Kajian Literatur Manuskrip Bismillah Fix.doc

  • Uploaded by: Ersya Yuliyanti Permana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kajian Literatur Manuskrip Bismillah Fix.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,966
  • Pages: 16
LITERATURE REVIEW: THE EFFECT OF COGNITIVE REMEDIATION THERAPY COGNITIVE FUNCTION IN SCHIZOPHRENIA ABSTRAK Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang paling banyak ditemukan, ditandai dengan menarik diri dari hubungan interpersonal, gangguan kognitif, persepsi, dan sosial.Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran tidak konkret dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.Menurut data RISKESDAS tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia yaitu skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa angka skizofrenia khususnya di Indonesia sangat tinggi.Tujuan penulisan evidence based on practice (EBP) ini adalah untuk:Mengetahui keefektifan terapi remediasi kognitif (CRT) dalam meningkatkan fungsi kognitif pada penderita skizofrenia.Dalam proses pencarian dari PubMed didapatkan hasil pencarianSchizoprenia didapatkan jumlah jurnal yang didapatkan sebanyak 138.941 jurnal, jurnal yang masuk ke dalam pengkajian terdapat 3 jurnal.Intervensi ini akurat terbukti dari hasil penelitian yang menyebutkan terapi remediasi kognitif lebih efektif dari kelompok kontrol.Remediasi kognitif digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan efektivitas strategi terapi untuk pasien skizofrenia. Kata Kunci: Skizofrenia, Intervensi, TerapiCognitive Remediation, Review Artikel, Rumah Sakit Jiwa Daftar Pustaka: 2005-2017

ABSTRACT Objective: Many individuals diagnosed with schizophrenia have significant neurocognitive deficits, especially in the areas of attention, memory, and executive function. These deficits may exacerbate patients' psychiatric symptoms. Cognitive remediation has shown efficacy in improving neurocognitive functioning and may lead to amelioration of psychiatric symptoms in persons with schizophrenia. Method: Forty-two schizophrenic inpatients were randomly assigned to either a cognitive remediation group (n=21) or a control group (n=21) and were assessed using a neuropsychological battery and symptom scales for depression, anxiety, and positive and negative symptoms of schizophrenia at baseline and after two months of participation in a cognitive remediation program. Results: The intervention group showed significant improvements in neuropsychological functioning, depression and negative symptoms of schizophrenia after the intervention compared to the control group. Conclusion: Results of the study provide support for cognitive remediation as an efficacious intervention to improve neurocognitive functioning and decrease psychiatric symptoms of schizophrenia. Key Words : Schizophrenia, Intervention, Activity Daily Living Therapy, Review Article, Psychiatric Hospital Bibliography : 2005-2017

PENDAHULUAN

Skizofrenia adalah suatu bentuk

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk Indonesia. Menurut

WHO

Kementerian

tahun

2016

Kesehatan

dalam

Republik

Indonesia, 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena

bipolar,

skizofrenia,

21

serta

juta

47,5

terkena

juta

terkena

dimensia. Menurut data RISKESDAS tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat

di

Indonesia

yaitu

skizofrenia

mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak

1,7

(Kementerian

per

1.000

Kesehatan

Indonesia,

2016).

penduduk Republik

Hal

tersebut

menunjukkan bahwa angka skizofrenia

psikosa

dengan

bertambahnya

jumlah kasus gangguan jiwa, hal ini berdampak negara manusia

pada

dan

penurunan

untuk

(Kementerian

penambahan

produktivitas

jangka

Kesehatan

beban panjang

Republik

Indonesia, 2016). Oleh karena itu kasus gangguan jiwa perlu diberikan perhatian khusus dan ditangani lebih lanjut untuk meminimalisir

penurunan

produktivitas

manusia. Salah satu jenis gangguan jiwa yang perlu ditangani yaitu skizofrenia.

dengan

gangguan

utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,

afek/emosi,

kemauan

dan

psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi

terbagi-bagi

sehingga

timbul

inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar (Maramis, 2009). Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia

precox.

Demensia

artinya

kemunduran intelegensi dan precox artinya muda/sebelum

waktunya)

(Maramis,

2009).

khususnya di Indonesia sangat tinggi. Seiring

fungsional

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang terkait dengan adanya deteriorisasi

dalam

fungsi

kehidupan

sehari-hari dan fungsi sosial (American Psychiatric Association, 2000). Prevalensi penderita skizofrenia di dunia adalah sekitar 1% dari populasi.Psikopatologi pada skizofrenia dapat digolongkan ke dalam tiga dimensi, yaitu gejala positif, gejala negatif dan gejala disorganisasi. Gejala positif meliputi halusinasi, waham, gaduh gelisah, perilaku aneh dan sikap bermusuhan. Gejala negatif meliputi afek tumpul

atau

datar,

menarik

diri,

berkurangnya motivasi, miskin kontak

emosional (pendiam, sulit diajak bicara),

bertanggungjawab untuk perkembangan

pasif

dan

apatis.

Gejala-gejala

sirkuit neural dan memodulasi fungsi

disorganisasi

meliputi

pembicaraan,

sinaps di otak. (Frost, D.O., et al. 2004 ;

disorganisasi dalam

perilaku

pemusatan

serta

gangguan

perhatian

dan

Kaneko, Y. dan Keshavan, M., 2012 ; Penades, R. dan Catalan, R., 2012).

pengolahan informasi. (Amir, N., 2010; Puri, B.K., et.al.,2011) pada

dari

penyakit

skizofrenia

adalah gangguan fungsi kognitif pada

Perburukan fungsi kognitif juga ditemukan

Inti

skizofrenia,

(Hodge, et al., 2010). Gangguan ini relatif

sehingga defisit kognitif merupakan salah

independen dari domain gejala lain seperti

satu gejala inti skizofrenia. Disfungsi

gejala psikotik positif dan negatif dan telah

kognitif pada pasien skizofrenia memiliki

ditemukan

prevalensi yang sangat tinggi, diperkirakan

fungsional juga, jika tidak lebih baik, lebih

98%

daripada gejala negatif . Oleh karena itu,

pasien

adanya

pasien

fungsi perhatian, memori dan eksekutif

skizofrenia

perburukan

menunjukkan

fungsi

Perburukan

ini

biasanya

diidentifikasi

pada

awal

untuk

memprediksi

kognitif.

dalam rangka meningkatkan hasil, upaya

dapat

pengobatan harus menargetkan gangguan

perjalanan

kognitif

disamping

penyakitnya, sebelum mendapatkan terapi

(Hodge, et al., 2010).

antipsikotik dan akan terus menetap

Salah

sepanjang

perjalanan

hasil

skizofrenia

simtomatiloginya

satu

pengobatan

yang

menargetkan gangguan kognitif adalah

(Torniainen, M., 2013 ; Bhattacharya, K.,

terapi

2015). Penyebab disfungsi kognitif pada

kognitif

skizofrenia

membantu seorang penderita skizofrenia

dapat

disebabkan

karena

remediasi

kognitif.

merupakan

Remediasi

metode

abnormalitas pada anatomi dan fungsional

untuk

dari sel neuron di otak. Penelitian terbaru

kognitifnya

sehingga

saat ini menekankan penyebab disfungsi

pemulihan

fungsional

kognitif pasien skizofrenia akibat adanya

pekerjaan, akademik, maupun kehidupan

abnormalitas neuroplastisitas sel neuron di

sehari-hari

otak,

praktis

antara

perubahan mRNA

lain

disebabkan

molekuler untuk

neurotransmiter,

dalam

karena ekspresi

pembentukan transporter

dan

penderita

meningkatkan

untuk

(Eack,

dari

kemampuan dapat baik

2012).

remediasi

skizofrenia

mencapai dalam

Pendekatan

kognitif dapat

pada berupa

berbagai macam bentuk latihan yang bertujuan untuk menentukan ranah kognitif

reseptornya atau adanya perubahan pada

yang

menjadi

target

tumbuhnya

ekspresi dan sekresi dari neurotropin yang

neuroplastisitas otak (Eack, 2012). Aspek

kognitif menunjukkan defisit neurokognitif

tidak

pada ukuran perhatian, kemampuan belajar

partisipan.

atau memori, pemecahan masalah, fungsi

merupakan hasil dari berbagai sumber

eksekutif,

yaitu artikel dan jurnal yang telah peneliti

bahasa

atau

keterampilan

menggunakan

responden

atau

review

ini

Literature

motorik dan sensori (Saykin et al, 1991).

evaluasi

Terapi remediasi kognitif dianggap sebagai

database. Penulis menggunakan database

metode terapi yang lebih aman, sederhana

yang dijadikan sebagai sumber pencarian

dan

yang terkait

tidak

memerlukan

biaya

mahal

dan

analisa

dari

berbagai

dengan penelitian

dibandingkan dengan terapi farmakologi

Pubmed.

(Keefe & Harvey, 2012).

menggunakan boolean operator untuk

Berdasarkan latar belakang diatas,

Pencarian

menggabungkan

data

yaitu

kata

akan

kunci

seperti

penulis tertarik untuk membuat literature

“AND” dan “OR”. Kata kunci yang

mengenai terapi remediasi kognitif (CRT)

digunakan

sebagai

dalam

alternatif

penurunan

dalam

kognitif

mengatasi

pada

penderita

dalam

pencarian

penelitian

“Schizophrenia”

database

ini AND

adalah “cognitive

remediation” , pada database Pubmed kriteria

skizofrenia.

inklusi dari kajian literature ini adalah jurnal menggunakan

METODE

bahasa

inggris,

jurnal

merupakan terbitan 5 tahun teraakhir (2013-

Penelitian ini membahas mengenai

2015), jurnal menjawab pertanyaan penelitian,

keefektifan terapi Remediasi kognitif yang

jurnal

berfungsi menunjukkan kemanjuran dalam

menggunakan metode critical trail. Proses

meningkatkan fungsi neurokognitif dan

pencarian jurnal dilakukan pada tanggal 1

dapat memberikan efek untuk perbaikan

sampai 4 desember 2018.

gejala

kejiwaan

pada

orang

tersedia

fulltext,

dan

jurnal

dengan HASIL

skizofrenia. Analisa data yang digunakan dalam

Pencarian data menggunakan satu

penelitian ini adalah menggunakan metode

database menghasilkan jurnal (n=714),

simplified approach. Tujuan dari metode

kemudian

ini adalah untuk menggabungkan hasil

berdasarkan

penelitian

metode

didapatkan (n=176) lalu jurnal yang

penelitian yang berbeda ke dalam sebuah

didapat di inklusikan kembali menurut

literature review. Data yang didapat dari

tahun penerbitan yaitu 5 tahun terakhir

peneliti dalam pembuatan literature review

didapatkan (n=171) dari jurnal yang

yang

memiliki

jurnal

tersebut

metode

dianalisi penelitian

didapat di inklusikan kembali menurut jurnal yang dapat di akses secara fulltext didapatkan (n=79). Dari hasil akhir jurnal yang didapat penulis mengkaji (n=3) yang akan di masukan dalam tabel matriks. Jumlah artikel yang didapat (n=134.941)

Jumlah artikel yang exclude (berdasarkan kriteria eksklusi) (n=714)

Jumlah artikel yang layak (n=171)

Jumlah artikel yang di exclude (berdasarkan kriteria inklusi) (n=79)

Jumlah artikel yang masuk dalam pengkajian (n=3)

Sumber : Modifikasi Rew Diagram, 2010.

Query Sumber: Pubmed Schizophrenia Schizophrenia AND cognitive remediation Schizophrenia AND cognitive remediation clinical trial Schizophrenia AND cognitive Remediation (clinical trial, full text) Schizophrenia AND cognitive remediation (clinical trial, full text, 5 years)

Jumlah yang ditemukan

Waktu

134.941

16.40

714

16.42

176

16.46

171

16.46

79

16.48

Berikut adalah analisa matriks dari empat jurnal yang didapatkan oleh kelompok Pengarang, Judul, Artikel, dan Tahun

Lokasi Ruang Rawat

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Rawat Inap

Randomized Controlled Trial

70 peserta dengan pasien skizofrenia

Man Withney untuk sesi pertama membandingkan Cognitive Remediation dan Psikiatri Exercise dalam uji man- withney dikeluarkan 20 peserta.

Jenis kelamin: Laki-laki 30 Perempuan 40 orang

Gambaran Terapi CRT

Hasil Penelitian

Model penelitian ini menggunakan Cognitive Remediation dan Psikiatri Exercise dilakukan 3 sesi dalam 1 minggu. sesi pertama dan kedua dilakukan selama 2 jam, dan sesi ketiga dilakukan selama 1 jam dengan melakukan latihan sebanyak 52 kali, setelah mencapai akulasi 90% maka latihan ditingkatkan dengan kesulitan tertentu.

Sebelum: Dari jurnal ini tidak disebutkan hasil sebelum dilakukan penelitian.

(1) (2)Bhing-Leet Taan and Robert King. 2013. The Effect Of Cognitive Remediation On Fungtional Among People With Schizophrenia:A Randomised Controlled Study

orang

Metode Pen

Sesi ke 2 dan ke 3 menggunakan One Way Anova tanpa mengeluarkan peserta

Sesudah: klien yang diberikan terapi Cognitive Remediation menunjukkan adanya perbaikan dengan hasil p-value <0,05. sedangkan klien yang diberikan terapi Psikiatri Exercise menunjukkan hasil kebugaran fisik yang lebih baik di setiap peserta dengan p-value 0,0001.

Jenis kegiatan Cognitive Remediation diantaranya cuci piring, cuci mobil, dan bersih-bersih. Jenis kegiatan Psikiatri Exercise diantaranya dilakukan senam aerobik dan treadmild untuk meningkatkan kardiovaskuler dan toleransi aktivitas. (3) Shuping Tan Yizhuang Zou Til Wykes Clare

Rawat Inap

Randomized Controlled Trial

104 pasien rawat inap secara acak ditugaskan untuk 40 sesi terapi CRT kelompok kecil

Terapi CRT digunakan untuk melatih focus dan melatih ketajaman memori partisipan.

Hasil penelitian sesuudah terapi CRT adalah CRT peningkatan kognitifnya lebih signifikan

Reeder Xiaolin Zhu Fude Yang Yanli Zhao Yunlong Tan Fengmei Fan Dongfeng Zhou. 2015. Group Cognitive Remediation Therapy For Chronic Schizoprenia A Randomized Controlled Trial

atau Terapi Musik dan Dansa yang cocok dengan kontak (MDT). 44 orang dalam kelompok CRT dan 46 orang dalam kelompok MDT menyelesaikan semua yang direncanakan perawatan dan analisis.

Terapi CRT dilakukan dalam 40 sesi dimana setiap sesinya diajarkan melatih focus dengan cara mengajak responden berbicara dan mengingat huruf sederhana dalam bahasa china dasar.

daripada MDT dalam hal fungsi kognitif terutama pada fleksibilitas kognitif dan memori

Pelaksanaan menggunakan CRT dan control menggunakn terapi suportif. intervensi dilakukan selama 2 bulan, dengan 40 sesi yang dibagi menjadi 6 pertemuan dalam satu minggu, dengan durasi satu jam. Sesi pertama, pendidikan dan perhatian. Sesi dua sampai enam,strategi untuk mengelola perhatian. terdiri dari penguatan kontingen, isyarat-isyarat, pentingnya suasana hati dan kesehatan fisik. misalnya : rasa sakit, konsentrasi, kelelahan, manajemen tidur.

Sebelum :

Usia responden diambil dari usia 20-60 tahun

Kriteria partisipan : penderita skizofrenia yang sudah sakit selama 2 tahun atau lebih. Gharaeipour, manouchehr, Scott BJ (2012) EffectsOf Cognitive Remediation On Neuro Cognitive Functions and Psychiatric Symptoms In Schizofrenia In Patient.

Rawat Inap

Case Control

42 Orang dalam 2 kelompok. n = 21. Laki-laki berjumlah 16 orang dan perempuan berjumlah 5 orang Kriteri Inklusi : Usia 20 tahun dengan schizophrenia bisa membaca, menulis, berbicara dan mendengar

Dalam penelitian dinyatakan banyak yang didiagnosis dengan schizophrenia memiliki deficit neurokognitif yang signifikan khususnya di bidang perhatian memori dan fungsi eksekutif. Sesudah : Pada penelitian dinyatakan bahwa terapi remediasi kognitif menunjukan peningkatan dalam fungsi kognitif dan penurunan gejala negative schizophrenia pada pasien schizophrenia.

Sesi tujuh, ulasan perhatian tentang pekerjaan rumah dan latihan. Sesi Sembilan sampai tiga belas strategi untuk mengelola memori kerja. Sesi empat belas ulasan pekerjaan rumah dan mengerjakan tugas-tugas, memori-memori. Sesi limabelas pendidikan tentang ingatan. Sesi enam belas dan duapuluh tujuh strategi untuk mengelola memori. Sesi duapuluh delapan ulasan pekerjaan rumah dan praktikan. Sesi duapuluh Sembilan pendidikan tentang fungsi eksekutif. Sesi tigapuluh sampai tigapuluh Sembilan, pertama strategi untuk mengelola fungsi eksekutif, kedua pemecahan masalah. Sesi empatpuluh tinjauan pekerjaan rumah dan tugas praktik eksekutif.

PEMBAHASAN Disfungsi

Ketiga modul tersebut bertujuan kognitif

merupakan

untuk meningkatkan fungsi kognitif

penurunan fungsi kognitif pada usia

khusus nya fleksibilitas kognitif dan

muda dimana terdapat 98% pasien

memori, dan beberapa fungsi sosial.

skizoprenia yang mengalami disfungsi

Sementara

itu

menurut

kognitif(Bhattacharya, 2015). Cognitive

Gharaeipour (2012), Terapi remediasi

Remediation Therapy (CRT) dipercayai

kognitif terdiri dari 40 sesi meliputi;

dapat meningkatkan fungsi kognitif di

Sesi 1 yaitu tentang edukasi atensi, sesi

bagian memori verbal, kemampuan

2-6 tentang strategi untuk mengelola

memecahkan masalah, fungsi eksekutif,

atensi terdiri dari 2 strategi yaitu

atensi,

eksternal

persepsi

sosial

dan

kinerja(Twamley, 2003).

environment.

Sesi

7

menggambarkan kembali tugas atensi

Jurnal yang sudah dimasukkan

dan tugas praktek.Sesi 8 Edukasi

dalam tabel matrik, masing-masing

tentang kerja memori. Sesi 9-13 yaitu

membahas

komponen

strategi untuk mengelola kerja memori,

Remediation

Sesi 14 menggambarkan kembali tugas

(Tan, Zou, Wykes,

kerja memori dan tugas kelompok, Sesi

Reeder, & Etc, 2015) meliputi 3 modul

15 edukasi tentang memori, Sesi 16-27

yaitu:

Strategi

a. Cognitive Shift Modul

dengan stratedi internal yaitu membuat

mengenai

mengenai

Cognitive

Therapy menurut

Menggambarkan dalam

berfikir

kefleksibelan dan

pengolahan

informasi

untuk

assosiasi

mengelola

gambaran

memori

visual

dan

mainmap, sedangkan eksternal strategi yaitu menggunakan memori eksternal

b. Working Memory Modul Menggambarkan

seperti kalender dan buku harian. Sesi

kapasitas

kerja

28 yaitu

menggambarkan kembali

memori dimana partisipan bekerja

tugas memori dan tugas prakterk. Sesi

dengan

29

mengolah

2

sampai

5

informasi dalam 1 waktu c. Planning Modul

yaitu

edukasi

tentang

fungsi

eksekutif.Sesi 30-39 Strategi untuk mengelola

fungsi

eksekutif

seperti

Dimana melatih kemampuan untuk

fleksibilitas kognitif dan penyelesaian

Self Ordered, orientasi tujuan, set

masalah. Sesi 40 yaitu menggambarkan

atau skema formasi manipulasi dan

kembali tugas eksekutuf dan tugas

perencanaan.

prakteknya

Adapun

ke

40

sesi

tersebut

berfungsi untuk meningkatkan fungsi kognitif khususnya fungsi atensi, fungsi memori, fungsi eksekutif. Sementara itu menurut Tan dan King (2013), Terapi Remediasi Kognitif Ada 3 sesi dalam seminggu, Sesi pertama dan kedua dilakukan selama 2 jam dan sesi ke 3 dilakukan 1 jam. Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya perbaikan secara signifikan dengan hasil v value < 0,05.

Pembahasan PERSAMAAN Assesment

Penelitian

menurut

PERBEDAAN

Gharaeipour,

Penelitian menurut Tan & King,

(2012) sejalan dengan penelitian

(2013)

menggunakan

yang dilakukan oleh Tan, Zou,

Randomised Control Trial

metode

Wykes, Reeder, & Etc, (2015) dengan metode Quasi Eksperiment Pasien

Penelitian yang dilakukan oleh Tan, Zou, Wykes, Reeder, etc (2015), dan penelitian yang dilakukan oleh Tan, King, (2013) serta penelitian yang dilakukan oleh Gharaeipour, (2012) ketiganya

menggunakan

pasien

Skizoprenia. Kualifikasi Terapis

Penelitian yang dilakukan oleh Tan

Penelitian yang dilakukan oleh

& King, (2013) dan

Gharaeipour, (2012) dilakukan oleh

Tan, Zou,

Wykes, Reeder, etc (2015) dilakukan oleh Dokter Spesialis Sesi

Terapi

remediasi

kognitif

yang

dilakukan oleh Gharaeipour (2012), terdiri dari 40 sesi meliputi; Sesi 1 yaitu tentang edukasi atensi, sesi 26 tentang strategi untuk mengelola

Sarjana Perawat

atensi terdiri dari 2 strategi yaitu eksternal

environment.

menggambarkan

Sesi

kembali

7

tugas

atensi dan tugas praktek. Sesi 8 Edukasi tentang kerja memori. Sesi 9-13 yaitu strategi untuk mengelola kerja

memori,

menggambarkan

Sesi

14

kembali

tugas

kerja memori dan tugas kelompok, Sesi 15 edukasi tentang memori, Sesi 16-27 Strategi untuk mengelola memori dengan stratedi internal yaitu membuat assosiasi gambaran visual dan mainmap, sedangkan eksternal

strategi

yaitu

menggunakan

memori

eksternal

seperti kalender dan buku harian. Sesi 28 yaitu

menggambarkan

kembali tugas memori dan tugas prakterk. Sesi 29 yaitu edukasi tentang fungsi eksekutif. Sesi 30-39 Strategi untuk mengelola fungsi eksekutif

seperti

fleksibilitas

kognitif dan penyelesaian masalah. Sesi

40

yaitu

menggambarkan

kembali tugas eksekutuf dan tugas

prakteknya. Terapi

remediasi

dilakukan

oleh

kognitif Tan

yang

dan King

(2013), Terapi Remediasi Kognitif Ada 3 sesi dalam seminggu, Sesi pertama

dan

kedua

dilakukan

selama 2 jam dan sesi ke 3 dilakukan 1 jam. Terapi

remediasi

kognitif

yang

dilakukan oleh Tan, Zou, Wykes, Reeder, etc, (2015) terdiri dari 40 sesi yang meliputi 3 modul yaitu: Cognitive Shift Modul menggambarkan dalam

berfikir

kefleksibelan dan

pengolahan

informasi Working Memory Modul Menggambarkan

kapasitas

kerja

memori dimana partisipan bekerja dengan mengolah 2 sampai 5 informasi dalam 1 waktu

Planning Modul Dimana melatih kemampuan untuk Self Ordered, orientasi tujuan, set atau skema formasi manipulasi dan perencanaan.

Hasil Evaluasi

Dari ketiga artikel diperoleh hasil yaitu terjadinya peningkatan kognitif khususnya

fungsi

atensi, fungsi

memori, fungsi sosial dan fungsi exsecutive yang signifikan setelah dilakukan therapy.

cognitive

remediation

KESIMPULAN

REFERENSI

Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa Cognitive Remediation Therapy (CRT)

menunjukan

perbaikan

yang

signifikan terhadap pemulihan kognitif pada pasien skizofrenia. Pada jurnal penelitian ini proporsi pasien di masingmasing kelompok yang menunjukan 25% bermanfaat

dan

peningkatan

50%

mewakili perubahan klinis yang penting dalam pengurangan gejala skizofrenia. Pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dengan hasil p-value 0.05. Intervensi ini akurat terbukti dari hasil penelitian yang menyebutkan terapi remediasi kelompok

kognitif

lebih

efektif

kontrol.Remediasi

digunakan

sebagai

dari

kognitif

sarana

untuk

meningkatkan efektivitas strategi terapi untuk

pasien

skizofrenia.Terapi

ini

mendukung untuk meningkatkan fungsi neurokognitif

dan

psikiatri skizofrenia.

menurunkan

gejala

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV TR. Arlington, VA. amerika: American Psychiatric Association. Amir N. (2010). Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas kedokteran universitas jakarta. Balitbang, k. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Depkes. (2016, oktober kamis). PERAN KELUARGA DUKUNG KESEHATAN JIWA MASYMARAKAT. Eack, S. (2012). Cognitive Remediation: A new generation of psychosocial interventions for people with schizophrenia. Social Work , 235-246. Foong,

J. (2004). Neuropathological abnormalities in schizophrenia evidence from magnezation transfer imaging. Oxford University Press Journal , 124 : 882-892.

Hodge, M. A., Siciliano, D., Withey, P., Moss, B., Moore, G., Judd, G., et al. (2010). A Randomized Controlled Trial of Cognitive Remediation in Schizophrenia. Schizophrenia Bulletin , 419. Keefe, R., & Harvey, P. (2012). Cognitive impairment in schizophrenia . Berlin Heidelberg: Springer-Verlag , 1137

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016, Oktober 6). PERAN KELUARGA DUKUNG KESEHATAN JIWA MASYARAKAT. Retrieved Desember 10, 2018, from depkes.go.id: http://www.depkes.go.id/article/print/1610 0700005/peran-keluargadukungkesehatan-jiwa-masyarakat.html Maramis, W. F. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Surabaya: Airlangga UniversityPress. Torniainen

M.

impairment

(2013). in

cognitive

schizophrenia.

finlandia: nationa insitute 4X5for health and welfare.

Related Documents

Bismillah
October 2019 80
Bismillah
November 2019 60
Bismillah
June 2020 46
Bismillah
November 2019 85

More Documents from "zuhadisaarani"

Target Kelompok Fix.docx
November 2019 13
Surat_undangan Penkes.docx
November 2019 6
Bab 4-5.docx
November 2019 10
19038.docx
November 2019 9
Kasus Tic Gicu 1.docx
November 2019 6