Islam sebagai Sasaran Studi Doktrinal, Sosial dan Budaya Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam Dosen Pengampu: Husnul Khotimah, M. Pd. I
Disusun Oleh: 1. Febri Aldiansya 2. Mirza Latifatul Ulfa
(932224718) (932225218)
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam sebagai Sasaran Studi Doktrinal, Sosial dan Budaya” sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Metodologi Studi Islam dengan tepat waktu. Kami haturkan pula terima kasih pada Ibu Husnul Khotimah selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Studi Islam IAIN Kediri yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Islam sebagai sasaran studi doctrinal, social dan budaya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga karya ilmiah ini dapat dipahami dan menambah wawasan pembacanya.
Kediri, 10 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................
ii
Daftar isi....................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang.....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................
1
C. Tujuan Penulisan .................................................................
1
PEMBAHASAN A. Islam sebagai Doktrin .........................................................
2
B. Islam sebagai Sasaran Studi ................................................
2
C. Perbedaan Fakta Agama dan Fenomena Keberagaman ......
3
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. diyakini menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Ajaran Islam menunjukkan gambaran yang ideal tentang bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini lebih bermakna. Di dalam penyampaian arti dari agama islam tersebut tentu tidak akan terlepas dari ajaran agama itu sendiri (Doktrinal), dan juga di dalam perjalananya terdapat hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat yakni masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat (Sosial). Tak hanya itu, pemahaman masyarakat tentu tak selalu melalui pemahaman tekstual, atau pemahaman dari sumber agama islam itu sendiri namun juga melewati realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan (Budaya). Namun dewasa ini terdapat banyak penyimpangan yang terjadi didalam memahami Islam dengan sudut pandang yang sempit, sehingga terkadang mengesampingkan keadaan sosial dan budaya masyarakat tempat agama itu didakwahkan yang mungkin disebabkan kurangnya pemahaman studi islam secara mendalam, yang kemudian menyebabakan islam tak lagi terlihat sebagai agama yang ‘rohmatan lil-‘alamin’, karena dipandang sebagai agama yang hanya memerhatikan kelompok dan kepentingan sendiri. Tema pokok penelitian ilmiah terhadap agama adalah fakta agama dan pengungkapan atau dalam Bahasa sederhananya upaya menjadikan agama sebagai sasaran kehidupan dan kebiasaan keagamaan manusia ketika mengungkapkan sikap-sikap keagamaannya dlam tindaan-tindakan seperti do’a ritual-ritual, konsep-konsep religiusnya, kepercayaan terhadap yang suci dan sebagainya. Penelitian agama tidak cukup hanya bertumpu pada konsep agama (normative) atau hanya menggunakan model ilmu-ilmu social melainkan keduanya saling menopang.
Dalam perkembangannya kemudian dirumuskan berbagai pendekatan yang diadopsi atau berdasarkan disiplin-disiplin keilmuan tertentu seperti sejarah,filsafat, psikologi, antropologi,sosiologi termasuk juga fenomenologi. Pendekatan yang diupayakan untuk sekilas dibahas dalam tulisan ini adalah pendekatan fenomenologi agama, dalam pengertian sebuah kajian yang dilakukan untuk memahami esensi (makna) dana tau melalui menifestasi fenomena keagamaan dari agama tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Islam sebagai Doktrin? 2. Apa pengertian Islam sebagai Sasaran Studi? 3. Apa Perbedaan Fakta Agama dan Fenomena Keberagaman?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Islam sebagai Doktrin 2. Untuk mengetahui pengertian Islam sebagai Sasaran Studi 3. Untuk mengetahui Perbedaan Fakta Agama dan Fenomena Keberagaman
BAB II PEMBAHASAN
A. Islam sebagai Doktrin Kata doktrin berasal dari Bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran.1Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doctrinal, yang berarti yang berkenan dengan ajaran atau yang bersifat ajaran. Selain kata doctrine sebagaimana disebut diatas, terdapat kata doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak praktis. Contoh dalam hal ini misalnya doctrinaire ideas ini berarti gagasan yang tidak praktis. Studi doctrinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Mengapa tidak praktis? Jawabannya adalah karena ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat atau mengerjakan sesuatu.2 Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doctrinal kali ini yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Islam di definisikan oleh sebagian berikut: “al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammaddin Sallahu ‘alaihi wassallam lisa ‘adati al-dunya wa al-akhirah” (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).3 Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-Qur’an dan al-Sunnah. Al-Qur’an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah. Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah. Sekarang ini kalo kita ingin lihat al-Sunnah atau al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist. Misalnya kitab hadist Muslim yang disusun oleh
1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 192. 2 Asy’ari Ahm, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2002), hlm. 141. 3 M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998), hlm. 19.
Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain. Dari kedua sumber itulah al-Qur’an dan a;-Shunnah, ajaran Islam diambil. Namun meski kita mempunya dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad. Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besra atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang di sebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad. Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu. Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang-bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, kitab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain. Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-Qur’an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan kalua persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini semakin banyak. Studi Islam dari sisi doctrinal itu kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di dalam al-Qur’an maupun yang ada didalam al-Sunnah serta ada yang menjadi penjelasan kedua sumber tersebut dengan melalui ijtihad. Jadi sasaran studi Islam doctrinal ini sangat luas. Persoalannya adalah apa yang kemudian di pelajari dari sumber ajaran Islam itu. B. Islam sebagai Sasaran Studi 1.
Islam sebagai Sasaran Studi Sosial Islam sebagai sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang
Islam sebagai gejala sosial. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut
agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi sosial adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam. Menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala sosial pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat. Jika Islam dijadikan sebagai sasaran studi sosial,
maka
harus
mengikuti
paradigma
positivisme
yaitu
dapat
diambil gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi.4 Dari pandangan tentang agama sebagai gejala budaya dan sebagai gejala sosial, elemen-elemen yang harus di ketahui dalam Islam adalah persoalan teologi, komsmologi, dan antropolgi, yang tentu menyangkut dengan persoalan sosial kemanusian dan budaya.
2.
Islam sebagai Sasaran Studi Budaya Pada awalnya, ilmu hanya ada dua yaitu: ilmu kealaman dan ilmu budaya.
Ilmu kealaman, seperti fisika, kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan utama mencari hukum-hukum alam, mencari keteraturan-keteraturan pada alam. Sebaliknya ilmu budaya mempunyai sifat tidak berulang tetapi unik. Menurut M.Antho Mudzar, di antara penelitian kalaman dan budaya, terdapat penelitian-penelitian ilmu-ilmu sosial. Suatu penemuan, baru dikatakan atau dianggap sebagai ilmu apabila memenuhi syarat yaitu : a) Dapat di amati (observable) b) Dapat diukur (measurable) c) Dapat dibuktikan (verifiable)5
4 M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, hlm. 22. 5 M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, hlm. 23.
Menurut beberapa para ahli, ada 5 (lima) bentuk gejala agama yang perlu diperhatikan, apabila kita hendak mempelajari atau meneliti suatu agama, yaitu: a) Scripture, naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol- sombol agama. b) Para penganut, pimpinan, pemuka agama, menyangkut dengan sikap, perilaku dan penghayatan para penganut nya. c) Ritus-ritus, lembaga–lembaga, ibadat-ibadat, seperti sholat, haji, puasa, perkawinan dan waris. d) Alat-alat, seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya. e)
Organisasi-organisasi
keagamaan, tempat para penganut agama
berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama Muhammadiyah, gereja katholik, Protestan, Syi’ah, Sunni dan sebagainya. Dalam penelitian naskah atau sumber-sumber ajaran agama yang pernah diteliti adalah persoalan filologi dan kemudian adalah isi dari naskah yang ada. Misalnya saja, membahas Al-Qur’an dan isinya, kritik atas terjemahan orang lain, kitab tafsir atau penafsiran seseorang, kitab hadis, naskah-naskah sejarah agama dan sebagainya. Dalam konsep Islam sebenarnya tidak ada hal-hal atau benda-benda yang dianggap sakral atau suci. Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model yaitu tekstual dan konstekstual. Tekstual artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan konstekstual berarti memahami Islam lewat realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan. Studi budaya diselenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan mengiterprestasi
lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakantindakan yang diperlukan.
C. Perbedaan Fakta Agama dan Fenomena Keberagaman
1.
Fakta Agama Fakta Agama adalah fenomene yang benar-benar terjadi yang di dalamnya
terdapat beberapa permasalahan yang belum tentu menurut agama itu benar. Pengalaman muslim Indonesia terhadap kenyataan social dari masyarakat muslim didunia sangat kurang. Walaupun kita mengaku kenal mengenal muslim diwilayah lain, pengetahuan mereka baru terbatas pada kenyataan bahwa mereka adalah sesame muslim. Tapi jika ditanyakan tentang keadaan social dan budaya mereka, nampaklah tidaklah banyak yang mereka ketahui hal ini dikarenakan kajian keislaman di Indonesia kurang memperhatikan masalah social budaya di Negara-negara muslim, misalnya saja bagaimana keadaan Islam di Iran dan bagaimana Islam bertindak dengan budaya Persia, kurang sekali dipelajari. Padahal informasi mengenai keadaan social budaya wilayah muslim didunia cukup banyak buku-buku yang ditulis oleh antropologi tentang mereka cukup banyak. Sebagai wilayah kajian maupun sebagai salah satu wilayah kajian, Islam di Asia Tenggara dan di Indonesia khususnya pada awalnya tidak menarik perhatian. Meskipun demikian, dalam perkembangannya, dengan memakai ukuran apapun Islam di Asia Tenggara merupakan suatu komunitas muslim penting, tidak saja karena jumlah penduduk muslim yang hamper separuh dari penduduk dunia Islam dengan Indonesia yang mencapai 80% dai 200 juta, tapi juga karena perkembangan Islam di Asia Tenggara termasuk paling mengesankan, jik pada decade 1980-an Islam di Asia Tenggara tidak dilirik sama sekali misalnya di ungkapkan Denis Lombart ataupun dianggap sebagai bukan Islam sebenernya karena Ari sinkretik yang begitu menonjol, sekarang Islam di Asia Tenggara menjadi perhatian khusus. Beberapa alasan mengapa Islam di Asia Tenggara
mendapat
perhatian.
Pertama,
perkembangan
Islam
di
Asia
Tenggara
mengesankan terutama jikalau dikaitkan dengan wacana Global dunia. Kedua, corak pendidikan para intelektual muslim di Asia Tenggara lebih menerima ideide ilmu social yang berkembang di barat. Ketiga, Islam di Asia Tenggara memberikan gambaran real terhadap apa yang disebut budaya local yang mencerminkan suatu pertemuan budaya, social dan intelektual antara budaya local dan Islam. Kajian tentang agama dan budaya di Indonesia tentunya dapat mengembangkan konsep-konsep di atas. Sebab bukan saja Islam di Indonesia menawarkan suatu kenyataan realitas keagamaan tetapi lebih dari itu Islam di Indonesia dapat dijadian model dalam menghadapi dua hal. Pertama, model untuk menjabatani antara budaya local dan Islam mengingat Indonesia terdiri dari beberapa etnis budaya. Perbedaan-Perbedaan manifestasi Islam di setiap wilayah akan memberikan model bagi penjelajan teori. Kedua, Islam local di Indonesia mungkin bias dijadikan model bagaimana Negara Islam menerima ide-ide global. Misal saja pengalaman Indonesia dalam berdemokrasi akan sangat berarti bagi dunia muslim lainnya.
2. Fenomena Keberagaman Fenomena agama adalah fenomena universal umat manusia. Selama ini belum ada laporan penelitian dan kajian yang menyatakan bahwa ada sebuah masyarakat yang tidak mempunyai konsep tentang agama. Walaupun peristiwa perubahan sosial telah mengubah orientasi dan makna agama, hal itu tidak berhasil meniadakan eksistensi agama dalam masyarakat. Sehingga kajian tentang agama selalu akan terus berkembang dan menjadi kajian yang penting. Karena sifat universalitas agama dalam masyarakat, maka kajian tentang masyarakat tidak akan lengkap tanpa melihat agama sebagai salah satu faktornya. Seringkali kajian tentang politik, ekonomi dan perubahan sosial dalam suatu masyarakat melupakan keberadaan agama sebagai salah satu faktor determinan. Tidak mengherankan jika hasil kajiannya tidak dapat menggambarkan realitas sosial yang lebih lengkap.
Begitu pula dalam ranah pendidikan, agama sangat penting untuk dikaji, karena apabila terjadi dikotomi antara agama dan pendidikan maka sudah bisa dipastikan pendidikan tersebut tidak bisa optimal dan bahkan tidak akan sampai kepada tujuan yang sebenarnya. Maka dari itu pendidikan tidak akan pernah terlepas dari agama dalam prakteknya. Pernyataan bahwa agama adalah suatu fenomena abadi di dalam pendidikan, di sisi lain juga memberikan gambaran bahwa keberadaan agama tidak lepas dari pengaruh realitas di sekelilingnya dan peran serta pendidik dalam proses pendidikan. Seringkali pemahaman dan pengamalan agama dalam pendidikan dipengaruhi oleh pemahaman dan keteladanan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik, sehingga apabila pemahaman dan keteladanan tersebut tidak benar maka akan berakibat fatal terhadap pemahaman dan pengamalan peserta didik. Sebagai salah satu contoh kesalahpahaman dalam dunia pendidikan dan agama adalah dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum1 , yaitu ilmu agama adalah suatu hal yang tidak ada kaitannya dengan ilmu umum, begitu pula sebaliknya, sehingga di dalam pembelajaran, materi agama dikhususkan dan bahkan terisolir, tidak dikaitkan sama sekali dengan materi yang lain, hal ini menjadikan peserta didik memahami bahwa agama adalah suatu hal yang terpisah dengan materi pembelajaran lainnya, dan di sinilah terjadi dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, maka tidak heran banyak peserta didik yang hanya mementingkan materi‐materi umum dan menganggap materi agama hanya sebuah pelengkap dalam pendidikan. Dan hasil dari didikan seperti ini adalah seorang yang mungkin menguasai ilmu dalam bidangnya akan tetapi tidak dapat mengorganisir ilmu yang dia miliki sehingga digunakan untuk kepentingan yang tidak semestinya.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulan bahwa doctrin ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doctrinal kali ini yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Islam sebagai sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala sosial. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat. Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model yaitu tekstual dan konstekstual. Tekstual artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan konstekstual berarti memahami Islam lewat realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan. Pengalaman muslim Indonesia terhadap kenyataan social dari masyarakat muslim didunia sangat kurang. Kajian tentang agama dan budaya di Indonesia tentunya dapat mengembangkan konsep-konsep di atas. Sebab bukan saja Islam di Indonesia menawarkan suatu kenyataan realitas keagamaan tetapi lebih dari itu Islam di Indonesia dapat dijadian model dalam menghadapi dua hal. Fenomena agama adalah fenomena universal umat manusia. Karena sifat universalitas agama dalam masyarakat, maka kajian tentang masyarakat tidak akan lengkap tanpa melihat agama sebagai salah satu faktornya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. Islam Studies di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Ahm. Asy’ari, dkk, Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2002. Echols, John M. dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indoneia. Jakarta: Gramedia, 1990. Mariasusai, Dhavamony, Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995. Mudzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1999.