Pneumonia (membaik)+Development delay+ ASD (Atrial Sectal Defect) secundum kecil+ Mitral berat+Kardiomiopati+GERD+Diare akut
Mahasiswa PKPA RSUD Dr. Soetomo Periode April – Juni 2017
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Personil kelompok 5: Lisa Dewi Purnama D (UBAYA) Rahmitia Fadiani (UBAYA) Cindy Zeila Valentyana (UBAYA) Amalia Septia (UWM) Anggun Steveni (UWM) Oktavilia Perdini (UMS) NurFitri Sulistyaningrum (UMS) Dian Septi Wiguna (UMS) Marini Nike Saputri (UGM)
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Wahyu Lestari Aulia Prehastiwi Tri Wahyuningsih Lydian Permatasari Rani Zafira Arman Rudi Pranata Maria Mestika Dewi Sertini Frisnawati Christin N. Purba
(UGM) (UGM) (UNAND) (UNAND) (UNAND) (UNAND) (USU) (USU) (USU)
Defek septum atrium merupakan keadaan dimana terjadi defek pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi komunikasi langsung antara atrium kiri dan atrium kanan.
Ilmu Penyakit Dalam,
Defek septum atrium sekundum
Defek septum atrium sinus venosus superior
Defek septum atrium primum
Ilmu Penyakit Dalam,
ASD •ASD tidak dapat ditentukan karena terjadi akibat interaksi genetik yang multifaktorial dan sistem lingkungan, sehingga sulit untuk ditentukan satu penyebab yang spesifik. Adanya ketidaknormalan perkembangan interatrial septum yang terjadi pada masa kehamilan minggu ke empat sampai dengan ke enam.
(McCance, Katheryn L., 1994 ; Ilmu Penyakit Dalam, )
Manifestasi klinis dari ASD bisa berbeda pada setiap orang. Defect yang dapat memberikan gejala biasanya dengan diameter 2 cm atau lebih. Diagnosis pada anak biasanya asimptomatik karena defectnya kecil, akan tetapi kebanyakan gejala awal saat mereka dewasa, dan diidentifikasi karena adanya murmur.
Infeksi saluran napas (Pneumoni) Lemah
Bibir dan ujung jari menjadi biru saat beraktivitas
Manifestasi Klinis Jantung murmur
Palpitasi
Pertumbuhan lambat dan gangguan berat badan
Sesak napas
McCance, Katheryn L., 1994; Hay JR., William w., 2014.
Jayaprasad, N. (2016). Heart Failure In Children. Heart Views : The Official Journal Of The Gulf Heart Association, 17(3), 92–99.
Dilatasi Kardiomiopati adalah suatu kondisi di mana otot jantung menjadi melebar dan ventrikel kiri tidak berfungsi dengan baik. Kardiomiopati bisa berkembang menjadi gagal jantung.
(Elliot Perry, 2000)
Noncompact ed myocardi um
Miokardit is
Endocar dial fibroelast osis
Genetik
Defisiens i karnitin
Etiol ogi
Defisiens i selenium
Kawasak i disease
Malforma si arteri
Defisensi kalsium
(Elliot Perry, 2000)
Meskipun kardiomiopati mungkin asimtomatik pada tahap awal, kebanyakan gejala khas yang muncul seperti pada gagal jantung, Gejala gagal jantung bisa meliputi : •sesak napas, •kelelahan, •batuk, •ortopnea, •dyspnea nokturnal paroksismal, •dan edema. Gejala ini biasa muncul pada pasien dengan kardiomiopati Dilatasi (Wexler, 2009).
Treatment DCM umumnya ditujukan untuk meringankan gejala gagal jantung, Pengobatan DCM pada dasarnya sama dengan pengobatan gagal jantung kronis (CHF).
Obat-obatan yang digunakan: ACEI, if intolerated ARB
B bloker
Diuretik
Cardiac glycoside Vasodilator dan Oral anti Koagulan (untuk pasien atrial fibrilation dengan riwayat tromboembolisme)
1.Medscape 2015, Dilated Cardiomyopathy Treatment & Management http://emedicine.medscape.com/article/152696-treatment#d1 2.Bennett, T. (2014). Treatment of dilated cardiomyopathy. British Journal of Cardiac Nursing, 9(6). 3.Jefferies, J. L., & Towbin, J. A. (2010). Dilated cardiomyopathy. The Lancet, 375(9716), 752-762.
Seth, A. (Ed.). (2008). Dilated Cardiomyopathy-ECAB. Elsevier Health Sciences.
GERD adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks dari isi lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu di seofagus maupun ekstra esofagus dan dapat disertai beberapa komplikasi
(Susanto, 2002)
ETIOLOGI Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi: Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis
Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
bersihan asam dari lumen esofagus menurun
Kelainan pada lambung
Mengonsumsi makanan berasam, cokelat, minuman berkafein, berkarbonat, alkohol, dan obat obatan yang dapat menurunkan tonus LES
Ketahanan epitel esofagus menurun
Bahan refluksat ( pH < 2, mengandung pepsin garam empedu, HCl) mengenai dinding esofagus
Kelainan anatomi seperti penyempitan kerongkongan
Menurunnya tonus LES (lower esofagial sphinchter)
(Yusuf, 2009)
PATOFISIOLOGI
(Sibernagl & Lang, 2000)
Tata laksana terapi NON FARMAKOLOGI Modifikasi gaya hidup/ lifestyle Tidur sengan posisi kepala lebih tinggi dari tubuh sekitar 8-12 cm dapat Hindari makan pada waktu 2-3 jam sebelum tidur Menurunkan berat badan jika overweight Berhenti merokok Modifikasi diet makan sedikit-sedikit, tapi sering. Hindari makanan berlemak, peppermint, cokelat, alkohol, minuman bersoda, kopi dan teh.
FARMAKOLOGI Antasida menetralkan asam lambung MgOh, AlOH. H2RA (histamine 2 receptor antagonist) ranitidine, simetidine, famotidine PPI omeprazole, lansoprazole, pantoprazole Pelindung mukosa sukralfat
(AGA guideline recommendations ,Gastroenterology 2008;135:1383–1391)
ALGORITMA TERAPI GERD
Tygat et al., 2008)
Hasil studi menunjukkan, penggunaan PPI paling sering digunakan untuk penatalaksanaan GERD pada pasien dewasa dan anak. Keefektifan untuk penatalaksanaan gastric ulcer, gastroesophageal reflux disease (GERD) dan infeksi Helicobacter pylori telah dibuktikan pada anak dengan umur lebih dari 1 tahun.
Ward, Robert M et al. Proton Pump Inhibitor in Pediatrics. A review article. 2013
Ward, Robert M et al. Proton Pump Inhibitor in Pediatrics. A review article. 2013
Gremse, David A. GERD in the Pediatric Patient : Management Considerations.Medscape General Medicine. 2004
Ward, Robert M et al. Proton Pump Inhibitor in Pediatrics. A review article. 2013
Diare • Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Penyebab yang paling sering yaitu virus atau
bakteri (IPD, )
Lini pertama Lini ke-2
• “very severe pneumonia” • Kombinasi : • -ampicillin 50mg/kgBB atau benzyl penicillin : 50.000 units/KgBB i.m atau i.v tiap 6 jam
• -Gentamicin 7,5mg/KgBB i.m atau i.v 1 kali sehari • Terapi kombinasi dapat diberikan selama 5-14 hari • (WHO, 2015)
•Ceftriaxon dapat digunakan jika terjadi kegagalan pada terapi lini pertama.
(WHO, 2015)
Etiologi : ◦ Mikroorganisme penyebab tersering pada anak-anak adalah bakteri Streptococcus
pneumoniae, Chlamydia
◦ (oxford handbook of paediatric)
Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
(WHO ,2005)
Diare • Menurut mekanisme diare, maka dikenal diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Di sini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi, dan imunologi.
(Field M, 2003)
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Soenarto Y, 2011)
Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut ASI dan makanan tetap diteruskan Antibiotik selektif Nasehat kepada orang tua
(Depkes, 2011)
Nama
Anak Vaigatul Q (P)
No RM
1257xxxx
Umur / BB
1,5 tahun / 7,2 kg
Alamat
Banyu urip kidul
Tanggal MRS
4 Mei 2017
Diagnosis
Pneumonia + Development delay + ASD Sec. Kecil + MR berat + AR sedang + kardiomiopati + GERD + Diare akut
Alasan MRS
Pasien rujukan TS Nefro dengan keluhan sesak dan riwayat demam yang didahului batuk + 2 hari.
Dokter yang menangani
Dr. P
Riwayat pasien
Usia 2 bulan dan 7 bulana dirawat di RS Soewandhi dengan infeksi paru.
DATA KLINIK Suhu
Nilai Acuan
(36,537,50C)
Mei 2017,Tanggal 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
36,9
36,8
36,9
36,4
36,6
37,8
37,6
37,4
37
37
38,3
38,2
37,2
130
120
130
128
134
128
158
140
110
140
130
140
108
30
28
30
30
26
30
34
30
26
28
40
36
28
+
+
+
+
-
-
-
+
-
-
+
+
(80Nadi
100x/menit
) RR
( < 20 x/menit)
Batuk
Kejang
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-/-/-
+/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/+
-/-/-
Sesak
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
SPO2
>90%
96
97
96
97
98
97
98
98
96
97
98
97
97
demam Mual/muntah/ diare
No.
Data Lab
Normal
5/5/17
7/5/17
9/5/17
15/5/17
22/5/17
Darah Lengkap 1
Hb
L:11,7-15,5 g/dl
10,4
11,2
10,8
2
Leukosit
3,37-10 x 103 /µl
14,57
14,70
14,38
3
Platelet
150-450 x103 /µl
356
467
347
4
HCT
41,3-52,1%
32,8
35,2
33,9
3,69
3,89
5
RBC
3,60-5,46
x106 /µl
Serum elektrolit 4.
K
3,8-5 mmol/l
4,1
4,9
3,9
5.
Na
136-144 mmol/l
135
131
138
6.
Cl
97-103 mmol/l
90
93
101
Ca
8,5-10,1
7,9
7,6
9,1
Mg Serum Fe
31
35-150
Renal Function Test 12.
BUN
10-20 mg/dl
13.
S Cr
0,5-1,2 mg/dl
Albumin
3,4-5 g/dl
18.
12 0,2 3,9
4,3
Pemeriksaan imunologi Ig G Anti--CMV
<4 , >4 to <6 aU/ml (-)
+ (38)
No.
5/5/17
7/5/17
9/5/17
15/5/17
22/5/17
Data Laboratorium
Normal
19.
FT 4
0,71-1,85
0,6
20
TS H-S (0,47-4,64)
0,47-4,64
1,25
22
MCV
86,7 – 102,3 FI
88,9
90,5
23
MCH
27,1 – 32,4 ps
28,2
28,8
24
MCHC
29,7-33,1g/dl
25.
Kolesterol total
<200 mg/dl
26.
Trigiserida
<150 mg/dl
27.
LDL
<100 mg/dl
28.
HDL
40-60 mg/dl
31,8
Diff. Count 28
Neutrofil
39,8 – 70,5 %
40,3
29
Limfosit
23,1 – 49,9 %
41,6
30
Monosit
4,3 – 10,10 %
17
31
Eosinofil
0,6 – 5,4 %
0,12
32
Basofil
0,3 – 1,4 %
0,04
Hasil RO/USG Hasil foto thorax infiltrate Paru (D) Hasil ECG 10/5/2017 Hasil Septum atrium : ASD secundum kecil L to R shunt 0,52 cm + Mitral berat + Aorta sedang, TR ringan
Tanggal Pemberian Obat Nama Obat
Regimen Dosis
Lisinopril
1 x 0,7 mg
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Furosemid
2 x 7 mg
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Dobutamin
5 mcg
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Stop
Carnitin
3x 120 mg
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Digoxin
2x 35 mcg
√
√
√
√
11/5 12/5 13/5 14/5 15/5 16/5 17/5 18/5 19/5 20/5 21/5 22/5 23/5
Tanggal Pemberian Obat Nama Obat
Regimen Dosis
Ampicillin
1 x 0,7 mg
Gentamicin
2 x 7 mg
Salbutamol nebu
1 respule + PZ 1 ml /12 jam
11/5 12/5 13/5 14/5 15/5 16/5 17/5 18/5 19/5 20/5 21/5 22/5 23/5 √
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
Tanggal Pemberian Obat Nama Obat
Regimen Dosis
Omeprazol
1 x 8 mg IV
11/5 12/5 13/5 14/5 15/5 16/5 17/5 18/5 19/5 20/5 21/5 22/5 23/5 √
√
√
√
√
Terapi Pengobatan (Diare) Tanggal Pemberian Obat Nama Obat
Regimen Dosis
Probiotik
1x1
Zinc
1x 20 mg
11/5 12/5 13/5 14/5 15/5 16/5 17/5 18/5 19/5 20/5 21/5 22/5 23/5 √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
BB pasien
7,2 kg
Obat
Perhitungan
Dosis aktual
Sesuai/tidak sesuai
Ampicillin
50-100 mg/kgBB x 7,2 kg = 360-720 mg dalam 4 dosis terbagi = 90 -180 mg (Dosis lazim antibiotik)
200 mg
Sesuai
2x 7 mg
Sesuai
-
-
(Pediatric & Neonatal Dossage Handbook, 2009) Furosemid
Anak 1 bulan-12 tahun 0,5 – 2 mg/ kg 2-3 kali sehari (BNF For Children, 2014-2015)
Lisinopril
Dosis = (0,5-2 mg) x 7,2 = 3,6 – 14,4 mg 2-3 kali sehari Anak > 6 tahun 0,07 mg/ kg (up to 5 mg) maximum 0,61 mg/ kg atau 40 mg/ hari (AHFS, 2011) Anak 6- 12 tahun 70 microgram/ kg (max. 5 mg ) maximum 600 microgram/ kg atau 40 mg/ hari (BNF For Children, 2014-2015) Dosis Captorpril : Anak 1 bulan- 12 tahun 100 microgram/ kg (max. 6, 25 mg), 100-300 microgram/ kg 2-3 kali sehari, 6 mg/ kg/ hari (max. 4 mg/ kg/ hari) 100 mcg/kg x 7,2 kg= 720 mcg (BNF For Children, 2014-2015) Anak 0,1 mg/ kg, 0,2-0,5 mg/ kg/ dosis 6-12 jam 0,1 mg/kg x 7,2 kg= 0,72 mg atau 720 mcg (Pediatric Medication Handbook, 2016) Dosis candesartan 1-6 tahun (Medscape): Dosis awal= 0,2 mg/kg x 7,2 =1,44 mg dalam 2 dosis terbagi = 0,72 mg Dosis maintenance= 0,05-0,4 mg/kg/hari x 7,2 kg= 0,36-2,88 mg/hari
BB pasien Obat Digoxin
Dobutamin
Carnitin
7,2 kg Perhitungan
Dosis = 15mcg/kgBB = 15 mcg/kgBB x 7 kg= 108 mcg Setelah 6 jam Dosis = 5 mcg/kgBB =5 mcg/kgBB x 7 kg = 35 mcg (Drug dose for Child) Menurut literatur BNF for children, 2014, untuk umur 1-18 tahun, dimulai dengan dosis 5 mcg/kg/menit Dosis= 5 mcg/kg/menit x 7,2 kg = 36 mcg dan dilanjutkan dengan dosis 2-20 mcg/kg/menit Dosis=2-20 mcg/kg/menit x 7,2 kg = 14,4 – 144 mcg Pediatric Drug Reference, 2004; Medscape Dosis anak = 50 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis terbagi Perhitungan dosis = 50 mg/kg x 7,2 kg = 360 mg dibagi 3 120 mg
Dosis aktual
Sesuai/tidak sesuai
2 x 35 mcg
Sesuai
5 mcg/kgBB
Sesuai
(36 mcg)
120 mg
Sesuai
BB pasien
7,2 kg Perhitungan
Obat Omeprazol
Dosis omeprazole untuk GERD yang digunakan pada anak umur 1 tahun 6 bulan (> 1 tahun) adalah 0,7 – 3,3 mg /kg BB/ hari. Dosis menurut literatur : 0,7 – 3,5 mg/kgBB 7,2 kg = 5,04 mg – 23,76 mg / hari
Dosis aktual
Sesuai/tidak sesuai
8 mg/ hari
Sesuai
Sesuai
(Ward, Robert M et al. Proton Pump Inhibitor in Pediatrics. A review article. 2013) Gentamicin
Salbutamol
7,5 mg/kg IV q24h hingga 5 hari (who)
: 54mg/hari
Loading dose
8 mg/kg H1, sljtnya 6 mg/kg (drug dose)
: 57,6 mg (H1), 43,2 mg (H seterusnya)
55 mg/24 jam
0,1 – 0,15 mg/KgBB/dose sampai 5mg dapat diberikan 4-6 jam setelah pemberian pertama (Benitz,3rd ed)
1 respule salbutamol mengandung 2,5 mg
Sesuai
Pneumonia (4 mei-10mei 2017) & 20 mei 2017
Subjective
Pasien di bed tenang, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter
Nilai Normal
4/5
5/5
6/5
7/5
8/5
9/5
10/5
20/5
36 – 37,4
37
38,5
38,4
38,9
37,5
37
37
37
(3,8 - 10) x 103/μl
14,70
RR
12 – 20 x/menit
40
24
32
36
36
28
24
28
HR
60 – 110 x/ menit
124
120
122
132
128
120
120
140
Suhu Leukosit
Assesment
• Pasien mendapatkan terapi ampicillin-gentamicin selama 7 hari dari tanggal 4 mei 2017-10 mei 2017 (sesuai dengan WHO,2015) di ruang respiro kemudian dinyatakan pneumonia membaik (tanpa data penunjang (WBC) • hasil pemeriksaan menyatakan tingginya nilai WBC,RR dan HR pasien, namun belum diberikan terapi
• Diberikan ampicillin kembali pada tanggal 19 mei 2017 sampai sekarang (terapi empiris) dan ditambahkan gentamicin tanggal 23 mei 2017 (WBC tinggi), tujuan pemberian Gentamicin tanpa indikasi yang jelas (tanpa hasil kultur)
Planning
Implementasi
•Tgl 10/5 dilakukan cek lab darah untuk mengetahui kadar WBC setelah pemberian terapi kombinasi ampicillin-gentamicin selama 7 hari agar dapat memastikan hasil keberhasilan terapi Pneumonia. •Tgl 15/5 Dapat diberikan antibiotic empiris ampicillin 50-100 mg/kgBB x 7,2 kg = 360-720 mg dalam 4 dosis terbagi = 90 -180 mg (Dosis lazim antibiotik) •(Pediatric & Neonatal Dossage Handbook, 2009). •Sebaiknya dilakukan kultur bakteri untuk mengetahui bakteri penyebab tingginya kadar WBC.
•Di diskusikan pada Apoteker, Dokter dan Perawat
12 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal
12/5
36 – 37,4
36,8
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
28
HR
60 – 110 x/ menit
120
•Usia anak 1 tahun 6 bulan atau dibawah 6 tahun tidak direkomendasikan pemakaian lisinopril. Namun ada beberapa studi Penggunaan ACEi lain seperti captopril, enalapril pada pediatrik dan juga obat ini termasuk EMLc ( essential medicine list children) •(Beggs, S., 2009)
Planning
• Disarankan pemakaian ARB (Angiostensin II Reseptor Blocker) seperti candesartan karena jika diberi captopril dikhawatirkan memperparah batuk pasien dan beresiko memperburuk kondisi jantung. •Bennett, T. (2014 );Jefferies, J. L., & Towbin, J. A. (2010)
Implementasi
• Diinformasikan pada dokter dan perawat
12 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, BAB cair dari kemarin sore – pagi ini 4x, batuk jara ng, tidak sesak
Objective
Parameter Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal Nilai Normal
12/512/5
36 – 37,4 36 – 37,4
36,9 36,8
(3,8 - 10)(3,8 x 103- /μl 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit 12 – 20 x/menit
HR
60 – 110 x/ 60 menit – 110 x/ menit
28
28
140 120
• Carnitin memiliki efek samping hipertensi (18-21%), fever (5-12%), mual (912%), muntah (9-21%), infeksi (10-24%) • (medscape, 2017)
Planning
• Monitoring tanda-tanda vital pasien, dan tanda-tanda terjadinya infeksi. •(medscape, 2017)
Implementasi
• menyampaikan kepada perawat untuk selalu memonitor tanda-tanda vital pasien
12 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal
12/5
36 – 37,4
36,9
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
28
HR
60 – 110 x/ menit
140
• Lisinopril dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah, jika diberikan dengan makanan yang tinggi kalium akan menyebabkan hiperkalemia dan berpengaruh pada pasien gangguan jantung. • (medscape, 2017)
Planning
• Monitoring tanda-tanda vital pasien, dan tanda-tanda terjadinya infeksi. •(medscape, 2017)
Implementasi
• menyampaikan kepada perawat untuk selalu memonitor tanda-tanda vital pasien
20 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, BAB cair dari kemarin sore – pagi ini 4x, batuk jarang, tidak ses ak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal
20/5
36 – 37,4
37
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
28
HR
60 – 110 x/ menit
140
• Digoksin dan dobutamin menyebabkan ritme jantung tidak teratur karna mekanisme kerjanya agonis dalam menggiatkan kerja jantung. • (Drugs.com)
Planning
• Monitor kadar keadaan umum pasien seperti heart rate. • (Drugs.com)
Implementasi
• Diinformasikan pada dokter dan perawat
20 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, BAB cair dari kemarin sore – pagi ini 4x, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter Parameter
Nilai Normal
Nilai20/5 Normal
21/5
22/5
20/523/5
36 – 37,4
36 –37 37,4
38,3
38,3
37 37,2
(3,8 - 10) x 103/μl
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
12 – 2028 x/menit
40
36
28 28
HR
60 – 110 x/ menit
60 – 110140 x/ menit
130
140
140 108
Suhu Leukosit
Assesment
14,38
• Kadar digoksin dapat menurun bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan tinggi serat, dan jus anggur dapat meningkatkan absorbsi digoxin sehingga kadar digoxin dalam darah meningkat. • (Drugs.com)
Planning Implementasi
• Hindari pemberian digoxin dengan makanan tinggi serat dan jus anggur, beri jeda pemberian 30 menit.
• (Drugs.com) • Diinformasikan pada dokter dan perawat
20 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, BAB cair dari kemarin sore – pagi ini 4x, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal
20/5
36 – 37,4
37
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
28
HR
60 – 110 x/ menit
140
• Furosemid dan Digoksin meningkatkan resiko aritmia • (Tatro, 2005)
Planning
• Monitor kadar kalium dan magnesium. Menggunakan suplemen elektrolit jika dibutuhkan. Batasi konsumsi makanan yang mengandung natrium dan penggunaan diuretik hemat kalium • (Tatro, 2005)
Implementasi
• Diinformasikan pada dokter dan perawat
20-23 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Planning
Nilai Normal
20/5
21/5
22/5
23/5
36 – 37,4
37
38,3
38,3
37,2
(3,8 - 10) x 103/μl
14,38
RR
12 – 20 x/menit
28
40
36
28
HR
60 – 110 x/ menit
140
130
140
108
• Pasien mendapat terapi lisinopril (ACE I) dan digoxin tanggal 20-23 mei, terjadi interaksi signifikan antara lisinopril dan digoxin dimana dapat meningkatkan kadar digoxin.
• (medscape, 2017) • Lakukan monitoring ketat dan amati tanda-tanda terjadinya toksisitas digoxin • (medscape, 2017)
Implementasi
• Diinformasikan pada dokter dan perawat
23 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, batuk jarang, tidak sesak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal
23/5
36 – 37,4
37,2
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
28
HR
60 – 110 x/ menit
108
• Furosemid dan Gentamicyn meningkatkan auditorio toksisitas • (Tatro, 2005)
Planning
• Monitoring kadar aminoglikosida atau mengganti dengan antibiotik alternatif lainnya. • (Tatro, 2005)
Implementasi
• Diinformasikan pada dokter dan perawat
23 Mei 2017 Subjective
Pasien di bed tenang, BAB cair dari kemarin sore – pagi ini 4x, batuk jara ng, tidak sesak
Objective
Parameter Suhu Leukosit
Assesment
Nilai Normal
23/5
36 – 37,4
37,2
(3,8 - 10) x 103/μl
RR
12 – 20 x/menit
28
HR
60 – 110 x/ menit
108
• Digoksin dan aminoglikosida menurunkan kadar digoksin • (Tatro, 2005)
Planning
Implementasi
•Monitor kadar kalium dan magnesium. Menggunakan suplemen elektrolit jika dibutuhkan. Batasi konsumsi makanan yang mengandung natrium dan penggunaan diuretik hemat kalium •(Tatro, 2005)
• Diinformasikan pada dokter dan perawat
No
Hari, tangal
uraian
Rekomendasi, saran
1
9 mei 2017
2
20 mei 2017
Omeprazol diberikan secara Pemberian injeksi intravena. Setelah omeprazol dilarutkan dengan 100 ml NaCl 0,9 % atau dekstrosa 5%, omeprazol diberikan 2.5-5 dengan maksimum laju pemberian 4 ml/min Penyimpanan Sediaan omeprazol disimpan pada suhu 25o C (suhu ruangan) dan terlindung dari cahaya. Stabilitas Omeprazol yang dilarutkan dengan NaCl 0,9% stabil selama 12 jam, dan jika dilarutkan dengan dextrosa 5% stabil selama 3-6 jam. (Trissel, 2009) Pemberian Ampicillin Ampicillin diberikan secara injeksi intravena secara lambat 10 -15 minutes Penyimpanan Sediaan yang belum dikonstitusi disimpan pada suhu 20oC stabil selama 48 jam Stabilitas Ampicilin yang dilarutkan dengan dextrosa 5% pada suhu 5oC stabil selama 4 jam dan pada suhu 27oC stabil selama
no 3
Hari tanggal
uraian
23 Mei 2017
Gentamicin
Rekomendasi, saran Pemberian Injeksi gentamicin diberikan secara infus selama 0,5-2 jam. Dosis anak yang diberikan diturunkan dari kebutuhan dosis dewasa. Stabilitas Larutan gentamicin yang dilarutkan dalam dekstrosa 5% dalam PVC bags pada suhu -20 °C stabil selama 30 days
no Hari tanggal
uraian
Rekomendasi, saran
Evaluasi
1
12 mei 2017
Pemberian Lisinopril
Lisinopril sebaiknya diberikan setelah makan karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.
Pasien mengerti
2
12 mei 2017
Efek Furosemid
Sarankan banyak minum pada Pasien mengerti pasien untuk menyeimbangkan cairan tubuh karena furosemid menyebabkan sering buang air kecil.
Pemberian Furosemid
Sebaiknya diberikan pagi dan siang hari, hindari pemberian malam hari karena dapat mengganggu tidur pasien karena efek diuretik (sering BAK) Beri jeda 30 menit saat pemberian Pasien mengerti digoxin
3
20 Mei 2017
Interaksi digoxin dengan makanan tinggi serat dan jus anggur
Perlu dilakukan monitoring Monitoring tanda-tanda vital pasien dan data laboratorium pasien terkait manifestasi efek samping obat. Perlu dilakukan kultur untuk menunjukan keberhasilan pengobatan pneumonia pasien. Penyesuaian dosis untuk anak sudah tepat
American Gastroenterology Assosciation. 2008. American Gastroenterology Assosciation Medical Position Statement on The Management of Gastroesophageal Reflux Disease. America. DOI: 135:1383-1391. Beggs, S., Thompson, A., Nash, R., Tompson, A., & Peterson, G. (2009). Cardiac failure in children. Proceedings
of the 17th Expert Committee on the Selection and Use of Essential Medicines
Bachert, C., Pawankar, R., Zhang, L., Bunnag, C., Fokkens, W. J., Hamilos, D. L., ... & Naclerio, R. (2014). ICON: chronic rhinosinusitis. World Allergy Organization Journal, 7(1), 25 Depkes RI, 2016, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/137/2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang Formulariun Nasional, Jakarta.
Dipiro.JT., 2008, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York. Elliot Perry, 2010, Diagnosis and management of dilated cardiomyopathy, Departement of Cardiological sciences, St George’s Hospital Medical School, London, UK.
Gremse, D. A, GERD in the Pediatric Patient : Management Considerations. Medscape General Medicine. 2004 Hay JR., William w., 2014, CURRENT Diagnosis and Treatment Pediatric Ed 23, Mc Graw Hill, New York.
Jayaprasad, N. (2016). Heart Failure In Children. Heart Views : The Official Journal Of The Gulf Heart Association, 17(3), 92–99. McCance, Katheryn L., 1994, PATHOPHYSIOLOGI: The Biologic Basis for Diseases in Adults and Children, Mosby Year Book Inc, St. Louis Missouri. Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) RSUD Dr. Soetomo, 2009, Surabaya. Sibernagl, S. & Lang, F., 2000, Color Atlas of Pathophysiology, Thieme Stuttgart, New York. Sujono, H., 2002, Gastroenterologi Edisi VII, PT alumni, Bandung. Tygat, G.N., Mccoll, et al. 2008, New Algorithm For The Treatment Of Gastro-oesophageal Reflux Disease, Alimentary Pharmacology & Therapeutics 27, 249-256.
Ward, R. M., et al. 2013. Proton Pump Inhibitor in Pediatrics , A review article Wexler, R., Elton, T., Pleister, A., & Feldman, D. (2009). Cardiomyopathy: an overview. American family physician, 79(9), 778. Yusuf, I., 2009, diagnosis gastroesophageal reflux disease (GERD) secara klinis dalam PPDS Imu penyakit dalam FKUI/RSCM vol. 22 no. 3, FKUI, Jakarta.
Depkes RI. Buku Saku Lintas Diare. 2011. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Dinleyici EC, Dalgic N, Guven S, Ozen M, Kara A, Arica V, Metin-Timur O, Sancar M, Kurugol Z, Tanir G, Ozturk D, Aydogdu S, Tutanc M, Eren M, Vandenplas Y. The effect of a multispecies synbiotic mixture on the duration of diarrhea and length of hospital stay in children with acute diarrhea in Turkey: Single blinded randomized study. Eur J Pediatr (14). 2012
Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin Invest. 2003; 111(7): 931-943 Hempel, S., Newberry, S.J., Maher, A.R., Wang, Z., Miles, J.N., Shanman, R., Johnsen, B. and Shekelle, P.G., 2012. Probiotics for the prevention and treatment of antibiotic-associated diarrhea: a systematic review and meta-analysis. Jama, 307(18), pp.1959-1969. Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 121-136. Van den Plas, de Hert. Cost/benefit of synbiotics in acute infectious gastroenteritis: spend to save. Benef Microbes. 3(3):189-94. 2012 WHO, UNICEF. Diarrhoea Treatment Guidelines. 2005. Geneva World Health Organization, 2015, WHO classification and treatment of childhood pneumonia at health facilities Benitz W.E and David S.T, The pediatric drug handbook 3rd ed Robert et.al, Oxford handbook of paediatrics 2nd ed