dan penurunan harga. Persaingan di pasar pangan domestik dan peningkatan ketersediaan pangan membuka peluang terciptanya pasar dan juga impor yang lebih murah. Para elit politik di Indonesia sebagian besar mengabaikan pentingnya impor untuk mencapai ketahanan pangan. Mereka memiliki pemahaman yang salah kalau impor adalah penyebab tidak tercapainya ketahanan pangan. Sejumlah undang-undang bahkan menetapkan impor hanya diperbolehkan ketika suplai domestik tidak cukup. Tidak ada pemerintahan yang berhasil merencanakan produksi dan konsumsi secara akurat untuk seluruh negeri, apalagi sebuah negara dengan populasi yang sangat besar seperti Indonesia. Data pangan menjadi salah satu hal yang sering dipermasalahkan. Misalnya saja, data total luas panen sawah antara Kementerian Pertanian berbeda dengan data BPS. Kemudian data mengenai jumlah impor garam industri yang diperlukan juga berbeda antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Kementerian Perindustrian. Beberapa lembaga juga memiliki data konsumsi beras per kapita yang berbeda. Dengan ketidaksesuaian data ini, koordinasi pusat pasokan makanan tidak mungkin dilakukan. Ketika harga pangan di tingkat domestik melambung, pemerintah akhirnya mengizinkan impor bahan pangan. Namun para importir harus melalui proses perizinan yang rumit yang melibatkan beberapa pejabat pemerintah.
Selain melambungnya harga pangan yang memberatkan konsumen, petani justru tidak mendapatkan keuntungan dari hal ini. Sebanyak dua per tiga dari petani Indonesia adalah konsumen yang terkena dampak dari tingginya harga pangan. Mereka yang terdampak adalah para petani skala kecil yang memegang kurang dari 0,25 hektar lahan di Jawa Tengah dan hanya menghasilkan Rp 500.000 atau sama dengan 36,35 dollar AS per orang per bulan. Kebijakan swasembada, lanjutnya, dimaksudkan untuk melindungi petani. Tetapi para perantara, penggilingan beras dan pedagang besar adalah pihak yang memperoleh manfaat terbesar kebijakan ini.
Penyebab Tidak Terpenuhinya Pangan Di Indonesia Setiap tahun, kebutuhan pangan nasional terus meningkat tapi produksi pangan kita tidak bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat itu. Intinya high demand but less supply. Masalah pertama yang menyebabkan kondisi tersebut kian sulit ditanggulangi adalah tingginya ancaman dari alam terhadap tanaman-tanaman pertanian yang ditanam para petani di Indonesia. Petani di Indonesia selalu dihadapkan pada tekanan-tekanan yang berasal dari alam yang sulit dihindari seperti serangan hama, serangan organisme penyakit tanaman dan perubahan iklim, Masalah kedua adalah, terus berkurangnya jumlah lahan pertanian akibat adanya peralihan fungsi lahan dari yang semula untuk pertanian menjadi untuk sektor bisnis lain dan huniann Masalah ketiga kurang berpihaknya kebijakan pemerintah terhadap langkah-langkah pengembangan sektor pertanian terutama dalam hal penerapan teknologi baru di sektor pertanian seperti rekayasa genetik bibit pangan, membuat Indonesia kian sulit memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya. Inflasi pangan sepanjang 2018 dinilai menjadi salah satu penyebab belasan juta rakyat Indonesia kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Kenaikan harga pangan yang memberatkan konsumen itu ternyata juga tidak menguntungkan petani. Sebab, sekitar dua pertiga petani Indonesia adalah konsumen yang juga terkena dampak tingginya harga. Masalah keempat tidak terpenuhinya kebutuhan pangan sebagian masyarakat Indonesia itu disebabkan berbagai faktor, salah satunya inflasi tinggi. Walaupun inflasi cenderung terkendali, dan sejak 2014 hingga 2017, tapi inflasi pangan cukup tinggi.Januari kemarin inflasi pangan di atas dua persenan secara bulanan, dan harga daging sapi masih di atas 100 ribu rupiah per kilogram. Bawang merah, bawang putih, cabai juga mahal. Jadi, itu yang membuat masyarakat itu tidak bisa menjangkau kenaikan dari harga harga pangan, Karena kendala-kendala tersebut pemenuhan kebutuhan menjadi tidak mencukupi, impor adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nasional,
PEREKONOMIAN INDONESIA Kebutuhan Pangan Di Indonesia
Disusun oleh : Rita Eldyana (1216210140)
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PANCASILA