Kebijakan Teknologi Dan Inovasi Nasional

  • Uploaded by: Muhamad Khairul Bahri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kebijakan Teknologi Dan Inovasi Nasional as PDF for free.

More details

  • Words: 1,639
  • Pages: 10
KEBIJAKAN TEKNOLOGI

STUDI KASUS:

Telecenter di Desa Muneng, Madiun

Oleh : Muhamad Khairul Bahri ( Bappeda Kota Mataram – Alumni Program Magister Studi Pembangunan – Institut Teknologi Bandung )

I. Tata Kelola Teknologi dan Konsepsi & Adopsi Teknologi: I.a Telecenter : Pro Kontra dan Fasa Konsepsi Salah satu strategi pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan ialah mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (selanjutnya disingkat TIK) untuk mengurangi kemiskinan yang dirancang sebagai bagian dari Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional (disingkat SPKN). Pendekatan yang digunakan dalam mengentaskan kemiskinan (melalui TIK) yaitu menggunakan TIK sebagai sebagai alat bantu dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah. Implementasi TIK yang relatif baru diterapkan di Indonesia ialah telecenter, dan sebagai pilot project dibangun 2 (dua) unit telecenter, salah satunya di Desa Muneng, Kecamatan Pilang Kenceng, Madiun, Jawa Timur dengan dukungan APBD Jawa Timur (satunya lagi di Lumajang). Disini telecenter berhasil memberdayakan masyarakat ekonomi lemah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Fokus intervensi penerapan telecenter adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan aktivitas ekonomi (semisal petani, nelayan, pedagang, pengrajin) yang berbiaya tinggi atau berpenghasilan sangat rendah sehingga apa yang dilakukannya tidak dapat mensejahterakan dirinya. Diharapkan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi, penghasilan masyarakat bertambah atau biaya produksinya berkurang dikarenakan aktivitas ekonomi yang dilakukan lebih produktif dan efisien (dengan menggunakan telecenter). Telecenter sebagai wahana multiguna untuk pengembangan masyarakat sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Implementasi TIK untuk memberdayakan masyarakat yang telah dilaksanakan sebelum telecenter diimplementasikan datang dengan beragam nama, di antara nama-nama yang mungkin lebih dikenal adalah Balai Informasi Masyarakat (BIM), Warung Informasi Teknologi (Warintek), atau Community Access Point (CAP), yang pada intinya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan TIK. Namun dengan tidak bermaksud menutupi fakta, bahwa penerapan TIK terdahulu (seperti BIM, Warintek dan CAP) gagal memberikan manfaat ekonomis masyarakat lokal. Dari kasus-kasus gagal inilah ada anggapan bahwa strategi penanggulangan kemiskinan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tidak tepat sasaran. Sebagian masyarakat lokal malahan berpendapat lebih membutuhkan bantuan pendidikan, bantuan kesehatan atau bahkan bantuan pendapatan (BLT) dibandingkan bantuan dalam bentuk telecenter. Beberapa pendapat masyarakat lokal terangkum dengan kalimat dibawah ini: “Keberadaan telecenter ….. dianggap sesuatu yang tiba-tiba ada atau turun dari langit, karena masyarakat tidak merasa membutuhkan, sehingga otomatis pro dan kontra timbul dari masyarakat”. (Sutia’ah. 2005).

o o o o o o o

o

Sosiogram Pemerintah Masyarakat lokal (kelompok tani Madurasa) Petugas Infomobilisasi Petugas operator Telecenter Tokoh Masyarakat Badan Pengelola Telecenter (BPT) Siswa dan Guru [fasa adopsi] Kelompok Tani (Melon, Jangkrik, Tokek) [fasa adopsi] Pembeli produk Melon, Jangkrik, Tokek [fasa adopsi] Pro Telecenter TIK (telecenter) sebagai sebagai alat bantu dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah; Penghasilan masyarakat bertambah atau biaya produksinya berkurang dikarenakan aktivitas ekonomi yang dilakukan lebih produktif dan efisien (dengan menggunakan telecenter); Telecenter yang kini diterapkan, datang dengan konsep yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat lokal.

Teknogram Telecenter MDS (Mengenal Desa Sendiri) Training Komputer [fasa adopsi] KBMD (Kelompok Belajar Mandiri Desa) [fasa adopsi] o Papan Pengumuman [fasa adopsi] o Melon, Jangkrik, Tokek, Klinik Belajar [fasa adopsi] o Mailing List petani ,mailing list siswa dan guru [fasa adopsi] o o o o

Kontra Telecenter Lebih membutuhkan bantuan pendidikan, bantuan atau bantuan pendapatan (BLT) dibandingkan bantuan dalam bentuk telecenter; Kegagalan program sebelumnya (Warintek, CAP dan BIM) dalam memberdayakan masyarakat lokal; Tidak ada sosialisasi tentang telecenter.

Pro dan kontra membimbing para aktor untuk menyusun problematisasi terkait implementasi telecenter yaitu: Bagaimanakah implementasi telecenter yang (sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat lokal sehingga) bermanfaat dan mampu mengangkat kesejahteraan penduduk berpenghasilan rendah (khususnya penduduk desa Muneng) ?. Untuk menjawab problematisasi diatas, pemerintah menyediakan sarana telecenter, petugas operator dan petugas infomobilisasi, sedangkan masyarakat diminta untuk menyediakan tempat telecenter. Agar telecenter sesuai dengan kebutuhan lokal, petugas infomobilisasi melakukan kegiatan pendampingan lapangan yang dikenal dengan istilah “Mengenal Desa Sendiri (MDS)”. Tujuannya, membantu masyarakat setempat untuk menemukan jawaban atas pertanyaan “Apa saja masalah yang ada dimasyarakat dalam penggunaan TIK dan memberikan penyuluhan akan manfaat telecenter”. Resistansi masyarakat terhadap telecenter, dieliminasi pemerintah dengan mengajak tokoh masyarakat lokal untuk menjadi anggota Badan Pengelola Telecenter (BPT). Memasukkan tokoh masyarakat dalam keanggotaan BPT penting mengingat masyarakat didesa masih menganut sistem paternalistik.

Petugas Operator Telecenter

Masyarakat

MDS Telecenter Pemerintah

Petugas Infomobilisasi Tokoh Masy rakat

BPT

Konsepsi awal (Badan Pengelola Telecenter terdiri atas tokoh desa setempat dan petugas dari telecenter). Masyarakat yang pertama memanfaatkan telecenter ialah kelompok petani Madu Rasa. [Badan Pengelola Telecenter (BPT) bertanggung jawab atas keberadaan telecenter dan membantu petugas infomobilisasi.

I.b. Fasa Adopsi Adopsi awal Informasi-informasi di telecenter tentu tidak selamanya bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat, misalnya, karena masyarakat awam penggunaan komputer atau internet atau karena kesibukan seharihari. Karena itu salah satu tugas petugas operator telecenter ialah memberi tutorial penggunaan komputer dan internet. Untuk masyarakat yang tidak dapat mengakses informasi karena kesibukan, Badan Pengelola Telecenter secara berkala

memasang informasi yang dibutuhkan dipapan

pengumuman desa. Agar masyarakat dapat bertukar informasi, telecenter menyediakan akses informasi melalui mailing list. Melalui mailing list, petani Madurasa dapat bertukar informasi satu sama lain mengenai proses produksi/pengolahan madu.

BPT

Petugas Operator Telecenter

Pemerintah

Telecenter

Training komputer/internet

Petugas Infomobilisasi

Tokoh Masyarakat

Papan Pengumuman MDS Masyarakat

Mailing List Adopsi Inovasi Aktifnya kelompok Tani “Madu Rasa” (kelompok masyarakat yang pertama kali menggunakan telecenter secara intensif) dalam penggunaan telecenter mendorong unsur-unsur masyarakat lain untuk ikut memanfaatkan telecenter sesuai kebutuhan masing-masing. Agar keinginan unsur-unsur masyarakat terwujud, kegiatan MDS (Mengenal Desa Sendiri) kemudian diperluas cakupan kegiatannya dengan membentuk organisasi KBMD (Kegiatan Belajar Mandiri Desa). Dalam KBMD, masyarakat dibantu

oleh petugas infomobilisasi untuk memetakan masalah dan potensi yang ingin dikembangkan sekaligus merancang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan potensi kelompok masyarakat itu sendiri. Di desa Muneng telah terbentuk lebih dari 5 KBMD yang mewakili banyak unsur masyarakat, misalnya KBMD anak sekolah yang melihat informasi pengetahuan yang tersedia di internet, KBMD para guru membentuk klinik pembelajaran via internet dan KBMD kelompok pemuda petani yang mencari informasi bisnis, KBMD petani melon yang berhasil meningkatkan hasil produksi melon-nya setelah melihat informasi pemeliharaan melon yang efektif via telecenter. Setiap KBMD, via internet, berhasil menjual produknya ke sejumlah pembeli (dalam dan luar negeri). Dengan terbentuknya KBMD dan mailing list, para pengguna telecenter saling bertukar informasi dan pengetahuan, sehingga relasi antara petugas operator dan masyarakat melalui training komputer/internet dan pembuatan mailing semakin melemah. [

= relasi kuat,

= relasi melemah]

BPT

Petugas Operator Telecenter

Pemerintah

Petugas Infomobilisasi

Tokoh Masyarakat

MDS Telecenter Pembeli Produk Jangkrik, Melon, Tokek, Madu

KBMD Training komputer/internet

Papan Pengumuman Produk masyarakat: melon, jangkrik, tokek, madu

(Petani madu, petani melon, peternak jangkrik, tokek) Siswa dan Guru

Klinik Belajar Siswa dan Mailing List Pendidikan Mailing List Kelompok Tani

BPT

Petugas Operator Telecenter

Pemerintah

Petugas Infomobilisasi

Tokoh Masyarakat

MDS Telecenter Pembeli Produk Jangkrik, Melon, Tokek, Madu

KBMD Training komputer/internet

Produk masyarakat: melon, jangkrik, tokek, madu

(Petani madu, petani melon, peternak jangkrik, tokek) Siswa dan Guru

Klinik Belajar Siswa dan Mailing List Pendidikan Mailing List Kelompok Tani

II. Analisa Pemerintah berhasil melakukan momen penarikan dengan memasukkan tokoh masyarakat sebagai anggota Badan Pengelola Telecenter (BPT). Ini penting karena masyarakat lokal masih menganut sistem paternalistik (bertindak sesuai dengan arahan tokoh/orang yang disegani). Momen pelibatan diinisiasi dengan penempelan informasi penting ( yang didapat di telecenter) di papan pengumuman oleh Badan Pengelola Telecenter. Dalam fase ini, petugas operator telecenter memberikan training penggunaan komputer/internet (intermediari) kepada masyarakat yang berminat dan menyediakan mailing list sebagai sarana tukar informasi diantara pengguna telecenter. Dalam tahapan ini intermediari training komputer, mailing list dan papan pengumuman dibutuhkan untuk melibatkan masyarakat lebih aktif dalam penggunaan telecenter dan merasakan manfaat telecenter. Keberhasilan-keberhasilan penggunaan telecenter ternyata mengundang unsur masyarakat lain untuk ikut memanfaatkan telecenter. Maka dibentuklah organisasi KBMD sehingga tiap aktor baru mempunyai kesempatan untuk mengartikulasikan kebutuhannya untuk menggunakan telecenter. Pada momen ini masuk aktor baru yaitu : pembeli melon, produk jangkrik, tokek. KBMD, yang merupakan organisasi bentukan MDS, memberikan keleluasaan masyarakat lokal untuk meningkatkan peran mereka dalam penggunaan telecenter. Artikulasi kepentingan masyarakat dapat dituangkan melalui organisasi Kegiatan Belajar Mandiri (KBMD). Organisasi KBMD juga memberi ruang bagi aktor-aktor baru untuk meningkatkan potensi mereka dalam penggunaan telecenter. Terbukti telecenter di desa Muneng yang awalnya digunakan oleh petani Madu Rasa berkembang menjadi klinik pembelajaran (klinik belajar para Guru dan Siswa), klinik pemasaran produk jangkrik, petani melon dan pembelajaran teknik penanaman buah-buah/tanaman produktif yang dapat dikembangkan oleh masyarakat lokal. Organisasi KBMD juga menjadi boundary object, teknogram yang digunakan aktor bersama-sama untuk memantau, mengontrol dan memanfaatkan telecenter. Nilai-nilai kesetaraan sosial (kesempatan yang sama dalam pemanfaatan telecenter) menjadi penting dalam implementasi telecenter. Nilai-nilai kesetaraan sosial ini diwujudkan dalam pembentukan KBMD.

III. Kesimpulan a. Momen penarikan berhasil dilakukan dengan pembentukan Badan Pengelola Telecenter yang melibatkan para tokoh masyarakat setempat untuk aktif memberi penyadaran bagi masyarakat akan potensi telecenter. b. Momen pelibatan diwujudkan dengan memberikan pelatihan pengggunaan telecenter (oleh petugas operator telecenter), pembuatan mailing list (oleh pengguna telecenter) dan pemberian tanggung jawab kepada Badan Pengelola Telecenter untuk menyebarkan informasi yang berasal ditelecenter kepada masyarakat melalui papan pengumuman desa. c. KBMD, yang merupakan organisasi bentukan MDS, memberikan keleluasaan masyarakat lokal untuk meningkatkan peran mereka dalam penggunaan telecenter. Organisasi KBMD memberi ruang bagi aktor-aktor baru untuk meningkatkan potensi mereka dalam penggunaan telecenter. d. Organisasi KBMD juga menjadi boundary object, teknogram yang digunakan aktor bersama-sama untuk memantau, mengontrol dan memanfaatkan telecenter. e. Hak kesetaraan sosial dijamin (kesempatan yang sama dalam pemanfaatan telecenter) dengan pembentukan organisasi KBMD, sehingga setiap level masyarakat menggunakan telecenter sesuai kebutuhannya dan merasakan manfaat dari implementasi telecenter itu sendiri.

Pustaka: Sutiaah (2005) dan Suhardi (2005) dalam “Membangun Kultur Informasi dan Komunikasi : Studi Kasus Pembangunan Telecenter di Pedesaan” oleh Ir. Agung Hardjono dan Dinar Pandan Sari. Lampiran Perbedaan antara warnet (cybercafe) dengan telecenter, ialah warnet ialah sekedar tempat mengakses informasi digital sedangkan telecenter merupakan suatu fasilitas tempat masyarakat dapat berinteraksi, belajar, bekerja dan meningkatkan kapasitas sirinya dengan memanfaatkan komputer dan internet. Walaupun warnet dan telecenter mirip bentuknya, telecenter mempunyai karakteristik khusus yaitu: mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat dan meningkatkan kapasitas masyarakat

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.

Related Documents


More Documents from "Hari Budiyanto, S.Pd al Muhammad Ibnu Athoillah al Totok"