BUDAYA MERTUK DALAM MENANGANI MASALAH NYERI PADA MASYARAKAT
DI
DESA
SOKONG,
KECAMATAN
TANJUNG,
KABUPATEN LOMBOK UTARA Warga masyarakat Sokong. PENDAHULUAN Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri timbul sebagai bentuk respon sensori setelah menerima rangsangan nyeri. Nyeri dapat disebabkan karena adanya kerusakan jaringan dalam tubuh sebagai akibat dari adanya cedera, kecelakaan, maupun tindakan medis seperti operasi (Ratnasari, 2013). Nyeri merupakan masalah yang besar bagi kesehatan dunia, dimana diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menderita nyeri dan 1 dari 10 orang dewasa didiagnosa dengan nyeri kronis tiap tahunnya. Empat penyebab utama nyeri adalah kanker, osteo dan reumatoid artritis, operasi dan trauma, serta masalah spinal (Goldberg & McGee, 2011) Penggunaan yang tepat dari analgesik saja atau dengan kombinasinya merupakan kunci untuk menurunkan intensitas nyeri. Sayangnya, tidak semua nyeri dapat
diintervensi
dengan
analgetik
sistemik
bahkan
beberapa
penelitian
menunjukkan stigma yang kurang baik ditujukan pada penggunaan obat-obat penurun rasa nyeri (Brown, 2014). Ketakutan akan terjadinya adiksi, toleransi, depresi pernapasan, dan ketergantungan menyebabkan klien menghentikan penggunaan analgesia. Tramadol yang merupakan opioid sintetis memiliki efek samping mual, muntah, konstipasi, dan konfusi pada lansia. Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dapat menyebabkan dispepsia, perdarahan lambung, ulkus peptikum, perdarahan ab normal, kerusakan saluran cerna, dan nefritis ginjal akut (Kneale & Davis, 2011). Sehingga penatalaksanaan non-farmakologis dapat diterapkan sebagai pengganti intervensi atau kombinasi dalam menurunkan intensitas nyeri.
Budaya mertuk merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional warga masyarakat di Desa Sokong yang dipercaya dapat menangani masalah nyeri. Mertuk dilakukan dengan cara mengambil sejumlah helai rambut dikepala bagian ubun-ubun, lalu rambut ditarik hingga terdengar bunyi atau tidak sama sekali. Warga masyarakat di Desa Sokong menyatakan bahwa teknik mertuk ini dapat menangani masalah nyeri tergantung dengan keyakinan seseorang itu sendiri. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dipilih Desa Sokong yang terletak di kabupaten Lombok Utara, karena merupakan kabupaten yang hampir semua daerahnya berstatus desa dan sebagian besar warga masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani
dan
peternak. Dan warga masyarakat di Desa Sokong ini masih banyak yang lebih suka berobat kepada dukun yang katanya lebih cepat menyembuhkan sakit daripada harus berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Rancangan penelitian menggunakan studi kualitatif yang dilakukan dengan wawancara terhadap beberapa orang. Dengan wawancara mendalam ter-hadap 12 orang informan kunci yang mewakili pemerintahan (ketua RT dan ketua RW), pendidikan (guru SD), pedagang (pemilik warung yang menjual obat), kader kesehatan dan ibu rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan dengan kunjungan rumah untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara dengan infor-man kader kesehatan, diketahui bahwa yang disebut orang sehat ada-lah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak, dan tidak ada yang dikeluhkan. Menurut informan ibu rumah tangga, yang dimaksud sehat adalah apabila badan terasa segar, makan terasa enak, dan kerja penuh sema-ngat, sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas, atau makan terasa pahit. Kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis, dan serba salah atau gelisah.
HASIL Budaya mertuk ini tidak dapat menangani atau mengurangi masalah nyeri, penarikan rambut di bagian ubun-ubun malah bisa menimbulkan rasa sakit hingga nyeri di bagian ubun-ubun dan dapat menyebabkan patahnya rambut dikarenakan adanya tarikan ketika melakukan teknik mertuk tersebut.