Jurbel 9 Dele.docx

  • Uploaded by: Adelia Dwinta
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurbel 9 Dele.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,476
  • Pages: 19
JURNAL BELAJAR KEANEKARAGAMAN HEWAN (KH) Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Rabu-Kamis, 17-18 Oktober 2018 Nama/ NIM

: Adelia Dwinta P. / 170341615071

Kelas

:A

Prodi

: Pendidikan Biologi

Topik

: Sub Filum Sefalokordata dan Sub Filum Agnatha

Tujuan

:

Untuk

mengetahui

dan

memahami

Sefalokordata dan Sub Filum Agnatha

Sub

Filum

II.

Bukti Belajar

1. Sub Filum Sefalokordata  Ciri Umum o Tidak memiliki rahang o Memiliki apendiks yang berpasangan, dan gigi o Tengkorak memiliki atap membrane o Pada sisi median ada sebuah 'hidung' yang senantiasa terbuka o Notokord dan tabung neural menyusun tulang belakang o Celah insang antara 7-14 pasang o Jantung tidak berbentuk conus (kerucut) o Memiliki kantung hipofise yang bersifat tetap o Telinga memiliki satu atau dua saluran semi sirkuler o Ginjal dan saluran ginjalnya panjang o Tidak memiliki saluran genital. o Organ (aparatus) pineal berkembang baik o Stadia larva disebut mikrofakus, memiliki endostil seperti pada protokordata/kordata primitive  Habitat dan Penyebaran Sub-filum Agnatha dapat ditemukan di semua perairan, dan paling banyak tersebar di perairan Pasifik. Kelompok lamprey juga dapat ditemukan di perairan tawar, biasanya di sungai atau danau, saat musim kawin dan berkembang biak. Di sungai, Lamprey bertelur, setelah bertelur Lamprey akan mati karena selama di sungai Lamprey tidak pernah makan melainkan hidup dari timbunan lemak di bawah kulit sebagai cadangan makanan. Lamprey memiliki kebiasaan unik yaitu membangun sarang di sungai untuk meletakkan telurnya.  Klasifikasi Terdapat 2 filum terdiri atas 2 genus: Genus 1

: Asymmetron

Genus 2

: Branchiostoma (Amphioxus)

 Morfologi Amphioxus mempunyai panjang 3,5-6 cm. Bentuk tubuh langsing, translucent, sisi lateral tubuh memipih, kedua ujung depan dan belakang meruncing. Ujung anterior membentuk moncong atau rostrum. Di bawah rostrum terdapat tudung mulut yang terbentuk oleh bagian dorsal dan lateral tubuh. Pada tudung mulut terdapat 20 jumbai siri oral atau lebih. Tudung oral menutupi suatu rongga bukalis atau vestibulum. Di sepanjang sisi tengah-dorsal terdapat sebuah sirip dorsal yang memanjang di sepanjang tubuhnya. Sirp dorsal itu bergabung dengan sirip kaudal yang terletak di sekitar ekor. Pada bagian sisi tengahventralterdapat sirip ventral yang memanjang dari siripekor sampai ke atriopor. Dinding tubuhnya dilapisi oleh lapisan kutikula yang tipis, berlubang-lubang menutupi epidermis yang tersusun oleh selapis sel epithelium kolumnar (Indriwati, et all., 2016).

Gambar 1. Morfologi Luar Amphioxus (Sumber: Hickman, et all., 2001)  Anatomi 1.

Atrium Amphioxus memiliki rongga atrial atau atrium merupakan tempat luas yang dibatasi dengan ektoderm, terbentuk dari lipatan yang tumbuh dan disatukan oleh sebuah papan melintang sehingga merupakan sebuah bagian dari sisi luar yang ditutupi oleh tubuh. Atrium membentuk rongga besar yang mengelilingi bagian faring dan anterior usus secara lateral dan ventral juga memanjang ke belakang pada sisi kanan sebagai suatu kantung kantung tersembunyi yang mengarah ke atas hampir ke anus. Dari dekat ujung belakang faring, atrium menampakkan 2 kantung kerucut, masing-masing menonjol ke depan menuju rongga dan tiap bagian dari faring. Kantung-kantung ini merupakan brown funnels atau

saluran artiocoelomic yang fungsinya belum diketahui (Indriwati, et all., 2016). 2.

Rongga Tubuh Rongga tubuh merupakan soelom yang berkembang dari dinding, berbatasan dengan epitel mesodermal somatik dan splanchnic, mengandung cairan rongga seperti limfa. Di belakang faring, soelom merupakan suatu rongga luas yang mengelilingi usus tengah dan belakang, usus yang menggantung pada soelom oleh suatu mesentry dorsal tetapi menghilang pada sisi kanan usus belakang oleh perpanjangan posterior atrium (Indriwati, et all., 2016). Soelom juga mengelilingi divertikulum usus tengah. Pada aerah faringeal dewasa mereduksi sampai 3 tipe ruang, soelom sub endostilar ventral tengah berada secara membujur di bawah endostil, 2 saluran longitudinal dorsal yang terletak di atas faring dan menutupi brown funnels atau corong coklat, dan saluran soelom vertikal pada kordata tingkat tinggi tidak terdapat rongga pada faringnya (Indriwati, et all., 2016).

Gambar 2. Rongga Tubuh Amphioxus sp (Sumber: Myers, et all., 2018) b.

Fisiologi 1.

Sistem Skeleton Notokord berbentuk silindris, membentang dari ujung rostrum sampai ujung ekor. Notokord terbentuk oleh sel-sel besar, bersifat

fibrosa dan bersifat gelatin yang menyebabkan notokord itu bersifat keras dan kaku. Notokord itu tertutup oleh jaringan ikat tebal yang disebut selubung notokord. Sel-sel kaku dan adanya selubung notokord menyebabkan notokord bersifat elastis sehingga dapat mencegah pemendekan bila miotom berkontraksi.

Di samping

adanya notokord, fungsi kerangka dalam juga ditunjang oleh miokoma yang mengelilingi miotom (Indriwati, et all., 2016). 2.

Sistem Muskulus Pada setiap sisi tubuh terdapat 62 gumpalan otot, tetapi jumlah itu bervariasi antar spesies. Tiap miotom tertutup rapat oleh lembaran jaingan ikat fibriler yang di sebut miokoma. Miotommoiotom itu mempunyai serabut otot lintang yang terletak longitudinal. Ujung serabut-serabut otot itu menyisip masuk kedalam miokomata. Kontraksi dari miotom-miotom yang bersifat segmental ini menyebabkan terjadinya gerakan tubuh meliuk-liuk, dan dengan cara inilah hewan ini berenang (Indriwati, et all., 2016).

3.

Sistem Digestivus Amphioxus memasukkan makanan ke dalam mulut dengan cara mengalirkan air dengan menggunakan gerakan silia yang terdapat pada faring. Bahan makanannya organik kecil yang masuk bersamaan aliran air. Hewan seperti ini disebut “ciliary feeder”. Dari faring diteruskan ke rongga atrial melalui celah insang. Lalu dikeluarkan ke atriopor. Pada saat makan, tudung oral diperlebar dan sirip oral ditonjolkan ke depan dapat mencegah masuknya pasir ke dalam mulut. Aliran air dalam mulut diatur oleh gerakan silia dari organ jentera. Makanan dan lembaran sabuk makosa dialirkan oleh silia ke dalam esofagus lalu dipindahkan dari esofagus ke dalam usus tengah. Dari usus tengah makanan itu diteruskan ke divertikulum usus tengah. Cincin iliolik atau iliokolonik mengaduk makanan sehingga makanan itu bercampur dengan enzim. Selanjutnya

makanan diteruskan ke usus belakang dan ke anus(Indriwati, et all., 2016).

Gambar 3. Saluran Pencernaan Amphioxus sp. (Sumber: Myers, et all., 2018) 4.

Sistem Respirasi Faring Ampioxus mempunyai fungsi utama sebagai alat pencernaan makanan, tetapi pada beberapa jenis vertebrata faring tidak berkaitan dengan proses pencernaan, namun dispesialisasikan sebagai alat respirasi karena adanya insang. Pertukaran O2 dan CO2 dari aliran air ke dalam darah terjadi pada saat air melalui celah insang. Tetapi kenyataan itu diragukan mengingat darah Amphioxus tidak mengandung pigmen respirasi. Proses pertukaran gas terjadi pada seluruh permukaan tubuh, terutama pada dinding atrium (Indriwati, et all., 2016).

5.

Sistem Sirkulasi Amphioxus tidak memiliki jantung. Darah tidak mengandung pigmen respirasi, tidak mengandung butir-butir darah, dan tidak berwarna. Darah tidak hanya terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi juga terdapat di dalam pembuluh limfa sekitar jari-jari sirip, dan di dalam lipatan metapleural. Pembuluh darah membentuk anyaman vascular yang mensuplai darah ke nefridia. Darah dikumpuklan dari lembaran insang nefridia oleh arkus aorta atau pasangan pembuluh darah brankial efferent. Di dalam pembuluhpembuluh darah afferent dan efferent darah dikeluarkan ke aliran air

respirasi, tetapi tidak terjadi pertukaran oksigen karena darah tidak mengandung pigmen respirasi (Indriwati, et all., 2016). 6.

Sistem Ekskretorius Organ ekskresi terdapat 90 pasang nefridia yang bertipe tertutup yang tersusun secara segmental yang disebut protonefridia. Nefridia terletak di atas celah insang pada tiap sisi berhubungan dengan lembaran-lembaran insang primer. Tiap protonefridium merupakan suatu pembuluh nefridial yang melekuk yang mempunyai kelompok pembuluh kecil berakhir pada solenosit (Indriwati, et all., 2016).

7.

Sistem Reproduksi Seksnya terpisah tetapi tidak dapat dibedakan antara jantan dan betinanya, kecuali pada gonad. Testis maupun ovari terletak di bagian ventrolateral dinding tubuh yang menghadap ke atrium. Terdapat 26 pasang testis atau ovari yang tersusun secara metamerik, terletak pada segmen 25 sampai 51 mulai dari bagian tengah faring sampai ke anus pada tiap sisinya. Tidak terdapat saluran genital. Jika gamet masak, dinding gonad pecah dan ovarium atau sperma menuju ke atrium dan selanjutnya keluar melalui atriopor. Fertilisasi terdapat di dalam air (Indriwati, et all., 2016).

8.

Sistem Nervus Terdiri atas tabung neural atau tali saraf yang terletak di atas norokord. Tali saraf itu berawal dari sebelah belakang dari anterior notokord dan memanjang kearah posterior sampai depan dari ujung belakang notokord. Di tabung neural terdapat lubang-lubang oleh adanya saluran sentral sempit (neurosoel). Ada suatu sistem saraf autonom yang mempunyai 2 pleksus saraf dalam otot polos usus. Sistem saraf autonom hanya terdiri dari saraf simpatetik yang mengontrol otot polos usus (Indriwati, et all., 2016).

9.

Sistem Reseptor Saraf sensori yang berujung pada miotom disebut sensori internal karena merespon stimulus internal, misalnya kontraksi otot dan propriseptor. Disamping itu ada pula reseptor eksternal, antara

lain oseli yaitu bintik hitam yang tidak teratur sepanjang tabung neural; bintik pigmen yang berfungsi sebagai sensoris pada saat sefalokordata membenamkan diri; organ infundibular berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan cairan; dan celah koliker merupakan kantung sel-sel ektodermal yang bersilia (Indriwati, et all., 2016). c.

Peranan Dari segi ilmu pengetahuan dapat diperoleh banyak informasi mengenai keunikan dari berbagai macam hewan dan bermanfaat untuk mempelajari hewan-hewan lain yang mempunyai derajat lebih tinggi. Selain itu juga menambah sumber kekayaan dan keanekaragaman hewan (Indriwati, et all., 2016).

2. Sub Filum Agnatha  Ciri Umum: o Tidak memiliki rahang o Memiliki apendiks yang berpasangan, dan gigi o Tengkorak memiliki atap membrane o Pada sisi median ada sebuah 'hidung' yang senantiasa terbuka o Notokord dan tabung neural menyusun tulang belakang o Celah insang antara 7-14 pasang o Jantung tidak berbentuk conus (kerucut) o Memiliki kantung hipofise yang bersifat tetap o Telinga memiliki satu atau dua saluran semi sirkuler o Ginjal dan saluran ginjalnya panjang o Tidak memiliki saluran genital. o Organ (aparatus) pineal berkembang baik o Stadia larva disebut mikrofakus, memiliki endostil seperti pada protokordata/kordata primitive  Penyebaran dan Habitat

Sub-filum Agnatha dapat ditemukan di semua perairan, dan paling banyak tersebar di perairan Pasifik. Kelompok lamprey juga dapat ditemukan di perairan tawar, biasanya di sungai atau danau, saat musim kawin dan berkembang biak. Di sungai, Lamprey bertelur, setelah bertelur Lamprey akan mati karena selama di sungai Lamprey tidak pernah makan melainkan hidup dari timbunan lemak di bawah kulit sebagai cadangan makanan. Lamprey memiliki kebiasaan unik yaitu membangun sarang di sungai untuk meletakkan telurnya.  Klasifikasi Filum

: Chordata

Subfilum

: Agnata

1. Kelas Ostracodermi 

Merupakan Agnata air tawar yang sudah memnjadi fosil



Tubuh menyerupai ikan dengan kepala yang keras



Kulit dilengkapi lempeng tulang keras



Pada beberapa bentuk, memiliki 1 pasang sirip yang terletak di belakang kepala



Memiliki sebuah nostril pada bagian puncak kepalanya



Mulut berupa seperti celah, terletak pada ujung akhir dari kepalanya



Memiliki 1 pasang mata berada pada puncak kepala dan 1 mata pineal pada median kepala



Celah insang mempunyai kesamaan dengan kantung insang



Endoskeleton cukup keras



‘Telinga’ dilengkapi dengan 2 saluran semi sirkuler.

2. Kelas Cyclostomata  Tubuh Panjang, gilik dan meyerupai belut  Kulit lunak, halus tanpa endoskeleton  Mulut tidak melengkapi dengan rahang  Nostrilnya 1 terletak median

 Pasangan sirip lateral tidak ada  Skeleton berupa tulang rawan  Notokord bersifat tetap  Jantung memiliki 2 ruang khusus dan arkus aortanya banyak  Gonadnya 1 tanpa saluran  Perkembangan larva secara langsung tidak langsung Ordo: Petromyzontia o Sirip dorsal berkembang baik dan branchial basket lengkap o Kantung nasohypophysial ujung posterior berupa kantong buntu yang tidak memiliki saluran dengan mulut o Mulut dilengkapi dengan lidah o Celah insang berjumlah 7 pasang o Insang terbuka melalui saluran respirasi yang terletak dibawh esofagus o Perkembangan larva tidak langsung. o Contoh: Petromyzon (Lamprey)

Ordo Myxinoidea o Tidak ada sirip dorsal o Branchial basket mengalami reduksi o Kantung nasohypophysical ujung posteriornya tetrbuka ke dalam mulut o Mulut terletak pada ujung terminal dan dikelilingi oleh 6 tentakel kecil o Celah insang berjumlah 6-14 pasang o Perkembangan larva secara tidak langsung o Contoh: Myxine, Bdellostoma  Morfologi dan Anatomi o Morfologi luar

Bentuk tubuhnya memanjang, silindris, dan menyerupai belut. Permukaan tubuh bagias atas berwarna gelap, sedangkan bawahnya lunak dan berlendir. Tidak memiliki sisik. Tubuh pada Petromyzon dibedkan atas 3 daerah, yaitu kepala, trunkus, dan ekor. Pada pertemuan badan dan ekornya ada sebuah anus. Dibelakang tubuhnya ada sebuah pailla kecil yang disebut apertura urinogenital.

Daerah kepala ditandai denngan adanya corong bukal yang dilindungi oleh membrane yang panjang. Di bagian bawah membrane dijumpai lidah yang mengandung gigi tanduk berukuran besar. Pada permukaan dorsal kepala terdapat sebuah nostril. Terdapat tujuh pasang insang pada bagian sisi postero-lateral. o Anatomi a. Sistem rangka Skeleton aksial berkembang membentuk tulang tengkorak, notokord yang bersifat bersifat tetap dan kumpulan tulang rawan. Notokord tersusun sel notokord bervakuola yang dilindungi selubung notokord. Tulang rawan disusun dari sel-sel besar yang terbenam dalam matriks kondrin. Tulang tengkorak strukturnya primitive. Corong mulut disokong oleh semacam tulang rawan anuler. Pemanjangan dari tulang rawan lingual menunjang lidah. b. Sistem Muskulus Otot tubuh dan ekor diselubungi oleh miomer yang merupakan kumpulan miotom yang dipisahkan oleh myokoma. Miotom menyusun kelompok-kelompok otot

yang bentuknya seperti huruf W dan serabut ototnya tersusun secara longitudinal. Serabut otot termasuk otot lurik. c. Sistem Pencernaan Mulut terletak di sebelah atas lidah, dan berada di dalam corong bukal. Corong bukal merupakan tonjolan sucker. Giginya banyak dan semuanya berada di dalam corong bukal.gigi berupa lembaran berbentuk kerucut yang keras. Mulut melanjutkan diri menjadi rongga bukal yang dibentuk dari stomedeum pada masa embrio. Terdapat 2 bagian saluran, bagian dorsal terdapat esofagus dan yang ventral disebut faring. Ketika makan, velum yang bertentakel akan menggerakkan makanan agar tidak memasuki tabung pernapasan. Lamprey tidak memiliki lambung. Ujung posterior dari intestine melebar membentuk rectum yang berakhir pada kloaka. Lamprey memiliki hati yang memiliki 2 lobus dan saluran empedu yang ditemukan pada masa larva. Cara makan hewan ini tidak diketahui. Selama melekat pada tubuh ikan, mereka makan daging dengan bantuan lidah parutnya. Usus hewan ini diketahui terisi oleh darah, yang mengindikasikan hewan ini penghisap darah. d. Sistem Pernafasan. Lamprey memiliki 7 pasang insang. Kantung insang terbuka secara langsung ke dalam tabung pernapasan dan tidak mempunyai hubungan dengan usus. Bentuknya adalah bikonveks seperti lensa. Celah insang tampak apda kedua bagian sisi tubuh. Air masuk ke tabung pernafasan melalui kantung insang dan keluar melalui jalan yang sama. Pertukaran gas terjadi pada kantung insang sebelah dalam. e. Sistem Peredaran Darah Pada Lamprey peredaran darah sudah berkembang dengan baik. Jantung berbentuk huruf S yang terletak dibelakang insang-insangnya. Jantung terdiri dari 3 ruang, yaitu 1 sinus

venosus, 1 ruang aurikel, dan 1 ruang ventrikel. Sinus venosus dan aurikel memiliki dinding yang tipis sedangkan ventrikel tebal. Jantung diselubungi oleh pericardium. Darah Lamprey

berwarna

merah

disebabkan

oleh

adanya

haemoglobin. 2 cabang vena caudalis mengangkut.darah dari daerah ekor menuju cardinal. f. Sistem Eksretorius Lamprey dewasa memiliki ginjal tipe mesonefros. Ginjal melekat pada dinding dorsal rongga tubuh dengan peritonium. Sinus urogenital terbuka ke pipla urinogenital yang memasuki kloaka. g. Sistem Reproduksi Memiliki alat perkembang biakan yang terpisah. Gonad besar tidak berpasangan terletak pada sisi median mesonefros. Sel sperma dan ovum dikeluarkan ke rongga tubuh dan meninggalkan melalui porus abdominalis. Porus abdominalis akan terbuka sebelum bertelur. Testis terdiri atas banyak folikel yang menghasilkan gamet jantan yang dilepaskan ke rongga tubuh. Telur dikeluarkan di dalam rongga tubuh. Fertilisasi terjadi di luar tubuh. h. Sistem Saraf Lamprey memiliki sistem saraf yang berkembang dengan baik. Otak dapat dibedakan menjadi otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan terdiri atas sepasang lobus olfaktori yang besar. Serebral hemisfer kecil melekat pada diencefalon. Otak belakang dibedakan dengan yang lain oleh sabuk dorsotransversal yang kecil, terdiri atas serebelum dan medulla oblogata, antara lobus optikus dan medulla oblongata meluas membentuk pleksus koroid. Saraf kranial jumlahnya 10 pasang. i. Sistem Reseptor

Organ-organ khusus penerima rangsangan berkembang baik. Satu pasang mata yang relative besar dan fungsional. Memiliki mata pineal dan mata parietal yang median kecil yang pada akhinya mengalami rudimenter. Telinga memiliki 2 saluran semisirkuler. Kantong olfaktori terbuka memalui saluran nasal, yang akhirnya akan bermuara ke kantong hypophishial di bawah otak. Dinding lateral organ reseptor tersusun atas sel-sel yang membuka pada permukaaannya.

III.

Relevansi

Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan

No Sebelum 1.

Saya

Sesudah

belum

klasifikasi

mengetahui

Saya telah mengetahui klasifikasi subfilum

subfilum

Cephalochordata yaitu terdapat dua genus

Cephalochordata. 2.

Saya

belum

Asymmetron dan Branchistomata. mengetahui

klasifikasi subfilum Agnatha.

Saya telah mengetahui klasifikasi subfilum Agnatha

yaitu

Ostracodermi

dan

Cyclostomata. 3.

Saya

belum

penyebaran

mengetahui subfilum

Cephalochordata.

Saya

telah

mengetahui

penyebaran

subfilum Cephalochordata adalah banyak ditemukan di laut Inggris dan sampai di pantai Norwegia. Umumnya hewan ini dijumpai di air hangat.

4.

Saya

belum

penyebaran

mengetahui subfilum

Agnatha.

Saya

telah

mengetahui

subfilum Agnatha adalah

penyebaran ditemukan di

semua perairan, dan paling banyak tersebar di perairan Pasifik

5

Saya

telah

mengetahui

Saya telah mengetahui kebiasaan unik dari

kebiasaan unik dari SubFilum

SubFilum Sefalokordata yaitu membangun

Sefalokordata.

sarang di sungai untuk meletakkan telur

dengan memilih bagian dasar berupa pasir dan bebatuan dengan melakukan migrasi pada musim gugur dan pemasakan kelamin terjadi musim dingin serta pemeliharaan terjadi pada musim semi.

IV.

Identifikasi Masalah

Semua masalah yang ditanyakan dalam diskusi kelas, beserta dengan jawaban 1.

Mengapa pada saat Lamprey akan bertelur melakukan migrasi ke sungai? (Wais) Jawab: migrasi dipicu oleh perubahan suhu air. Pada saat terjadi perubahan suhu di laut, keadaan tersebut tidak mendukung untuk bertelur dan menyimpan telurnya, sehingga melakukan migrasi ke sungai. (Ike)

2.

Apa fungsi tentakel pada Myxsine? (Noviansyah) Jawab: Sebagai organ sensori untuk mendeteksi keberadaan makanan. (Prianka, Adit)

3. Bagaimana cara amphioxus menyeimbangkan pergerakan sedangkan amphioxus tidak memiliki otak? (Windi) Jawaban: Dengan organ infundibular yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan cairan yang terdapat di dalam tabung neural (Titania) 4. Kenapa amphioxus aktif pada malam hari? (Mileni) Jawaban: Karena pada amphioxus memiliki mata osecelli yang sensitive terhadap cahaya, walaupun mereka juga aktiv di siang hari (Faisal) 5. Bagaimana amphioxus bisa membenamkan diri dalam pasir padahal tubuhnya lunak? (Aulia) Jawaban: Struktur morfologi dari Amphioxus yang berbentuk runcing pada bagian ujungnya memudahkannya untuk menembus pasir. Bagian tubuh yang digunakan untuk menembus pasir adalah bagian posterior, pada bagian posterior terdapat ekor. (Witia, Karrel) Pada bagian posterior dari Amphioxus juga terdapat sirip dorsal, yang dilengkapi jari-jari sirip yang tersusun dari dari bahan gelatin dan jaringat

ikat sehingga memperkuat Amphioxus dalam membenamkan diri dalam pasir. (Melia) 6. Pada system pencernaan menghasilkan enzim, perbedaan antara vertebrata dengan sefalokordata ? (wachidah) Jawaban : sebagian besar enzim yang digunakan sama ( Firnindia) 7. Fungsi lembaran insang apa ? ( Galuh) Jawaban : untuk membantu menyaring air yang masuk bersamaan dengan makanan, lembar insang berfungsi menyasing air karena terdapat silisa pada faring. ( fadilah) 8. Pertanyaan (Arief) : lendir pada hagfish keluar lewat kelenjar pada bagain mana? Jawaban (Reihan) : Lendir keluar dari

kelenjar di daerah pori-pori

tubuhnya. 9. Pertanyaan (Wais) : pada saat lamprey bermigrasi dari laut ke sungai, bagaimanakah cara adaptasi tubuhnya dalam menyesuaikan diri? Jawaban (Pak Dedi): Adaptasi lamprey saat berpindah dari laut ke sungai adalah dengan menyeimbangkan tekanan osmosis. Cara menyeimbangkan tekanan osmosis yaitu pada saat di laut, maka lamprey akan banyak minum dan urin yang keluar sedikit serta pekat sedangkan saat berada di air tawar (sungai), maka lamprey akan sedikit minum dan akan banyak mengelurkan urin yang encer. Urine yang pekat dan encer ini dapat dibuat melalui mekanisme eksresinya serta dengan merubah mekanisme pemasukan dan pengeluaran air pada tubuhnya.

V.

Elemen yang menarik

Pada pertemuan tanggal 17 dan 18 Oktober 2018 pembelajaran dibimbing oleh Bapak Dedi. Perkuliahan diisi dengan presentasi berkaitan dengan morfologi, anatomi, fisisologi, habitat, dan peranan tiap-tiap kelas dari Subfilum sefalokordata dan Agnata. Hal yang menarik adalah adanya beberapa materi mengenai kebiasaan unik dari beberapa contoh species, semisal adanya species yang memiliki kebiasaan seperti bermigrasi ke sungai hanya untuk bertelur dan mati setelah bertelur, khususnya pada Lamprey, hal ini juga didukung dengan penayangan video. Selain itu juga video

Myxine yang hidup

dengan memakan bangkai ikan .Setelah

presentasi berakhir, Pak Dedi memberikan tanggapan dan klarifikasi agar materi yang didapatkan tidak membingungkan dan telah tepat dan sesuai.

VI.

Refleksi Diri (Umum) dan Pengalaman Belajar Pada perkuliahan teori hari Rabu 17 September 2018 berjalan cukup

baik. Kelompok 2,3, dan 7 telah mempresentasikan seluruh materi tentang SubFilum sefalokordata jelas. Penayangan video diawal perkuliahan dapat memudahkan mahasiswa dalam memahami materi. Namun karena keterbatasan waktu maka beberapa presentasi dijelaskan secara terburuburu. Pada perkuliahan teori hari Kamis 18 Oktober 2018 berjalan lancar dan berakhir sesuai waktu pembelajaran. Presentasi yang disajikan oleh kelompok 1,4,5,6 mudah dipahami. Seluruh materi tentang SubFilum Agnatha dipresentasikan dengan detail dan jelas, mulai dari morfologi, anatomi, fisiologi dan peranan dari subfilum tersebut. Penayangan video diawal perkuliahan dapat memudahkan mahasiswa dalam memahami materi dari SubFilum Agnatha. Hasil pembelajaran cukup baik dalam memahami materi dari Subfilum Sefalokordata dan Agnatha, namun dalam pembelajarannya esensi dari konsep masih belum menyeluruh dikarenakan semua pembelajaran terkesan terburu-buru dan dikejar oleh waktu. Harapan untuk

pembelajaran selanjutnya adalah dengan memperbaiki sistematika tugastugas yang diberikan dan juga menjadwal waktu pembelajaran dengan baik..

VII.

Refleksi Diri (khusus)

Setelah pembelajaran teori, saya telah memahami ciri umum, anatomi, morfologi dan fisiologi dari filum SubFilum Sefalokordata dan Agnatha Saya telah memahami bagaimana pengklasifikasian dari SubFilum Sefalokordata dan Agnatha. Kedepannya saya akan mempersiapkan diri untuk mempelajari materi yang selanjutnya yakni mengenai vertebrata. Selama pembelajaran, terkadang saya kurang fokus dalam mengikuti seluruh kegiatan karena sudah memasuki jam malam dan saya sudah merasa sedikit lelah. Sistem pembelajarannya kurang efektif dan efisien. Karena yang seharusnya jatah belajar kita 150 menit tetapi pada kenyataannya selama ini kita belajar lebih dari 150 menit. Sehingga menyebabkan saya dan teman-teman pulang terlalu malam.

DAFTAR RUJUKAN Barnes, Robert D. 1982. Invertebrate Zoology. Philadelphia, PA: Holt-Saunders International. Cleveland P. Hickman, Jr., Larry S. Roberts, Allan Larson. 2017. Animal Diversity. Indriwati, Sri E. 2016. Keanekaragaman Hewan. Malang:UM. Kastawi, Y., Indriwati, Sri E., Ibrohim, Masjhudi, Rahayu, Sofya E. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: JICA FMIPA UM

Related Documents

Jurbel 9 Dele.docx
December 2019 8
Jurbel Pisces.docx
June 2020 5
Jurbel 6 Dele.docx
December 2019 9
Jurbel Windhi 24.docx
December 2019 16
Colegio 9 9 9
June 2020 51

More Documents from ""