Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera Barat Revitalization of Minangkabau Local Wisdom In School Program Implementation In West Sumatera Dwi Astuti Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat Jln. Sudirman No.51 Padang, Telp.(0751) 7054555
[email protected] Naskah Masuk: 01-12-2017
Naskah diterima: 04-12-2017
Naskah disetujui: 16-12-2017
Abstract The program grabs adiwiyata program is part of the of environmental education school based on school , that is oriented toward the effort to enhance the knowledge environment in a bid to settle the existing environmental problems more complex .This study descriptive nature of the decrees issued based on the qualitative , the technique of the collection of data deal is the objective of the interview and the tracing documents .The results of the study show that the program grabs adiwiyata school got a when he is a part the national program for rural but has experienced a fall in when the program was delegated to schools as a program mandiri has been somewhat successful. The decline caused by various for , : environmental awareness not woke up , application of the system certification bustle and teachers with activities the fulfillment of standard teaching hours , the curriculum does not support , initiative leaders , and support human resources and the funds .To in overcome it projected can be built back when empower local knowledge minangkabau based on two the concept , namely budi is a basis of value understanding its natural environment while the concept of self-esteem as the base work ethic hard for achievement and progress in all sectors in life . Abstrak Program Adiwiyata adalah program pendidikan lingkungan berbasis sekolah, yang berorientasi pada upaya peningkatan pengetahuan lingkungan dalam upaya mengatasi masalah lingkungan yang makin kompleks. Kajian ini bersifat deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data adalah wawancara dan penelusuran dokumen. Hasil kajian menunjukkan bahwa Program Sekolah Adiwiyata mendapat sambutan ketika ia menjadi bagian program nasional tetapi mengalami penurunan ketika program tersebut diserahkan kepada sekolah sebagai program mandiri. Penurunan tersebut diakibatkan oleh berbagai sebab, yaitu: kesadaran lingkungan belum terbangun, penerapan sistem sertifikasi dan kesibukan guru-guru dengan kegiatan pemenuhan standar jam mengajar, kurikulum yang tidak mendukung, kepeloporan pimpinan, dan dukungan sumber daya manusia dan dana. Untuk mengatasi persoalan tersebut diproyeksikan dapat dibangun kembali apabila memberdayakan kearifan lokal Minangkabau yang berbasis pada dua konsep, yakni “budi” dan “harga diri”. Konsep “budi” merupakan basis nilai pemahaman alam lingkungan sedangkan konsep “harga diri” sebagai basis etos kerja keras untuk meraih prestasi dan kemajuan di seluruh sektor kehidupan. Kata kunci : adiwiyata, lingkungan, kearifan lokal, Minangkabau
PENDAHULUAN
berbagai sendi kehidupan terutama
Permasalahan lingkungan hidup
antara
pilihan
yang kita hadapi saat ini sudah sangat
kelestarian
kompleks
mengambil
karena
menyangkut
mempertahankan
lingkungan keuntungan
atau ekonomi
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 217
setinggi-tingginya. teknologi
yang
lingkungan, yang
Di
lain,
Salah satu kebijakan yang sedang
ramah
digalakkan dan dikembangkan dalam
masyarakat
rangka mengantisipasi kerusakan dan
tidak
kesadaran
rendah,
sisi
dan
komitmen
pencemaran
lingkungan
adalah
pemerintah yang lemah, menyebabkan
pengembangan program Adiwiyata.
masalah lingkungan tidak dapat segera
Program ini digagas oleh Kementerian
teratasi dengan tuntas. Berbagai upaya
Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
dan program telah dilakukan oleh
yang
pemerintah
untuk
peningkatan
permasalahan
lingkungan,
mengatasi
berorientasi
pada
pengetahuan
upaya dan
namun
pemahaman lingkungan bagi anak-
secara kasat mata belum mampu untuk
anak (generasi muda) terutama yang
menciptakan lingkungan yang lebih
berada
baik.
sekolah dasar dan menengah. Program
pada
jenjang
pendidikan
Untuk mengatasi permasalahan
itu bertujun untuk membentuk watak
lingkungan yang sudah sedemikian
dan karakter anak sejak dini agar
rumit dan kompleks, tidak mungkin
bersikap dan berperilaku peduli serta
dapat dilakukan dalam waktu satu atau
berbudaya
dua tahun saja, namun memerlukan
program tersebut cenderung gagal atau
waktu
dan
setidaknya menunjukkan penurunan
Oleh
dukungan partisipatif dari sekolah
yang cukup
dilakukan karena
secara itu,
panjang,
konsisten.
perbaikan
kualitas
lingkungan.
Namun,
peserta.
lingkungan akan dapat terwujud bila
Program Adiwiyata merupakan
semua pihak memiliki komitmen yang
pendidikan karakter agar komunitas
kuat untuk mewujudkannya.. Untuk
sekolah
itu, harus ada pola pembangunan
lingkungan. Pembentukan watak dan
sistematis yang terstruktur dengan
karakter anak bangsa juga merupakan
baik dan mencakup semua aspek untuk
salah satu butir Nawacita melalui
dapat
terjadinya
pendidikan karakter. Presiden Joko
kerusakan dan pencemaran lingkungan
Widodo membuat Gerakan Nasional
atau
Revolusi Mental (GNRM) yang akan
mengantisipasi sekurang-kurangnya
dapat
memperlambat/ meminimalisasinya
peduli
dan
berbudaya
diterapkan di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di
218 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
dalam dunia pendidikan. Sejak tahun
ciri khas pola pendidikan karakter
2016,
“Penguatan
versi Sumatera Barat yang bersumber
Pendidikan Karakter” (PPK) dengan
dari nilai-nilai karakter yang populer
berbagai program inovasi dan kreasi
dalam ajaran Islam dan nilai-nilai
yang berorientasi pada penanaman
budaya Minangkabau yang telah lama
nilai-nilai
tumbuh-berkembang di tengah-tengah
dikenal
istilah
karakter
(Kemedikbud,
2016: 15).
masyarakat (Kosim, 2011). Walaupun
Dalam
Rencana
Pengelolaan
demikian, masyarakat Sumatera Barat
Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
memiliki karakter yang khas, yang
Sumatera Barat 2016-2021, misi ke-3
dibentuk
adalah
sumberdaya
Minangkabau, yang dalam praktiknya
manusia yang cerdas, sehat, beriman,
dapat menjadi faktor penghambat (bila
berkarakter dan berkualitas tinggi. Di
salah menerapkannya) dan menjadi
samping itu, hal tersebut dipertajam
faktor
pada strategi sasaran ke-2 dalam
memberdayakannya)
RPJMD,
pembangunan
mewujudkan
yaitu
melaksanakan
pendidikan karakter bagi anak-anak usia sekolah pada semua jenjang
oleh
sistem
pendorong di
(apabila
budaya
cerdas bagi
Sumatera
Barat
(Hasanuddin, 2013) Penurunan kualitas pelaksanaan
pendidikan untuk memperkuat nilai-
Adiwiyata
nilai
diindikasikan merupakan akibat dari
moral,
akhlak
yang
mulia
(RPJMD 2016-2021 Sumatera Barat).
di
Sumatera
Barat
makin lunturnya nilai-nilai budaya
Budaya sangat erat hubunganya
atau kearifan lokal Minangkabau pada
dengan karakter masyarakat suatu
komunitas sekolah. Nilai-nilai budaya
daerah. Untuk kasus Sumatera Barat,
tersebut berkait dengan konsep “harga
pendidikan karakter mestilah bertolak
diri” dan “budi” yang di satu sisi
dari nilai-nilai Pancasila dan ABS-
menjadi faktor pendorong berupa etos
SBK (Adat Basandi Syara’, Syara’
untuk meraih prestasi dan kemajuan
Basandi Kitabullah). ABS-SBK itu
(terutama dalam meraih pernghargaan
sendiri terdiri dari nilai-nilai agama
Adiwiyata), sementara di sisi lain
(baca:
budaya
menjadi pendukung moral bagi bentuk
(Minangkabau). Nilai-nilai ABS-SBK
dan capaian prestasi yang mungkin
merupakan pengembangan sekaligus
dan patut diraih. itu kemana diduga
Islam)
dan
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 219
akibat lunturnya nilai-nilai egalitarian.
sekitar sekolah), Dinas Lingkungan
Kajian/ penelitian tentang pelaksanaan
Hidup,
program
Perguruan
Tinggi.
dilakukan, namun kajian pelaksanaan
diperoleh
dianalisis
adiwiyata dikaitkan dengan nilai-nilai
taksonomi
egalitarian
dengan
adiwiyata
masih
sudah
banyak
belum
banyak
dilakukan.
Dinas
Pendidikan
yang
Data
serta yang
berdasarkan dikerangkakan
klasifikasi
pelaksanaan
program, perkembangan capaian, dan
Berangkat
dari
proyeksi
penanggulangan
tersebut di atas, penelitian ditujukan
yang
dihadapi
untuk mengidentifikasi, menganalisis
pemberdayaan
dan menjelaskan program sekolah
Minangkabau. Pelaporan dilakukan
Adiwiyata
secara formal dan informal, dalam
di
permasalahan
Sumatera
Barat,
masalah
berdasarkan kearifan
perkembangan tahun 2015-2016, dan
bentuk
proyeksi
eksplanasi dan penarikan kesimpulan.
pengembangan
melalui
identifikasi,
lokal
klasifikasi,
revitalisasi nilai-nilai kearifan local HASIL DAN PEMBAHASAN
Minangkabau.
Pelaksanaan Program Adiwiyata METODOLOGI
Program Adiwiyata merupakan
Kajian ini menggunakan metode
salah satu upaya pencegahan dini
kualitatif dan pemaparannya bersifat
dalam
deskriptif.
data
pencemaran dan perusakan lingkungan
dilakukan pada bulan Juli s.d Agustus
berbsis sekolah. Artinya, program ini
2017,
sekolah
tidak lahir untuk menjawab persoalan
menengah yang berpredikat Sekolah
pencemaran dan kerusakan lingkungan
Adiwiyata
yang terjadi di suatu wilayah, tetapi
Pengumpulan
dengan di
Barat.Tekhnik adalah
subjek Provinsi
Sumatera
pengumpulan
wawancara
data
mendalam,
untuk
antisipasi
mengantisipasi
terjadinya
terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan
penelusuran dokumen teknis, dan data
di
instansi terkait. Subjek wawancara
antisipatif tersebut adalah dengan cara
(informan)
sekolah
memberikan pendidikan lingkungan
(kepala sekolah, guru, peserta didik,
dan budi pekerti agar anak didik
penjaga sekolah serta masyarakat
peduli dan cinta lingkungan.
adalahwarga
masa
mendatang.
220 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
Tindakan
Program
Kementerian
seluruh
kegiatan
harus
dilakukan
Lingkungan Hidup ini dikembangkan
secara terencana dan terus menerus
dalam rangka mendorong terciptanya
secara komprehensif. Untuk mencapai
pengetahuan dan kesadaran warga
tujuan program Adiwiyata, ada 4
sekolah
pelestarian
(empat) kompoenen program yang
lingkungan hidup. Dengan program ini
menjadi satu kesatuan utuh dalam
diharapkan setiap warga sekolah ikut
mencapai
terlibat aktif dalam kegiatan positif
Keempat komponen tersebut adalah:
membangun lingkungan yang sehat
(1)
untuk
Lingkungan
dalam
upaya
menghindari
dampak
lingkungan yang negatif. Tujuan
sekolah
Adiwiyata.
Kebijakan
Berwawasan
(2)
Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Lingkungan (3)
Program
Adiwiyata
Kegiatan
Lingkungan
Berbasis
adalah menciptakan kondisi yang baik
Partisipatif dan (4) Pengelolaan Sarana
bagi sekolah untuk menjadi tempat
Pendukung Ramah Lingkungan.
pembelajaran dan penyadaran warga
Dalam
implementasi,
program
Adiwiyata
tersebut
sekolah, sehingga dikemudian hari
Sekolah
warga sekolah tersebut dapat turut
dikembangkan secara bertahap dari
bertanggungjawab
program nasional menuju program
dalam
upaya
penyelamatan lingkungan di Indonesia. Program
Adiwiyata
provinsi dan program mandiri.
berdasarkan
kepada norma-norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan
Perkembangan Program Adiwiyata Pengembangan
kelestarian fungsi lingkungan hidup
Adiwiyata
dan sumber daya lam.
dicanangkan pada tahun 2008, dan
Prinsip partisipatif
Program dan
Adiwiyata
Sumatera
Barat
ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Gubernur
Sumatera
Partisipatif diartikan sebuah komunitas
Nomor:
667/197/PKIL/BPDL-2012
sekolah terlibat dalam manajemen
tanggal 14 Maret 2012 yang ditujukan
lingkungan yang meliputi keseluruhan
kepada Bupati/Walikota se-Sumatera
proses perencanaan, pelaksanaan dan
Barat.
evaluasi
tersebutmendukung
sesuai
Berkelanjutan
berkelanjutan.
di
program
tanggung diartikan
jawab. sebagai
program
Barat
Surat Adiwiyata
dengan
edaran pengembangan di
Provinsi
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 221
Sumatera Barat, dan secara faktual
Adiwiyata
cukup mendapat respon positif dari
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan
semua
Hidup dan Kehutanan RI, setelah
elemen
dan
pemerintah
kabupaten/kota.
Nandiri
dan
Nasional
melalui proses penilaian oleh Tim
Pada 2016, Sekolah Adiwiyata di
Adiwiyata Provinsi dan diverifikasi
Sumatera Barat berjumlah 224 sekolah,
oleh Tim Adiwiyata Pusat. Untuk
yang
terdiri
107
Sekolah
Sekolah Adiwiyata Provinsi ditetapkan
84
Sekolah
oleh Gubernur setelah melalui proses
Adiwiyata Nasional, dan 33 Sekolah
penilaian oleh tim Adiwiyata Provinsi.
Adiwiyata
atas
Provinsi,
Adiwiyata
Mandiri.
Prediket
60 50 40 30 20 10 0 2015
2016
Provinsi
2015
2016
Nasional
2015
2016
Mandiri
Grafik Perkembangan Sekolah Adiwiyata Provinsi, Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata Mandiri di Sumatera Barat Tahun 2015-2016
Dari grafik di atas, dapat dilihat
(meningkat 18,86% dari tahun 2015
perkembangan prediket Adiwiyata di
yang hanya 43 sekolah). Namun,
Sumatera Barat. Pada tahun 2016
pencapaian sekolah yang berprediket
penghargaan Adiwiyata yang paling
Adiwiyata Nasional hanya 18 sekolah
banyak diperoleh sekolah di Sumatera
(menurun secara signifikan sebesar -
Barat adalah penghargaan Adiwiyata
47,05% jika dibandingkan tahun 2015
Provinsi yakni mencapai 53 sekolah
yang berjumlah sebanyak 34 sekolah).
222 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
Untuk
perolehan
Adiwiyata
Mandiri
penghargaan relatif
sedikit,
manusia, serta kurangnya pembinaan dari instansi teknis terkait.
yakni 9 sekolah (turun 10% dari tahun 2015
yang
berjumlah
10
Salah
satu
standard
komponen
Adiwiyata
dan adalah
sekolah)(Bapedalda, 2016). Indikator
ketersediaan sarana dan prasarana
penurunan adalah pencapaian poin
ramah lingkungan. Peningkatan sarana
penilaian
tidak
dan
persayaratan,
baik
memenuhi
pendukung
ramah
maupun
lingkungan dapat berupa green house,
administrasi. Persyaratan fisik berupa
laoratorium tanaman dan bank sampah.
media
Dari observasi pada sekolah yang telah
sarana
fisik
prasarana
dan
prasarana
pembelajaran kurang beragam serta
berprediket
tidak
menuju Adiwiyata Mandiri ditemukan
terpenuhi
administrasi
persyaratan
(Laporan
Adiwiyata
Bapedalda, 2016).
adanya
Adiwiyata
sarana
Nasional
dan
prasarana
pendukung berupa green house dan
Factor
penyebab
penurunan
atau bank sampah telah berubah fungsi
pencapaian
prediket
Adiwiyata
menjadi ruang kelas (lokal). Hal itu
diperoleh
dari
wawancara.
Hasil
mengindikasikan skala prioritas yang
wawancara dengan warga sekolah
meminggirkan
menunjukkan bahwa partisipasi warga
dibanding kebutuhan ruang kelas.
sekolah
Sarana prasarana ramah lingkungan
menurun
karena
untuk
Adiwiyata
menjalankan program akan menyita
yang
waktu
mengindikasikan lemahnya kebijakan
dan
mereka
menambah
selain
kesibukan
telah
program
berubah
fungsi
kesibukan
dalam
kepala sekolah dalam mendukung
mengajar
untuk
program Adiwiyata serta kurangnya
pemenuhan
jam
sertifikasi.
Menjalankan
program
komitmen
seluruh
warga
sekolah
Adiwiyata juga tidak dapat menambah
(kepala sekolah, guru, anak didik,
angka kredit fungsional mereka. Di
komite
samping itu, masalah lainnya adalah
dalam
keterbatasan dana operasional untuk
Adiwiyata
pemenuhan
berkelanjutan.
sarana
dan
prasarana
penunjang, keterbatasan sumber daya
dan
petugas
administrasi)
melaksanakan secara
program
serius
dan
Salah satu kunci keberhasilan program
Adiwiyata
adanya
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 223
keteladanan dan komitmen pimpinan
Prospek Pemberdayaan Kearifan
(kepala sekolah) untuk mengubah
Lokal Minangkabau
perilaku peserta didik untuk peduli dan
Ada
berbudaya lingkungan. Pada Peraturan
Minangkabau
Menteri Lingkungan Hidup (Permen
“harga diri” dan “budi” (Nasroen,
LH) nomor 06 tahun 2013, dijelaskan
1971:159).
bahwa karakteristik kepala sekolah
sesungguhnya berbasis pada hati dan
Adiwiyata
memenuhi
berorientasi pengembangan kepekaan
kompetensi dan standar sebagaimana
rasa, yang implementasinya tidak saja
yang ditetapkan sebagai berikut.
berupa nilai tenggang rasa terhadap
1.
sesame manusia tetapi juga terhadap
2. 3. 4.
harus
Memiliki
kebijakan
sekolah
dua
konsep
yang
budaya
sentral,
Konsep
yakni “budi”
berwawasan lingkungan.
lingkungan. Hal itu sejalan dengan
Melaksanakan kurikulum sekolah
falsafah
berbasis lingkungan.
Guru(baca Navis, 1984). Oleh sebab
Melaksanakan kegiatan sekolah
itu,
berbasis partisipatif .
sesungguhnya telah memiliki kearifan
Mengelola sarana dan prasarana
local
pendukung sekolah yang ramah
pemberdayaan
lingkungan.
samping itu, konsep “harga diri”
Dari
di
tentang
pemeliharaan
dan
lingkungan.
Di
diidentifikasi bahwa faktor penurunan
‘periksa’
pencapaian
Sekolah
pertimbangan rasional. Konsep harga
Adiwiyata adalah karena: kesadaran
diri mengekspresikan sikap egalitarian
lingkungan
(kesamaan
belum sistem
terbangun,
sertifikasi
pada
Minangkabau
berbasis
prediket
atas
Budaya
Jadi
dapat
penerapan
uaraian
AlamTakambang
akal
atau
yang
dan
pareso
berorientasi
kesejajaran)
dan
yang
merupakan pengerak bagi seseorang
menuntut guru-guru sibuk dengan
untuk bersaing terus menerus agar
kegiatan
standar
jam
sama dengan orang lain, kalau tidak
yang
tidak
melebihinya. Jadi, konsep “harga diri”
mendukung, kepeloporan pimpinan,
merupakan etos Budaya Minangkabau
dan dukungan sumber daya manusia
untuk maju dan meraih prestasi dan
dan dana.
prestise dalam kehidupan.
mengajar,
pemenuhan kurikulum
224 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
Apabila
konsep
“harga
diri”
Alam
Tekambang
Guru.
menekankan pada keharusan bersaing
Maknanya,
terus menerus, maka konsep “budi”
adalah guru yang sesungguhnya,
menekankan pentingnya kemampuan
karena melalui alam diperoleh
menimbang dengan rasa (rasa atau
hikmah
perasaan) dan pareso (periksa atau
fenomena dan keteraturan alam,
rasio).
Dinamika
keseimbangan
alam
Jadi
dan
lingkungan
iktibar.
Melalui
harmoni
adalah
Budaya Minangkabau memahami
implementasi
kedua
tanda-tanda alam; seperti dalam
konsep tersebut. Dinamika harmoni
patuah berikut.
akan terganggu keseimbangan apabila
Cewang di langik tando ka paneh,
salah
gabak di ulu tando ka ujan
satu
konsep
mengalami
kemunduran, konsep harga diri yang
‘Cerah di langit tanda akan panas,
mengekspresikan sikap egalitarian dan
awan hitam di hulu tanda akan
merupakan pengerak bagi seseorang
hujan’.
untuk bersaing mulai tergerus maka
Melalui pemahaman atas alam
nilai-nilai egalitarian itu sendiri sudah
juga,
mulai luntur.
menjadi arif dan bijaksana dalam
Berdasarkan identifikasi faktor
Orang
Minangkabau
memperlakukan
alam,
berpengaruh
terhadap
penurunan
pencapaian
prediket
Sekolah
karuah aie di muaro, janiahkan
Adiwiyata di atas, ada tiga faktor yang
ka ulu ‘keruh air di muara,
utama, yakni: kesadaran lingkungan
jernihkan ke hulu’
yang
hati-hati nan di ateh, nan di
belum
terbangun,
orientasi
sebagaimana diungkapkan:
material dan pragmatis dalam dunia
bawak kok maimpok
pendidikan, dan kepeloporan pimpinan.
hati-hati di daratan, galodo kok
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan
datang dari lauik
sebagai berikut.
‘hati-hati yang di atas, yang di
a.
Kesadaran lingkungan.
bawah
Budaya Minangkabau memiliki
menimpa’
kearifan lokal lingkungan yang
‘hati-hati yang di darata, galodo
mumpuni.
jangan-jangan datang dari laut’
Filosofi
budaya
jangan-jangan
akan
Minangkabu yang utama adalah
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 225
Artinya,
b.
Budaya
Minangkabau
mengajarkan
kearifan
dan
kebijaksanaan
tentang
alam
atau terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. c.
Kepeloporan pemimpin
lingkungan kepada masnusianya.
Menurut
Persoalannya adalah bahwa nilai-
kepemimpinan
nilai kearifan lokal tersebut telah
Minangkabau menuntut karakter
luntur
yang kuat seperti pohon beringin,
Orientasi material pragmatis dunia
sebagai
tempat
pendidikan
panutan,
tahan
Kehidupan saat ini dipenuhi oleh
menerima
kepentingan
menggurui,
material
dan
Hasanuddin
(2013)
dalam
Budaya
berlindung, kiritik,
mau
dan
tidak
saran
penghormatan
pragmatis, termasuk dalam dunia
diberikan
pendidikan.
pemimpin, bukan kedudukannya.
Dalam
Minangkabau,
Budaya
hal-hal
yang
kepada
Seorang
kualitas
pemimpin
memiliki harus
berharga seperti harta pusaka dan
keyakinan
yang
pendidikan tidaklah boleh dinilai
diperjuangkan
menjadi
secara
dengan
material.
Petuah
Adat
mempraktikkan
Minangkabau menyatakan Kok
dipidatokan,
maha indak makan bali, kok
komitmen,
murah indak makan gadai ‘Jika
bertindak
mahal tidak bisa dibeli, jika
melakukan
murah tidak bisa digadai’. Bahkan
Kepemimpinan
berdagang
peranan
pun,
Adat
memenuhi sesuai
kepada
untuk
pembangunan.
semata
berorientasi
material
Kategori
dan
dikatakan. memegang
yang
keberhasilan
janji
ucapan
yang
mengajarkan tidak
yang
melaksanakan
Minangkabau manusia
teladan
sentral sebuah
dalam program
pemimpin
dan
(Hasanuddin, 2017: 271).
kepemimpinan yang ideal dan
Di
persoalan
dianggap
mampu
kurikulum sesungguhnya dapat
motivasi
dan
diberikan solusi dalam bentuk
partisipasi
warga
kurikulum lingkungan tersendiri
adalah sebagai berikut.
samping
itu,
226 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
memberi menggalang masyarakat
• Pemimpin mesti kuat seperti
dalam falsafah “lahir batin seukuran,
pohon beringin, sebagai tempat
isi kulit umpama lahir, sekata lahir
berlindung,
tahan
dengan batin, sesuai mulut dengan
kritik, mau menerima saran,
hati” (Siddiq). Kedua, memiliki ilmu
dan tidak menggurui
pengetahuan, baik yang didapatkan
panutan,
diberikan
melalui pembelajaran langsung dari
pemimpin,
masyarakat dan alam (dikenal dengan
kedudukannya;
istilah Cadiak) maupun pengetahuan
raja alim raja disembah, raja
yang bersumber dari pembelajaran
lalim raja disanggah.
formal
• Penghormatan kepada bukan
kualitas pada
• Kedudukan seorang pemimpin hanyalah
ditinggikan
dengan
istilah
Pandai). Ketiga,
didahulukan
selangkah,
(dikenal
yakin,
dan
memiliki
sifat
lunak-lembut,
sabar, karena
itu,
lunak-lembut dalam perkataan menjadi
diingatkan agar hati-hati yang
kunci bagi setiap hati manusia. Sebab,
di atas, yang di bawah akan
keberhasilan seorang pemimpin dalam
menimpa.
adat
karena
seranting,
Minangkabau
bukan
hanya
Minangkabau
bergantung pada perumusan program-
menolak “kultus individu” dan
program pemerintahan, akan tetapi
pola “patron klien”.
harus berakar kuat pada realitas dan
• Masyarakat
sesuai dengan kemampuan Kepemimpinan ini membutuhkan
rakyat
untuk menjalaninya.Keempat, seorang
karakter yang kuat seperti pohon
pemimpin
beringin, sebagai tempat berlindung,
tauladan yang baik dan memotivasi
panutan, tahan kritik, mau menerima
bawahan dengan membangun dan
saran (Hasanuddin, 2014). Seorang
membangkitkan etos bersaing untuk
pemimpin
Minangkabau
harus
maju dan memperoleh prestasi dan
memiliki:
pertama
atribut
prestise, seperti dinyatakan dalam
kepemimpinan
yang
kekeluargaan.
Seorang
diyakini rakyat
iktikad
mampu
menjadi
dan
ungkapan: nak kayo kuaik mancari,
pemimpin
nak cadiak rajin baraja, nak mulie
terhadap
pahaluih budi‘Jika hendak kay kuatlah
terukir
berusaha, jika hendak pandai rajinlah
egaliter
baiknya
sebagaimana
harus
yang
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 227
belajar,
kalau
hendak
mulia
perhaluslah budi bahasa’.
Barat merupakan sebuah langkah maju dalam upaya pelestarian lingkungan
Dengan demikian, pemimpin dan
berbasis sekolah. Akan tetapi, dalam
rakyat selalu berada dalam posisi
perjalanan waktu program tersebut
keseimbangan yang tepat. Pemimpin
menunjukkan
diwajibkan patuh pada keputusan yang
kinerja dan penghargaan sesuai data
dihasilkan
pada
dalam
musyawarah,
penurunan
2016.
capaian
Penurunan
tersebut
musyawarah harus bersumber pada
teridentifikasi pada peralihan status
kebenaran
dari
dan
kebenaran
berdiri
Sekolah
Adiwiyata
Nasional
sendiri sesuai alur dan kepatutan
menuju Sekolah Adiwiyata Mandiri.
hukum alam. Pemimpin dituntut untuk
Penurunan tersebut disebabkan tiga
menanamkan
faktor
rasa
kekeluargaan
utama,
yakni:
rendahnya
lingkungan,
orientasi
persatuan dilingkungan rakyat serta
kesadaran
rasa cinta terhadap kebudayaan dan
material pragmatis dunia pendidikan,
alam Minangkabau yang egaliter.
dan kepeloporan pemimpin. Ketiga
Berdasarkan
penjelasan
ketiga
faktor utama tersebut menunjukkan
faktor nilai Adat Minangkabau yang
makin
berpotensi
pelaksanaan
diberdayakan
untuk
lunturnya
pemahaman
nilai-nilai
dan
budaya
pengembangan Sekolah Adiwiyata di
kearifan local Minangkabau dalam
atas, maka perlu dilakukan revitalisasi
program tersebut. Oleh sebab itu,
agar nilai-nilai tersebut memperoleh
pemberdayan dan revitalisasi Nilai-
akar
nilai Budaya dan Kearifan Lokal
yang
kuat.
Pemberdayaan
kearifan lokal dan revitalisasi nilai-
Minangkabau
nilai Budaya Minangkabau tersebut
mengembalikan
perlu memperoleh payung hukum
pengembangan
dalam bentuk regulasi sehingga dapat
tersebut.
diproyeksikan kemajuan Sekolah
dapat dalam
Adiwiyata
menjadi acuan bagi seluruh komponen komunitas yang terlibat. PENUTUP Kesimpulan Program pengembangan Sekolah Adiwiyata sejak 2012 di Sumatera
Saran Berdasarkan simpulan di atas, dapat direkomendasikan: (1) Program Adiwiyata
berbasis
dihidupkan
dan
228 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
sekolah
perlu
dikembangkan
kembali, (2) Kurikulum pendidikan lingkungan perlu dijadikan sebagai mata pelajaran khusus di sekolah yang diakui oleh pemerintah (dalam hal ini Kementerian
Pendidikan
dan
jajarannya ke bawah) atau kurikulum tersebut diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang relevan, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan guru-guru terhadap standar
pemenuhan jam
dilakukan
KUM
mengajar,
(3)
pemberdayaan
revitalisasi
nilai-nilai
budaya
dan Perlu dan dan
kearifan local Minangkabau dalam pengembangan
Program
Adiwiyata
tersebut di Sumatera Barat, (4) Perlu regulasi
untuk
memayungi
secara
hokum semua program dan kegiatan yang direkomendasikan di atas agar dapat diimplementasikan secara efektif. DAFTAR PUSTAKA Bapedalda SB, 2016. Laporan Adiwiyata, Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Hasanuddin. 2013. Adat dan Syarak, Sumber Inspirasi dan Rujukan Nilai Dialektika Minangkabau. Pusat Studi dan Informasi
Kebudayaan Minangkabau, Universitas Andalas, Padang. Hasanuddin. 2017. Wacana Etnik dalam Multikulturalisme Indonesia: Dinamika Adaptif Diaspora Minangkabau di Bali. Padang. Penerbit: Erka Kosim, Muhammad. 2011. “Pendidikan Karakter Versi Sumatera Barat”. Haluan: 9 Desember 2011 Kosim, Muhammad. 2012. “Pembelajaran Pendidikan Karakter Berbasis Agama”, Makalah dalam Workshop Pendidikan Karakter Tingkat SMA, tanggal 3 Mei di Rocky Hotel Padang. Nasroen, M. 1971. Dasar-dasar Filsafat Adat Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang. Navis, A. A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafitipers. Saleh, Abdul Aziz. 1996. Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembangunan di Sumatera Barat. Genta Andalas. J.03.Th.I, p 14-21. Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, (2011), Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, Jakarta: Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Revitalisasi Kearifan Lokal Minangkabau Dalam Pelaksanaan Program Sekolahadiwiyata Di Sumatera BaratDwi Astuti 229