Isi Skripsi.docx

  • Uploaded by: Fasni Kendari
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Skripsi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,160
  • Pages: 68
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu derajat kesehatan, disamping beberapa variabel lainnya seperti perilaku, keberadaan pelayanan kesehatan dan herediter. Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 40 % dari penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan sebenarnya dapat dicegah, sekurangnya lebih dari 13 juta kematian setiap tahun yang disebabkan faktor lingkungan tersebut dapat dicegah. Hampir sepertiga kematian dan penyakit pada beberapa negara maju disebabkan faktor lingkungan. Kelompok masyarakat rentan juga tidak luput dari pengaruh lingkungan terhadap kesehatan mereka. Diestimasikan lebih dari 33 % penyakit disebabkan oleh paparan lingkungan. Pencegahan terhadap faktor resiko lingkungan dapat menyelamatkan sebanyak 4 juta nyawa balita, yang sebagian besar berada di negara – negara berkembang. Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang. Diharapkan angka kesakitan dan kematian akibat diare akan berkurang namun hingga kini penyakit diare masih tetap merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian. ( Depkes RI, 2013). Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun ratarata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak 1

untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009) Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Depkes RI, 2011). Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia1. Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (12 - 59 bulan) sebesar (25,2%) , nomor tiga bagi pada bayi (29 hari - 11 bulan) sebesar (31,4%) , dan nomor lima bagi semua umur2. Berdasarkan hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan bahwa data prevalensi angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Tahun 2013 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan merupakan penyakit denganf rekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD (Depkes RI 2013) 2

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, pada tahun 2010 jumlah penderita diare meningkat menjadi 8.443 kasus dengan korban yang meninggal sebanyak 209 jiwa, dan terjadi KLB di 15 propinsi, sedangkan pada tahun 2011 KLB diare terjadi di 11 propinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR sebesar 1,74%. Pada tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak 5.870 orang. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare lainnya antara lain kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan

penyimpanan

makanan

yang

tidak

layak,

khususnya

makanan

pendamping ASI. Tindakan pencegahan diare antara lain menjaga kebersihan lingkungan, personal hygiene, pemberian ASI dan gizi secara terus menerus, serta imunisasi. pengetahuan dapat melahirkan perubahan perilaku positif yang meningkat. pengetahuan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya diare. Penelitian ini mendapatkan bahwa pengetahuan ibu memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare (p=0,002).sesuai dengan penelitian Santosa (2009), Sukanda (2009), dan Yulisa (2008) Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat akan sangat mampu menyebabkan terjadinya diare. bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau 3

apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air ataupun makanan dari tempatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kualitas fisik air dengan kejadian diare dimana nilai (p = 0,024). sesuai dengan penelitian dengan penelitian Suhardiman (2007) dan Fitriatun (2011) selain sarana air bersih, jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor terjadinya diare. Jamban yang tidak saniter menjadi sumber penyebaran E.coli, bakteri penyebab diare. kondisi jamban kotor dan tidak terawat, karena tidak terdapatnya alat pembersih didalam jamban akan memiliki kemungkinan besar untuk terkontaminasi dengan bakteri penyebab diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare (p=0,047) Olivia (2012). Kebiasaan mencuci tangan akan sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare. Hal ini disebabkan karena tangan yang kotor akan terdapat mikroorganisme dan berbagai agen infeksius, segala aktivitas sehingga cuci tangan sangat diperlukan terutama seorang oleh ibu sebelum dan sesudah kontak dengan balita , yang bertujuan untuk menurunkan risiko terjadinya diare Mencuci tangan yang baik dan benar dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare (p=0,000) Arie, dkk (2011) Di Provinsi Sulawesi Tenggara penderita diare masih juga menjadi masalah kesehatan yang serius sampai saat ini. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Provinsi

Sulawesi

Tenggara

masih

merupakan

masalah 4

kesehatan.Jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak

2,173,466 jiwa

dengan jumlah penderita penyakit Diare sebesar 52,352 kasus (2,41%), tahun 2013 dengan jumlah penduduk 2,187,375 jiwa dengan jumlah penderita diare sebesar 59,673 kasus (2,72% ). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013). Sedangkan untuk Kabupaten Konawe Utara tahun 2012 dengan jumlah penderita penyakit Diare 1.405 kasus (15,2%), tahun 2013 dengan jumlah penderita penyakit Diare sebesar 2.501 kasus (26,9%), dan pada tahun 2014 dengan penderita penyakit Diare sebesar 1.735 kasus (18,67%). (Data Penyakit Diare Dinkes Kabupaten Konawe Utara tahun 2014). Penyakit Diare di Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe Utara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 tercatat penyakit diare menempati urutan ke dua berdasarkan pola kesakitan 10 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas, setelah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas. Data penyebaran kasus diare untuk 3 tahun terakhir Puskesmas Molawe yaitu pada tahun 2012 diketahui jumlah penduduk 11.268 jiwa dengan penderita Diare sebanyak 52 kasus (31,06%), tahun 2013 dengan jumlah penduduk 11.446 jiwa dengan jumlah penderita penyakit diare sebanyak 39 kasus (29,70%)

dan tahun 2014 dengan jumlah

penduduk 11.802 jiwa dengan penderita penyakit Diare sebanyak 75 kasus (31,77%). Sedangakan khusus di Desa Molawe tahun 2012 diketahui jumlah penduduk 979 jiwa dengan penderita diare 17 (1,74%) kasus, tahun 2013 dengan jumlag penduduk 987 jiwa dengan jumlah penderita diare 21 (2,13%) kasus, tahun 2014 dengan jumlah penduduk 1.109 dengan jumlah penderita

5

diare 39 (3,53%) kasus dan tahun 2015 periode januari sampai September sebanyak 27 (2,43%) kasus. (Profil Puskesmas Molawe, 2014) Berdasarkan data kepemilikan sarana air bersih dan jamban keluarga khususunya di Desa Molawe rata-rata menggunakan air PDAM dengan jumlah kepala keluarga yang menggunakan PDAM yakni 201 kepala keluarga dan hanya sebagian kecil yang menggunakan sumur gali yakni 30 kepala keluarga. tetapi menurut keterangan warga setempat air yang di pasok dari PDAM belum memenuhi standar fisik air yakni masi berbau dan berwarna. Sedangkan data kepemilikan jamban di Desa molawe menujukkan bahwa semua warga sudah memiliki jamban keluarga tetapi jamban yang mereka miliki masih banyak yang tidak memenuhi syarat jamban sehat yakni 179 kepala keluarga yang memiliki jamban sehat selebihnya memiliki jamban yang tidak memenuhi sarat yakni 53 kepala keluarga. Hasil survey awal pada 10 responden di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara menujukkan bahwa dari 10 responden yang di teliti terdapat 3 orang responden yang kondisi sarana air bersihnya tidak memenuhi syarat, 2 orang responden yang kondisi jamban keluarganya yang tidak memenuhi sayarat, 2 responden yang pengetahuannya kurang mengenai penyakit diaredan 2 responden yang kebiasaan mencucui tangannya kurang baik. Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor - Faktor Yang berhubungan dengan

Kejadian

Penyakit Diare Di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan

latar

belakang

tersebut,

rumusan

masalah

dalam

penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan Kejadian Penyakit Diare Di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Diare Di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Utara? 2. Apakah ada hubungan antara sarana air bersih dengan Kejadian Penyakit Diare Di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Utara? 3. Apakah ada hubungan antara jamban keluarga dengan Kejadian Penyakit Diare Di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Utara? 4. Apakah ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan Kejadian Penyakit Diare Di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Utara? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kejadian Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. 7

b. Untuk mengetahui hubungan sarana air bersih terhadap kejadian Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. c. Untuk mengetahui hubungan kondisi jamban keluarga terhadap kejadian Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. d. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan terhadap kejadian Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara dan Puskesmas Molawe dalam rangka penentuan arah kebijakan program pemberantasan Diare di Kabupaten konawe Utara khususnya di Desa Molawe Kecamatan Molawe kabupaten Konawe Utara 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Sebagai Informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegahan penyakit Diare agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pemberantasan Penyakit Menular (P2M).

8

b. Bagi Masyarakat Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah

pengetahuan

dan

pengalaman

khusus

dalam

melakukan penelitian ilmiah terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus diare.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Puskesmas 1. Pengertian Puskesmas Puskesmas

adalah

suatu

organisasi

fungsional

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh terpadu, merata yang berada peda suatu wilayah kerja tertentu. 2. Fungsi Puskesmas Fungsi pokok puskesmas, antara lain : a. sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya; b. membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat; c. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya. Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara: a. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri; b. member bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat; c. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat; d. bekerja sama dengan sector – sector yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas

10

3. Visi Puskesmas Visi

pembangunan

kesehatan

yang

diselenggarakan

oleh

puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Indikator Kecamatan Sehat a. Lingkungan sehat, b. Perilaku sehat, c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan 4. Misi Puskesmas a. Menggerakkan

pembangunan

berwawasan

kesehatan

diwilayah

kerjanya b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya 5. Upaya Puskesmas a. Upaya kesehatan wajib → upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia.

11

b. Upaya

kesehatan

pengembangan



upaya

yang

ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. a. Program Pokok Puskesmas 1) Upaya Promosi Kesehatan 2) Upaya Kesehatan Lingkungan 3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana 4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6) Upaya Pengobatan b. Upaya Kesehatan Pengembangan 1) Upaya Kesehatan Sekolah 2) Upaya Kesehatan Olah Raga 3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 4) Upaya Kesehatan Kerja 5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6) Upaya Kesehatan Jiwa 7) Upaya Kesehatan Usia Lanjut 8) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional .

B. Tinjauan umum Tentang Penyakit Diare 1. Definisi Penyakit diare Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja, melembek sampai mencair dan bertambahnya

12

frekuensi berak lebih dari biasanya, lazimnya tiga kali dalam sehari (Depkes RI, 2008). Penyakit Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. (Aziz, 2006) 2. Jenis-jenis Diare Diare digolongkan dalam 3 jenis : a. Diare cair akut, yaitu diare berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat dari diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian penderita diare. b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunanan berat badan yang cepat. c. Diare persisten, diare yang berlanjut lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. 3. Gejala Klinis Penyakit Diare Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak berumur 12 tahun ke bawah di Indonesia. Adapun gejala-gejala klinis dari penyakit ini adalah pada awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan biasanya meninggi, nafsu makan berkurang atau tidak ada sama sekali. Kemudian timbul diare dengan warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan cairan empedu. Gejala muntah dapat terjadi setelah atau sebelum diare. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan atau elektrolit maka 13

gejala dehidrasi mulai nampak, berat badan mulai menurun, turgor kulit dan tonus otot berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering, saliva menjadi kental dan anak menjadi gelisah. 4. Patofisiologi Proses

terjadinya

diare

dapat

disebabkan

oleh

berbagai

kemungkinan factor diantaranya : a. Factor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. b. Faktor malabsorbsi, merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat

sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrik ke rongga usus sehingga terjadilah diare. c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu di serap dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan

penurunan

kesempatan

menyerap

makan

yang

kemudian menyebabkan diare. d. Faktor psikologi, dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare, ( Aziz, 2006). 5. Cara Penularan Penyakit Diare Penderita Diare dapat mengeluarkan kotoran tinja yang banyak mengandung kuman penyebab penyakit Diare, bila pembuangan kotoran tinja ini tidak dilakukan di Jamban yang tertutup akan menjadi sumber 14

penularan. Kuman pada kotoran atau tinja dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan dimasukkan kedalam mulut atau di pakai memegang makanan. Kuman dapat mencemari air, bila kotoran tertentu terbawa atau terkena air. Bila air tersebut digunakan oleh orang untuk keperluan sehari hari tanpa dimasak, misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci sayur lalap, dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Diare. Tinja yang dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap dimakanan akan menyebabkan makanan tercemar. Penularan terjadi seseorang yang memakan makanan yang tercemar tersebut. 6. Diagnosis Diare a. Berdasarkan Gejala Klinis: Cara ini kurang dapat menetapkan secara rinci

penyebab diare bila hanya gejala klinis yang timbul dari penyakit

ini, akan tetapi dengan melihat dan menemukan darah dan atau lendir dalam tinja tanpa pemeriksaan laboratorium lain sudah dapat digunakan untuk membuat diagnosis kerja disentri shigella. b. Berdasarkan Pemeriksaan Kultur dari Tinja : Isolasi bakteri invasif patogen dari tinja dimaksudkan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab diare secara spesifik. c. Berdasarkan Pemeriksaan Mikroskop dan Tinja : Dengan melalui pemeriksaan mikroskop dapat dideteksi polymorhonuclear leucocyt bahwa pada disentri akut ketepatan diagnosis tidak nyata diperbaiki dengan pemeriksaan mikroskopik tinja berupa sel darah putih atau adanya darah dalam tinja,. Adanya amuba pada pemeriksaan

15

mikroskopik tidak selalu mengindikasikan bahwa amubalah organisme penyebab, sebab shigella juga ada. (Kandun, 2006) 7. Epidemiologi Diare a. Penyebaran kuman penyakit Diare, kuman penyebab biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan peningkatan risiko terjadi diare b. Faktor penjamah yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap diare yaitu kurang gizi, beratnya penyakit lama risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gizi buruk. c. Faktor lingkungan dan Perilaku: Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila factor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakulumasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yang melalui makan dan minuman, dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 8. Pencegahan Penyakit Diare Tindakan dalam pencegahan penyakit diare antara lain dengan perbaikan keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air minum yang bersih, penggunaan jamban, pembuangan sampah, pada tempatnya, sanitasi perumahan dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak. Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai umur 2 tahun, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah 16

beraktivitas, pembuangan tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi morbili. (Notoatmodjo, 2003). Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian akibat penyakit diare maka diperlukan upaya-upaya pencegahan melalui: a. Pemakaian air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (tidak berasa, tidak

berwarna,

dan

tidak

mengandung

zat-zat

mineral

yang

membahayakan. b. Minum air yang sudah dimasak sampai mendidih. c. Buang air besar di WC yang memenuhi syarat kesehatan. d. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar. e. Memberikan makanan pendamping ASI f. Memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai berumur 6 bulan. 9. Penanggulangan Diare Dalam hal penanggulangan diare perlu tatalaksana penanggulangan yang cepat untuk mengurangi jumlah angka kesakitan dan kematian. Usaha-usaha yang perlu dilakukan dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu : a. Usaha jangka pendek yang meliputi : 1) Mengadakan pemeliharaan sarana sumber air bersih. 2) Mengadakan

pengolahan

air

atau

chlorinasi

pada

sumur

masyarakat. 3) Mengadakan pelayanan penyediaan air minum yang memenuhi syarat. 4) Survailance epidemiologi

17

5) Dalam usaha-usaha perlu juga

pendidikan kesehatan terhadap

masyarakat. b. Usaha jangka panjang yang meliputi : 1) Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. 2) Pembuangan kotoran yang memenuhi syarat, baik dari segi konstruksi maupun dari segi kesehatan.

C. Tinjauan Umum Variabel Penelitian 1. Faktor Agent Agent atau bibit penyakit yang dapat menyebabkan wabah antara lain dapat berupa virus, bakteri, parasit dan sebagainnya. Salah satu penyakit menular yang sering terjadi wabah adalah diare, penyakit ini adalah penyakit menular yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: perubahan bentuk dan kosistensi tinja menjadi lembek dari biasanya, disertai muntah-muntah, sehingga penderita akan mengalami kekurangan cairan tubuhnya (dehidrasi) yang pada akhirnya apabila tidak mendapat pengobatan segera dapat menyebabkan kematian. Penyakit diare ini penularannya dapat melalui kontaminasi agent (penyebab penyakit) seperti virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian dimakan oleh orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne disease. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit, air yang sudah

18

tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab penyakit diare. (Kandun, 2006) Penyebab Diare terdiri dari: a. Virus 1) Retrovirus 2) Ademovirus. 3) Bakteri a) Salmonella b) E. Coli c) Vibrio colera 4) Parasit a) Protozoa b) Cacing perut c) Jamur 2. Faktor Host a. Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengetahuan atau tahu ialah mengerti sesudah melihat atau setelah menyaksikan, mengalami atau diajar. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan obyek ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertetu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.(Notoatmodjo,2003) Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons seseorang

terhadap

stimulus

yang

masih

bersifat

terselubung, 19

sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yaitu yang telah dipelajari sebelumnya. d. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek dalam komponen - komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut atau masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) yaitu menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. b. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan adalah bagian penting dalam pencegahan penularan kuman diare, mengubah

20

kebiasaan tertentu (misalnya kebiasaan mencuci tangan yang benar) dapat memutuskan penularan. Diare merupakan salah satu penyakit yang menularkannya berkaitan dengan penerapan prinsip bersih yakni ditularkan secara orofecel

melalui tangan, makanan, minuman, air dan tanah yang

merupakan sumber perantara penyebab pemutusan transisi berkaitan dengan penyediaan fasilitas yang menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja menghindari masuknya sumber antara kedalaman tubuh melalui mulut untuk hal ini, perilaku mencakup kebiasaan penggunaan air, pengolahan dan cara makan serta kebiasaan dalam rumah tangga. Langkah-langkah mencuci tangan yang benar : 1) Menggunakan wasteful yang mudah digapai oleh air mengalir yang hangat, sabun biasa atau sabun anti microbial, lap tangan atau pengering. 2) Lepaskan

jam

tangan

dan

gulung

lengan

panjang

keatas

pergelangan tangan, hindari memakai cincin, jika memakai cincin lepaskan selama mencuci tangan. 3) Menjaga supaya kuku tetap pendek dan datar. 4) Menginspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulit. 5) Berdiri didepan wastafel (jika tangan menyentuh permukaan wastafel selama mencuci tangan diharapkan mencuci tangan ulang). 6) Mengalirkan air. 7) Menghindari percikan air mengenai seragam. 8) Mengatur aliran air. 21

9) Membasahi tangan dengan lengan bawah dengan seksama sebelum mengalirkan air. 10) Menaruh sedikit sabun atau sabun antimicrobial cair pada tangan, sabun dengan seksama dapat digunakan butiran sabun tiap kali. 11) Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10 sampai 15 detik. Gosok jari-jari tangan, telapak tangan dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkular, paling sedikit masing-masing lima kali. Pertahankan

supaya

ujung

jari

berada

di

bawah

untuk

memungkinkan pemusnahan mikroorganisme. 12) Jika daerah di bawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya dan tambahkan sabun. 13) Bilas tangan yang tenggelam tangan dengan seksama. 14) Keringkan tangan dengan seksama dari jari tangan kepergelangan tangan dan bawah dengan handuk, kertas dan pengering. 3. Faktor Environment a. Sarana Air Bersih Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia

orang

memerlukan

air

antara

30-60

liter

per

hari.(Notoatmodjo, 2003). Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Meskipun demikian, air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau belum tentu aman dikonsumsi. Air minum adalah air yang 22

memenuhi syarat kesehatan baik yang melalui proses pengolahan maupun tanpa proses pengolahan dan dapat langsung di minum. Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Tidak hanya karena sekitar 80 % tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi juga karena di dalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia (Hasyim, 2000). Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI.

No.

416/Menkes/Per/XI/1990 bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut : 1) Syarat kualitas terdiri atas a) Syarat fisik : bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. b) Syarat kimia: tidak mengandung zat – zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti racun, serta tidak mengandung mineral dan zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan. c) Syarat biologis : tidak mengandung organisme patogen. d) Syarat radioaktif : bebas dari sinar alfa dan sinar beta. 2) Syarat kuantitas, yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup dengan memperoleh 60 liter/hari/orang, sedangkan daerah perkotaan 100 – 150 liter/hari/orang. Sumber air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus memenuhi syarat yang sesuai dari segi konstruksi sarana pengolahan, pemeliharaan dan pengawasan kualitasnya. Karakteristik sumber air terdiri dari 23

a) Perusahaan air minum ( PAM ) : dari

segi kualitas relatif

sudah memenuhi syarat (fisik, kimia dan bakteriologis). b) Air

tanah

:

mutu

air

sangat

dipengaruhi keadaan

geologis setempat. c) Air hujan : biasanya

bersifat asam, CO2 bebas tinggi,

mineral rendah, kesadahan rendah. b. Sumur Gali Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1) Sumur dangkal ; Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan air hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan kelemahan utama pada mudahnya jenis sumur ini terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci, dan kakus. Tingkat kalaman sumur dangkal ini biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari permukaan tanah (Notoatmodjo, 2003) 2) Sumur Dalam; Sumber air Sumur Dalam berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan sumber airnya tidak terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi. Menurut Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan tanah. 24

Persyaratan sumur sehat antara lain: a) Syarat Lokasi atau Jarak Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah yaitu: Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir, Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya. b) Syarat Konstruksi Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur. o Dinding sumur gali: Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air atau pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan

batu

bata

tanpa

semen,

sebagai

bidang

perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang 2000) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari 25

perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. (Machfoedz 2004). o Bibir sumur gali. Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir . Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur o Lantai sumur gali. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000). Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kirakira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995). Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004). o Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air 26

dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sedangkan pada sumur

gali

yang

dilengkapi

pompa,

pada

dasarnya

pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, namun air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup. c. Penyediaan Jamban Keluarg 1) Pengertian Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau wc. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan kontaminasi pada air tanah. Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat yang harus dikeluarkan dari tubuh adalah bentuk tinja, air seni Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja.Adapun bagianbagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut. a) Rumah Kakus: Rumah kakus mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga. 27

b) Lantai Kakus; Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus c) Tempat Duduk Kakus; Melihat fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jadi di tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat. d) Kecukupan Air Bersih; Untuk menjaga keindahan jamban dari pandangan estetika, jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung sampai kotoran tidak mengapung di lubang jamban atau closet.Tujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga mencegah penyakit menular. e) Tersedia Alat Pembersih; Alat pembersih adalah bahan yang ada di rumah kakus didekat jamban. Jenis alat pembersih ini yaitu sikat, sapu, tisu dan lainnya. Tujuan alat pembersih ini agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. f) Tempat Penampungan Tinja; Adalah rangkaian dari sarana pembuangan

tinja

yang

fungsinya

sebagai

tempat

mengumpulkan kotoran atau tinja.

28

g) Saluran Peresapan; Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan

tinja

yang

lengkap

untuk

mengalirkan

dan

meresapkan cairan yang bercampur kotoran atau tinja. 2) Jenis Jamban Keluarga Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang tercukupi dan berada di dalam rumah. Jamban atau kakus dapat dibedakan atas beberapa macam: a) Jamban cemplung

yaitu Jamban yang tempat penampungan

tinjanya dibangun di bawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter. b) Jamban Empang adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam. c) Jamban Kimia adalah Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain. Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu di buang lagi.

29

d) Jamban Leher Angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2003). 3) Syarat Jamban Sehat Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum. b) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. c) Cukup luas dan landai atau miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya. d) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya. e) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. f) Cukup penerangan g) Lantai kedap air h) Ventilasi cukup baik i) Tersedia air dan alat pembersih. Agar persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain:

30

a) Sebaiknya jamban tertutup, artinya jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang lain, juga terlindung dari pandangan orang. b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat serta tempat berpijak yang kuat. c) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau. d) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. e) Sebaiknya letak pembuangan jamban dengan sumber air bersih adalah kurang lebih 10 meter. 4) Tinja Sebagai Sumber Penularan Penyakit. Pembungan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat kesehatan seringkali berhubungan dengan kurangnya penyedian air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Hal yang demikian ini dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang ditularkan oleh tinja seperti : kholera, diare, cacingan dan penyakit lainnya. Jamban yang dapat memberi pengaruh langsung atau tidak langsung

terhadap

status

kesehatan

masyarakat.

Pengaruh

langsung misalnya, dapat mengurangi insiden penyakit tertentu seperti kholera, hepatitis dan lain-lain, sedangkan hubungan tidak langsung berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan. Lebih dari 50 jenis infeksi oleh virus, bakteri maupun mikroorganisme dapat ditularkan dan diderita masyarakat seperti diare, kholera, penyakit saluran pernapasan jika ekstreta atau tinja 31

dibuang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu jamban keluarga sangat

dibutuhkan

untuk

digunakan

oleh

masyarakat

(Kusnoputranto,1997). Cara penularan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pembuangan tinja tergantung dari kondisi sanitasi suatu tempat. Secara umum penyebaran penyakit dari tinja manusia dapat melalui air, tangan, makanan dan minuman serta tanah (Soemirat,2000).

D. Tinjauan Empiris Hasil penelitian yang dilakukan Septian Bummo (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Diloloda Kecamatan Kota Barat Gorontala (p=0,004) Hasil penelitian yang dilakukan Septian Bummo (2012) menyatakan bahwa ad hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Diloloda Kecamatan Kota Barat Gorontala (p=0,000) Penelitian mengenai faktor yang berhbungan penyakit daire di wilayah kerja Puskesmas Makang menujukkan bahwa ada hubungan jamban keluarga (p=0,003), sarana air bersih (p=0,000) dan kebiasaan mencuci tangan (p=0,003) dengan kejadian penyakti diare ( Umiati, 2009) Pengetahuan yang kurang juga akan mampu mempengaruhi terjadinya penyakit diare karena dengan penhgetahuan yang kurang maka langkah pencegahan akan tidak dilakukan karena adanya ketidak tahuan mengenai hal itu. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Malika dkk (2011) menujukkan bahwa pengetahuan dan status gizi merupakah variabel yang berhubungan 32

dengan kejadian diare dengan hasil p=0,003 (pengetahuan) dan p=0,007 (status gizi)

33

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Faktor Diare yang disebabkan oleh kesehatan lingkungan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia baik yang ditinjau dari angka kesakitan maupun angka kematian yang ditimbulkan. Faktor pengetahuan memegang peranan dalam memberikan andil terhadap upaya seseorang dalam meningkatkan status kesehatannya seperti melakukan pencegahan antara lain selalu menggunakan air bersih, mencuci tangan sebelum makan, dan sesudah buang air besar dengan sabun dan menggunakan jamban apabila buang air besar. Dengan demikian diasumsikan bahwa jika seseorang kurang mengetahui dan memahami tentang penyakit diare khususnya penyebab dan cara pencegahan maka akan memberi peluang yang besar untuk seseorang menderita penyakit Diare. Faktor kondisi sarana air bersih yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air

terutama pada sumur gali. Hal ini akan

mempermudah penularan penyakit terutama penyakit diare yang disebabkan akibat

sumber sarana air bersih yang sudah terkontaminasi oleh kotoran

manusia. Hal ini dapat terjadi akibat sumber sarana air bersih yang sudah terkontaminasi oleh kotoran manusia akibat organisme pathogen telah mencapai kedalam air sehingga akan akan masuk atau ikut mencemari makanan yang kemudian dikonsumsi oleh seseorang yang daya tahan tubuhnya lemah terhadap suatu penyakit tertentu, yang salah satunya adalah

34

penyakit diare. Kondisi yang demikian ini diakibatkan karena kondisi kualitas sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi Jamban kelurga ikut juga berperan atau berpengaruh dalam penularan penyakit Diare apabila sarana fisik jamban keluarga sudah tidak memenuhi syarat kesehatan maka dipastikan tanah disekitar sarana tersebut sudah tercemar oleh tinja atau kotoran manusia seperti telur-telur cacing yang biasa masuk langsung kedalam tubuh manusia melalui kontak tanah dan kulit, sehingga bila menimbulkan kelainan atau cacat tubuh. Secara tidak langsung bibit yang berasal dari tinja telah tercampur dengan tanah tanah atau debu kemudian masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan, sehingga manusia akan tertular penyakit setelah mengkonsumsi makanan terkontaminasi atau tercemar. Takhanya pengetahuan danfaktor lingkungan saja yang mampu menyebabkan terjadinya penyakit diare. Kebiasaan mencuci tangan mampu mempengaruhi terjadinya penyakit diare karena keadaan tangan yang tidak bersih akan menjadi perantara antara kuman dan manusia. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti disini adalah tingkat pengetahuan, sarana air bersih dan jamban keluarga dalam hubungannya dengan kejadian Penyakit Diare. Secara sederhana dapat digambarkan dalam kerangka konsepsional hubungan variabel yang teliti sebagai berikut :

B. Kerangka Konsep Berdasarkan dasar pemikiran diatas maka kerangka konsep dapat di buat sebagai berikut.

35

Pengetahuan Sarana Air Bersih Kejadian Penyakit Diare

Jamban Keluarga

Mencuci Tangan

: Variabel Dependen : Variabel Independe yang di Teliti : Garis penghubung antara Variabel Gambar 1. Kerangka Konsep

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas: Tingkat Pengetahuan, Sarana Air Bersih, Jamban Keluarga, Kebiasaan mencuci tangan, status gizi b. Variabel Terikat: Kejadian Diare 2. Definsi Opersional 1. Kejadian Diare Kejadian Diare adalah buang air besar yang ditandai dengan perubahan bentuk konsistensi tinja yang lembek atau sampai mencair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari. Kriteria Objektif Menderita

: Berdasarkan hasil diagnosa Dokter menderita Diare 36

Tidak menderita : Berdasarkan hasil diagnosa Dokter tidak menderita ………...Diare 2. Pengetahun Responden Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan obyek ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertetu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Kriteria penelitian berdasarkan skala Gutman. Kriteria

penilaian didasarkan atas jumlah pertanyaan

keseluruhan yaitu sebanyak 10

( Sepuluh ) pertanyaan. Setiap

pertanyaan mempunyai bobot niali antara 0-1 bila menjawab ‘”ya” di beri skor “1” dan bila menjawab tidak di beri skor “0” Total skor adalah jumlah skor pada masing masing pertanyaan sikap sehingga diperoleh skor nilai : 10

Skor tertinggi : 10x1=10 ( 10 𝑥 100% = 100%) 0

Skor terndah : 10x0=0( 10 𝑥 100% = 0 %) Kemudian diukur dengan menggunakan rumus interval sebagai 𝑅

berikut : 𝐼 = 𝐾 Keterangan I

= Interval kelas

R

= Range atau kisaran yaitu nilai tertinggi-nilai terendah = 100%-0%=100%

K

= Kategori, Jumlah Kategori sebanyak 2 yaitu kurang dan

…….. …cukup 𝑅

I=𝐾 37

100

I=

2

=50%. Maka Intervalnya 100%-50%=50%

Kriteria Objektif Cukup

: Apabila responden memperoleh skor ≥ 50% dari total skor ...jawaban yang tepat.

Kurang

: Apabila responden memperoleh skor < 50% dari total skor ...jawaban yang tepat.

3. Sarana Air Bersih Sarana air bersih adalah kondisi yang digunakan sebagai sarana air bersih bagi penghuni rumah yang dipakai sehari-hari. Kriteria Obyektif Memenuhi Syarat

: Apabila kondisi sarana air bersih dalam ……….keadaan memenuhi syarat tidak bersa, ……….tidak berbau dan tidak berwarna

Tidak Memenuhi Syarat :

: Apabila kondisi sarana air bersih dalam

……….keadaan tidak memenuhi syarat yakni ……….berbau, berasa dan berwarna 4. Jamban Keluarga (JAGA) Jamban keluarga adalah kondisi jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan yang digunakan oleh responden bersama anggotanya dalam kehidupan sehari-hari. Kriteria Objektif Memenuhi Syarat

:.Apabila ………...mencemari

jamban

keluarga

tidak

SAB,

memiliki

alat 38

………...pembersih, dilengkapi dinding, cukup ………...penerangan, dan latai kedap air Tidak Memenuhi Syarat

:.Apabila jamban keluarga mencemari

………...SAB, tidak memiliki alat pembersih, ………...tidak dilengkapi dinding, tidak cukup ………...penerangan, dan latai tidak kedap air 5. Kebiasaan Mencuci Tangan kebiasaan responden mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah melakukan aktifitas atau kegiatan lainnya. Kriteria penelitian berdasarkan skala Gutman. Kriteria

penilaian didasarkan

atas jumlah pertanyaan keseluruhan yaitu sebanyak 10

( sepuluh )

pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai bobot niali antara 0-1 bila menjawab ‘”ya” di beri skor “1” dan bila menjawab tidak di beri skor “0” Total skor adalah jumlah skor pada masing masing pertanyaan sikap sehingga diperoleh skor nilai : 10

Skor tertinggi : 10x1=10 ( 10 𝑥 100% = 100%) 0

Skor terndah : 10x0=0( 10 𝑥 100% = 0%) Kemudian diukur dengan menggunakan rumus interval sebagai 𝑅

berikut : 𝐼 = 𝐾 Keterangan I

= Interval kelas

R

= Range atau kisaran yaitu nilai tertinggi-nilai terendah = 100%-0%=100%

39

K

= Kategori, Jumlah Kategori sebanyak 2 yaitu positif dan

……..negatif 𝑅

I=𝐾 100

I=

2

=50%. Maka Intervalnya 100%-50%=50%

Kriteria Objektif Baik

:.Apabila responden mejawab dengan skor ≥50% dari

………………..keseluruhan pertanyaan Kurang

:.Apabila responden mejawab dengan skor <50% dari ..

…………..

..keseluruhan pertanyaan

D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengetahuan Ho :.Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan Kejadian ..Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Konawe Utara .. Ha :.Ada hubungan antara tingkat

pengetahuan

dengan Kejadian

..penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Konawe Utara ... 2. Sarana Air Bersih Ho :.Tidak ada hubungan antara

sarana air bersih dengan kejadian

..Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Konawe Utara .. Ha :.Ada hubungan antara Sarana air bersih dengan kejadian Penyakit ..Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Konawe Utara

40

3. Jamban Keluarga Ho

:.Tidak Ada Hubungan antara Jamban Keluarga dengan kejadian ..Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten ..Konawe Utara

Ha

:.Ada Hubungan antara Jamban Keluarga dengan kejadian Penyakit ..Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Konawe Utara

4. Kebiasaan Mencucui Tangan Ho

:.Tidak Ada Hubungan antara kebiasaan mencucui tangan dengan ..kejadian Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe ..Kabupaten Konawe Utara

Ha

:.Ada Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian ..Penyakit Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Konawe Utara

41

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional study, yaitu untuk mempelajari hubungan dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya tiap variabel penelitian hanya diobservasi sekali saja dan diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005) Populasi (sampel)

Faktor Risiko +

Efek +

Efek -

Faktor Risiko -

Efek +

Efek -

Gambar 2. Alur Penelitian Cross Sectional

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober sanpai 14 November tahun 2015. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara

42

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah Kepala Keluarga DI desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara dengan jumlah 232 KK 2. Sampel Sampel adalah himpunan sebagian dari populasi. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Notoatmodjo ( 2010 ) : 𝑵

n = 𝟏+𝑵 (𝒅²) Keterangan : n

=

Besar sampel

N

=

Besar Populasi

d2

=

tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan.= 0,1 𝑵

n = 𝟏+𝑵 (𝒅²) 𝟐𝟑𝟐

n = 𝟏+𝟐𝟑𝟐(𝟎.𝟎𝟏) 𝟐𝟑𝟐

n = 𝟏+𝟐,𝟑𝟐 𝟐𝟑𝟐

n = 𝟑,𝟑𝟐 n=

69,87 (70) responden Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70

responden di tentukan dengan simple random sampling.

43

D. Pengumpulan Data 1. Jenis Data Jenis data yang akan digunakan dan dianalisis berupa data kuantitatif yaitu skor dari variabel

yang diteliti, meliputi pengetahuan

responden tentang Penyakit Diare, Sarana air bersih, Jamban Keluarga terhadap kejadian Penyakit Diare. 2. Sumber Data a. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner. b. Data Sekunder Data sekunder dari Puskesmas Molawe maupun data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, data penduduk yang diperoleh dari kecamatan Molawe serta data penduduk yang diperoleh dari Kantor Kelurahan dan Desa. 3. Cara pengumpulan Data Cara

pengumpulan

data

dilakukan

dengan

kuesioner

menggunakan inspeksi sanitasi jamban keluarga dan sumur gali. 4. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner dan lembar inspeksi sanitasi

berupa sejumlah pertanyaan

yang telah disediakan oleh peneliti.

44

E. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memproses data atau ringkasan data berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara. a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data. c. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer. d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. (Notoatmodjo, 2003). 2. Analisis Data Analisa data pada penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Teknik analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel Independent, variabel Dependent dan karakteristik responden.

45

b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masingmasing

variabel

Independent

dan

variabel

Dependent

dengan

menggunakan uji Chi-Square (X2). (Sabri, 2006). Rumus Chi-Square sebagai berikut: X²∑

(𝑓𝑜−𝑓ℎ)² 𝑓ℎ

Keterangan : X2 = chi-square fo = frekuensi observasi fh = frekuensi harapan Interprestasi hasil uji, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α=0.05) dengan tingkat kepercayaan 95%. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005) Kriteria penolakan: a. Bila X2 hitung > X2 tabel, Maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Bila X2 hitung < X2 tabel, Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent digunakan uji koefisien Phi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002) Rumus koefisien Phi sebagai berikut: 𝑋²

φ=√ 𝑛

Interpretasi Nilai phi (φ) : 0 - 0,25= Hubungan lemah 0,26 – 0,5= Hubungn sedang 46

0,51 – 0,75= Hubungan kuat 0,76 – 1= Hubungan sangat kuat Berikut ini contoh tabel rencana analisis (Sastroasmoro, 2010) Tabel 2 Tabel 2 x 2 Kriteria

Efek (+)

Efek (-)

Jumlah

Positif Negatif

A C

B D

a+b c+d

Jumlah

a+c

b+d

a+b+c+d

RP = a/(a+b) : c/(c+d) Keterangan : RP : Rasio Prevalens a : Responden dengan risiko positif yang mengalami efek (+) b : Responden dengan risiko positif yang mengalami efek (-) c : Responden dengan risiko negatif yang mengalami efek (+) d : Responden dengan risiko negatif yang mengalami efek (-) 3. Penyajian Data Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang disertai dengan narasi yang menjelaskan isi tabel tersebut.

F. Etika Penelitian Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek. Dalam penelitian ini, menekankan masalah etika meliputi antara lain :

47

1. Informed consent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hakhak subjek. 2. Anonimility (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian. .

48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Molawe merupakan Desa yang berada di Kecamatan Molawe dengan dengan luas wilayah sebesar 36,506 Ha.

Batas-batas wilayah

Desa Molawe yakni : 

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Andowia



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lasoso Desa Watukila



Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kabupaten konawe kecamatan anggaberi



Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda

2. Keadaan Demografis a. Jumlah Penduduk Jumlah

penduduk

di

Desa

Molawe

dari

hasil

registrasi

menunjukkan bahwa jumlah penduduk terakhir tahun 2014 adalah 1.109 jiwa dengan jumlaj kepala keluaga sebanya 232 KK. 3. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya a. Sosial Budaya Kondisi masyarakat di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya terutama faktor tradisi, bahasa, kepercayaan, serta sistem nilai yang masih ada dalam kehidupan masyarakat setempat. Untuk agama, masyarakat di Desa Molawe mayoitas beragama islam. 49

Jumlah tempat ibadah di Desa Molawe cukup memadai karena sudah terdapat mesjid di setiap Dusun. b. Ekonomi Keadaan sosial ekonomi masyarakat di Desa Molawe cukup beragam hal ini dapat kita lihat dari jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh sebagaian besar masyarakat di desa molawe Dari segi pendidikan di Desa Molawe cukup memiliki potensi hal ini dibuktikan

dengan

adanya

Sekolah

Dasar,

Sekolah

Menengah

Pertama,. Sebagian besar penduduk di Desa Molawe bermata pencaharian sebagai petani dan hanya sebagaia Kecil yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil, pedagang dan nelayan.

B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Jenis Kelamin Pria Wanita Jumlah

n 29 41 70

% 41,4 58,6 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 41,4% dan wanita sebanyak 58,6%

50

b. Umur Tabel 4 . Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Umur 21-30 31-40 >41 Jumlah

n 23 33 14 70

% 32,9 47,1 20,0 100

Tabel diatas menunjukkan responden terbanyak berada pada kelompok umur 31-40 yakni 47,1% dan responden yang paling sedikit berada pada kelompok umur 41 yakni 20,0% c. Pekerjaan Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Pekerjaan Petani Pedagang PNS Jumlah

n 56 6 8 70

% 80,0 8,6 11,4 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang terbanyak memiliki pekerjaan sebagai petai yakni 80,0% dan responden yang paling sedikit memiliki pekerjaan sebagai pedagang yakni 8,6% d. Pendidikan Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Pendidikan SD SMP SMA PT Jumlah

N 5 7 50 8 70

% 7,1 10,0 71,4 11,4 100

51

Tabel diatas menunjukkan responden yang terbanyak memiliki pendidikan SMA sebanyak 71,4% dan responden yang paling sedikit memiliki pendidikan SD sebanyak 7,1% 2. Analisis Univariat a. Diare Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian DIare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Diare Menderita Tidak Menderita Jumlah

N 21 49 70

% 30 70 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang menderita diare sebanyak 30% dan responden yang tidak menderita diare sebanyak 70% b. Pengetahuan Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian DIare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Pengetahuan Cukup Kurang Jumlah

N 30 40 70

% 42,9 57,1 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang pengetahuannya dalam

criteria

kurang

sebanyak

57,1%

dan

responden

yang

pengetahuannya dalam kriteria cukup sebanyak 42,9%

52

c. Sarana air bersih Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Sarana Air Bersih Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah

n 30 40 70

% 42,9 57,1 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang sarana air bersihnya tidak memenuhi syarat sebanyak 57,1% dan responden yang sarana air bersihnya yang memenuhi syarat sebanyak 42,9% d. Jamban Keluarga Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Jamban Keluarga di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Jamban Keluarga Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah

n 28 42 70

% 40,0 60,0 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang jamban keluarganya tidak memenuhi syarat sebanyak 60% dan responden yang jamban keluarganya memenuhi syarat sebanyak 40% e. Kebiasaan Cuci Tangan Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencucui Tangan di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Kebiasaan Mencuci Tangan Baik Kurang Jumlah

n

%

27 43 70

38,6 61,4 100

Tabel diatas menunjukkan responden yang kebiasaan mencuci tangannya dalam criteria kurang sebanyak 61,4% dan responden yang kebiasaan mencucui tangannya dalam criteria baik sebanyak 38,6% 53

3. Analisis Bivariat a. Pengetahuan Tabel 12. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadaian Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Diare Jumlah Menderita Tidak Menderita N % n % n % Cukup 3 4,3 27 38,6 30 42,9 Kurang 18 25,7 22 31,4 40 57,1 Jumlah 21 30,0 49 70,0 70 100 X2 hitung = 8,403 > X2 tabel = 3,841 Phi (φ)= 0,378

Pengetahuan

Tabel

diatas

menunjukkan

bahwa

responden

yang

pengetahuannya kurang yakni 57,1% terdapat 25,7% yang menderita diare dan 31,4% yang tidak menderita diare, sedangkan responden yang pengetahuannya dalam kriteria cukup yakni 42,9% terdapat 4,3% yang menderita diare dan 38,6% yang tidak menderita diare. Hasil analisis menunjukkan X2 hitung = 8,408 > dari X2 tabel yang menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan interprestasi nilai phi (φ) = 0,378 menujukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan sedang terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

54

b. Sarana Air Bersih Tabel 13. Hubungan Sarana Air Bersih Dengan Kejadaian Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Diare Menderita Tidak Menderita n % N % 2 2,9 28 40,0

Sarana Air Bersih

Jumlah n 30

Memenuhi syarat Tidak memenuhi 19 27,1 21 30,0 40 syarat Jumlah 21 30,0 49 70,0 70 2 2 X hitung = 11,736 > X tabel = 3,841 Phi (φ)= 0,441

% 42,9 57,1 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang sarana air bersihnya tidak memenuhi syarat yakni 57,1% terdapat 27,1% yang menderita diare dan 30,0% yang tidak menderita diare, sedangkan responden yang sarana air bersihnya yang memenuhi syarat yakni 42,9% terdapat 2.9% yang menderita diare dan 40,0% yang tidak menderita diare. Hasil analisis menunjukkan X2 hitung = 11,763 > dari X2 tabel yang menyatakan bahwa sarana air bersih mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe

Utara.

menujukkan

Berdasakan

bahwa

interprestasi

pengetahuan

nilai

mempunyai

Phi

(φ)=

hubungan

0,441 sedang

terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

55

c. Jamban Keluarga Tabel 14. HubunganJaga Dengan Kejadaian Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Jamban Keluarga

Diare Menderita Tidak Menderita n % N % 2 2,9 26 37,1

Jumlah n 28

Memenuhi syarat Tidak memenuhi 19 27,1 23 32,9 42 syarat Jumlah 21 30,0 49 70,0 70 2 2 X hitung = 9,876 > X tabel = 3,841 Phi (φ)= 0,407

% 40,0 60,0 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang jamban keluarganya tidak memenuhi syarat yakni 60,0% terdapat 27,1% yang menderita diare dan 32,9% yang tidak menderita diare, sedangkan responden yang jamban keluarganya yang

memenuhi syarat yakni

40,0% terdapat 2.9% yang menderita diare dan 37,1% yang tidak menderita diare. Hasil analisis menunjukkan X2 hitung = 9,876 > dari X2 tabel yang menyatakan bahwa jamban keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan interprestasi nilai Phi (φ)= 0,407 menujukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan sedang terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabu;aten Konawe Utara.

56

d. Kebiasaan mencucui tangan Tabel 15. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Dengan Kejadaian Diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Diare Jumlah Kebiasaan Mencuci Menderita Tidak Menderita Tangan N % n % n % Baik 3 4,3 24 34,3 27 38,6 Kurang 18 25,7 25 35,7 43 61,4 Jumlah 21 30,0 49 70,0 70 100 X2 hitung = 6,075 > X2 tabel = 3,841 Phi (φ)= 0,327 Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang kebiasaan mencuci tangannya dalam criteria kurang yakni 61,4% terdapat 25,7% yang menderita diare dan 35,7% yang tidak menderita diare, sedangkan responden yang kebiasaan mencucuitangannya dalam criteria baik yakni 38,6% terdapat 4,3% yang menderita diare dan 34,3% yang tidak menderita diare. Hasil analisis menunjukkan X2 hitung = 6,075 > dari X2 tabel yang menyatakan bahwa kebiasaan mencucui tangan mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan menujukkan

bahwa

interprestasi nilai Phi (φ)= 0,327

pengetahuan

mempunyai

hubungan

sedang

terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabu;aten Konawe Utara.

57

C. Pembahasan 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan obyek ini terjadi setelah orang

melakukan

penginderaan

terhadap

suatu

obyek

tertetu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan Berdasarkan hasil analisis univariat menujukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang sebanyak 40 (57,1%) dan responden yang pengetahuannya cukup sebanyak 30 (42,9%). Hal tersebut menujukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang pengetahuaanya cukup. Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dikarenakan sebagian dari responden memiliki tingkat pnedidikan yang rendah karena sebagian besar dari reonden hanya mencapai tingkat pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sementara jenjang pendidikan tinggi seperti strata 1 sangat minim serta kurang penyuluhan dari pihak tenaga kesehatan mengenai masalah kesehatan, terutama mengenai penyakit diare terhadap masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan khususnya penyakit diare sangat kurang. 58

Haasil analisis bivariat menunjukkan bahwa X2 hitung = 8,408 > dari X2 tabel yang berarti Ho di tolak dan Ha di terima yang menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan interprestasi nilai phi (φ) = 0,378 menujukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan sedang terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabu;aten Konawe Utara Berdasarkan responden yang pengetahuannya kurang yakni 57,1% terdapat 31,4% yang tidak menderita diare. Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dikarenakan sebagian dari responden mempunyai sarana air yang baik serta jamban keluarga yang baik dan sebagian responden juga sudah terbiasa melakukan perilaku yang sehat seperti mencuci tangan ketika hendak makan meskipun mereka tidak mengetahui bahwa hal tersebut bisa mencegah terjadinya penyakit diare. Berdasrkan responden yang pengetahuaanya cukup yakni 42,9% terdapat 4,3% yang menderita diare. Hal tersebut dikarenakan sebagian dari responden tidak mengaplikasikan pengetahuan mereka di kehidupan sehari hari seperti menjaga kebersihan tangan dan perilaku yang mampu mencegah penyakit diare yang sudah mreka katehaui serta sumber air mereka juga kurang bersih dan jamban keluarga mereka kurang bersih sementara mereka tahu banwa hal tersebut dapat menyebabkan penyakit diare. Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Lina Malika dkk (2011) menujukkan bahwa pengetahuan merupakah variabel yang berhubungan dengan kejadian diare dengan hasil p=0,003 59

Berdasrakan hasil penelitian tersebut maka hal yang harus dilakukan untuk menaggulangi hal tersebut yakni sebaiknya pemerintah setempat yang bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam hal ini pihak Puskesmas agar lebih mampu memberikan pengetahuan mengenai cara mencegagah

penyakit

diare

sehingga

masyarakat

tahu

dan

bisa

diaplikasikan dalam kehidupan mereka. 2. Sarana Air Bersih Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Meskipun demikian, air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau belum tentu aman dikonsumsi. Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan baik yang melalui proses pengolahan maupun tanpa proses pengolahan dan dapat langsung di minum. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416/Menkes/Per/XI/1990 bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sekurang kurangnya memenuhi syarat fisik: bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Syarat kimia: tidak mengandung zat – zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti racun, serta tidak mengandung mineral dan zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan.

Syarat biologis : tidak mengandung organisme

patogen. Syarat radioaktif : bebas dari sinar alfa dan sinar beta. Berdasarkan hasil nalaisis univariat menujukkan bahwa reponden yang sarana air bersihnya memenuhi syarat lebih sedikit yakni 30 (42,9%) dibandingkan dengan responden yang sarana air

bersihnya tidak

memenuhi syarat yakni 40 (57,1%). Hal tersebut dikarenakan sebagian dari reponden masih menggunakan sarana air bersih seperti sumur gali yang tidak memenuhi syarat dimana air yang mereka gunakan tidak mmenuhi 60

syarat fisik air seperti tidak berwarna, berbau dan berasa serta responden yang menggunakan air dari PDAM juga merasa air yang dipasok kepada mereka tidak memenuhi syarat karena warnanya keruh dan berbau. Hasil analisis bivariat menunjukkan X2 hitung = 11,763 > dari X2 tabel yang berarti Ho di tilak dan Ha di terima yang menyatakan bahwa sarana air bersih mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan interprestasi nilai Phi (φ)= 0,441 menujukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan sedang terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Berdasrkan responden yang sarana air bersihnya tidak memenuhi syarat yakni 57,1 terdapat 30,0% yang tidak menderita diare. Hal tersbut dikarenakan sebagian dari responden memiliki status gizi yang baik serta responden juga mengolah air baku yang tidak memenuhi syarat terseut sebelum dikonsumsi sehingga

memenuhi syarat dan

layak untuk

dikonsumsi. Beponden yang saran air bersihnya memenuhi syarat yakni 42,9% terdapat 2,9% yang menderita diare. Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dikarenakan sebagian dari responden mempunyai status gizi yang kurang yang menjadikan daya tahan tubuh repsonden menjadi lemah dan mudah terjangkit penyakit khususnya penyakit diare. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneitian yang dilakukan Septian Bummo (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Diloloda Kecamatan Kota Barat Gorontala (p=0,004) 61

Dengan hasil penelitian tersebut maka hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakti diare yang bersumber dari sarana air bersih yakni sebaiknya pemerintah setempat bekerja sama dengan PDAM harus lebih bisa memasok air yang memenuhi syarat kepada masyarakat dan mengurangi pencemaran pada sumber air bersih tersebut seingga air yang di pasok kemasyarakat memenuhi syarat dan standar kesehatan serta bagi amsyarakat yang menggunakan sumur gali sebagai sarana air bersih agar diberikan pengetahuan dari pihak kesehatan mengenai syarat pembuatan sumur gali yang memenuhi syarat dan standar kesehatan. 3. Jamban keluarga Jamban keluarga erat kaitannya dengan kotoran manusia. Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat yang harus dikeluarkan dari tubuh adalah bentuk tinja, air seni. Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau wc. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan kontaminasi pada air tanah. Berdasarkan hasil analisis univariat menujukkan bahwa responden yang jamban keluaganya tidak memenuhi syarat yakni 42 (60,0%) lebih banyak dibandngkan dengan responden yang jamban keluarganya memenuhi syarat yakni 28 (40,0%). Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dikarenakan sebagian dari reponden memiliki jamban keluarga yang mencemari sumber ait bersh seperti sumur gali karena jarak jamban dengan sarana air bersih kurang dari 10m, lantai sebagian dari jamban

62

yang di miliki responden tidak kedap air serta sebagian juga masih memiliki jamban yang tidak dilengkapi dengan atap dan tidak tersedia alat pembersih yang memadai. Hasil analisis bivariat menujukkan X2 hitung = 9,876 > dari X2 tabel yang menyatakan bahwa jamban keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan interprestasi nilai Phi (φ)= 0,407 menujukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan sedang terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabu;aten Konawe Utara. Berdasarkan responden yang jamban keluarganya tidak memenuhi syaratyakni terdapat 32,9% yg tidak menderita diare. Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut di karenakan sebagian dari responden memang memiliki imunitas tubuh yang kuat yang didukung dengan status gizi yang baik sehingga meskipun jamban kelurga mereka tidak memenuhi syarat belum tentu mereka akan terkena penyakit diare serta jamban yang tidak memenuhi syarat yang mereka gunakan mempumyai jarak yang lumayan jauh dari sumber air yang mereka gunakan sehingga bakteri dalam tinja dalam hala ini E.coli tidak mencemari sumber air bersih yang responden gunakan. Berdasarkan jumkah rsponden yang jamban keluarganya memenuhi syarat yakni 40,% terdapat 2,9% yang menderita diare. Berdasarkan hasil peneitian hal trsebut dikarenakan sebagian dari responden memang memiliki kebiasaan atau perilaku yang buruk seperti tidak sering mencucui tangan sebelum mengkonsusmsi makanan serta status gizi mereka juga 63

kurang yang memunginkan penyakit akan sangat mudah menyerang mereka karena imuntas tubuh mereka yang tidak kuat yang disebabkan oleh kurangnnya status gizi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian ( Umiati, 2009) mengenai faktor yang berhbungan penyakit daire di wilayah kerja Puskesmas Makang menujukkan bahwa ada hubungan jamban keluarga (p=0,003) keluarga dengan kejadian penyakti diare Dengan hasil penelitian tersebut maka hal yang harus dilakukan untuk menanggulangi terjadinya penyakit diare yang bersumber dari jamban

keluarga

yakni

sebaknya

pihak

kesehatan

lebih

mampu

menerangkan kepad masyarakat mengenai cara pembuatan JAGA yang memenuhi syarat serta cara pemeliharaan JAGA sehingga tetap bersih agar JAGA tersebut tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadp derajat kesehatan masyarakat. 4. Kebiasaan mencucui tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan adalah bagian penting dalam pencegahan penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu

(misalnya

kebiasaan

mencuci tangan

yang

benar) dapat

memutuskan penularan. Kebeiasaan mencucuci tangan yang kurang akan membuat

keadaan

tangan

menjadi

tidak

bersih

yang

mampu

memyebabkan kuman masuk ekdalam tubuh ketika hendak mengonsumsi makanan dengan keadaan yang tidak sehat tersebut. Hasil

analisis

univariat

menujukkan

bahwa

responden

yang

kebiasaan mencuci tangannya dalam kriteria kurang yakni 43 (61,4%) lebih 64

banyak di bandingkan dengan rsponden yang kebiasaan mencucui tangannya dalam kriteria baik yakni 27 (38,6%). Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dikarenakan seagian dari responden memang belum terlalu mengerti mengenai apa manfaat dari kebiasaan mencuci tangan yang baik karena sesuai penelitian masih banyak diatara responden yang yang tidak sering mencuci tangan ketika hendak menyuapi makan anaknya dan mengonsumsi makanan serta masih banyak diantara responden ketika mencucui tangan tidak menggunakan sabun dan reponden mencuci tangan tidak melakukannya dengan benar seperti contohnya tidak membersihkan bagian kuku dan jari tangan. Hasil analisis bivariat menunjukkan X2 hitung = 9,876 > dari X2 tabel yang menyatakan

bahwa

kebiasaan mencucui tangan mempunyai

hubungan dengan kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupten Konawe Utara. Berdasakan

interprestasi nilai Phi (φ)= 0,327

menujukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan sedang terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabu;aten Konawe Utara. Brdasarkan responden yang kebiasaan mencucui tangaannya dalam criteria kurang yakni 61,4% terdapat 35,7% yang tidak menderita diare. Berdasarkan hasil penelitian hal tersebut dikarenakan responden memiliki daya tahan tubuh yang baik yang di dukung dengan status gizi yang baik serta sanitasi dasar responden juga seperti jamban dan sarana air bersihnya memenuhi syarat. Maka dari itu meskipun kebiasaan mencucui tangan responden dalam kriteria kurang jika responden di dukung dengan hal tersebut maka responden belum tentu bisa terkena diare. 65

Diantara resonden yang kebiasaan mencucui tangannya dalam kriteria baik yakni 38,6% terdapat 4,3% yang menderita diare. Sesuai hasil penelitian hal tersebut dikarenakan responden memilki sarana sanitasi dasar seperti jamban kearga yang tidak memenuhi syarat serta sarana air bersih yang mereka gunakan juga tidak memenuhi syarat yang bias menjadi pemicu mengakibatkan terjadinya penyakit diare Penelitian ini sejalan dengan penelitian ( Umiati, 2009) mengenai faktor yang berhbungan penyakit daire di wilayah kerja Puskesmas Makang menujukkan bahwa ada hubungan kebiasaan mencuci tangan (p=0,003) keluarga dengan kejadian penyakti diare Dengan hasil peneitian tersebut maka hal yang harus dulakukan untuk mencegah terjadinya diare yang bersumber dari kebiasaan mencuci yangan yakni sebaiknya tenaga kesehatan harus mampu memberitahunkan kepada masyarakat mengenai dampak negatif dan positif dari kebiasaan mencucui tangan baik itu penyampaiyan secara langsung melalui media penyuluhan

serta

penyampaiyan

secara

tidak

langsung

dengan

menggunakan poster.

66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan sedang antara pengetahuan terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara 2. Ada hubungan sedang antara sarana air bersih terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara 3. Ada hubungan sedang antara jamban keluarga terhadap terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara 4. Ada hubungan sedang antara kebiasaan mencuci tangan terhadap kejadian diare di Desa Molawe Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara

B. Saran 1. Diharapkan sebaiknya pemerintah setempat yang bekerja sama dengan pihak Puskesmas memberikan pengetahuan mengenai cara mencegagah penyakit diare sehingga masyarakat tahu dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan mereka. 2. Sekiranya masyarkat bersama dengan pemerintah setempat bekerja sama dengan PDAM untuk mengurangi pencemaran pada sumber air bersih tersebut seingga air yang di pasok kemasyarakat memenuhi syarat dan standar kesehatan serta bagi masyarakat yang menggunakan sumur gali 67

sebagai sarana air bersih agar diberikan pengetahuan dari pihak kesehatan mengenai syarat pembuatan sumur gali yang memenuhi syarat dan standar kesehatan. 3. Sebaiknya pihak kesehatan harus lebih mampu menerangkan kepada masyarakat mengenai cara pembuatan jamban keluarga yang memenuhi syarat serta cara pemeliharaan jamban keluarga sehingga tetap bersih agar jamban keluarga tersebut tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadp derajat kesehatan masyarakat. 4. Sebaiknya tenaga kesehatan harus mampu menyampaikan kepada masyarakat mengenai dampak negatif dan positif dari kebiasaan mencuci tangan baik itu penyampaiyan secara langsung melalui media penyuluhan serta penyampaiyan secara tidak langsung dengan menggunakan poster.

68

Related Documents

Isi
October 2019 65
Isi
November 2019 55
Isi
July 2020 29
Isi
May 2020 40
Isi
April 2020 41
Isi
November 2019 59

More Documents from "Shahzad Asghar Arain"