Jurnal Metris.docx

  • Uploaded by: elanda
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal Metris.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,654
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penulisan Di era modernisasi saat ini dimana hampir semua orang membutuhkan sesuatu yang serba

praktis dan cepat, maka hampir semua aspek kegiatan manusia diatur menggunakan sistem yang otomatis, “PERSEPSI MAHASISWA UNPAD MENGENAI TRANSAKSI NON TUNAI (CASHLESS)”

1.2.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menguraikan identifikasi masalah

sebagai berikut: 1.

Bagaimana persepsi mahasiswa unpad mengenai transaksi non tunai (cashless)

1.3.

Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3.1 Maksud Penelitian

Commented [A1]: BELOM DIBUAT

Maksud dari penulisan Laporan Penelitian ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Metode Riset pada Program Studi Administrasi Keuangan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa unpad mengenai transaksi non tunai (cashless)

1.3.2 Tujuan Penelitian Dalam setiap kegiatan yang dilakukan seseorang tentu memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Demikian pula dengan tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa unpad mengenai transaksi non tunai (cashless) 2. Utnuk melakukan pengayaan terhadap teori-teori terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini

1.4.

Kegunaan Penulisan Dengan melaksanakan penelitian ini penulis berharap dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, di antaranya yaitu: 1. Kegunaan Bagi Penulis Penulisan laporan ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis sendiri yaitu : a. Menjadi sarana pengenalan atau orientasi bagi penulis dalam penyusunan laporan penelitian

b. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Metode Riset Program Studi Administrasi Keuangan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran c. Menambah pengalaman serta wawasan baru bagi penulis

2. Kegunaan Bagi Akademik Penulis mengharapkan penulisan laporan penelitian ini dapat memberikan referensi pembelajaran dan informasi hasil penelitian, serta diharapkan berguna bagi ilmu pengetahuan. Terutama bagi Program Studi Administrasi Keuangan Publik dan umumnya bagi kalangan akademis.

3.

Kegunaan Bagi Masyarakat Penulis mengharapkan penulisan laporan penelitian ini pembaca dapat mengetahui, memahami, dan menguasai konsep dari pembayaran non tunai atau cashless

1.5.

Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan laporan penelitian, penulis memerlukan data ilmiah sebagai sumber

referensi bagi penulis. Oleh karena itu, penulis membuat laporan serta pengumpulan data dengan metode dan teknik tertentu, di antaranya yaitu sebagai berikut:

1.5.1. Metode Penulisan Metode yang penulis gunakan dalam penulisan laporan penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode Deskriptif dengan penelitian kuanttatif, yaitu penulisan yang bertujuan untuk menggambarkan persepsi mahasiswa unpad mengenai transaksi non tunai (cashless)

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan informasi dalam menyusun laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah salah satu teknik pengumpulan data berdasarkan atas literatur, baik yang bersumber dari buku-buku maupun bahan lainnya yang bersifat teoritis. Cara ini dilakukan dengan menyusun dan menghitung data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, catatan kuliah, dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Dalam teknik ini, penulis membaca dan memperoleh data dari beberapa buku yang membahas mengenai proses bisnis, serta buku yang berkaitan dengan proses pelayanan. b.

Kuesioner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Persepsi Secara etimologi persepsi merupakan kata serapan dari bahasa asing yang berarti suatu proses yang didalmnya kita sadar terhadap berbagai perubahan yang dalam hal ini kesadaran tersebut didapat melalui indra penglihatan, pendengaran, dan lain sebagainya. Secara terminologi, banyak definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya adalah yang dikemukakan Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi. Persepsi didefinisikan sebagai pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2004;51)

Persepsi memiliki pengertian dalamarti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi yaitu penglihatan ; bagaimana seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luaspersepsi yaitu ; pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang mengartikan sesuatu (Ben Fauzi Ramadhan, 2009) Definisi lain yang dapat ditemukan adalah penjelasan bahwa persepi merupakan suatu proses yang ditempuh individu-individu utnuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka (Robbins 2003 ; 160) Persepi tidak hanya timbul dengan sendirinya, persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi dari berbagai faktor seperti ; Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi oleh pendidikan, bacaan, penelitian, dll. Dan Frame of Experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialami tidak terlepas dari ekadaan lingkungan sekitarnya. (David Krech, 1962 dikutip dlam Ben Fauzi Ramadhan, 2009) Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pembentukan padangan dan pengertian seseorang yang dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pengalaman, kemamampuan indinvidu, lingkungan dan yang lainnya. Proses pembentukan persepsi dapat dipengaruhi juga dari faktor internal dan faktor eksternal sesorang. (Ben Fauzi Ramadhan, 2009) Suprihanto mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu memberi arti terhadao suatu fenomena yang terjadi berdasar kesan yang diungkap oleh panca inderanya. Dengan perkataan lain, persepsi adalah suatu bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama tetapi dalam kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda (Suprihanto dkk 2003 ; 33) Senada dengan Suprihanto, Bimo Walgito dalam bukunya Penghantar Psikologi Umum juga memberikan definisi persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh penginderaan yang merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. (Walgin 2001 ; 53) Alpart (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Saidi Gatara dalam bukunya Sosiologi Politik (2007;152)merumuskan faktor-faktor yang memengaruhi persepsi, diantaranya ; 1. 2. 3. 4. 5.

Asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu Harapan-harapan budaya Motivasi (kebutuhan) Suasana hati (Mood) Sikap

Sependapat dengan Ben Fauzi Ramadhan, persepsi merupakan sebuah proses penilaian seseorag terhadap suatu objek karena adanya faktor-faktor internal dan eksterna seperti kemampuan, pengalaman, individu, lingkungan dan yang lainnya. Cashless Society Komunitas virtual mulai menggantikan gaya kehidupan komunitas yang sudah ada sebelumnya, dengan memanfaatkan kegunaan situs-situs jaringan sosial, orang lebih banyak melakukan transaksi di dunia online. Oleh karena itu, sudah ada pembicaraan mengenai sebuah cashless society, yaitu sebuah dunia di mana tidak ada lagi pemakaian uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran (Parihar, 2012, Cashless Society-A Financial Paradigm Shift Through Social Networking). Menurut Swartz (2004: p1) dalam jurnal The Economics of a Cashless Society: An Analysis of the Costs and Benefits of Payment Instruments, cashless society merupakan sebuah perubahan di mana selain menggunakan uang tunai, masyarakat juga semakin banyak menggunakan debit atau credit card untuk melakukan pembayaran. Masyarakat secara bertahap menjauh dari instrumen pembayaran kertas menuju ke pembayaran elektronik, yaitu pembayaran yang menggunakan kartu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cashless society adalah bagaimana masyarakat dapat menggunakan sistem pembayaran berbasis elektronik, yang berarti pembayarannya non-tunai, yang dapat digunakan untuk berbagai transaksi, baik pembayaran maupun pembelanjaan. Sistem Pembayaran Non Tunai Mishkin (2001), mengungkapkan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode untuk mengatur transaksi dalam perekonomian. Sistem pembayaran adalah sesuatu yang penting karena membentuk spesialisasi yang terjadi dalam produksi dan membantu menciptakan transaksi yang efisien (Humphrey, 2001). Hal ini pada akhirnya pun akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan efisiensi dalam pasar uang. Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran adalah peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban. Menurut UU Bank Indonesia No.23/1999, sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. http://digilib.unila.ac.id/4516/15/BAB%20II.pdf Menurut Humphrey et al (1996) sistem pembayaran adalah suatu rancangan yang membuat pasar finansial berjalan dan menjadikan riil. Ketika barang digantikan dengan uang tunai cek, giro, kartu kredit dan debet, perdagangan semakin meluas dan biaya transaksi berkurang, serta secara tidak langsung meningkatkan spesialisasi barang.

Commented [A2]: Kurang tambahin lagi

Sistem pembayaran telah mengalami evolusi selama beberapa abad, sejalan dengan perubahan sifat dan penggunaan uang sebagai alat pembayaran. Dalam sejarah, koin merupakan jenis uang pertama yang banyak digunakan oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai alat pembayaran. Dalam perkembangannya, peran koin sebagai alat pembayaran dilengkapi dengan kehadiran uang kertas yang dianggap lebih nyaman dan lebih memudahkan proses transaksi karena lebih ringan dengan biaya pembuatan yang lebih murah. Perkembangan peran uang sebagai alat pembayaran terus mengalami perubahan wujud yaitu dalam suatu bentuk alat pembayaran cek atau giral yang memungkinkan pembayaran dengan cara transfer dana dari saldo rekening antar institusi keuangan, khususnya bank. Pada dasarnya kita dapat mengganggap cek atau giral sebagai jenis pertama alat pembayaran non tunai. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai instrumen pembayaran non tunai atau elektronik mulai bermunculan dalam berbagai wujud antara lain phone banking, mobile banking, ATM, kartu debit, kartu kredit, smart card, dan sebagainya. Sejauh ini, seluruh pembayaran elektronis tersebut masih selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Semakin majunya teknologi dan adanya kebutuhan akan alat pembayaran yang praktis dan murah, di beberapa negara telah mulai dikembangkan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai uang elektronik (e-money), yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya, karena setiap pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan online secara langsung dengan rekening nasabah di bank (pada saat melakukan pembayaran tidak dibebankan ke rekening nasabah di bank). E-money merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai (monetary value) telah terekam dalam alat pembayaran yang digunakan (prepaid) (BI, 2006). Dalam praktiknya sehari-hari, ada dua jenis sistem pembayaran yaitu pembayaran tunai (cash) dan pembayaran nontunai (non-cash). Pembayaran tunai dapat dilakukan dengan menggunakan uang, baik jenis uang logam ataupun uang kertas. Dalam peredarannya, uang tersedia dalam berbagai jenis pecahan agar memudahkan untuk bertransaksi. Pada mata uang Rupiah misalnya, pecahan uang dimulai dari Rp. 100,00, Rp. 500,00, Rp. 1.000,00, Rp.2.000,00, Rp. 5.000,00, Rp. 10.000,00, Rp. 20.000,00, Rp. 50.000,00, dan Rp. 100.000,00. Meskipun transaksi non-tunai di satu sisi mengalami peningkatan dan di sisi lain transaksi tunai mengalami penurunan. Namun demikian, tetap saja banyak yang merasa lebih nyaman bertransaksi secara tunai. Terlebih dalam transaksi nontunai membutuhkan pengetahuan mengenai teknologi sebagai syarat bagi pengguna. Alat pembayaran non-tunai dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni alat pembayaran untuk credit transfer dan alat pembayaran untuk debit transfer. Perbedaan antara credit transfer dan debit transfer terletak pada perintah pengiriman uang. Berdasarkan terminologi yang dibuat oleh Bank for International Settlement (BIS), credit transfer adalah perintah pembayaran untuk tujuan penempatan dana dari pengirim ke penerima melalui jalur transfer dana dari bank pengirim ke bank penerima dan dimungkinkan melalui bank lain sebagai perantara. Sedangkan debit transfer adalah sistem transfer dana dimana perintah transfer dibuat atau diotorisasi oleh pihak yang memiliki dana dan akan melakukan pengiriman dana tersebut kepada pihak lain. Perintah transfer tersebut disampaikan kepada

pihak yang akan menerima dana untuk kemudian dicairkan. Selanjutnya, bank tersebut mengkliringkan perintahtransfer debit tersebut di lembaga kliring, untuk menagihkan dana ke bank Universitas Sumatera Utara pengirim. Alat pembayaran yang digunakan saat ini adalah cek, bilyet giro, dan nota debet. Perkembangan sistem pembayaran non-tunai diawali dengan instrumen pembayaran yang bersifat paper based seperti cek, bilyet giro, dan warkat lainnya. Sejak perbankan mendorong penggunaan sistem elektronik serta penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu dengan segala bentuknya, berangsur-angsur pertumbuhan penggunaan alat pembayaran yang paper based semakin menurun. Apalagi sejak sistem elektronik, seperti transfer dan sistem kliring mulai banyak digunakan. Selanjutnya berkembang instrumen pembayaran yang berbasis kartu sejalan dengan perkembangan teknologi. Saat ini, instrumen pembayaran berbasis kartu yang telah berkembang dengan berbagai variannya. Mulai dari kartu kredit, kartu ATM, kartu debit, dan berbagai macam jenis uang elektronik. Teori Uang Elektronik Uang diartikan sebagai alat tukar umum atau alat pengukur nilai benda/kekayaan yang berfungsi untuk memudahkan penukaran bendabenda/barang-barang, jasa-jasa, pembayaran-pembayaran dan pinjammeminjam dalam hubungan ekonomi di dalam suatu negara atau antar negara-negara (Aliminsyah, 2006). Sesuatu barang dapat didefinisikan sebagai uang apabila memiliki tiga fungsi dari uang, yaitu alat pertukaran, satuan hitung, serta sebagai alat penyimpanan nilai ( Mishkin, 2001). Robertson (1992) dan AC. Pigon (1950) dalam Rahardjo (2009) mengenai defefnisi mereka terhadap uang, menekankan peranan uang sebagai alat tukar, sedangkan Rollin G. Thomas (1957) dalam Rahardjo (2009) memberikan defenisi uang secara lebih luas dengan memberikan pengertian bahwa uang adalah sesuatu yang siap (dicairkan) dan dapat diterima umum dalam transaksi- transaksi barang dan jasa, serta dapat diterima dalam pembayaran hutang. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money), Uang Elektronik harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yaitu: 1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit 2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip 3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektonik tersebut 4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan. E-money di Indonesia dikategorikan menjadi dua jenis Salah satunya adalah berbasis chip (chip-based) di mana nilai uang disimpan dalam sebuah sirkuit terpadu (integrated circuit - IC) chip tertanam dalam perangkat seperti kartu plastik, dan lainnya adalah bebasis server (server-based) di mana nilai uang disimpan secara terpusat di server penyedia layanan e-money. Pada akhir tahun 2012 terdapat 13

penerbit uang elektronik yang telah memperoleh izin dari bank Indonesia baik yang berbasis chip maupun media bebasis server (Bank Indonesia, 2013: 16). E-money merupakan produk stored-value atau pra-bayar. E-money dapat diterbitkan oleh bank dan non-bank. Berdasarkan kajian Bank Indonesia, issuer akan memelihara float atas e-money yang diterbitkannya. Float yaitu dana (monetary value) yang tercatat dalam kartu e-money dan belum digunakan dalam untuk pembayaran, atau sudah digunakan namun belum ditagihkan atau di-redeem oleh merchant. Dengan kata lain float merupakan kewajiban (liability) issuer atas e-money yang diterbitkannya. Berdasarkan katarestik tersebut, maka sifat float emoney sangat likuid atau dapat disetarakan dengan uang tunai (cash) atau giro setara degan M1 (Hidayati et,al, 2006: 42) http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51481/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo wed=y Anjuran BI Landasan Hukum Uang Elektronik

Commented [A3]: BELOM DICARI

BAB III METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Commented [A4]: BELOM DITAMBAHIN

Penelitian ini dilakukan terhadap Mahasiswa Universitas Padjadjaran 3.2

Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati bagaimana persepsi mahasiswa Unpad terhadap fenomena transaksi non tunai 9cashless9 3.3

Metode penelitian

3.3.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kunatitatif melalui pengisian kuesioner. Metode pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner dipergunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu data yang digunakan responden tentang menjawab permasalahan penelitian. Datayang dimaksud adalah data tentang identitas responden, data tentang persepsi responden terhadap fenomena transasksi non tunai 9cashless0 3.3.2 Pengumpulan Data

Commented [A5]: bingung

h.

Populasi

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi social situation atau situasi sosial yaitu kesinambungan antara tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu (Sugiyono, 2008, P.49). Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran i.

Sample Dalam penelitian ini teknik sampling yang dipakai adalah …… Sample pada penelitian ini

adalah Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang memakai fasilitas transaksi non tunai dengan jumlah minimal 30 orang.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: a.

Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah salah satu teknik pengumpulan data berdasarkan atas literatur, baik yang bersumber dari buku-buku maupun bahan lainnya yang bersifat teoritis. Cara ini dilakukan dengan menyusun dan menghitung data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, catatan kuliah, dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Dalam teknik ini, penulis membaca dan memperoleh data dari beberapa buku yang membahas mengenai proses bisnis, serta buku yang berkaitan dengan proses pelayanan. b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, kuesioner dibagikan dengan media elektronik yaitu google form. Kuesioner ditentukan oleh 2 indikator utama, yaitu identitas responden Mahasiswa Universitas Padjadjaran dan persepsi mengenai fenomena transaksi non tunai

3.4

Pengukuran Data

Skala pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono (2016:93), Skala Likkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang dalam fenomena sosial.

3.5

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik Tabulasi Data. Tabulasi Data adalah proses menempatkan data dalam bentuk abel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis Tabel yang dibuat ampu meringkas smeua data yang dianalisis.

Sumber ; http://digilib.unila.ac.id/4516/15/BAB%20II.pdf http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/980/150523075.pdf?sequence=1&isAllowed=y http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51481/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo wed=y

Commented [A6]: TAMBAHIN LAGI

Related Documents

Jurnal
December 2019 93
Jurnal
May 2020 64
Jurnal
August 2019 90
Jurnal
August 2019 117
Jurnal
June 2020 36
Jurnal
May 2020 28

More Documents from ""