MATERI INI DIKUTIF DARI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN DAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DISAMPAIKAN OLEH:
EDDY SURATMAN GURU BESAR FE UNTAN
PONTIANAK, 2019
1
Pola Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah DBH DAU
Mendanai Kegiatan Desentralisasi
DAK
DISERAHKAN
APBN
Transfer ke Daerah
Dana Otsus
DIKUASAKAN
Mendanai Kegiatan Dekon/TP dan Instansi Vertikal
Belanja Pusat
Dana Penyesuaian
Di luar Melalui K/L 6 Urusan Desentralisasi
Dekon / TP
6 Urusan
Dana Vertikal
APBD Pendapatan Daerah
PAD
DAPER/ Pendapatan Transfer
Surplus / Defisit Daerah
Belanja Daerah
Lain-Lain Pendapatan yang sah
Operasional • B. Pegawai • B. Barang • B. Lainnya
Modal
Pembiayaan Daerah
Penggunaan SILPA Pinjaman (termasuk Obligasi Daerah)
Pembiayaan Lainnya
IMPLEMENTASI KONSEPSI MONEY FOLLOWS FUNCTION Kewenangan : tugas/urusan Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Sumber pendanaan
1. Kewenangan pungutan
Memperkuat esensi dan posisi otonomi dalam menopang kapasitas fiskal daerah diatur dg UU 28/2009 ttg PDRD
2. Transfer dari APBN a. Dana Bagi Hasil
Memperkuat kapasitas fiskal daerah, utamanya bagi daerah yg menghasilkan sumber penerimaan negara yg signifikan
b. Dana Alokasi Umum
Menyesuaikan antara kapasitas fiskal daerah dengan beban pendanaan atas urusan yg telah diserahkan
c. Dana Alokasi Khusus
Menyelesaikan permasalahan pendanaan daerah yg tidak bisa digeneralisir & menyeimbangkan tingkat layanan publik
d. Dana Transfer Lain
Kebijakan khusus yg tidak tertampung dalam Daper, namun berkembang dalam dinamika perkembangan otonomi
3. Kewenangan pinjaman
Untuk akselerasi pembangunan, dalam hal sumber pendanaan yg diserahkan tidak mencukupi
3
TRANSFER KE DAERAH: DATA APBN 2017
Realisasi APBN s.d Oktober 2018 lebih baik dari tahun 2017 Pendapatan dan Belanja Negara tumbuh lebih tinggi Defisit keseimbangan Primer dan Defisit Anggaran jauh lebih kecil 2017 APBN (triliun Rupiah) A. PENDAPATAN NEGARA I.
PENDAPATAN DALAM NEGERI 1. PENERIM AAN PERPAJAKAN a. PENDAPATAN DJP (include PPh migas) b. PENDAPATAN DJBC 2. PENERIM AAN NEGARA BUKAN PAJAK
II.
PENERIMAAN HIBAH
B. BELANJA NEGARA I.
II.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
APBNP
% thd APBNP
growth (%)
APBN
Realisasi s.d. 31 Okt
% thd APBN
growth (%)
1.736,1
1.229,0
70,8
3,5
1.894,7
1.483,9
78,3
20,7
1.733,0 1.472,7 1.283,6 189,1 260,2
1.226,2 991,7 864,4 127,2 234,5
70,8 67,3 67,3 67,3 90,1
3,4 0,5 (0,8) 10,0 18,0
1.893,5 1.618,1 1.424,0 194,1 275,4
1.476,1 1.160,7 1.016,5 144,1 315,4
78,0 71,7 71,4 74,3 114,5
20,4 17,0 17,6 13,3 34,5
3,1
2,9
92,3
93,5
1,2
7,8
648,8
170,6
2.133,3
1.537,4
72,1
5,6
2.220,7
1.720,8
77,5
11,9
1.367,0
898,5
65,7
4,8
1.454,5
1.074,4
73,9
19,6
1. Belanja K/L
798,6
511,4
64,0
6,3
847,4
586,4
69,2
14,7
2. Belanja Non K/L
568,4
387,1
68,1
2,8
607,1
488,1
80,4
26,1
766,3
638,8
83,4
6,9
766,2
646,4
84,4
1,2
706,3
591,3
83,7
6,3
706,2
602,0
85,2
60,0 (178,0) (397,2)
47,5 (125,2) (308,3)
79,2 70,3 77,6
14,6 12,7 15,0
60,0 (87,3) (325,9)
44,4 (23,8) (237,0)
74,0 27,2 72,7
(6,5) (81,0) (23,1)
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa C. KESEIMBANGAN PRIMER D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) % Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB E. PEMBIAYAAN ANGGARAN I.
PEMBIAYAAN UTANG
II.
PEMBIAYAAN INVESTASI
(2,92)
(1,60)
104,2
4,3
325,9
320,0
98,2
(22,7)
461,3
414,7
89,9
8,5
399,2
333,7
83,6
(19,5)
(59,7)
IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN
(1,0)
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
(2,19)
413,7
(3,7)
PEMBIAYAAN LAINNYA
(2,26)
1,8
397,2
III. PEMBERIAN PINJAMAN V.
Realisasi s.d. 31 Oktober
2018
0,3
(3,5) 2,2
5,9 (59,4)
-
-
0,3
113,1
105,4
(51,7)
(65,7)
(14,2)
(6,7)
(98,2)
(1,1) 0,2
(14,7) 0,8
22,4
320,3
(12,5)
(61,5)
-
-
0,2
85,5
(53,9)
83,0
5 KEMENTERIAN KEUANGAN
5
Outlook APBN 2018 vs APBN 2019 Uraian (triliun R u p i a h )
A.
Selisih
2.142,5
2.165,1
22,6
1 .8 9 7 ,6 1 .5 4 8 ,5
2 .1 4 2 ,1 1 .7 8 1 ,0
2 .1 6 4 ,7 1 .7 8 6 ,4
22,6 5 ,4
11,57 3 4 9 ,2
12,11 3 6 1 ,1
12,22 3 7 8 ,3
1 7 ,2
Tax Ratio (%) PEN ERIMAAN N E G A R A B U K A N PAJAK
PENERIMAAN HIBAH
5,4
0,4
0,4
0,0
BELANJA N E G A R A
2.217,3
2.439,7
2.461,1
21,4
I.
1.453,6
1.607,3
1.634,3
27,0
813,5 640,2
840,3 767,1
855,4 778,9
15,2 11,8
763,6
832,3
826,8
(5,6)
703,6
759,3
756,8
( 2 ,6 )
60,0
73,0
70,0
( 3 ,0 )
(6 4 ,8 )
(2 1 ,7 )
(2 0 ,1 )
1,6
(314,2)
( 2 9 7 , 2 )6
(296,0)
1,2
(2 ,1 2 )
(1 ,8 4 )
(1 ,8 4 )
PEMBIAYAAN A N G G A R A N
314,2
297,2
296,0
(1,2)
I.
PEMBIA YAAN UTANG
387,4
359,3
359,3
(0 ,0 )
II.
PEMBIA YAAN INVESTASI
II.
BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
Belanja K/L Belanja N o n K/L
TRANSFER KE D A E R A H D A N D A N A DESA 1.
Transfer ke D a e r a h
2 .
D a n a Desa
KESEIMBA N GAN PRIMER SURPLUS/ (DEFISIT) A N G G A R A N (A - B) %
E.
APBN
1.903,0
PENDAPATAN D A L A M NEGERI 1. PEN ERIMAAN PERPAJAKAN
1. 2.
D.
RAPBN
I.
II.
C.
Outlook APBN
P EN D A P A TA N N E G A R A
2. B.
2019
2018
S u rp lu s / ( D e f is it) A n g g a ra n t e rh a d a p P D B
(6 5 ,7 )
(7 4 ,8 )
(7 5 ,9 )
(1 ,1 )
III. PEMBERIAN PINJAMAN
(6 ,5 )
(2 ,3 )
(2 ,4 )
(0 ,1 )
IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN
(1 ,1 )
0,0
0,0
0,0
15,0
15,0
0,0
V .
PEMBIA YAAN LAINNYA
0,2
KEBIJAKAN UMUM TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
Pengertian dan Fungsi DAU adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 21) Sebagai equalization grant DAU merupakan instrumen transfer dimaksudkan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah. (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 21) Pengalokasian DAU didasarkan atas formula dengan konsep Alokasi Dasar dan Celah Fiskal (Fiscal Gap), yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dengan Kapasitas Fiskal. (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 27 ayat 2) 9
PERHITUNGAN ALOKASI
DAU
AD
CF KbF
KpF
MEMPERHITUNGKAN BELANJA GAJI PNSD
Keterangan: DAU = Dana Alokasi Umum AD = Alokasi Dasar CF = Celah Fiskal 10
Pagu Nasional 2017
PAGU DAU NASIONAL 27,7% X PDN NETO = Rp410,8 T Bagian Provinsi
Bagian Kab/Kota
10%
90% 11
KEBIJAKAN DBH
Skema DBH Pajak dan CHT DBH PAJAK Pusat (10%)
Dibagi rata ke Kab/Kota (6,5%)
PBB Provinsi (16,2%) Daerah (90%)
Kab/Kota (64,8%) Biaya Pungut (9%)
- PPh Ps. 25 dan Ps.29 WPOPDN, - PPh Ps.21
Cukai Hasil Tembakau
Pusat (80%) Provinsi (8%) Daerah (20%)
Pusat (98%) Daerah (2%)
Kab/Kota (12%)
Provinsi (30%) Kab/Kota Penghasil (40%) Kab/Kota Pemerataan (30%)
13
Porsi Pembagian DBH SDA
UU Otsus
UU 33/2004 No. 1.
2.
3. 4. 5. 6.
Jenis Penerimaan Kehutanan a. IIUPH b. PSDH c. Dana Reboisasi Pertambangan Umum a. Iuran Tetap (Land-rent) b. Royalti Perikanan Minyak Bumi Gas Bumi Panas Bumi
Pusat
Prov.
K/K
Pemerataan K/K Lain
NAD
Papua Barat
20 20 60
16 16 -
64 32 40
32 -
-
-
20 20 20 84,5 69,5 20
16 16 3,1 6,1 16
64 32 6,2 12,2 32
32 80 6,2 12,2 32
70 70 -
70 70 -
14
KEBIJAKAN DAK FISIK
DANA DESA
Variabel dan Bobot Perhitungan Dana Desa BOBOT
VARIABEL
Per Kab/Kota
Per Desa
KETERANGAN
Jumlah Penduduk
30%
30%
Luas Wilayah
20%
20%
Angka Kemiskinan
50%
50%
• Alokasi kab./kota menggunakan Data Dasar Perhitungan DAU • Alokasi per-Desa oleh kab./kota menggunakan data dari BPS • Angka kemiskinan Desa adalah persentase rumah tangga pemegang “Kartu Perlindungan Sosial”.
Tingkat Kesulitan Geografis
Jumlah Desa
IKK
IKG
Data IKK per kab/kota (indeks kemahalan konstruksi) yang digunakan adalah data yang digunakan dalam penghitungan DAU (data tersedia setiap tahun dan telah mencerminkan kesulitan geografis); IKG (indeks kesulitan geografis) per desa ditetapkan oleh kepala daerah, berdasarkan faktor (1)ketersediaan pelayanan dasar; (2)kondisi infrastruktur;(3)transportasi; dan (4)komunikasi desa ke kabupaten/kota. Berdasarkan Permendagri
Catatan: sesuai dengan penjelasan UU No.6 Tahun 2014, pembangunan desa bertujuan untuk : 1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa 2. meningkatkan kualitas hidup manusia serta 3. penanggulangan kemiskinan 17
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PEMBANGUNAN a.
Pemenuhan kebutuhan dasar:
Pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes; Pengelolaan dan pembinaan Posyandu; dan Pembinaan dan pengelolaan PAUD
b. Pembangunan pemeliharaan :
sarana
dan
prasarana
Desa,pembangunan
dan
jalan Desa, jalan usaha tani, Embung Desa, energi baru dan terbarukan, sanitasi lingkungan, air bersih, irigasi tersier, aluran untuk budidaya perikanan; dan sarana dan prasarana produksi di Desa c.
Pengembangan potensi ekonomi lokal: BUMDesa, pasar Desa dan kios Desa, tempat pelelangan ikan, keramba jaring apung dan bagan ikan, lumbung pangan Desa; pembuatan pupuk and pakan organik, pengembangan benih lokal, ternak secara kolektif, pengelolaan energi mandiri, tambatan perahu, padang gembala, Desa Wisata, dan pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan.
d.
Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan:
Komoditas tambang mineral bukan logam, antara lain: Zirkon; Kaolin; Zeolit; Bentonit; silika (pasir kuarsa), kalsit (batu kapur), felspar, intan, Komoditas tambang batuan, antara lain: Onik; Opal; Giok; Agat; Topas; Perlit; Toseki; Batu sabak; Marmer; Granit; Kalsedon; Rijang; Jasper; Krisopras; Garnet; dan Potensi komoditas tambang batuan lainnya. Rumput Laut Hutan milik Desa; dan Pengelolaan sampah.
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT a. b.
c.
d.
e.
f.
g.
Peningkatan kualitas proses perencanaan Desa; Mendukung kegiatan ekonomi, baik yang dikembangkan oleh BUMDesa maupun oleh kelompok usaha masyarakat desa lainnya; Pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi para legal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa; Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat; Dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan; dan Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui: kelompok usaha ekonomi produktif; perempuan; petani; masyarakat miskin; nelayan; pengrajin; pemerhati dan perlindungan anak; pemuda;
PETA SEBARAN DESA PER PROVINSI (Berdasarkan Permendagri No.56/2015) Aceh 6474
Kaltara 447
Kepri 275
Sumut 5389 -> 5418
Sulut 1491->1506
Sulteng 1838-1841
Riau 1592
Sumbar 880
Gorontalo 657
Kalbar
PaBar 1628->1744
Papua 5090->5391
Kaltim 833->836
1908->1977
Malut 1064->1065
Kalteng 1434
Jambi 1398 -> 1399
Babel 309
Bengkulu 1341
Kalsel 1864>1866
Sumsel 2817 - 2859
Sulbar 576
Sulsel 2253
Sultra 1820-1846
Maluku 1191-1198
Lampung 2435 Banten 1238
Jabar 5319
Jateng 7809
DIY 392
Jatim 7723-7724
Bali 634
NTB 995
NTT 2931-2976
Jumlah Desa 74.093-> 74.754
PERKEMBANGAN JUMLAH DESA SEJAK UU DESA DITETAPKAN (1) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16
Provinsi
Kab/Kota
KAB. TAPANULI SELATAN KAB. KARO SUMATERA UTARA KAB. DAIRI KAB. TOBA SAMOSIR KAB. PADANG LAWAS UTARA JAMBI KAB. BATANG HARI KAB. OGAN KOMERING ILIR KAB. MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN KAB. PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR KAB. CIANJUR JAWA BARAT KAB. SUBANG KAB. BEKASI JAWA TIMUR KAB. MALANG KAB. KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR KAB. SUMBA BARAT DAYA KAB. KETAPANG KALIMANTAN BARAT KAB. SINTANG
17 18 KALIMANTAN SELATAN 19 KALIMANTAN TIMUR 20 SULAWESI UTARA
KAB. HULU SUNGAI UTARA KAB. BERAU KAB. MINAHASA SELATAN
Jumlah Desa (Permendagri) +/(-) Jumlah Desa No. No. 39/2014 56/2015 215 211 (4) 255 259 4 134 161 27 230 231 1 386 387 1 109 110 1 285 314 29 223 227 4 56
65
353 244 182 377 159 129 240
354 245 180 378 160 173 253
281
337
212 97 152
214 100 167
9 1 1 (2) 1 1 44 13 56 2 3 21 15
PERKEMBANGAN JUMLAH DESA SEJAK UU DESA DITETAPKAN (2) No.
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Provinsi
Kab/Kota
KAB. POSO KAB. TOLI-TOLI KAB. BOMBANA SULAWESI TENGGARA KAB. KONAWE UTARA KAB. SERAM BAGIAN TIMUR MALUKU KOTA TUAL KAB. HALMAHERA MALUKU UTARA SELATAN KAB. MERAUKE KAB. PANIAI PAPUA KAB. YALIMO KAB. PUNCAK KAB. DEIYAI KAB. SORONG PAPUA BARAT KAB. TAMBRAUW JUMLAH SULAWESI TENGAH
Jumlah Desa (Permendagri) +/(-) Jumlah Desa No. No. 39/2014 56/2015 143 142 (1) 99 103 4 117 121 4 135 157 22 192
198
26
27
248
249
181 77 299 80 30 115 211 74,093
179 216 300 206 67 226 216 74,754
6 1 1 (2) 139 1 126 37 111 5 661 22
TERIMA KASIH
23