Jurding 4 Efrillll.docx

  • Uploaded by: efrilia pohan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurding 4 Efrillll.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,351
  • Pages: 4
EVALUASI

DARI

TANDA

DAN

GEJALA

YANG

BERKAITAN

DENGAN

TERTINGGALNYA TABUNG URETER 1. Pendahuluan Drainase sementara pada saluran kemih bagian atas dapat dilakukan dengan tabung ureteral. Lebih dari 2 dekade yang lalu, Ureteral Stenting adalah metode yang palng sering digunakan pada drainase saluran kemih bagian atas. Sejak pertama kali metode tersebut di perkenalkan oleh Zimkinds dkk pada tahun 1967, Tabung Double J (DJ Stent) telah di gunakan dengan baik pada prosedur operasi urologi. Tabung ereteric merupakan pilihan paling efektif dan mudah untuk drainase saluran kemih bagian atas. Tabung atau kateter DJ adalah sebuah tabung yang ditempatkan pada lumen ureter baik antegrade atau retrograde dengan tujuan untuk menjaga potensi dari ureter. Tabung DJ memiliki peran yang sangat penting ketika membutuhkan drainase urin. Indikasi pemasangan tabung DJ yang harus di lakukan dalam kasus obstruktif pyelonefritis dan nyeri kolik ginjal yang tidak bisa di toleransi oleh pasien. Sedangkan, indikasi pada instalasi tabung DJ sebagai perlindungan pada prosedur endoskopi ketika ditemui edema pada ureter, perforasi uretra, steinstrasse, riwayat adanya gagal ginjal dan transplantasi ginjal. Indikasi relatif dari pemasangan tabung DJ adalah karena adanya batu dengan ukuran lebih dari 2 cm yang di sertai dengan prosedur Extracorporal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), kehamilan, riwayat infeksi saluran kemih atau sepsis, dilatasi pasif pada muar ureter, prosedur endoskopi yang lama (lebih dari 45 menit). Instalasi pada tabung DJ dapat memberikan permasalahan atau rasa tidak nyaman pada pasien. Rasa ketidaknyamanan ini bervariasipada setiap orang dan cukup aneh, tapi hal itu dapat terjadi pada 80% pasien. Beberapa literatur menyebutkan bahwa gejala yang timbul pada pasien yang menggunakan tabung DJadalah adanya kelainan/ iritasi dari cara berkemih, seperti frekuensi (50-60%), urgensi (57-60%), disuria (40%), pengosongan urin dengan sempurna (76%), nyeri suprapubik (30%), inkontinensia dan hematuria (25%). Morbiditas lain dari pemasangan tabung DJ adalah demam dan bakteriuria (31%), nyeri tulang belakang (15.5%), fragmentasi (10%), migrasi (8%), dan lain lain (4.5%).

2. Objektif

Untuk melakukan studi mengenai faktor yang mempengaruhi tanda dan gejala yang berikaitan pemasangan tabung ureter.

3. Material dan Metode Penelitian ini menggunakan metode prospektif cross-sectional untuk menentukan fakor yang mempengaruhi hilangnya gejala pada pasien yang di pasang tabung DJ di Rumah Sakit Umum Sardjito dan Rumah Sakit Angkatan Udara Hardjulukito, Yogyakarta pada Maret sampai Agustus 2014. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah keinginan untuk mengikuti penelitian, pada usia 26 – 65 tahun, belum pernah dipasang tabung DJ sebelumnya, dan menjalani prosedur operasi pemasangan tabung DJ baik yang telah di rencanakan dari awal ataupun yang di pantai dari prosedur operasi.Sementara pasien yang menolak pada penelitian ini, pasien yang telah dipasang DJ dengan kasus keganasan, sebelumnya telah dilakukan pemasangan tabung DJ. Pasien urologi yang menjalani prosedur instalasi tabung DJ telah masuk pada penelitian ini. Sebelumnya, telah dilakukan perekaman data demografis dan klinis seperti usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, IMT, IPSS,panjang tabung DJ, ukuran tabung DJ, lokasi dan posisi setelah tabung DJ terpasang. Setelah satu bulan, pasien di perbolehkan untuk melepas tabung DJ. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov- smilnorv untuk mengakses keberanan data. Pada akses hubungan antara variabel terikat dan variabel tidak terikat dapat dilakukan analisis bivariasi menggunakan metode Pearson Chi-square atau uji Fischere yang tidak dapat di pilih. Digunakan juga korelasi analisis Spearman dan Whitney. Dengan software yang digunakan adalah SPSS Statistics 17 untuk windows.

4. Hasil Dari 40 pasien yang terlibat pada penelitian ini, data yang dikumpulkan secara klinis dan demografis di ringkat pada tabel 1. Usia rata-rata pada pasien yang terlibat dalam penelitian ini adalah 45.05 tahun dengan usia termuda adlaah 20 tahun dan yang tertua adalah 64 tahun. Diantaranya 6 orang (15%) yang berusia 20-34 tahun, 18 orang (45%) yang berusia antara 35-49 tahun, dan 16 orang (40%) yang berusia 50-64 tahun. Diantara 40 pasien yang berpartisipasi pada penelitian ini 23 diantaranya adalah laki-laki (57.5%) dan 17 orang diantaranya adalah perempuan (42.5%). Ratarata tinggi pasien adalah 1.59 m dan berat badan 63.50 kg. Waktu rata-rata

pemasangan instalasi tabung DJ adalah 38.22 hari. Paling cepat tabung DJ dilepas dalam waktu 14 hari dan paling lama 114 hari. Pemeriksaan kualitas nyeri di tampilkan oleh Visual Analog Scale (VAS) dengan nilai rata-rata 1.62, nilai minimal 0, nilai tengah 1, dan nilai maksimal 5. Adalah 32 orang (80%) yang memberikan keluhan seperti gejala perkemihan pada kuisioner USSQ. Distribusi pada gejala perkemihan di kuisioner USSQ dapat di lihat pada tabel 2. Pada komponen U1, ada 18 orang (45%) yang tidak mengalami gejala perubahan frekuensi kemih, 13 orrang (32.5%) berkemih setia 3 jam, 6 orang (15%) berkemih setiap 2 jam, 3 orang (7.5%) berkemih setiap jam dan 1 orang tidak dapat menahan kemih selama lebih dari satu jam. Komponen U2, ada 19 orang (47.5%) yang tidak mengalami keluhan nokturia, 20 orang (30%) bangun satu kali setiap malam untuk berkemih, 4 orang (10%) berkemih 2 kali, 5 orang (12.5%) berkemih selama 3 kali, dan tidak ada yang berkemih selama 4 kali atau lebih dalam satu malam pada pasien yang dipasang tabung DJ. Pada komponen U3, 30 orang (75%) tidak memiliki gejala urgensi selama pemasangan tabung dj. Sementara sisanya, 4 orang (10%) jarang mengalami urgensi, dua orang (5%) kadang-kadang mengalami urgensi. Pada komponen U4, 34 orang (85%) tidak mengalami gejala inkontinensia dan 6 orang (15%) memiliki gejala inkontinensia dengan frekuensi yang tidak menentu. Tidak ada pasien yang mengalami inkontinensia yang tanpa rasa ingin berkemih. Pasien yang tidak mengalami gejala berkemih dengan pengosongan tidak komplit (komponen U6) ada 21 orang (52.5%), 12 orang (30%) mengalami pengosongan urin tidak komplit dengan frekuensi jarang, 2 orang (5%) mengalami pengosongan urin tidak komplit dengan frekuensi kadang-kadang, 4 orang (10%) dengan frekuensi hampir sering, dan 1 orang yang selalu mengalami pengosongan urin tidak komplit selama instalasi tabung DJ. 15 pasien (37.5%) tidak mengalami gejala disuria (U7) selama pemasangan tabung DJ, 19 pasien (47.5%) mengalami gejala disuria jarang, 4 orang (10%) kadang mengalami disuria, dan 2 orang (5%) hampir selalu mengalami dysuria. Komponen U8 mendeskripsikan keluhan hematuria pada pasien dengan pemasangan tabung DJ. 14 orang (35%) mengalami hematuria dengan derajat ringan, komponen U10 menanyakan pasien mengenai gejala yang timbul akibat efek dari pemasangan tabung DJ, 3 orang (7.5%) memiliki gejala sedang, 2 orang (5%) memiliki pengaruh sedikit dan 2 orang (5%) mendapat pengaruh yang cukup besar.

Hasil dari komponen U11, yang mendeskripsikan kualitas hidup pasien ketika mengalami gejala berkemih selama pemasangan tabung. Penelitian ini menunjukkan peningkatan component iritasi IPSS, obstruksi, total dan QoL antara sebelum instalasi tabung DJ dan setelah instalasi tabung DJ. Dengan analisis korelasi Spearmann, terdapat adanya korelasi yang signifikan antara total IPSS awal pada instalasi tabung DJ dan total IPSS setelah dilakukan instalasi tabung DJ (p< 0.001; r = 0.628), ada beberapa korelasi signifikan antara komponen obstruksi IPSS awal instalasi dengan komponen IPSS setelah instalasi (p<0.001; r = 0.820), dan ada beberapa korelasi signifikan antara komponen iritatif IPSS pada awal instalasi dan komponen iritatif setelah instalasi (p< 0.001; r = 0.630). dan tidak ada hubungan antara Qol sebelum pemasangan tabung DJ. Ada beberapa korelasi yang signifikan antara posisi dari tabung DJ dengan pengalaman nyeri oleh pasien (p< 0.001). Ukuran tabung DJ, panjang dan lokasi pemasangan tabung DJ tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas pada nyeri yang di rasakan pasien. Pada tabel 5, dapat di lihat beberapa faktor yang telah di analisis, penyebab dari timbul atau tidaknya gejala berkemih pada pemasangan tabung DJ. Posisi tabung DJ berhubungan dengan onset frekuensi (p< 0.001), nokturia (p< 0.001), urgensi (p= 0.002), pengosongan tidak sempurna (0.049), disuria (0.030) dan hematuria (0.026). jenis kelamin, ukuran tabung DJ, lokasi pemasangan, dan panjang tabung tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan mikronutrisi yang dialami pasien.

5. Diskusi Prosedur instalasi tabung DJ sering didapatkan pada operasi urologi. Pasien yang di pasang tabut ureter memiliki beberapa efek samping dan keluhan yang cukup mengganggu. Keluhan ini dapat memberikan efek pada kualitas hidup. Rata-rata usia pasien pada penelitian ini adalah 44.92 tahun. Pada penelitian ini, kasus yang banyak terjadi adalah batu saluran kemih (85%). Menurut Pearle, insiden dari batu saluran kemih jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan mencapai puncak insiden pada dekade 4 sampai 6. Pada penelitian ini, proporsi laki laki adalah (57.5%) lebih banyak dari wanita (42.5%). Penyakit batu saluran kemih lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Pada penelitian ini, ada 32 orang (80%) memiliki keluhan seperti frekuensi, nokturia,

Related Documents

Jurding Trauma.docx
December 2019 27
Jurding Ind.docx
July 2020 24
Jurding Tht.docx
November 2019 22
Jurding Pterigum.docx
June 2020 17
Jurding Anak.pptx
May 2020 13

More Documents from "Desi Purnamasari Yanwar"