Fatimah Nur Faizah-220110140048 Kasus 2 Gerontik Perawat A, adalah perawat lansia yang bertugas di Puskesmas wilayah X. Hari ini Perawat A melakukan asuhan keperawatan pada 50 lansia yang ada di wilayah RW 5. Dari hasil kajian, 80% KATZ index A, 70% ketergantungan sebagian, sebanyak 25 memiliki MMSE dengan kerusakan intelektual sedang, sebanyak 7 dari hasil pengkajian SPSMQ mengalami fungsi mental berat, 30 % lansia mempunyai risiko jatuh. Perawat A belum pernah melakukan pengkajian komprehensif geriatri pada masyarakat di masyarakat wilayah X seperti risiko demensia, depresi dan kesepian pada lansia. Dari hasil observasi beberapa lansia, sebagian lupa meminum obat padahal lansia tersebut merupakan polifarmasi. Perawat A berusaha melakukan manajemen asuhan keperawatan gerontik yang baik dan sesuai dengan terapi modalitas dan kebutuhan dasar manusia di masyarakat.
JAWABAN LEARNING OBJECTIVE 1. a.
1)
Masalah Lansia Demensia Demensia (pikun) adalah gangguan fungsi intelektual dan kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya, sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat atau biasa yang sering disebut juga dengan pelupa (Nugroho, 2008). Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih. Penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2012) dinyatakan bahwa demensia banyak terjadi pada responden yang tanpa ada pasangan hidup. Menurut peneliti bila seorang lansia diperhatikan dan mendapatkan dukungan keluarga yang baik dari pihak keluarga dalam hal ini dari suami ataupun istri dan anak-anak maka lansia tersebut merasa diperhatikan dan tetap semangat aktif menjalankan aktivitas kegiatan sehari-hari, maka kejadian demensia pada lansia akan lebih mudah di antisipasi dan dapat di pahami oleh keluarga sebagai suatu bagian dari proses penuaan. Gangguan kognitif biasanya terjadi beserta gangguan kontrol emosi, perilaku sosial, dan motivasi (Duthey, 2013). Penyebab Demensia Demensia pada umumnya menjadi empat tipe yaitu : Penyakit Alzheimer
diklasifikasikan
2)
Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum, berjumlah kira-kira dua-pertiga dari semua kasus. Penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan kognitif secara berangsur-angsur, sering bermula dengan kehilangan daya ingat. Riwayat cedera kepala merupakan salah satu faktor risiko menderita penyakit. Alzheimer. Penyakit Alzheimer ditandai oleh dua abnormalitas di otak berupa adanya plak amyloid (amyloid plaques) dan ‘neurofibrillary tangles’ (belitanbelitan neurofibriler). Plak itu adalah kumpulan protein yang abnormal yang disebut beta amyloid. Belitan-belitan itu adalah kumpulan serat yang berbelit-belit yang terdiri dari protein yang disebut tau. Plak dan serat yang berbelit-belit itu menghambat komunikasi antara sel-sel syaraf dan menyebabkan sel-sel itu mati (Alzheimer’s Australia, 2012). Beberapa faktor lingkungan tampaknya memberikan perlindungan terhadap perkembangan penyakit Alzheimer. Obat-obatan nonsteroid antiperadangan seperti ibuprofen tampaknya mengurangi resiko penyakit Alzheimer (Bassuk dkk., 1998; Gallo & Lebowitz, 1999; Stewart dkk., 1997), seperti halnya nikotin (Whitehouse, 1997). Kelompok obat-obatan yang disebut sebagai statin dan digunakan untuk mengendalikan kolesterol tampaknya juga bersifat protektif (Rockwood dkk., 2002). Sayangnya, faktor-faktor protektif tersebut dapat memiliki efek yang tidak diinginkan, efek merokok yang sangat terkenal pada sistem kardiovaskular dan masalah gastrointestinal serta hati yang disebabkan oleh obat-obatan antiperadangan dan statin. Demensia Frontal-Temporal Penyakit ini biasanya timbul pada akhir usia 50-an. Demensia frontaltemporal menyangkut kerusakan
yag berangsur-angsur pada bagian depan dan/atau temporal dari lobusotak. Selain ketidakmampuan kognitif yang umum terjadi pada demensia, demensia frontal temporal ditandai oleh perubahan perilaku dan kepribadian yang ekstrem. Kadang pasien menjadi sangat apatetik dan tidak responsive terhadap lingkungan mereka; pada waktu lain mereka menunjukkan pola yang berlawanan seperti euphoria, aktivitas yang berlebihan, dan impulsivitas. Penyakit Pick adalah salah satu penyebab demensia frontal temporal. Penyakit Pick adalah gangguan degenerative di mana neuron-neuron dalam otak yang hilang. Penyakit ini juga ditandai oleh adanya kumpulan Pick, yaitu sisipan berbentuk bulat di dalam neuron. Demensia frontal temporal memiliki komponen genetik yang kuat meskipun spesifikasi genetic tidak diketahui sebaik dalam penyakit Alzheimer (Usman, 1997).
a.
b.
Terdapat dua tipe utama dari fronto tempotal sindrom yaitu Behavioral variant frontotemporal dementia Hal ini menyebabkan lansia memiliki gangguan perilaku dan perubahan kepribadain. Lansia dapat memiliki perilaku impulsif seperti mencuri atau kasar terhadap orang lain. Dapat juga terjadi perilaku repetitif seperti bernyanyi, bertepuk tangan, dan menggemakan suara orang lain. Dapat juga terjadi perilaku seksual yang tidak pantas. Apatis dan kantuk yang berlebihan Primary progressive aphasia (PPA) Hal ini menyebabkan lansia memiliki gangguan dalam berekspresi dan berbicara dan atau mengeskspresikan pemikiran dan kata. Terkadang orang dengan PPA tidak dapat mengenali objek yang sama. Dapat terjadi juga gangguan memori dan penilaian seiring dnegan berkembangnya penyakit. PPA ini merupakan gangguan
-
-
Early Stages Middle Stages Late Stages Pada tahap ini gejala yang tampak sepertiPada tahap ini gangguan terlihat jelasPada tahap ini lansia dapat bergantung gejala penuaan biasa, dan tidak terlihatberupa : secara total terhadap bantuan dan tidak apat jelas kapan penyakit mulai terjadi. TandaSering lupa akan kejadian yang baru terjadiberaktivitas. Terdapat gangguan ingatan Fatimah Faizah-220110140048 tanda yang adaNur berupa : yang sangat seirus, dan gejala fisik jelas dan nama orang Sering lupa dengan hal yang baru- sajaMemiliki kesulitan dalam memahamiterlihat Tidak sadar terhadap waktu dan tempat terjadi waktu, tanggal, tempat, kejadian, dan Sulit untuk memahami hal yag sedang Kesulitan dalam berkomunikasi terutamatersesat dalam rumah terjadi dalam memilih kata Peningkatan kesulitan dalam Sering tersesat dalam lingkungan yangberkomunikasi (kemampuan berbicara danTidak dapat mengenali saudara, teman, dan objek yang familiar dikenal memahami kalimat) Sering lupa tanggal, waktu, bulan, -tahunMembutuhkan bantuan dalam melakukanTidak dapat makan secara mandiri dan dapat terjadi gangguan menelan dan musim aktivitas sehari-hari seperti BAK, BAB, Peningktan kebutuan batuan selfcare Memiliki kesulitan dalam membuatmemakai pakaian dan mencuci seperti mandi, BAK, dan BAB keputusan dan menyerahkan urusan Tidak dapat menyiapkan makanan, Mungkin terdapat inkontinensia urin dan keuanga kepada orang lain memasak, dan berbelanja feses Memiliki kesulitan dalam mengerjakan Tidak dapat hidup sendiri dengan aman Kesulitan dalam mobilitas, seperti tidak tugas rumah tangga Perubahan perilaku seperti melamun, Memiliki perubahan mood dan perilakubertanya secara berulang, gangguan tidur,dapat berjalan, menggunakan kursi roda dan sulit bangun dari tempat tidur seperti kurang motivasi dan kurang aktifhalusinasi Terdapat gangguan perilaku yang dalam berkegiatan, kurang tertarik dengan Dapat menunjukan perilaku yang tidak hobi, depresi, cemas, berperilaku agresif pantas di rumah atau di komunitas sepertimeningkat seperti perilaku agresif terhadap orang yang merawat berupa menendang perilaku agresif dan menggigit Tersesat dalam rumah
3)
a.
bahasa yang berbeda dengan infarcts and leukoencephalopathy aphasia yang terjadi akibat stroke. (CADASIL). Lansia dengan PPA disebut juga b. Multi-infarct dementia memiliki demensia semantik yatu c. Subcortical vascular dementia (NIH, orang yang mengalami penurunan 2013) kemampuan memahami kata dan terkadang sulit mengenali wajah Gejala-gejala demensia vaskuler orang yang dikenal dan objek yang dapat bermula tiba-tiba setelah suatu familiar (NIH, 2013). serangan otak, atau mulai perlahanDemensia Vaskular dan Ganggun lahan selagi peyakit pembuluh darah Kognitif Vaskular itu bertambah parah. Gejala- b. Demensia vaskular adalah gejalanya berbeda beda tergantung kerusakan daya kognitif yang pada lokasi dan ukuran kerusakan disebabkan oleh kerusakan otak itu. Ini mungkin mengenai satu pembuluh darah di otak. Tipe ini saja atau beberapa fungsi kognitif didiagnosis bila seorang lansia yang yang khusus (Alzheimer’s Australia, 5) menderita demensia menunjukkan 2012). gejala-gejala neurologis 4)seperti Synucleinopathies kelemahan pada satu lengan atau Penyakit ini terjadi akibat adanya refleks-refleks abnormal atau bila gangguan protein alpha-synuclei pada pemindaian otak membuktikan neuron. Perubahan protein ini adanya penyakit serebrovaskular. berhubungan dengan penyakit Hal ini dapat disebabkan oleh stroke parkinson dan penyakit lainnya. Jenis di mana terjadi suatu penebalan, Synucleinopathies berupa penyakit lewy yang melemahkan sirkulasi dan body dementia yang terdiri dari dua menyebabkan kematian sel. Selain jenis yaitu: itu orang dengan penyakit atrial a. Dementia with lewy bodies (DLB) fibrilasi, hipertensi, diabetesm dan ditandai oleh adanya Lewy body di kolesterol tinggi juga menjadi faktor dalam otak. Lewy body adalah 6) risiko terjadinya penyakt demensia gumpalan gumpalan protein alphavaskular. Tipe dari demensia synuclein yang abnormal yang vaskular ini berupa; berkembang di dalam sel-sel syaraf. Cerebral autosomal dominant Abnormalitas ini terdapat di tempatarteriopathy with subcortical tempat tertentu di otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan
dalam bergerak, berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body dapat merasakan sangat naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek saja. manifestasi lain berupa gangguan memori, penilaian, konfusi, dan gangguan berjalan. Parkinson’s Disease Dementia Pada hal ini demensia terdeteksi pada lansia parkinson. Hal ini mempengaruhi memori, penilaian, bahasa dan pemahaman lansia. Creutzfeldt-Jakob disease (CJD) Gangguan ini terjadi akibat adanya spongiform encephalopathies atau TSEs. Pada kondisi ini otak mengalami pembengkakan mikroskopik dan membentuk penampakan seperti lubang atau sponge. Bentuk dari CJD ini dapat berupa fatal familial insomnia sehingga lansia mengalami gangguan tidur dan memiliki reflex yang rendah dan Gerstmann-Straussler-Scheinker disease berupa kehilangan koordinasi tubuh (ataxia) dan demensia. Huntington’s disease. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan herediter dengan gejala pergerakan yang abnormal dan tidak terkontrol (chorea). Hal ini mempengaruhi memori, penilaian, bahasam dan pemahaman lansia. Hal ini mempengaruhi memori,
Fatimah Nur Faizah-220110140048
7)
a. b. c. d. e. f.
g.
penilaian, bahasam dan pemahaman lansia. Demensia Reversibel Demensia akibat penyakit dibawah ini dapat diperbaiki jika penanganannya 1. tepat. Penyakit tersebut yaitu; Cerebral vasculitis Depresi Infeksi Gangguan metabolic Malnutrisi Paraneoplastic syndromes (zat dari sel kanker yang mengganggu jaringan sekitarnya) Efek samping obat Klasifikasi dan manifestasi demensia
1)
2)
-
Menurut NIH pada tahun 2013, lansia yang dikategorikan sebagai demensia harus memiliki kriteria sebagai berikut: Memiliki dua atau lebih gangguan dari fungsi kognitif. Fungsi kognitif yang terganggu dapat berupa : daya ingat kemampuan berbicara memahami informasi kemampuan memahami ruang gerak kemampuan mengatasi persoalan dan mengendalikan emosi perubahan kepribadian Kehilangan fungsi otak sehingga tidak dapat melakukan kegiatan normal sehari-hari. Demensia menurut WHO pada tahun 2009 dapat dibagi menjadi 3 tahap Early stages : pada tahun pertama 2. hingga kedua Middle stages : pada tahun ke dua hingga ke empat atau lima Late stages : pada tahun ke enam hingga selanjutnya
Penanganan Demensia Jika penyebab demensia dapat dicegah, penanganan medis yang tepat (seperti mengembalikan keseimbangan hormonal) dapat memberikan manfaat. Terlepas dari banyaknya penelitian, belum ditemukan penanganan yang secara klinis signifikan untuk
menghambat atau menyembuhkan penyakit Alzheimer meskipun beberapa jenis obat-obatan. Penanganan Biologis untuk Penyakit Alzheimer Karena penyakit Alzheimer terkait dengan kematian sel-sel otak yang menghasilkan asetilkolin, berbagai studi berupaya untuk meningkatkan kadar neurotransmitter tersebut. Penelitian menggunakan kolin (suatu bentuk awal enzim tersebut yang mengatalisasi reaksi yang menghasilkan asetilkolin) dan fisostigmin (obat yang mencegah tidak berkerjanya asetilkolin) memberikan hasil yang mengecewakan. Tetrahidroaminoakridin (takrin, nama dagang Cognex), yang menghambat enzim yang menghentikan kerja asetilkolin, menghasilkan sedikit perbaikan atau memperlambat laju penurunan kognitif (Qizilbash dkk., 1998). Meskipun demikian, takrin tidak dapat diberikan dalam dosis tinggi karena memiliki efek samping serius; contohnya, dapat meracuni hati. Donepezil (Aricept) memiliki cara kerja dan efek yang sama dengan takrin, namun memiliki efek samping yang lebih sedikit (Rogers dkk., 1998). Hidergin adalah obat lainnya yang disetujui untuk penyakit Alzheimer oleh Food and Drag Administration; namun tampaknya hanya memberikan efek yang sangat kecil (Schneider…Olin, 1994). Penanganan Psikososial Penyakit Alzheimer bagi Pasien dan Keluarganya Meskipun penanganan medis yang efektif untuk Alzheimer belum tersedia, pasien dan keluarganya dibantu untuk menghadapi berbagai efek tersebut. Pendekatan psikologis yang diberikan secara umum bersifat suportif, dengan tujuan utamanya untuk meminimalkan gangguan yang ditimbulkan oleh perubahan behavioral pasien. Tujuan ini dicapai dengan memberikan pasien dan keluarganya untuk membahas penyakit tersebut dan berbagai konsekuensinya, menyediakan informasi yang akurat tentang penyakit itu, membantu keluarga merawat pasien tersebut dirumah, dan mendorong
dikembangkannya sikap realistic dan bukan katastrofik dalam menghadapi berbagai isu dan tantangan spesifik yang ditimbulkan oleh penyakit otak ini (Knight, 1996; Zarit, 1980). Pertambahan usia adalah hal yang pasti terjadi pada manusia, oleh sebab itu kita sebaiknya menjaga kesehatan fisik dan mental kita di usia muda sehingga pada saat usia kita menua kita dapat meminimalisir pertumbuhan penyakit pada tubuh kita Pencegahan Demensia Sejauh ini, belum ada cara yang diketahui bisa mencegah penyakit Alzheimer. Namun, langkah-langkah berikut ini bisa membantu mengurangi risiko dan memperlambat proses degenerasi otak pada para manula:
a. Pertahankan keaktifan mental Kegiatan yang merangsang mental, seperti membaca dan bermain catur, bisa melindungi Anda dari demensia atau meningkatkan kemampuan Anda untuk mengatasi perubahan yang berkaitan dengan demensia. Tampaknya permainan mahyong merupakan kegiatan yang merangsang mental seseorang. Namun, jika Anda telah memainkan mahyong sejak muda, maka permainan tersebut akan menjadi latihan refleks semata dan bukannya latihan mental, dan mungkin tidak terlalu efektif untuk mencegah demensia.
b. Pertahankan pola makan yang sehat Pola makan yang seimbang bisa menjaga kesehatan pembuluh darah, mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol yang tinggi, sehingga menurunkan risiko demensia vaskular. Studi menunjukkan bahwa pola makan dengan mengurangi konsumsi daging dan meningkatkan konsumsi ikan, sayuran, dan minyak zaitun bisa mengurangi risiko demensia secara signifikan.
c. Cukupi asupan vitamin B12, C, dan E Kurangnya vitamin B12 bisa menyebabkan demensia. Jika Anda tidak mengonsumsi banyak ikan, daging, telur atau susu, maka Anda
Fatimah Nur Faizah-220110140048 harus mengonsumsi suplemen vitamin B12. Vitamin C & E merupakan antioksidan yang bisa melindungi neuron dan pembuluh darah untuk mencegah demensia.
d. Berolahraga secara teratur Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur juga bisa membantu mengurangi risiko demensia.
e. Hindari rokok dan penyalahgunaan alkohol Keluar dari kebiasaan buruk ini untuk mencegah kerusakan pembuluh darah dan organ tubuh lainnya. http://www21.ha.org.hk/smartpatient/E M/MediaLibraries/EM/EMMedia/Deme ntia-Indonesian.pdf?ext=.pdf
Alzheimer’s Australia. 2012. About Demensia: What is Demensia?. National Dementia Support Program http://fightdementia.org.au ebrina, A. (n.d). Demensia. Retrieved from: https://www1media.acehprov.go.id/uploads/Anglia_F ebrina_Demensia.pdf Davidson G.C., Neale J.M., Kring A.M. 2010. Psikologi Abnormal Edisi 9. RajaGrafindo Persada: Jakarta Duthey, Beatrice. 2013. Alzheimer Disease and other Dementias. Alzheimer Disease. 6(11). asati Linda. (2012). Prevalensi Demensia Di RSUD Raden Matther Jambi ional Institute of Health. 2013. The Dementias; Hope through Research. NIH publication No. 13-2252 Nugroho Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik edisi 5. Jakarta: EGC
menyebabkan
Depresi
individu
untuk
bunuh
diri.
Sekitar
80%
lansia
Berbagai
depresi
yang menjalani pengobatan dapat
sembuh
sempurna
dan
menikmati kehidupan mereka,
akan
tetapi
90%
mereka
yang
depresi mengabaikan
dan
pengobatan
menolak
gangguan
mental
Perubahan
status
bertambahnya
sosial,
penyakit
dan
berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali
gejala
depresi
menyertai
penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat ataupun
lanjut usia sepanjang
terpikirkan
dianggap sebagai suatu bagian dari
merupakan suatu gangguan mental
proses menua yang normal ataupun
umum yang ditandai dengan mood
tidak khas. Lanjut usia merupakan
tertekan,
kesenangan
tahap akhir siklus perkembangan
atau minat, perasaan bersalah atau
manusia. Masa dimana semua orang
harga diri rendah, gangguan makan
berharap
akan
atau tidur, kurang energi, dan
dengan
tenang,
konsentrasi yang rendah. Masalah
menikmati masa pensiun bersama
ini dapat akut atau kronik dan
anak dan cucu tercinta dengan
menjalani
hidup
damai,
serta
hayatnya
seperti: kemiskinan, kegagalan yang beruntun,
tersebut (Irawan, 2013).
depresi yang muncul seringkali
kehilangan
Pada
persoalan hidup yang menimpa
Organization)
Health
sayang.
parah, depresi dapat menyebabkan
WHO
(World
menurut
kasih
kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya.
sebelumnya, karena gejala-gejala Depresi
penuh
beraktivitas sehari-hari. Pada kasus
diketahui b.
gangguan
kemampuan
stress
berkepanjangan, dengan atau
ataupun
keluarga
kondisi lain
memiliki
yang
keturunan
konflik
atau
anak,
seperti
tidak
yang
bisa
merawatnya dan lain sebagainya.
Fatimah Nur Faizah-220110140048
Etiologi Hipotesis terbanyak etiologi depresi
disebabkan
oleh
gangguan regulasi serotonin. Pada percobaan hewan dan pemeriksaan
jaringan
setelah
otak
kematian
menunjukkan keadaan
bahwa
pada
depresi
gangguan
terjadi
serotonergik
termasuk jumlah metabolit, jumlah reseptor, dan respons neuroendokrin.
Selain
itu,
pada lansia depresi terjadi perubahan seperti
struktur
otak
abnormalitas
jalur
frontostriatal
yang
menyebabkan
gangguan
fungsi eksekutif, psikomotor, perasaan
apatis;
volume
struktur frontostriatal
yang
rendah;
hiperintensitas
struktur
subkortikal;
abnormalitas makromolekular di korpus kalosum genu dan splenium, nukleus kaudatus, dan
putamen;
jumlah
glia
penurunan di
korteks
singulata anterior subgenual; abnormalitas korteks
neuron
dorsolateral;
di atrofi
kortikal; gangguan substansia alba;
abnormalitas
subkortikal;
struktur
peningkatan
aktivitas
dan
perubahan
volume
amigdala
yang
berperan dalam emosi negatif
Fatimah Nur Faizah-220110140048 dan gangguan mekanisme koping; dan penurunan
Kapasitas untuk
volume
dengan
hipokampus
dan
ventral.
mengalami penurunan.
tahun).
mengalami
Gangguan depresi atipik
sebuah masalah untuk jangka waktu -
Depresi menurut musim
Frank J.Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi
tertentu.
Gangguan depresi akibat kondisi medik
(1997) mengemukan bahwa ada beberapa tanda 8.
Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri.
umum dan gangguan depresi akibat zat.
dan gejala depresi, yakni:
Frank menambahkan bahwa tidak ada 4.
Gangguan penyesuaian dengan mood :
aturan yang pasti untuk setiap orang.
depresi
Tetapi
psikososial (Amir, 2005).
Secara umum tidak pernah merasa senang dalam
3.
merupakan
konvensi
untuk
lebih dari tanda-tanda atau gejala itu ada dan selalu terjadi, maka sangat mungkin seseorang mengalami depresi. Penyebab Depresi
berlebihan, telah
Sejumlah faktor pencetus depresi pada
parah
lansia menurut Kompas (2008), antara
seseorang cenderung akan kehilangan gairah
lain faktor biologik, psikologik, stres
makan.
kronis, penggunaan obat.
Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam -
Faktor biologik misalnya faktor genetik,
faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi
perubahan struktural otak, faktorrisiko
sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang
vaskular,kelemahan fisik.
mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
-
Faktor psikologik pencetus depresi pada
Gangguan dalam aktivitas normal seseorang.
lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi
Seseorang yang mengalami depresi
interpersonal.
akan
mencoba
kemampuannya
melakukan dalam
setiap
mungkin
lebih usaha
dari untuk
Peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan
mengkomunikasikan idenya.
ekonomi dan perubahan situasi, stres
Kurang energi.
kronis dan penggunaan obat-obatan
Orang yang mengalami
depresi
cenderung
tertentu
untuk mengatakan atau merasa saya selalu merasa
Klasifikasi Depresi
lelah. Ada anggapan bahwa gejala itu disebabkan
Klasifikasi
oleh
IV (Diagnostic and Stastistical Manual
faktor-faktor
emosional
bukan
faktor
biologis. Keyakinan negatif
depresi
menurut DSM
of Mental Disorders) yaitu : 1.
Gangguan depresi mayor unipolar dan
Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup
bipolar
yang tidak berguna, tidak efektif. Orang itu tidak 2.
Gangguan mood spesifik lainnya
mempunyai rasa percaya diri.
Gangguan distimik depresi minor
Kapasitas berpikir
disebabkan
oleh
stresor
menyatakan bahwa kalau lima atau
Distorsi dalam perilaku makan.
namun berbeda jika kondisinya
7.
depresi merasa kesulitan -
Tanda dan Gejala Depresi
cenderung untuk makan secara
6.
yang
Depresi postpartum
Orang yang mengalami depresi tingkatsedang
5.
Orang
untuk menfokuskan perhatiannya pada -
tidak memberikan kesenangan.
4.
dan
neurotransmiter
Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi
3.
depresi
berlalu (secara terus-menerus selama 2
hidup ini.
2.
siklotimik
memecahkan masalah secara efektif
lansia
dan
Gangguan
Perubahan tersebut berdampak pada perubahan menyebabkan
jernih
berpikir -
hipomanik saat ini atau baru saja
depresi.
1.
bisa
untuk
yang
striatum
-
Tata laksana depresi Tata laksana depresi pada lansia dipengaruhi tingkat keparahan dan kepribadian masingmasing. Pada depresi ringan dan sedang, psikoterapi merupakan tata laksana yang sering dilakukan dan berhasil. Akan tetapi, pada kasus tertentu atau pada depresi berat, psikoterapi saja tidak cukup, diperlukan farmakoterapi. Banyak orang membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat terutama keluarga dan teman, keikutsertaan dalam kegiatan kelompok, atau berkonsultasi dengan tenaga profesional untuk mengatasi depresi. Selain itu, mengatasi masalah terisolasi ketika memasuki usia lanjut merupakan salah satu bagian penting dalam penyembuhan dan dapat mencegah episode kekambuhan penyakit. Banyak penelitian menunjukkan bahwa aktif dalam kegiatan kelompok di lingkungan merupakan bagian penting dalam kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya, tata laksana terapi hanya menggunakan obat antidepresan, tanpa merujuk pasien untuk psikoterapi, tetapi obat hanya mengurangi gejala, dan tidak menyembuhkan. Antidepresan bekerja dengan cara menormalkan neurotransmiter di otak yang memengaruhi mood, seperti serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Antidepresan harus digunakan pada
Fatimah Nur Faizah-220110140048 lansia dengan depresi mayor dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) merupakan obat pilihan pertama. Beberapa obat antidepresan yang dapat digunakan pada lansia dengan kelebihan dan kekurangan tiap golongan ada pada tabel 6. Pemilihan obat tersebut per individu dengan pertimbangan efek samping dari tiap golongan. Pengobatan monoterapi dengan dosis minimal digunakan pada awal terapi, dievaluasi apabila tidak ada perubahan bermakna dalam 6-12 minggu. Lansia yang tidak berespons pada pengobatan awal perlu mendapatkan obat antidepresan golongan lain dan dapat dipertimbangkan penggunaan dua golongan antidepresan. Pada lansia yang responsif dengan obat antidepresan, obat harus digunakan dengan dosis penuh (full dose maintenance therapy) selama 6-9 bulan sejak pertama kali hilangnya gejala depresi. Apabila kambuh, pengobatan dilanjutkan sampai satu tahun. Strategi pengobatan tersebut telah berhasil menurunkan risiko kekambuhan hingga 80%. Penghentian antidepresan harus dilakukan secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala withdrawal seperti ansietas, nyeri kepala, mialgia, dan gejala mirip fl u (fl u-like symptoms). Lansia yang sering kambuh memerlukan terapi perawatan dosis penuh terapi selama hidupnya. Selain farmakoterapi dengan obat antidepresan, psikoterapi (talk therapy) memiliki peranan penting dalam mengobati berbagai jenis depresi. Psikoterapi dilakukan oleh psikiater, psikolog terlatih, pekerja sosial, atau konselor. Pendekatan psikoterapi dibagi dua, yaitu cognitive-behavioral therapy (CBT) dan interpersonal therapy. CBT terfokus pada cara baru berpikir untuk mengubah perilaku, terapis membantu penderita mengubah pola negatif atau pola tidak produktif yang mungkin berperan dalam terjadinya depresi. Interpersonal therapy membantu penderita mengerti dan
dapat menghadapi keadaan dan hubungan sulit yang mungkin berperan menyebabkan depresi.4,8 Banyak penderita mendapat manfaat psikoterapi untuk membantu mengerti dan memahami cara menangani faktor penyebab depresi, terutama pada depresi ringan; jika depresi berat, psikoterapi saja tidak cukup, karena akan menimbulkan depresi berulang.
diperhatikan dan tidak dicintai. Rasa kesepian akan semakin dirasakan oleh lanjut usia yang sebelumnya adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan yang menghadirkan atau berhubungan dengan orang banyak (Septiningsih, D. S., & Na'imah, T. (2012). Kesepian Pada Lanjut Usia: Studi Tentang Bentuk, Faktor Pencetus dan Strategi Koping. Jurnal Psikologi, 11(2), 9).
Tipe Kesepian Tipe kesepian Sears et al. (2009: 215) membedakan dua tipe kesepian, berdasarkan hilangnya ketetapan sosial tertentu yang dialami oleh seseorang yaitu: 1.
2.
Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. CDK-210, 40(11), 815-819 a. c.
Kesepian Kesepian adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain karena merasa berbeda dengan orang lain, tersisih dari kelompoknya, merasa tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, terisolasi dari lingkungan, serta tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman (Sampao, 2005). Kondisi ini menimbulkan perasaan tidak berdaya, kurang percaya diri, ketergantungan, dan keterlantaran. Seseorang yang menyatakan dirinya kesepian cenderung menilai dirinya sebagai individu yang tidak berharga, tidak
b.
Kesepian emosional Timbul dari ketiadaan figure kasih sayang yang intim, seperti yang biasa diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau yang bias diberikan tunangan atau teman akrab kepada seseorang. Kesepian sosial Terjadi bila orang kehilangan rasa terintegrasi secara sosial atau teritegrasi dalam suatu komunikasi, yang bisa diberikan oleh sekumpulan teman atau rekan kerja. Cheryl & Parello (2008:67) menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda, yaitu: Isolasi Emosional (emotional isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim,; orang dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering mengalami kesepian jenis ini. Isolasi Sosial (social isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya; tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisir, peran-peran yang berarti;
Fatimah Nur Faizah-220110140048 suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas
kesepian pada lansia. Kesepian dapat 3. mengancam perasaan nilai pribadi dan merusak kepercayaan pada kemampuan untuk mengembangkan dan memelihara 4. hubungan interpersonal (Alpass & Neville, 2010: 213).
Bentuk kesepian dapat terjadi ketika seseorang mengalami salah satu kesepian tanpa mengalami yang lain. Kesepian berkaitan denganAlpass, usia. F. M. dan S. Neville. 2010. Loneliness, health Stereotipe yang popular and depression in older males. Journal 5. menggambarkan usia tua sebagai of Aging & Mental Health..7/3. 212 – masa kesepian besar. 216. Sears, D. O., Jonathan, L. F, dan L. Anne, P. 2006. Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Menurut Sears et al. (2009: 216) orang yang kesepian cenderung lebih 2. Pengkjian Komprehensif tertutup dan pemalu, lebih sadar diri Dalam melakukan pengkajian kondisi dan kurang asertif. Orang yang kesehatan dan kebutuhan dasar lanjut kesepian sering memiliki usia, aspek yang perlu di kaji : keterampilan sosial yang buruk. 1) Riwayat kesehatan lanjut usia dan Kesepian juga berkaitan dengan riwayat kesakitan serta upaya kecemasan dan depresi. Ada dua penanggulangan yang telah dilakukan faktor yang mendorong kesepian (status medik pasca-rawat dan status (Cheryl & Parello 2008: 67) yaitu: fungsional) 2) Status kesehatan fisik, biologis, dan 1. Faktor situasional fisiologis yang terjadi pada Lanjut usia Faktor ini mengenai situasi kehidupan 3) Fungsi kognitif lanjut usia yang dialami ketika perasaan 4) Aktifitas sosial dan kehidupan sehariseseorang akan menjadi kesepian. hari Situasi kehidupan, seperti perceraian, 5) Status kesehatan mental lanjut usia perpisahan, sosial situasi individu 6) Konsumsi makanan dan cairan dirawat di rumah sakit atau sakit 7) Sumber daya dan dukungan keluarga kronis anak- anak atau anggota a. penggunaan perlengkapan rumah keluarga, dan mereka yang baru saja tangga. pindah ke lingkungan baru atau sistem b. kondisi keamanan lingkungan rumah sekolah. (tangga, bebatuan, licin, undakan, kompor, kondisi kamar mandi, pegangan) Faktor characterological Characterological faktor yang mendorong c. emosional pelaku rawat. kesepian adalah ciri-ciri kepribadian seperti d. dukungan keluarga/pelaku rawat introversi, rasa malu, dan rendah diri. Individu 8) Struktur dan fungsi serta tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan dengan ciri-ciri kepribadian dapat dilihat di Faktor Kesepian
2.
lingkungannya. Sejumlah faktor telah dihipotesiskan untuk berkontribusi kesepian seperti karakteristik demografi, pengaturan hidup, dan karakteristik kepribadian. 1. Pendapat dan penilaian diri akan status kesehatan juga telah disarankan sebagai kontributor untuk kesepian. Alpass & Neville (2010:212) menemukan keterbatasan fisik, kurangnya perawatan 2. kesehatan, sikap, dan lainnya yang signifikan berkontribusi terhadap
1)
a) b) c)
a) b) c)
d) e) Melakukan pengkajian kebutuhan f) pelayanan keperawatan serta potensi lanjut usia/keluarga didasarkan pada : g) Kondisi fisik lanjut usia untuk menentukan tindakan yang diperlukan, h) seperti pemasangan infus, pemberian oksigen, terapi fisik, atau perlu peralatan lain Kondisi psikologis dan kognitif lanjut usia untuk menentukan kebutuhan 2) dukungan emosional
Status sosial ekonomi keluarga untuk menentukan kebutuhan dan kemampuan mengakses pelayanan kesehatan Pola perilaku dan ADL lanjut usia terkait dengan program diet, penggunaan obat, istirahat dan latihan, untuk menentukan apakah perlu rujukan atau pelayanan kesehatan lainnya Menentukan kebutuhan akan pelayanan keperawatan sesuai kondisi pasien dan sumber yang tersedia. Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan pemeriksaan metode 2 menit. Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS dan bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE. Metode 2 menit Tahap 1: keluhan utama pasien (disampikan secara spontan) Mengalami sukar tidur Sering merasa gelisah Sering murung/menangis sendiri d) Sering waswas/khawatir Bila jawaban > 1 YA, dilanjutkan ke pertanyaan tahap 2 Tahap 2: Pertanyaan aktif, ditanyakan apakah keluhan itu berlangsung : Lebih dari 3 bulan/timbul 1 kali dalam satu bulan Karena adanya masalah dan banyak pikiran Disertai dengan minat kerja/nafsu makan yang menurun Ada gangguan/masalah dalam keluarga/ masyarakat Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter Ada gangguan pada kesadaran, fungsi kognitif Cendrung mengurung diri Bila lebih dari satu jawaban YA, berarti ada gangguan mental emosional dengan atau tanpa disertai kelainan organik. Geriatric Depresion Scale (GDS)
Fatimah Nur Faizah-220110140048
3)
Pemeriksaan ini digunakan untuk melakukan skrining awal gangguan depresi. Mini Mental State Examination (MMSE) Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kognitif global sebagai alat penapis demensia. Pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan umur dan lama pendidikan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat
a. -
-
b. c.
1) 0 1 2 3 2) 0 1 2
Clinical dementia rating (CDR) Memori Orientasi Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah Hubungan dengan komunitas Rumah dan hobi Perawatan diri Interpretasi: a. Nilai 0 : orang normal tanpa gangguan kognitif b. Nilai 0,5 : dementia diragukan c. Nilai 1 : derajat demensia ringan d. Nilai 2 : derajat demensia sedang e. Nilai 3 : derajat demensia berat UCLA Lonelynees Scale Sosialisasi Interaksi sosial Ketidaktahuan lingkungan sekitar Merasakan kehadiran, perhatian orang lain Mempunyai teman bicara dan teman berbagi Keterlibatan dalam kelompok Depresi (IDB): alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis depresi yang mempengaruhi suasana hati Kesedihan Saya tidak merasa sedih Saya merasa sedih di banyak waktu Saya merasa sedih sepanjang waktu Saya sangat sedih dan tidak dapat menghadapinya Pesimisme Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan saya Saya merasa kecil hati mengenai masa depan saya Saya tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
3 Saya merasa masa depan saya tidak ada harapan dan sesuatu tidak dapat membaik 3) Rasa kegagalan 0 Saya tidak merasa gagal 1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya 2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan 3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seorang manusia 4) Ketidakpuasan 0 Saya merasa puas pada hal yang saya menikmati melakukannya 1 Saya tidak merasa menikmati hal sebanyak yang saya lakukan 2 Saya merasa sangat sedikit kepuasan dari hal yang seharusnya saya merasa puas 3 Saya tidak merasa puas pada apapun dari hal yang seharsnya saya merasa puas 5) Rasa bersalah 0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah 1 Saya merasa bersalah pada banyak hal yang sudah saya lakukan atau yang seharusnya saya lakukan 2 Saya merasa sangat bersalah kebanyakan waktu 3 Saya merasa bersalah sepanjang waktu 6) Rasa tersiksa/dihukum 0 Saya tidak merasa sedang dihukum 1 Saya merasa mungkin saya sedang dihukum 2 Saya mengharapkan untuk dihukum 3 Saya merasa saya sedang dihukum 7) Tidak menyukai diri sendiri 0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri 1 Saya kehilangan kepercayaan diri pada diri saya 2 Saya merasa kecewa pada diri saya 3 Saya tidak suka diri saya 8) Mengkritsi diri sendiri 0 Saya tidak mengkritisi atau menyalahkan diri sendiri lebih dari biasanya 1 Saya lebih mengkritisi diri saya dibandingkan biasanya 2 Saya mengkritisi diri saya untuk semua kesalahan saya 3 Saya menyalahkan diri saya untuk semua kejadian buruk yang terjadi
9) Pikiran untuk bunuh diri atau keinginan 0 Saya tidak mempunyai pikiran untuk membunuh diri saya sendiri 1 Saya memiliki pikiran untuk membunuh diri saya sendiri, tetapi saya tidak akan melakukannya 2 Saya ingin membunuh diri saya sendiri 3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya memiliki kesempatan 10) Menangis 0 Saya tidak menangis lagi daripada biasanya 1 Saya menangis dari yang seharusnya 2 Saya menangis meskipun pada hal kecil 3 Saya merasa ingin menangis, tetapi saya tidak bisa 11) Agitasi 0 Saya tidak lagi gelisah dari biasanya 1 Saya merasa lebih gelisah dari biasanya 2 Saya merasa sangat gelisah sehingga saya harus tetap bergerak atau melakukan sesuatu 12) Kehilangan minat 0 Saya tidak kehilangan ketertarikan pada orang lain atau aktivitas 1 Saya hanya memiliki sedikit ketertarikan pada orang lain atau hal dari sebelumnya 2 Saya kehilangan sebagian besar ketertarikan pada orang lain atau sesuatu 3 Sulit untuk merasa tertarik pada apapun 13) Keragu-raguan 0 Saya membuat keputusan yang baik 1 Saya menemukan kesulitan lebih untuk membuat keputusan dari biasanya 2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan dari yang biasanya 3 Saya memiliki masalah dalam membuat keputusan apapun 14) Merasa tidak berharga 0 Saya tidak merasa saya tidak berharga 1 Saya tidak mempertimbangkan diri saya sebagai yang berguna dari biasanya 2 Saya merasa lebih tidak berharga jika dibandingkan dengan orang lain
Fatimah Nur Faizah-220110140048 3 Saya merasa tidak berharga sama 1 sekali 15) Kehilangan energi 2 0 Saya mempunyai banyak energi 1 Saya mempunyai sedikit energi dari 3 yang seharusnya saya punya 2 Saya tidak mempunyai cukup energi 20) untuk melakukan banyak hal 0 3 Saya tidak mempunyai cukup energi untuk melakukan apapun 1 16) Perubahan pola tidur 2 0 Saya tidak mempunyai pengalaman perubahan pola tidur 3 1a Saya tidur agak lebih dari biasanya 21) 1b Saya tidur agak 0 sedikit dari biasanya 2a Saya lebih dari biasanya 2b Saya lebih dari biasanya 3a Saya kebanyakan hari 3b Saya jam lebih awal dan kembali tidur 17)
Saya tidak dapat berkonsentrasi dengan baik seperti biasanya Sulit untuk menjaga apapun pada pikiran saya untuk waktu yang lama Saya tidak dapat berkonsentrasi pada apapun Keletihan atau kelelahan Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya Saya merasa lelah dari yang biasanya Saya terlalu lelah untuk melakukan sesuatu yang biasanya saya lakukan Saya terlalu lelah untuk melakukan kebanyakan hal yang biasanya saya lakukan Kehilangan minat dalam seks Saya tidak melihat adanya perubahan dalam minat saya pada seks Saya kurang tertarik pada seks dari tidur banyak 1 sebelumnya 2 Minat saya pada seks jauh lebih rendah tidur sedikit sekarang 3 Saya kehilangan minat seluruhnya pada seks. tidur Interpretasi: bangun 1-2 1-10 Dianggap normal tidak dapat 11-16Gangguan mood ringan
Iritabilitas
17-20Batas klinis untuk depresi
-
Sediakan penerangan yg adekuat Tempatkan furnitur sehingga dapat menghindarkan jatuh Berikan pengaman pada peralatan listrik Sediakan pengaman dikala lanjut usia beraktifitas Anjurkan olahraga ringan secara teratur Atur aktifitas lanjut usia untuk mengakomodasi pemenuhan kebutuhan istirahat Mempertahankan kemandirian lansia Sediakan dukungan yang memungkinkan klien hidup mandiri Anjurkan anggota keluarga mendukung kemandirian lansia Libatkan lansia dalam merencanakan pemeliharaan kesehatannya Menata pola hidup dan persiapan menghadapi kematian Bantu lanjut usia mendiskusikan kematian bersama anggota Keluarga Pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari lanjut usia. Melakukan Pemantauan secara teratur dan deteksi dini kemungkinan adanya gangguan kulit, eleminasi, pergerakan/ mobilisasi Bantu klien mendapatkan alat bantu sesuai kebutuhan misal kursi roda untuk mobilisasi, gigi palsu untuk mengunyah, kaca mata untuk penglihatan dll Kolaborasi dengan keluarga untuk menghilangkan faktor yang membahayakan di lingkungan dan penggunaan pengaman Evaluasi
31-40Depresi sedang 0 Saya tidak lagi lekas marah dari 31-40Depresi berat biasanya 1 Saya lebih mudah marah dari > 40 Depresi ekstrim biasanya 2 Saya sangat mudah marah dari biasanya d. GDS: untuk mengukur depresi pada lansia, 3 Saya lekas marah sepanjang waktu instrumen yang terdiri dari 15 18) Perubahan nafsu makan pertanyaan tertutup, dengan alternatif 6. 0 Saya tidak memiliki pengalaman perubahan pertanyaan : “Ya” dan “Tidak”. apapun pada nafsu makan Beberapa nomor jawaban “Ya” dicetak 7. Terapi modalitas 1a Nafsu makan tebal, dan beberapa nomor yang lain Terapi modalitas adalah suatu saya agak kurang dari biasanya jawaban “Tidak” dicetak tebal. Yang kegiatandalam memberikan askep dicetak tebal nilainya 1 bila dipilih 1b Nafsu makan baik diinstitusipelayanan maupun di saya agak lebih besar dari biasanya masyarakat yangbermanfaat bagi kesla danberdampakterapeutik. 2a Nafsu makan Pencapaian tujuan terapi saya sangat sedikit dari sebelumnya modalitastergantung pada keadaan 2b Nafsu makan kesehatan kliendantingkat dukungan 3. Cara memprioritas masalah saya sangat lebih besar dari sebelumnya yang tersedia. keperawatan lansia 3a Saya tidak 4. Masalah Kesehatan Lansia mempunyai nafsu makan Tujuan terapi modalitas a. Penurunan kemampuan aktifitas 3b Saya menginginkan makanan sepanjang waktu 19) Kesulitan konsentrasi 0 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik
b. c. d. 5. -
Resiko jatuh Perubahan proses berpikir Depresi Intervensi Gunakan sepatu/sendal ukuran pas
-
mengisi waktu luang bagi lansia meningkatkan kesehatan lansia meningkatkan produktifitas lansia meningkatkan interaksi sosial antara lansia
Fatimah Nur Faizah-220110140048
Tujuan Yang Modalitas 1973” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Spesifik dari terapi Menurut “Gostetamy
Menimbulkan kesadaran terhadap salah satuperilaku klien Mengurangi gejala Memperlambat kemunduran Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri Meningkatkan aktifitas Meningkatkan kemandirian
Lingkup terapi modalitas Terapi lingkkungan (berkebun, bermain dengan binatang, dan rekreasi) Terapi keluarga Terapi modifikasi perilaku (mendengarkan music) Terapi rehabilitasi (Okupasi “keterampilan/kejuruan, kegiatan fisik”) Psikoanalisa psikoterapi (kegiatan keagamaan) Terapi psikodarma (drama, cerita “pengalaman pribadi (life review terapi)”) Terapi aktivitas kelompok (cerdas cermat, mengisi TTS, prakarya) Jenis kegiatan terapi modalitas 1.Psikodrama Mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah kline 2.Terapi aktifitas kelompok Terdiri atas 7-10 orang. Meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan merubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dll 3.Terapi music Menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu 4.Terapi berkebun Melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang 5.Life review therapy
Meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya 6. Terapi dengan hewan Meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama hewan 7. Terapi okupasi Memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktifitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan 8. Rekreasi Meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan dan melihat pemandangan 9. Terapi kognitif Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS, dan lain-lain 10. Terapi keagamaan Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian dan meningkatkan pengajian, kebaktian, dan lain-lain Life Review adalah salah satu dari terapi modalitas yang dapat diberikan pada lansia dengan demensia karena terapi ini dapat membantu seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka panjang dimana akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian masa lalu hingga sekarang. Terapi Life Review mampu menurunkan depresi, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari dan meningkatkan kepuasan hidup (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Terapi Life Review yang sudah dimodifikasi dengan Snakes Ladders Game atau ular tangga sebagai alat terapinya membantu lansia demensia mengingat kejadian masa lalu sehingga kemampuan kognitif dapat kembali distimulasi dan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Selain itu terapi modifikasi ini mampu membuat lansia bersosialisasi dengan
lingkungan karena terapi modifikasi ini sengaja di setting agar lansia tidak hanya dapat mengingat kembali masa lalunya, namun diharapkan lansia juga mampu kembali berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Terapi modifikasi ini juga membuat lansia bisa bergerak aktif karena terapi ini menjadikan lansia sebagai subyek utama dalam pelaksanaan terapi modifikasi Life Review menggunakan Snakes Ladders Game sebagai alat terapinya. Terapi ini dapat diberlakukan dan dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja. Menurut Sholihah (2011) Life Review Therapy efektif dilakukan tiga kali pertemuan selama 60 menit. Tempat perawatan kesehatan seperti posyandu lansia serta panti wreda dapat dijadikan tempat yang baik untuk pelaksanaan Life Review Therapy dengan Snakes Ladders Game sebagai alat terapinya karena tempat tersebut merupakan pelayanan kesehatan yang akan banyak dibutuhkan oleh lansia dengan demensia agar lansia dapat memperoleh kemampuan kognitifnya kembali dan dapat menjadi salah satu terapi modifikasi yang lebih efektif. Bagi keluarga dengan anggota keluarga lansia yang mengalami demensia juga bisa melakukan Life Review Therapy karena terapi ini sangat mudah dilakukan dan mudah dipelajari sehingga mempermudah anggota keluarga dalam penggunaan terapi tersebut. Sehingga manfaat dari terapi ini tetap dapat dirasakan oleh lansia maupun dari anggota keluarga. Gibson, 2004 dalam Mitchell (2006) menyampaikan bahwa Terapi Life review merupakan terapi dengan proses yang komplek tetapi konsisten dengan 4 komponen bagian yang saling berkaitan yaitu : 1) Remembering, menyadari adanya suatu kenangan, 2) Recall, membagikan kenangan dengan
Fatimah Nur Faizah-220110140048 orang lain baik secara verbal atau nonverbal, 3) Review, melakukan evaluasi terhadap kenangan, 4) Reconstruction, membuat / melakukan sesuatu berupa tanda yang mewakili kenangan tersebut Yuliastuti, C., Kirana, S. A. C., Fatimawati, I., Hakim, M. (2017). Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Melalui Terapi Modalitas Life Review Menggunakan Snakes Ladders Game. Posiding Seminar Nasional: Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Seri Ke-1 Tahun 2017. 319-325 8. 9.
1) 2) 3) 4) 5)
Program puskesmas Polifarmasi Polifarmasi adalah penggunaan bersamaan 5 macam atau lebih obat-obatan oleh pasien yang sama. Kriteria untuk mengidentifikasi polifarmasi meliputi: Menggunakan obat-obatan tanpa indikasi yang jelas Menggunakan terapi yang sama untuk penyakit yang sama Penggunaan bersamaan obat-obatan yang berinteraksi Penggunaan obat dengan dosis yang tidak tepat Penggunaan obat-obatan lain untuk mengatasi efek samping obat. Polifarmasi meningkatkan risiko interaksi antara obat dengan obat atau obat dengan penyakit. Populasi lanjut usia memiliki risiko terbesar karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi dengan proses penuaan. Perubahan fisiologis ini, terutama menurunnya fungsi ginjal dan hepar, dapat menyebabkan perubahan proses farmakodinamik dan farmakokinetik obat tersebut (Terrie, 2004). Polifarmasi secara signifikan bisa meningkatkan risiko interaksi obat dengan obat. Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Arti dasar dari polifarmasi adalah obat dalam jumlah yang banyak dalam satu resep (dan atau tanpa resep) untuk efek klinik yang tidak sesuai (Dasopang, Harahap, & Lindarto, 2015).
Fatimah Nur Faizah-220110140048