Ka Andal Print Hal 9 - Hbs.docx

  • Uploaded by: Kurnia Dyah Ayu
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ka Andal Print Hal 9 - Hbs.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,176
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang banyak terdapat pegunungan kapur. Disamping itu di beberapa daerah di Tuban masih banyak terdapat kawasan yang mempunyai struktur tanah liat. Kedua bahan ini merupakan komponen utama penyusun semen . Melihat kenyataan ini menarik investor untuk mendirikan industri semen di kabupaten Tuban. Alasan tersebut diperkuat dengan posisi kabupaten Tuban yang berdekatan dengan laut sehingga memudahkan transportasi pengiriman produk ke beberapa daerah lain di Indonesia dan ke luar negeri. Industri semen menggunakan bahan baku utama batu kapur dan tanah liat yang banyak terdapat di kabupaten Tuban. Industri ini direncanakan akan didirikan di kabupaten Tuban. Industri semen merupakan industri yang kegiatannya bersatu dengan kegiatan penambangan. Proses-proses yang terdapat dalam industri semen antara lain: penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku (raw mill process), penggilingan batu bara, proses preheating serta proses pembakaran dan pendinginan klinker. Pembangunan yang pesat di Tuban memberikan pula dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan setempat, yang pada akhirnya meningkatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup tersebut menjadi beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang harus menanggung biaya pemulihannya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berakibat pada masalah-masalah yang semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh karenanya pembangunan yang harus dilakukan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang memadukan lingkungan hidup dengan sumber daya alam, untuk mencapai keberlanjutan pembangunan yang menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan lingkungan berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL & UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Kedua instrumen

lingkungan ini disatu sisi merupakan kajian kelayakan lingkungan bagi kegiatan yang akan memulai usaha tetapi disisi lain juga merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin memulai usaha. Sehingga melalui dokumen ini dapat diketahui dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampak-dampak tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif. Pada kenyataannya studi kelayakan yang dilakukan oleh para pengusaha baik dalam bentuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup maupun Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup tidak selalu mendapatkan hasil yang optimal. Gagasan : Penguatan AMDAL sebagai Instrumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, hasil yang tidak optimal tersebut pada umumnya disebabkan oleh berbagai faktor yaitu : 1. AMDAL dan implementasinya oleh pemrakarsa dipandang sebagai beban. 2. Tidak ada insentif dan disinsentif bagi pemrakarsa yang : a. Menyusun dan tidak menyusun AMDAL b. Menyusun AMDAL secara benar dan baik dengan yang asal jadi c. Mengimplementasikan hasil AMDAL dengan tidak berniat melaksanakan. 3. AMDAL lebih dipandang sebagai instrumen perijinan daripada sebagai instrumen pencegahan dampak lingkungan 4. Lemahnya penegakan hukum. a. Kegiatan/usaha yang tidak menyusun AMDAL b. Kegiatan/usaha yang melakukan penyusunan AMDAL pada saat konstruksi atau kegiatan usaha telah berjalan. c. Kegiatan/usaha yang tidak mengimplementasikan hasil AMDAL 5. Belum ada integrasi antara AMDAL, Ijin lokasi dan Ijin operasi. Berdasarkan hasil evaluasi dan restropeksi terhadap 5 dokumen Amdal dari beberapa proyek di Jawa Tengah yang dilakukan oleh Hadi (1995), ditemukan bahwa : 1. Tidak teridentifikasinya kegiatan yang menimbulkan dampak. 2.

Kurang cermatnya mengidentifikasi

dampak melalui suatu proses di

lapangan. 3. Dampak yang tidak teridentifikasi tidak ada upaya pengelolaan lingkungan. 4. Belum

semua

dokumen

memperkirakan

dampak

dengan

pendekatan-

pendekatan yang umum dipakai yakni pendekatan formal, matematis maupun analogi.

Penyusunan kajian AMDAL maupun UKL&UPL hingga saat ini telah dapat diterapkan di Kabupaten Tangerang, namun demikian dokumen lingkungan tersebut

sebagai

dasar

kebijakan

perusahaan

dalam

pelaksanaan

pengelolaan

lingkungan belum berdaya guna sebagaimana yang diharapkan. Masih ada yang pemrakarsa yang

yang

tidak

tercantum

dalam

melaksanakan dokumen

pengelolaan lingkungan

dan

pemantauan

sehingga

masih

sebagaimana saja

terjadi

pencemaran. Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan kajian yang komprehensif untuk mengungkap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada beberapa industri di

Kabupaten Tuban dengan mengevaluasi pelaksanaan kewajiban pengelolaan dan

pemantauan lingkungan sesuai dengan yang tercantum dalam kajian lingkungan baik AMDAL atau UKL & UPL.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran diatas, peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan yang ada di Kabupaten Tuban berupa pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Apakah

rencana

pengelolaan

dan

pemantauan

lingkungan

telah

diimplementasikan oleh Industri? 2. Bagaimana

keterlibatan

masyarakat

sekitar

industri

dalam

pelaksanaan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan? 3. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan instansi terkait lainnya C.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengevaluasi sejauh mana rencana pengelolaan lingkungan yang tercantum dalam dokumen AMDAL atau UKL & UPL diimplementasi oleh industri yang ada di Kabupaten Tuban. 2. Mengidentifikasi keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

3. Mengajukan usulan pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan instansi terkait lainnya.

D. Peraturan Perundangan Mengenai AMDAL/UKL&UPL Pembangunan yang berlangsung saat ini baik langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan terhadap lingkungan yang beresiko mencemari dan merusak lingkungan. Oleh karenanya pembangunan seharusnya mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan dilakukan tidak hanya secara fisik tetapi juga dengan mempertimbangkan kelestarian sumberdaya alam serta kesejahteraan manusia di sekitarnya. Gagasan

Pembangunan

Berkelanjutan

secara

bertahap

mulai

dimasukkan

kedalam kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari diberlakukannya

peraturan

perundangan

mengenai

pengelolaan

lingkungan

hidup

yaitu : 1.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berisi : a Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan serta dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat serta perkembangan lingkungan global. b Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, mempunyai hak atas informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup dan setiap orang berhak dan berkewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup serta berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta

mencegah

dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup. 2

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisi Mengenai Dampak Lingkungan, menyebutkan bahwa :

a.

Pasal 1, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

b.

Pasal 3 ayat 4, Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang pembinaannya berada pada instansi yang

membidangi usaha dan/atau kegiatan. 3. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang AMDAL ini telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup maupun Kepala Bapedal, yaitu : a.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 17 tahun 2001 tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan.

b.

Keputusan Kepala Bapedal Nomor: Kep.056 Tahun 1994 tentang Pedoman Ukuran Dampak Penting.

2.

Peraturan Perundangan AMDAL/UKL&UPL pada Sektor Industri Industri

yang

wajib

melakukan

(AMDAL) tercantum dalam Keputusan Nomor 17

tahun 2001,

kegiatan

menimbulkan pencemaran air,

udara,

Analisis Menteri bidang tanah,

Mengenai

Dampak

Lingkungan

Negara

Lingkungan

perindustrian

pada

gangguan

kebisingan,

Hidup

umumnya bau,

dan

getaran. Beberapa jenis industri menggunakan air dengan volume sangat besar, yang diperoleh baik dari sumber air tanah ataupun air permukaan. Penggunaan air ini berpengaruh terhadap sistem hidrologi sekitar. Berbagai potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut di atas menimbulkan dampak sosial.

Beberapa jenis industri yang sudah memiliki teknologi memadai untuk

mengatasi dampak negatif yang muncul, sehingga tidak termasuk dalam daftar berikut,

tetapi

menggunakan areal

yang luas tetap wajib dilengkapi dengan

AMDAL (nomor 15), terdiri dari : 1. Industri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker) 2. Industri pulp atau industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp (tidak termasuk pulp dari kertas bekas dan pulp dari industri kertas budaya) 3. Industri petrokimia hulu 4.

Industri pembuatan besi dasar atau baja dasar (iron and steel making) meliputi

usaha pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar seperti pellet bijih besi, besi spons, besi kasar/pig iron, paduan besi/alloy, ingot baja, pellet baja, baja bloom, dan baja slab. 5. Industri pembuatan timah (Pb) dasar termasuk industri daur ulang. 6. Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar/katoda tembaga (bahan baku dari Cu konsentrat). 7. Industri pembuatan alumunium dasar (bahan baku dari alumina) 8. Kawasan industri (termasuk komplek industri terintegrasi) 9. Industri galangan kapal dengan sistem graving dock

10. Industri pesawat terbang 11. Industri senjata, amunisi dan bahan peledak 12. Industri baterai kering (yang menggunakan merkuri/Hg). 13. Industri baterai basah (akumulator listrik).

BAB II RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan PT. Semen Gresik adalah industri yang bergerak di industri Semen memiliki Semen Gresik. Semen Gresik memiliki 3 pabrik dengan kapasitas terpasang 8,2 juta ton semen per tahun yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur. Proyek PT Semen Gresik ini direncanakan akan didirikan di atas lahan seluas 6275 m2, di Desa Sumberarum, Kec Kerek, Tuban, Jawa Timur.

a. Lokasi Proyek Pembangunan pabrik tekstil PT Semen Gresik direncanakan di Desa Sumberarum, Kec. Kerek, Sumberarum, Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62356.

b. Alternatif alternatif yang dikaji dalam pemilihan lokasi AMDAL Alternatif lokasi yang akan digunakan adalah masih pada daerah sekitar kabupaten Tuban. Dikarenakan daerah tersebut memang sangat potensial untuk mendirikan pabrik semen,karena bahan bahan baku semen berlimpah disana.

2.2

RONA LINGKUNGAN AWAL Rona lingkungan hidup adalah gambaran keadaan lingkungan di lokasi yang akan

didirikan pabrik semen. Rona lingkungan diperlukan dalam kajian analisis dampak lingkungan karena dijadikan sebagai pembanding dan perkiraan dampak yang akan datang. Rona lingkungan yang ditelaah tidak semua komponen lingkungan tetapi hanya terbatas pada indikator yang paling tepat dan penting dalam kaitannya dengan dampak atau isu pokok, terutama yang berkaitan pada tahapan pembangunan pabrik. Lokasi yang akan dibangun pabrik semen merupakan daerah yang berdekatan dengan pegunungan kapur dan agak jauh dari pemukiman penduduk. Kondisi awal lingkungan dimana akan didirikan pabrik semen adalah tanah milik penduduk yang banyak ditanami tumbuhan seperti jagung, ketela pohon, mangga, nangka, mahoni. Kondisi awal udara di daerah tersebut masih bersih karena jarang ada kendaraan lewat. A.

KOMPONEN GEOFISIK KIMIA

1.

Komponen kualitas udara Komponen debu meningkat pada tahap pembersihan lahan karena dengan terbukanya

tanah maka lahan akan menjadi kering dan partikel-partikel akan mudah tertiup oleh angin. Sebelummnya, lahan tersebut berupa areal perkebunan warga yang ditanami jagung, ketela pohon, mahoni, mangga dan nangka yang menghambat terbawa partikel-pertikel debu. Mobilisasi alat-alat berat dan pengangkutan bahan material, pembangunan sarana dan prasarana akan mempercepat dan memperbesar komponen debu pada daerah tersebut, dengan lalu lalangnya kendaraan. Debu dapat juga berasal dari material yang berukuran halus. Pada tahap operasional pabrik juga memungkinkan akan terlepas debu ke lingkungan mengingat pada proses pembuatan semen banyak mengasilkan debu.

2.

Komponen Kebisingan Kebisingan disebabkan juga pada tahap konstruksi, yaitu: kegiatan pembersihan lahan,

mobilisasi alat-alat berat dan pengangkutan material, dan pendirian bangunan beserta sarananya. Sumber bunyi terutama dari penggunaan mesin alat-alat berat dan pemasangan tiang pancang bangunan. Pada tahap operasional, untuk kegiatan produksi dan tansportasi akan menyebabkan terjadi kebisingan oleh transportasi tenaga kerja, pengiriman bahan pembantu dan produk masuk dan keluar pabrik.

3.

Komponen Ruang, Tanah dan Lahan Ruang, tanah dan lahan akan mengalami perubahan dengan adanya pembangunan

pabrik semen. Ruang dan lahan yang semula ditumbuhi tanaman perkebunan dan berupa pegunungan kapur akan dibangun pabrik dan pada masa operasi pabrik pegunungan kapur akan ditambang batu kapurnya.

B.

KOMPONEN BIOTIS

Komponen Flora Dengan adanya kegiatan pendirian pabrik semen, berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman di sekitarnya,dari pembersihan lahan hingga tahap operasional. Biota darat di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Tuban, Jawa Timur didominasi oleh tumbuhan kecil. Di sekitar kawasan tersebut banyak area persawahan yang di dominasi oleh tanaman padi.

C.

KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA

a. Komponen Kesempatan Kerja Adanya pembangunan pabrik semen memberikan dampak positif terutama untuk masyarakat disekitar pabrik . Dampak positif yang diberikan adalah penyediaan lapangan kerja bagi warga sekitar. Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup warga tersebut. Rencana pembangunan Pabrik di di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Tuban diyakini akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, peluang untuk memulai usaha baru akan semakin terbuka. b. Komponen Perekonomian Dengan adanya pembangunan pabrik semen memberikan dampak positif disektor naiknya tingkat pendapatan masyarakat. Naiknya pendapatan masyarakat berasal dari hasil ganti rugi lahan, dan adanya penghasilan bulanan karena bekerja dipabrik dan adanya pendapatan tambahan dari usaha yang bisa dilakukan masyarakat sekitar pabrik dengan adanya pembangunan dan operasional pabrik, seperti penyediaan tempat tinggal sementara bagi tenaga kerja yang berasala dari luar daerah dan penyediaan kebutuhan sehari-hari bagi tenaga kerja.

c. Sosial Budaya Dengan adanya pembangunan pabrik semen dan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat di sekitar pabrik akan mempengaruhi sosial dan budaya. Hal ini disebabkan karena pada daerah sekitar pabrik akan ada tenaga kerja yang berasal dari daerah lain dan dengan peningkatan tingkat ekonomi maka masyarakat akan mampu membeli peralatan elektronik dan hal ini akan sedikit banyak mempengaruhi perilaku masyarakat.

D. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT 1.

Komponen Kesehatan Selama kegiatan mulai konstruksi sampai operasional pabrik banyak debu beterbangan,

hal ini akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat di sekitar pabrik. Status derajat kesehatan masyarakat diantaranya dapat tergambar dari pola penyebaran dan distribusi penyakit, hal tersebut dapat dilihat dari distribusi jenis dan jumlah penyakit pada 10 penyakit terbesar yang direkam medik/dicatat di unit pelayanan kesehatan utama seperti puskesmas. Tersedianya fasilitas umum dibidang kesehatan juga sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat

2.3

PELINGKUPAN

1. TAHAP PRA KONSTRUKSI a.

Survey, Perijinan, dan pengukuran Sebelum dilakukan pembangunan industri perlu dilakukan survey ke lokasi

yang akan dijadikan tempat berdirinya industri, pengukuran lokasi dan perijinan dengan pemerintah setempat. Kegiatan-kegiatan ini akan berkaitan dengan masyarakat sekitar calon lokasi industri. b.

Pembebasan Lahan Pembebasan lahan dilakukan untuk mengganti tanah warga untuk dijadikan lahan

industri. Dengan adanya pembebasan lahan baik itu berupa pematokan, ganti rugi dan pemagaran akan menimbulkan spekulasi di antara pemilik tanah.

2. TAHAP KONSTRUKSI a.

Rekruitmen Tenaga Kerja Pada tahapan ini, diperlukan tenaga kerja untuk pembangunan industri

keseluruhan. Pihak pelaksana proyek membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan sesuai dengan tingkat kebutuhan proyek. Untuk itu diperlukan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak baik yang terlatih maupun buruh. b.

Pembersihan Lahan Tahapan ini merupakan awal dari proses pembangunan industri semen.

Kawasan yang semula berupa tanah yang ditanami beberapa tanaman keras dan perkebunan milik warga dibersihkan dan dipersiapkan untuk pembangunan bangunan pabrik. c.

Mobilisasi Peralatan dan Material Proyek pembangunan industri memerlukan peralatan berat serta pengangkutan

material yang akan digunakan dalam pembangunan industri, jalan, dan unit-unit lainnya. Mobilisasi alat berat dapat mengganggu ketenteraman masyarakat terutama disekitar lokasi proyek karena menimbulkan debu, gas-buang, getaran maupun kebisingan.

d.

Mobilisasi Tenaga Kerja Dalam proses pembangunan memerlukan tenaga kerja yang banyak, sehingga

akan memungkinkan mobilitas tenaga kerja menuju dan keluar dari lokasi. Hal ini akan menyebabkan kebisingan padatnya lalu lintas terutama pada jam-jam masuk dan keluarnya tenaga kerja yang akan menggangu masyarakat disekitar industri. e.

Pembangunan Industri Dengan adanya pembangunan ini akan menimbulkan kebisingan dan getaran,

mengotori udara dengan debu. Kebisingan, getaran, debu dan gas-buang dari peralatan berat serta kegiatan pembangunan tersebut dapat mengganggu kesehatan, dan ketenangan masyarakat. Selain itu juga akan mengganggu populasi flora dan fauna. Karena adanya penebangan pohon dan pengrusakan habitat fauna.

f.

Pemutusan Tenaga Kerja Setelah tahap konstruksi berakhir, maka hanya sebagian tenaga kerja yang

memenuhi syarat tetap bekerja untuk kepentingan perusahaan. Dengan adanya pemutusan kerja ini dapat menimbulkan konflik sosial dan keresahan di antara pekerja. 3. TAHAP PASCA KONSTRUKSI a. Rekruitmen Tenaga Kerja Memasuki pasca konstruksi atau mulai beroperasinya pabrik semen , diperlukan tenaga-tenaga ahli dan profesional baik lokal maupun non lokal untuk menjalankan industri sebagaimana mestinya. Karena terbatasnya tenaga kerja yang diperlukan maka tidak semua calon tenaga kerja dapat diterima. Ini disebabkan adanya persyaratan dan kualifikasi tertentu sesuai dengan formasi yang ada. b. Operasional Pabrik Pada tahap ini pabrik mulai beroperasi. Adapun tahapan proses pada pabrik semen adalah sebagai berikut: 

Penambangan batu kapur Penambangan batu kapur dimaksudkan untuk mengambil batu kapur yang merupakan

bahan baku semen dari pegunungan kapur. Penambangan biasanya dilakukan dengan menggunakan dinamit. Pada proses penambangan ini akan menyebabkan kerusakan pada struktur tanah, memungkinkan terganggunya kehidupan flora dan fauna pada daerah yang menjadi lokasi penambangan. 

Penambangan tanah liat

Penambangan tanah liat dimaksudkan untuk mengambil tanah liat yang merupakan bahan baku semen. Penambangan biasanya dilakukan dengan menggunakan escavator. Pada proses penambangan ini akan menyebabkan kerusakan pada struktur tanah,

memungkinkan terganggunya kehidupan flora dan fauna pada daerah yang menjadi lokasi penambangan.



Persiapan bahan baku Bahan baku berupa batu kapur dan tanah liat dari tambang mempunyai ukuran yang

besar dan belum siap untuk dioleh menjadi semen. Untuk itu diperlukan proses untuk mengubah bahan baku tersebut hingga mempunyai ukuran yang sesuai. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk memperkecil ukuran batu kapur dan tanah liat hingga berukuran kecil dan dapat diproses selanjutnya. 

Pengecilian ukuran dilakukan di Unit Crusher.



Pengolahan bahan Pengolahan bahan dimaksudkan untuk mempersiapkan bahan baku agar mempunyai

kadar air dan komposisi kimia yang sesuai dengan standard produksi. Adapun proses dalam pengolahan bahan adalah sebagai berikut: 

Pencampuran ( Raw material reclaiming )

Batu kapur sebagai bahan baku utama yang dipakai dalam industri semen harus mempunyai kadar karbonat yang tetap (tidak berubah-ubah).

Agar kadar

karbonatnya tidak berubah-ubah, perlu dilakukan pre-blending. Batu kapur dan tanah liat yang telah mempunyai ukuran yang sesuai dengan standart produksi kemudian dibawa ke bagian pencampuran untuk mencampurkan batu kapur dan tanah liat agar mempunyai komposisi yang sesuai dengan standard produksi.

Pada bagian ini

dicampurkan pula pasir besi dan pasir silika 

Penghalusan dan pengeringan

Batu kapur dan tanah liat yang sudah dicampur dengan pasir besi dan pasir silika yang mempunyai kadar air 18% dan ukuran minus 180 mm kemudian ditransportasikan ke bagian penghalusan dan pengeringan (Raw Grinding) untuk menghaluskan ukuran dan mengurangi kadar airnya.

Keluar dari bagian penghalusan dan pencampuran mempunyai kehalusan 90 % lolos ayakan 90 mikron dengan kadar air kurang dari 1%. 

Bagian pembakaran

Bagian ini memproses bahan baku produk dari raw grinding menjadi klinker. Bagian pembakaran terdiri dari: 

Pemanasan pendahuluan (Preheating)

Pada bagian pemanasan pendahuluan selain terjadi pemanasan umpan kiln juga terjadi peruraian dari Kalsium Karbonat menjadi Kalsium Oksida dan Karbon Dioksida. 

Kiln

Umpan kiln yang telah mengalami kalsinasi awal dimasukkan ke dalam kiln untuk dikalsinasi lanjut hingga dihasilkan klinker. 

Pendingin klinker Klinker panas keluar kiln bersuhu 14000C didinginkan pada pendingin klinker hingga

mencapai suhu 820C Dari bagian ini kemudian dibawa ke bagian penggilingan akhir. 

Bagian penggilingan akhir Bagian penggilingan akhir bertugas untuk menggiling klinker dari bagian pembakaran

dan mencampur dengan gypsum dan trass hingga menjadi semen yang siap dipasarkan.

c.

Pemeliharaan Peralatan Pemeliharaan peralatan sangat dibutuhkan selama pengoperasian industri. Untuk

pemeliharaan ini, dibutuhkan peningkatan keterampilan tenaga kerja. Sehingga kualitas tenaga kerja meningkat dan ada peningkatan kesejahteraan pada karyawan.

Matriks Dampak Potensial Kegiatan Pembangunan Pabrik Semen

Rencana Kegiatan PRA KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

OPERASI

Komponen Lingkungan/ Parameter Lingkungan

No

A GEOFISIK-KIMIA 1. Kualitas udara 2. Kebisingan

X X

X X

X X

X X

3. Kualitas airtanah

X X X

X X

X X

4. Kualitas air permukaan 5. Kuantitas airtanah 6. Transportasi a. Bangkitan lalulintas

X

b. Keselamatan lalulintas

X X

7. Limbah B3 B

BIOLOGI 1. Vegetasi

X X

2. Satwa liar

X X

3. Biota perairan C

X X X

X

SOSIAL 1. 2.

Proses sosial

3.

Sikap dan persepsi masyarakat Kesempatan kerja

4.

Peluang Berusaha

5.

Pendapatan masyarakat

X

X

X

X

X

X

X

X

X X X

X

X

X

X

X

X

X

X X X

X X X

D KESEHATAN MASYARAKAT 1. 2. K3

Sanitasi lingkungan X

Related Documents

Dokumen Ka-andal Kiki.docx
October 2019 37
Kb Print Hal. 3.docx
December 2019 13
Hal 9-10.docx
October 2019 25
Hal 9-12 Fc
December 2019 14

More Documents from "heri purwata"

Pelingkupan Fix.docx
December 2019 22
Dyah Ayu Reprooo.docx
May 2020 20
Trakeitis.docx
November 2019 33
Demam Typhoid
June 2020 23