Jihad Mengendalikan Hawa Nafsu

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jihad Mengendalikan Hawa Nafsu as PDF for free.

More details

  • Words: 788
  • Pages: 2
Mutiara Ramadhan Jihad Akbar, Mengendalikan Nafsu

Oleh Buya H. Mas’oed Abidin « Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkan sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberikan petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesaat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? » (QS. Al Jaatsiyah: 23) Pada tahun kedua Hijriyah terjdilah Perang Badar. Sekembalinya dari perang Badar, Rasulullah SAW mengatakan kepada para sahabat “Kita kembali dari peperangan kecil dan akan menghadapi peperangan besar (Jihad Akbar)”. Di antara sahabat ada yang bertanya, “apakah ada lagi perang yang lebih besar dan dahsyat dari perang Badar?” Beliau menjawab. “Perang melawan hawa nafsu di dalam diri masing-masing”. Perjuangan membebaskan diri dari penguasaan hawa nafsu (jihadunnafsi) merupakan masalah yang sangat asasi yang terus dan senantiasa dilakukan oleh masing-masing Perjuangan dalam mengendalikan diri agar terbebas dari jajahan hawa nafsu merupakan induk dari segala perjuangan. Perjuangan membebaskan diri dari penguasaan hawa nafsu harusnya lebih utama untuk dilakukan, sebelum perjuangan-perjuangan lain-lainnya. Dalam Alquran disebutkan berbagai macam bentuk nafsu. Di antaranya, An Nafsu Al Ammaarah Bis-Suu’; yang sering mendorong manusia untuk melakukan dosa dan kejahatan. Firman Allah SWT: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). Karena sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Lagi Maha Penyanyang." (QS. Yusuf: 53). Selain itu ada pula yang disebut An Nafsul-lawwamah, yaitu nafsu yang sering menyesali diri. Firman Allah SWT: "… dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (QS. Al-Qiaamah: 2). Ada pula hawa nafsu yang sering menggambarkan dan menghiaskan sesuatu maksiat atau kejahatan menjadi indah dalam pandangan atau khayalnya. Firmah Allah SWT mengingatkan pengaruh nafsu itu, « Ya’qub berkata: « hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. » Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. » (QS. Yusuf: 83). Ada pula nafsu yang disebut An Nafsul-mulhamah, yaitu nafsu yang sering mendorong kefajiran (kedurhakaan) dan ketaqwaan. Firman Allah SWT: "Maka Allah menghilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya." (QS. Asy Syam: 8). Di samping itu di dalam Alquran dikemukakan juga tiga jenis nafsu yang lain, yang membawa kepada keredhaan Allah Ta’ala, yaitu An Nafsul-Muthmainnah, An NafsuRadliah dan An Nafsul-Mardliyah. Sesungguhnya hawa nafsu yang menjadi penyebab penyakit yang ada dalam diri manusia, seperti takabbur, ‘ujub, cinta dunia yang berlebihan, cinta kedudukan, cinta harta, suka mengerjakan perbuatan keji dan mungkar, senang melakukan segala bentuk kemaksiatan, seperti berjudi, berzina, meminum-minuman yang memabukkan dan

sebagainya. Hawa nafsu pada dasarnya memperturutkan keinginan yang berlebihan serta kecenderungan jiwa kepada hal yang salah serta kepada yang dilarang oleh ajaran Islam. Allah SWT berfirman: « Andaikata kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini. » (QS. Al Mu’minun: 7). Sejarah manusia telah membuktikan, betapa banyak dari mereka yang terjatuh ke dalam jurang kenistaan lantaran diperbudak oleh hawa nafsunya, ditunggangi oleh syahwat, cinta buta kepada harta benda, ambisi kepada kedudukan dan kekuasaan, mengejar ketenaran se saat. Hal itu bukanlah disebabkan karena kurang cerdas atau kurang pandai, atau disebabkan ianya bodoh, sama sekali tidak demikian halnya. Akan tetapi, semuanya terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu. Ketidakmampuan menguasai dan mengendalikan hawa nafsu inilah sebagai penyebab terjadinya dekadensi moral dan etika atau hancurnya akhlaq. Jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang, maka dirinya tidak dapat lagi membedakan antara yang hak dan yang batil, karena akal sehat dan hati nuraninya tak mampu lagi menuntunnya kepada kebenaran. Para ulama selalu berpesan “Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsu yang ada di dalam dirimu”. Nafsu adalah musuh yang paling berbahaya bagi seluruh kehidupan manusia. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran surah Al Jaasiyah: 23, bahwa Allah SWT akan mengunci mati hati dan pendengaran serta “membutakan” penglihatan orang yang memperturutkan ajakan hawa nafsunya. Sehingga tertutuplah baginya jalan menuju kebenaran, dan terbukalah jalan kesesatan. Sedangkan orang yang mampu dan senantiasa berusaha menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya yang selalu bergejolak, maka dirinya akan terpelihara dari hal-hal yang dimurkai Allah SWT dan ini akan mengantarkannya kepada ridha Allah SWT. sehingga pantaslah surga sebagai balasan atasnya. Memperturut hawa nafsu (al hawa al muttaba’) adalah salah satu pangkal kehancuran manusia. Hal itu dinyatakan sendiri oleh Rasulullah SAW, ketika menyebutkan tiga hal yang dapat merusak dan menghancurkan manusia, sebagaimana hadist beliau ; « Tiga perkara yang akan merusak, Hawa nafsu yang diperturutkan, Kikir yang taati, dan Kekaguman seseorang pada dirinya sendiri. » (HR. Thabrani yang bersumber dari Anas r.a) Penawar hawa nafsu yang paling ampuh adalah dengan terus melakukan tazkiyatun nafs dan tashfiyatul qalb, dawaamudz dzikri ilallah wal ‘ibadah lillah. Shaum Ramadhan yang dilakukan saat ini, akan membantu kita di dalam mengalahkan nafsu itu. Allahu a’lam bishawab. Wassalam Buya H.Masoed Abidin < [email protected] >

Related Documents


More Documents from "karoll die"