Kasus Client Center.docx

  • Uploaded by: ELIYAROSA
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Client Center.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 729
  • Pages: 4
A. Deskripsi Kasus AD ialah siswa kelas XII SMA Negeri 2 Martapura, Ia merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolah, tahun pelajara ini ia mendapat juara 1 umum di sekolahnya. AD termasuk anak dari gologan keluarga yang berada dan ia anak tunggal. AD selalu di utamakan dalam keluarga apapun yang ia minta selalu di kabulkan oleh kedua orangtunya. Orang tua AD sangat mengutamakan pendidikan AD, mulai dari perlengakapan sekolah sampai belajar tambahan diluar (bimbel). Namun dalam pendidikan AD, Ia selalu mengikuti kehendak orang tuanya baik dari harus mengikuti bimbel dan masuk jurusan di sekolah menengah atas. Setelah lulus SMA, ia ingin masuk ke salah satu universitas negeri di yogyakarta mengambil jurusan sastra, AD sangat berantusias sekali dalam mempersiapkan test masuk universitas dengan mengambil jurusan sastra ini, tetapi Ayah AD tidak mengizinkan ia mengambil jurusan sastra melainkan menyuruhnya untuk mengambil kedokteran. AD masih bersikeras akan pilihannya untuk masuk jurusan sastra, ia tidak mau untuk masuk jurusan kedokteran. AD berusaha untuk membicarakan kepada ayahnya dan memberi pemahaman bahwasannya ia lebih menyukai sastra dan ia memiliki passion disitu. Tetapi ayahnya tetap untuk menyuruhnya masuk jurusan kedokteran. Disini AD merasa bingung dan merasa tertekan sebab ia juga memikirkan perasaan kedua orang tuannya juga mengingat akan jasa – jasa orang tuanya yang selalu menuruti kehendaknya, lalu AD memutuskan untuk menemui konselor untuk menceritakan keluh kesah yang ia rasakan.

B. Asusmi tingkah laku bermasalah Konseli memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah- masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaana di letakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dengan diri riil. Pribadi yang penyesuaiannya baik sangat erat hubungannya dengan pengalaman individu, yaitu segenap pengalamannya

diasimilasikan dan disadari ke dalam hubungan yang selaras dengan konsepsi self. Sebaiknya, penyesuaian psikologis yang salah terjadi apabila konsepsi self menolak menjadi sadar pengalaman, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan tidak diorganisasikan ke dalam struktur self secara utuh. C. Tujuan Konseling

Tujuan Konseling dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut : 

Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya .



Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas hidupnya.



menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.



Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.

D. Analisis Kasus Dalam kasus tersebut dilihat konseli telah memiliki sedikit tindakan tetapi ia ragu akan yang ia putuskan dan ia menjadi tertekan akan orangtuanyan kerena ia mementingkan perasaan orang tuanya juga yang selalu menurutin kehendaknya dan ia bingung akan keharusan yang diberikan orang tuanya untuknya, maka dari itu konseli kurangnya penguatan dan dorangan akan dirinya untuk bertindak.

E. Teknik Konseling Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik amat digunakan sifat-sifat konselor berikut: 1. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral. 2. Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten. 3. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu. 4. Nonjudgemental artinya tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.

F. Proses Konseling Dalam proses konseling, konselor berperan sebagai fasilitator. Yaitu mengarahkan konseli agar bisa mengambil keputusan dan memecahkan masalahnya sendiri dengan tepat sesuai dengan keinginan konseli, yaitu terbebas dari pikiran yang keliru tersebut. Maka dari itu, konselor harus bisa menerima konseli dengan segala masalahnya apapun masalahnya dan keadaannya, bersikap empati terhadap apa yang dirasakan oleh konseli AD atas apa yang dirasakannya, tidak memberi penilaian buruk terhadap keputusan atau tindakan konseli, memberi dorongan/motivasi serta meyakini konseli bahwa ia adalah individu yang dapat menyelesaikan masalah.

PENDEKATAN UTAMA KONSELING Client Centered

OLEH: Theadora Gracelyta 06071281722021 PENGAMPU: Dra. Rahmi Sofah, M.Pd, Kons Ratna Sari Dewi,M.pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019

Related Documents

Client
June 2020 33
Client
May 2020 19
Kasus
June 2020 54
Client Roster
December 2019 24
Client Server
May 2020 26

More Documents from "Irfan"