PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIKUM DI SMKN 2 SIDENRENG MUH. YAMIN Program Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Email:
[email protected]
ABSTRAK
MUH YAMIN. 2016. Perilaku keselamatan dan kesehatan kerja siswa dalam pembelajaran praktikum di SMKN 2 Sidenreng. (dibimbing oleh Lahming dan Muh Yahya) Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku keselamatan dan dan kesehatan kerja siswa dalam pembelajaran praktikum di SMKN 2 Sidenreng dengan tiga indikator yakni: (1) pengetahuan siswa meliputi pengertian K3, tujuan K3 dan syarat-syarat K3; (2) aspek sikap yang meliputi penerimaan terhadap K3, respon terhadap K3 dan tanggung jawab terhadap K3; (3) aspek tindakan yang meliputi memperhatikan aspek K3, mematuhi peraturan K3 dan melaksanakan peraktikum sesuai prosedur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilaksanakan di SMKN 2 Sidenreng
di
Kab. Sidrap.
Pengumpulan
data
dilakukan dengan menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (a) aspek pengetahuan siswa di SMKN 2 Sidenreng berada pada kualifikasi baik, (b) aspek sikap K3 siswa kualifikasi baik dan (c) aspek tindakan K3 siswa berada pada kualifikasi sangat baik.
Kata Kunci: Pengetahuan K3, Sikap K3,Tindakan K3
berkualitas serta mampu bersaing di
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk mewujudkan sumber
daya
manusia
yang
era globalisasi. Terciptanya sumber daya
manusia
yang
berkualitas
tersebut perlu diperhatikan kesehatan
dan keselamatan kerjanya.
perlindungan kelangsungan hidup
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pekerjanya (Friend & Khon, 2007).
(K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi
kecelakaan
dan
penyakit
akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan
tempat
kerja
yang
nyaman dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit (Friend & Khon, 2007). K3
K3 menjadi suatu aspek yang sangat
merupakan
hal
yang
hukum, keselamatan dan kesehatan
Perusahaan sedang berusaha untuk menguntungkan global
yang
dalam semakin
kompetitif, untuk ini perusahaan menerapkan
keselamatan
dan
kesehatan kerja agar praktik bisnis tetap berjalan dengan baik. Bagi banyak perusahaan besar program keselamatan, lingkungan
dipahami,
mengingat resiko bahayanya dalam penerapan
teknologi
Peningkatan
tersebut.
keselamatan
dan
kesehatan kerja merupakan tugas semua orang yang terlibat dalam suatu
pekerjaan. Subtansi
dalam
berbagai bentuk dapat menimbulkan pengaruh merugikan bagi K3 dan dapat memberikan efek kecelakaan kerja, misalnya kebisingan yang memiliki pengaruh utama kehilangan pendengaran akibat imbas bising
kebisingan
kesehatan, merupakan
dan bentuk
tersebut
menyebabkan
dapat
kepengatan
dan
disorentasi.
kerja telah menjadi isu penting.
ekonomi
untuk
(noise induced hearing loos) dan
penting secara ekonomi, moral, dan
tetap
penting
Data dari International Labor Organization terjadi
1,1
(ILO), setiap juta
kematian
tahun yang
disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan
akibat
hubungan
pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya
adalah
diakibatkan
kematian
oleh
karena
hubungan
pekerjaan, sekitar 160 juta penyakit akibat dampak dari pekerjaan baru
setiap
tahunnya.
ILO
mengikuti aturan keselamatan kerja
kematian
serta tidak adanya prosedur kerja
terbanyak pada pekerja disebabkan
yang aman juga alat yang tidak
oleh kanker akibat kerja sekitar
memenuhi
syarat
sehingga
34 %, karena gangguan pendengaran,
menjadikan
faktor
terjadinya
gangguan musculoskeletal, ganggua
kecelakaan kerja. Faktor lingkungan
n reproduksi dan masalah kejiwaan.
dari penyakit akibat kerja adalah
Menurut World Health Organitation
kebisingan, pencahayaan, getaran,
(WHO), hanya
%
kelembapan udara serta mesin alat
pekerja di negara berkembang dan
yang tidak sesuai dengan beban
20-50 % pekerja yang ada di Negara
kerja. Apabila faktor lingkungan
industri
pelayanan
tidak dicegah dengan program K3,
kesehatan kerja yang memenuhi
maka akan menyebabkan kerusakan
standar (Buchari, 2007).
pada
menyebutkan
Data
bahwa,
sekitar 5-10
mendapatkan
Berdasarkan data dari PT
pendengaran,
pernapasan,
kerusakan
gangguan paru-paru,
BPJS angka kecelakaan kerja tahun
kebutaan, kerusakan jaringan tubuh
2011
akibat sinar ultraviolet, kanker kulit
mencapai,
99.491
kasus.
Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun
sebelumnya.
Tahun
2007
dan kemandulan (Danggur, 2006). Berbagai
faktor
penyebab
sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008
kecelakaan kerja menjadi ancaman
sebanyak 94.763 kasus, tahun 2009
dalam setiap kegiatan kerja, untuk itu
sebanyak 96.314 kasus dan tahun
pencegahan kecelakaan kerja harus
2010
kasus
dilakukan baik dilingkungan industri
sehingga rata-rata setiap hari kerja
kerja maupun didunia pendidikan
terjadi
kasus
misalnya SMK yang menjadi dasar
kecelakaan kerja di perusahaan yang
tenaga kerja profesional. Pengetahun
tercatat sebagai anggota BPJS.
tentang K3 sangat penting SMK
sebanyak
lebih
98.711
dari
414
Pelakasanaan program K3 di tempat
kerja
ternyata
sebagai kelompok teknologi dan
belum
industri yang merupakan tempat
sepenuhnya terealisir dengan baik.
untuk mencetak tenaga kerja yang
penyebab faktor manusia yang tidak
profesional yang siap bekerja, untuk
menanamkan kebiasaan yang disiplin
telah
dalam melaksanakan prosedur K3
keselamatan dan kesehatan kerja
dalam bekerja.
untuk siswa yang melaksanakan
Minimnya kesadaran
pengetahuan
siswa
tentang
ada
prosedur
namun
tata
tertib
dan
praktikum
belum
ada
K3
pengawasan secara khusus tentang
merupakan dampak terbesar akan
penerapan K3.
Belum lengkapnya
terjadinya
perlengkapan
safety,
disamping
kecelakaan juga
ruangan
kurangnnya
praktikum yang tidak sesuai dengan
pemahaman siswa tentang K3 dapat
standar keselamatan dan kesehatan
mempengaruhi prilaku siswa saat
kerja, serta belum adanya sanksi
praktikum di bengkel maupun di
yang
dunia industri nantinya. Siswa SMK
melanggar melakukan pelanggaran
disarankan
memenuhi
tata tertib keselamatan dan kesehatan
pedoman
kerja. Hal ini mungkin dipengaruhi
peraturan
itu
kerja,
untuk dan
juga
ketat
bagi
yang
khususnya mengenai K3 di dalam
oleh
melaksanakan
praktikum
tentang K3 masih dalam kategori
laboratorium
agar
dalam
tidak
mengalami
pelaksanaannya kecelakaan
dan
pengetahuan
siswa
rendah. Permasalahan perilaku K3 siswa
dapat
SMK tidak terlepas dari keberadaan
melakukan praktikum dengan baik,
siswa itu sendiri yang merupakan
bagi
lulusan yang nantinya
guru
kerja
di
tingkat
siswa
praktikum
disarankan
menjadi
untuk memenuhi peraturan dan juga
tenaga kerja tingkat SMK. Jika
pedoman
faktor K3 telah terpenuhi pada
keselamatan
khususnya kerja
melaksanakan
tentang di
praktikum
dalam
laboratorium
maka
faktor
agar
pemahaman, sikap dan perilaku para
dalam pelaksanaanya guru dapat
tenaga kerja dalam melaksanakan K3
membantu siswa dama mencegah
yang harus menjadi perhatian, karena
kecelakaan kerja.
bagaimanapun
Hasil observasi awal yang
mutakhir
dan
lengkapnya alat pelindung diri yang
dilakukan peneliti di SMKN 2
disediakan
pihak
Sidenreng diperoleh informasi bahwa
kesadaran
dan
sekolah, perilaku
jika dalam
melaksanakan K3 dari para siswa
mengandung tiga komponen yang
kurang, maka masalah K3 akan tetap
membentuk struktur sikap yaitu:
menjadi permasalahan dalam dunia
komponen kognitif, konponen afektif
ketenagakerjaan.
dan komponen konatif. Selanjutnya
Berdasarkan hal tersebut di
menurut
Notoatmodjo
atas, maka penulis tertarik untuk
perilaku
adalah
melakukan suatu penelitian tentang
diekspresikan (expressed attitudes).
“Perilaku keselamatan dan kesehatan
Perilaku sikap saling berintreraksi
kerja siswa SMKN 2 Sidenreng pada
dan
pembelajaran praktikum “
dengan yang lain.
saling
(2003),
sikap
yang
mempengaruhi
satu
LANDASAN TEORI
Perilaku manusia sangat kompleks
Perilaku manusia adalah sekumpulan
dan mempunyai ruang lingkup yang
perilaku
dimiliki
sangat luas. Benyamin Bloom (1908)
manusia dan dipengaruhi oleh adat,
dalam Notoatmodjo (2003) membagi
sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,
perilaku manusia dalam 3 domain.
persuasi dan genetika. Mengutip
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pendapat
(K3)
manusia
yang
Kerch dan
Crutchfiled
(1962) yang mengatakan : As we
Keselamatan kerja menurut
have already indicated, attitudes lie
Mondy dan Noe (2005:360) adalah
behind many of the significant and
perlindungan karyawan dari luka-
dramatic instances of man behavior.
luka
It
many
kecelakaan
yang
psychologists regard the study of
pekerjaan.
Resiko
attitudes as the cenral problems of
merupakan
social psycology.
lingkungan
is
for
Bimo
reason
that
Walgito
yang
disebabkan terkait
dengan
keselamatan
aspek-aspek kerja
oleh
yang
dari dapat
(2003)
menyebabkan kebakaran, ketakutan
berpendapat bahwa sikap yang ada
aliran listrik, terpotong, luka memar,
pada seseorang akan memberikan
keseleo, patah tulang, kerugian alat
warna atau corak pada perilaku atau
tubuh, penglihatan dan pendengaran.
perbuatan orang yang bersangkutan.
Kesehatan kerja adalah kebebasan
Sementara sikap pada umumnya
dari
kekerasan
fisik.
Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor
Populasi penelitian ini adalah siswa
dalam lingkungan kerja yang bekerja
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
melebihi
2 sidenreng dengan jumlah 480
periode
waktu
yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan
siswa. HASIL PENELITIAN DAN
fisik.
PEMBAHASAN Mangkunegara
(2002:163)
Penelitian
ini
adalah
penelitian
berpendapat bahwa keselamatan dan
deskriptif yang dilaksanakan pada 3
kesehatan
kerja
adalah
suatu
jurusan yang ada di SMKN 2
pemikiran
dan
upaya
untuk
Sidenreng. Adapun jurusan tersebut
dan
yakni Jurusan Teknik Audio Vidio,
jasmaniah
Jurusan Teknik Kendaraan Ringan
maupun rohaniah tenaga kerja pada
dan Jurusan Teknik Sepeda Motor.
khususnya,
Dengan
menjamin
keutuhan
kesempurnaan
baik
dan
manusia
pada
mendeskiripsikan
skor
umumnya, hasil karya dan budaya
masing-masing variabel, maka akan
untuk menuju masyarakat adil dan
diperoleh
makmur. Sedangkan Mathis dan
permasalahan yang diajukan yaitu
Jackson
menyatakan
tentang prilaku keselamatan dan
bahwa Keselamatan adalah merujuk
kesehatan kerja siswa SMKN 2
pada
Sidenreng. Berikut ini diuraikan hasil
(2002:245)
perlindungan
kesejahteraan
fisik
terhadap seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan
jawaban
terhadap
penelitian dari tiap jurusan tersebut. Pengetahuan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
Data
dari
indikator
pada kondisi umum fisik, mental dan
pengetahuan K3 siswa SMK 2
stabilitas emosi secara umum
Sidenreng
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif mengetahui
yang
bertujuan
gambaran
untuk perilaku
keselamatan dan kesehatan kerja siswa
di
SMKN
2
Sidenreng.
diperoleh dari hasil
angket yang telah dibagikan kepada siswa di 3 jurusan yakni jurusan TAV, TKR dan TSM dimana angket yang telah di isi dijumlahkan dan ditarik
rata-ratanya
menunjukkan
menggambarkan pengetahuan siswa
SMKN
2
pada
angket yang telah dibagikan kepada
kategori “Baik” dengan persentase
siswa di 3 jurusan yakni jurusan
skor 71.4 %. Jurusan Teknik Audio
TAV, TKR dan TSM dimana
Vidio memperoleh rata-rata 55.9,
angket yang telah di isi dijumlahkan
Jurusan Teknik Kendaraan Ringan
dan
memperoleh
menunjukkan
Jurusan
sidenrang
rata-
Teknik
ada
rata
58
Sepeda
dan
Motor
ditarik
rata-ratanya menggambarkan
sikap siswa SMKN 2 sidenrang ada dengan
pada
jelasnya dapat dilihat pada tabel
persentase skor 75.3 % . Jurusan
dibawah ini.
Teknik Audio Vidio memperoleh
Tabel 4.10 Persentase Pengetahuan
rata-rata
K3 Siswa SMKN 2 Sidenreng
Kendaraan
No
rata- rata 53.7 dan Jurusan Teknik
Jurusan
Rata- Persentase
Teknik
55.9
69.8 %
Audio
Jurusan
Ringan
Teknik
memperoleh
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.11 Persentase Sikap K3
Vidio 2.
53.9,
Sepeda Motor dengan rata- rata 55.
rata 1.
kategori
“Baik”
dengan rata- rata 57.4 . Untuk lebih
Siswa SMKN 2 Sidenreng
Teknik
58
72.5 % No
Kendaraan
Jurusan
Ratarata
Persentase
Ringan Teknik 3.
Teknik
57.4
71.7 %
1.
Sepeda
Audio
53.9
74.8 %
53.7
74.6 %
55
76 %
Vidio
Motor Teknik 57
71.4 %
2.
Kendaraan Ringan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Teknik
Sikap Hasil pengolahan data dari indikator sikap K3 siswa SMK 2 Sidenreng
diperoleh dari hasil
3.
Sepeda Motor
54.2
75.3 %
Teknik 2.
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Kendaraan
86.2 %
14
87.5 %
13.8
86.2 %
Ringan
Tindakan
Teknik
Data dari indikator tindakan K3
13.8
siswa
SMK
2
Sidenreng
3.
Sepeda Motor
diperoleh dari hasil pengamatan kepada siswa di 3 jurusan yakni jurusan TAV, TKR dan TSM dimana angket yang telah di isi
Sumber : Hasil Pengolahan Data
dijumlahkan dan ditarik rata-ratanya menunjukkan pengetahuan
menggambarkan siswa
SMKN
2
sidenrang ada pada kategori “Sangat Baik” dengan persentase skor 87.8 %.
Jurusan Teknik Audio Vidio
memperoleh rata-rata 14.5, Jurusan Teknik
Kendaraan
Ringan
memperoleh rata- rata 15.2 dan Jurusan
Teknik
Sepeda
Motor
dengan rata- rata 15.1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Siswa SMKN 2 Sidenreng Jurusan
Audio Vidio
yang telah dibahas pada BAB IV dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan K3 siswa SMK 2 Sidenreng yang meliputi pengertian K3, tujuan K3 dan syarat-syarat K3 berada pada kategori baik dengan perolehan nilai rata-rata 23 atau sebesar 71.4 persen. 2. Sikap K3 siswa SMKN 2 Sidenreng
Ratarata
K3, respon terhadap
K3 dan
tanggung jawab terhadap K3 berada Persentase
pada kategori baik dengan perolehan skor rata-rata
atau sebesar 75.3
persen.
Teknik 1.
Berdasarkan hasil penelitian
yang meliputi penerimaan terhadap
Tabel 4.12 Persentase Tindakan K3
No
KESIMPULAN DAN SARAN
13.6
85 %
3. Pelaksanaan
K3
siswa SMK 2
sidenreng yang meliputi menaati peraturan K3, memperhatikan aspek
K3 dan melaksanakan praktikum
menumbuh kembangkan etika dalam
sesuai prosedur berada pada kategori
melaksanakan praktikum disekolah,
sangat baik dengan perolehan skor
dan dapat direkomendasikan pada
rata-rata 13.8 atau sebesar 86.2
peneliti
persen.
mengembangkan konteks K3 kearah
Saran
yang lebih luas.
1. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan
dan
pengawasan
agar
lebih
DAFTAR PUSTKA
K3 secara maksimal perlu dilakukan pembinaan
selanjutnya
Abidin Syamsuddin Makmum.
pelaksanaan K3, perlu dilakukan
2003. Psikologi Pendidikan Bandung
pembinaan
dalam
rangka
: PT Rosda
mengurangi
tingkat
resiko
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi
kecelakaan. pengawasan
Selain K3
itu
perlu
diimbangi
dan
pembinaan
terampil, K3
sehingga
dapat
dilakukan
secara maksimal. 2. Pelaksanaan praktikum dilaboratorium
Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta
oleh
sumber daya manusia yang terdidik, terlatih
Karya remaja.
Arikunto . 1998. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta Azwar, S., 2005. Sikap Manusia
K3
pada
yang
kegiatan
dilaksanakan sekolah
yang
dilaksanakan secara rutin, sebaiknya dilakukan penyuluhan dan pelatihan K3 , agar dapat
meningkatkan
kepedulian guru dan siswa tentang
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Barlington, J., Hutchinson, I., 2000. Commitment vs. control-based safety practices,
safety reputation,
and perceived safety climate. Canadian Journal of
bahaya yang munkin terjadi selama praktikum berlangsung.
Pelajar
Administrative Sciences 17, 76–84.
3. Gambaran perilaku K3 yang ada di SMKN 2 sidenreng
diharapkan
Barling & Zacharatos, A. 1999. High
dapat menjadi cerminan bagi SMK
performance safety sistems:
yang ada, sehingga diharapkan dapat
Management
practices for
achieving optimal safety
Keselamatan Kerja.
performance‟, paper presented at
UI-Perss.
the
25th annual meeting of the
Academy of Management: Toronto. Bimo Walgito. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Jakarta:
Charles, A. Wentz. 1998. Health dan environmental protection . MHG. Clarke, S. (2000). Safety Culture: Underspecified and Overrated?
Blair, E. (2003). Culture &
International
Leadership: Seven Key Points for
management Reviews, 2(1), 65-90.
Improved Safety
Cooper, D., (2002), Safety Culture –
Performance. Professional Safety(6), 18-22.
Journal of
A Model for Understanding & Quantifying
Difficult
Brigham, J.C. 1991. Social
Concept, Professional Safety, 47(6),
pysikology, 2and edition. New York:
3036.
Haper Collins
Publisher Inc.
Cox, SJ & Cheyne, AJT (2000).
Buchari, 2007. Kebisingan Industri
Assessing Safety Culture in Offshore
dan Hearing Conservation Program.
Environments.
[lecture
vol.34, no. 1-3, p111-129
papers] koleksi
umum. Medan: USU Repository Campbell, J.P., Gasser, M.B. & Oswald, F.L. 1996. The substantive nature of
performance
variability‟, in Individual Differences and Behavior in
Safety Science.
Daryanto. 2008. Keselamtan kerja otomotif. Malang: Bumi Aksara. Danggur Kondarus. 2006. Keselmatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Litbang Danggur&patners
Organizations, ed. K.R. Murphy, Jossey-Bass, San Fancisco
Dahlan. 1990. Psikologi industry. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Chandra Yoga Aditama & Tri Hastuti. 2006. Keshatan dan
DePasquale, Jason and E. Scott Geller. (1999). Critical Success
Faktors for Behavior-
Based
Glendon, A. I., and Litherland, D. K.
Safety: A Study of Twenty Industry-
_2001_. “Safety climate factors,
Wide Applications. Journal of
group
Safety Research, vol. 30, no.
differences and safety
behavior in road construction.”
4, page 237-249
Safety Sci., 39, 157–188.
Depkes RI, 1992. Undang-Undang
Guldenmund, F W. (2000). The
Kesehatan No 23 Tahun 1992.
Nature of Safety Culture: a Review
Tentang
of Theory and
Kesehatan. Jakarta
Research. Delft
University of Technology,
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. 2006, Subdinas pengawasan
Kanaalweg 2b, The Netherlands Hamin, Marsud. 1998. Hiperkes
ketenagakerjaan. Jakarta. Ferraro, L. 2002. Measuring Safety Climate: The Implications for Safety Performance. The University of Melbourne.
keselamatan kerja pencegahan kecelakaan. Ujung
pandang :
PUSTAKAGAMA Hale, AR. (2000). Culture‟s confusions. Safety Science. no.34, vo1-3, pp. 1-14.
Friend and Khon, P.J. 2007. Fundamental of Occupational
Hagan, P. E., Montgomery, J. F., &
Safety and Helath.
O'Reilly, J. T. (2001). Accident
Fourth
Edition. Government Institutes.
prevention
Lanham, Maryland. Toronto
business and industry (12th ed.).
Gadd, S and Collins A M. (2002). Safety Culture: A review of the Literature. HSL
Draft Report
Geller, E. S. (2000). Behavioral Safety Analysis: A Necessary Precursor to Corrective Action. Professional Safety, 45(3), 29-36.
manual for
Itasca, IL: National Safety Council Imamkhasani, Seomanto. 1991. Dasar-dasar kerja bidang kimia dan pengendalian Jakarta: ILO
bahaya besar.
Irawan & Basu Swastha DH. 1992. Lingkungan perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Learning, Personality, Social 18, 5–17 Mohtar, Anuar Mohd. 1992.
Isaac and Michael. 1981. Model
Personal protective Equipment
CIPP. www.google.com
Occupational Safety and
Juminam. 2003 Pengetahuan dan perilaku tenaga kerja dalam penggunaan alat
pelindung
diri. Laporan penelitian Makassar. Krech and Crutchfield. 1962. Individual In Society. London: McGraw-Hill Book Ltd
Landasan Bimbingan dan Konseling. Remaja
Rosdakarya.
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosda
Karya
Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba
Empat, Jakarta
Management. Ninth
Edition.
USA: Prentice Hall.
pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya
Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Air Langga. Neal, A , Griffin, MA. & Hart, PM.
climade on
safety climate and
individual behavior, safety scence Vol.34, Nol-3, 99-109. New Comb, R.H., P.E, Bunner, T.M,
Mearns, K.J., Flin, R., 1999. Assessing the state of occupational safety—culture or
Noe. 2005. Human Resource
2000. The impact of organizational
Mathis dan Jackson. 2002.
Edisi Pertama.
Mondy, R. Wayne, and Robert M.
Mukono, H. J. 2006. Prinsip Dasar
Mangkunegara. 2002. Manajemen
Bandung: PT
: NIOSH
Muhibbinsyah. 1995. Psikologi
L,N Yusuf Syamsu, Dr. 1995.
Bandung: PT.
Healt In Malaysia. Malaysia
climate.
Current Psychology: Developmental,
Converse, Noesjirwan. 1987. Sosial psychology
(terjemahan),
Bandung: CV.Dipanegoro.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007.
working and living environmental
Pendidikan dan perilkau kesehatan.
protection.
Jakarta: Balai
yugoslavia pp. 179 – 187
Pustaka.
,
serbia,
Pidgeon, N. (1998).Safety Culture:
Sutrisno, Kusmawan Ruswandi,
Key Theoretical Issues. Work and
2007, Prosedur
Stress, Vol.12,
Keamanan,Keselamatan dan
No.3, pp202-
216.
kesehatan Kerja, Galia,
Purwoto Yadi. 2007. Etika Profesi. Bandung: PT. Refika Oditama. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
1990.
Rosskam E. 1996. Controlling Hazard, International labour Office. Geneva.
Jakarta Surakhmad. 1980. Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suma’mur. 1998. Higine perusahaan dan keselamatan kerja. Jakarta : Haji Masagung Sutrisno Hadi. 1989. Manajemen
Sarwoto. 1991. Dasar- dasar
penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Organisasi dan manajemen. Jakarta:
Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen
Graha Indonesia.
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Schuler, S. Randall. 1996. Encycolopedia of Occupation Health and safety
(terjemahan),
Bandung: CV. Dipanegoro. Soeripto. 1996. Higine perusahaan 1.
Center for
Academic
Publishing Service. Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta
Jakarta: Fakultas Kedokteran
Turner, B. A. (1994). Causes of
Universitas
Disaster: Sloppy Management.
Indonesia.
Stojanović & Zdravković. 2002.
British Journal
Motivation for occupational safety.
Wijaya, A. 2004. Pencemaran
Facta
lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.
universitatis series:
Winardi, J.2004 . Manajemen
effect of group
perilaku Organisasi. Jakarta:
microaccidents in manufacturing
Prenada Media.
jobs. Journal of Applied
Zohar, D. (2000). A group level model of safety climate: Testing the
climate on
Psychology, 85, 4, 587596.