Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 1
BAB I MARIA DALAM KITAB SUCI DAN PERKEMBANGAN PADA AWAL TRADISI 1.1
Maria dalam Kitab Suci Perjanjian Baru Kitab Suci Perjanjian Baru memiliki sedikit minat historis mengenai Maria. Yang terlihat
jelas minat teologis, baik dalam hubungan dengan Yesus Kristus maupun relasi dengan gereja. Kitab Suci Perjanjian Baru memuat hanya 152 ayat yang berhubungan dengan Bunda Maria. Dari ke-152 ayat itu masing-masing terdapat dalam surat Paulus 1 ayat; Lukas 89 ayat, Kisah Para Rasul 1 ayat dan sisanya pada Markus, Matius, dan Yohanes.Pengakuan “Maria, Ibu Yesus” ditemukan juga pada sumber profan, yang berasal dari sejarah , tradisi, budaya dan satra Israel, talmud Timur Tengah, dan Injil Aprokrif.1 1.1.1 Matius Setelah penghancuran Yerusalem mula-mula beberapa jemaat Kristen-Yahudi dan kemudian juga seantero Gereja diperkenalkan dengan suatu Injil yang kedua.2 Dalam injil Matius tidak disebutkan tentang asal-usul masing-masing teks-teks tradisi, tetapi kiranya pada waktu itu sudah dimengerti apa yang menjadi alasan untuk membubuhkannya yakni demi membuktikan kemesiasan dan ketuhanan Sang Penebus, dan demi menyelamatkan kehormatan ibu-Nya terhadap tuduhan zinah. Matius menyajikan 3 hal kepada sidang pembaca tentang Maria, diantaranya sebagai berikut: 1. Menjelaskan secara jelas, asal-usul Sang Mesias melalui Yosef. Dengan kalimat terakhir dari deretan nama-nama para leluhur, “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus’(Mat. 1:16). 2. Yesus dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan dari perawan Maria(Mat. 1:18-25) 3. Lalu menyusullah kisah-kisah tentang kunjungan orang-orang majus “dari Timur”, pengungsian keluarga kudus di Mesir, pembunuhan kanak-kanak di Betlehem, kembalinya Yosef sekeluarga dari Mesir dan tinggalnya mereka di Nazaret. Dalam injil Matius “Anak itu serta ibu-Nya” disebut sampai empat kali (Mat. 2:11; 13; 20; 21). Dengan silsilah, Matius menunjukkan Kristus sebagai tujuan sejarah dan penyelamat bangsa-Nya, dan dengan sama jelasnya digarisbawahi penyelenggaraan ilahi yang berkuasa dan istimewa terhadap Sang Mesias dan Maria, ibu-Nya. Dengan mengutip Yesaya 7:14, dan khususnya dengan mengacu kepada nama Anak itu, yakni “Allah menyertai kita”, Matius menunjukkan juga hubungan yang lain, yakni antara Anak Allah dengan kelahiran dari perawan walaupun sebagaimana dewasa ini suka ditekankan demi 1 P. Salvatore M. Sabato, Inilah Ibuku. Sebuah Ringkasan Mariologi, Cetakan ke-5(Yogyakarta:Kanisius, 2010)hal. 17 2 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, Cetakan ke-8 (Yogyakarta:Kanisius, 2013)hal. 428
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 2
kepentingan suatu Kristologi dari bawah, hubungan ini tidak mutlak. Sebab yang menentukan untuk sejarah dogma ialah bagaiman para pendengar dan pewarta amanat ini telah memahami isi teks dari Matius 1:23, dan tentangnya para saksi harus ditanyai. 1.1.2 Markus Maria disebut dua kali oleh penginjil yang pertama. Dalam Markus 3:31 “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus”, dan dalam Markus 6:33 “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaranya yang perempuan ada bersama kita? lalu mereka kecewa dan menolak Dia.” Dalam teks tersebut, ada dua hal yang menonjol, yang pertama bahwa Yesus mengambil jarak dari ikatan kelurga dan menegaskan pemenuhan kehendak Allah dan hal yang kedua, bersama ibu-Nya disebutkan saudara-saudara-Nya. Jika diperhatikan, Markus tidak berusaha sedikit pun untuk menceritakan Maria agar namanya lebih harum dari pada nama kaum kerabat Yesus yang lain. Oleh sebab itu, patut diperhatikan juga ia tidak membuat catatan yang negatif tentang ibu Tuhan sehingga setiap pembaca hanya dapat menimba dari injil tentang Maria, lebih bersifat dugaan-dugaan dari pada kesimpulan yang pasti. Dalam Markus 6:33, berkata, “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara (adelfos) Yakobus, Yoses, dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan (adelfoi) ada bersama kita?” Secara sepintas kita dapat bertanya, mengapa hanya Yesus yang dikatakan anak Maria? Apakah mungkin Yosep, suami Maria, telah meninggal? Ataukah tersirat keperawanan Maria sebelum dan sesudah kelahiran Yesus? Jika kita membaca sepintas saja ayat tersebut dan melihat daftar nama orang-orang yang tercantum sebagai saudara Yesus, kita akan sulit menjawabnya. Soal keperawanan Maria tercantum pada Matius 1:25 dan Lukas 2:7. Apakah Maria, Ibu Yesus dapat dikatakan “perawan” sebelum dan sesudah melahirkan Puteranya? Hal ini merupakan kepercayaan gereja! Mengapa gereja tetap mempertahankan kepercayaan terhadap “keperawanan” Bunda Maria, sebelum dan sesudah Yesus lahir? Dalam kitab suci memperlihatkan “kekhususan” Maria. Panggilan dan peranannya berkaitan dengan penjelmaan, dengan karya Roh Kudus dan keselamatan. Layaklah baginya sebutan “semper virginis” yang berakar pada “maternitas divina” (keibuan ilahi).3 1.1.3 Lukas Lukas merupakan seorang Kristen, namun tidak berasal dari Yahudi. Setelah tahun 70, ia menyajikan injil lagi, selain hal-hal khusus, ia juga memuat kekhususan tentang Maria. Agar setiap pembaca mengetahui bahwa ia seorang penulis yang teliti dan bendahara tradisi Gereja 3P. Salvatore M. Sabato, Inilah Ibuku. Sebuah Ringkasan Mariologi, Cetakan ke-5(Yogyakarta:Kanisius, 2010)hal. 25
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 3
yang dapat dipercaya, ia menyampaikan dalam awal catatanya bahwa ia telah “menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya” (Luk. 1:3-4). Injil Lukas terdapat 89 ayat yang berkaitan dengan Bunda Maria. Dari kutipan-kutipan tersebut mengandung beberapa gelar yang akan dijadikan dasar refleksi teologi dan devosi: Theotokos (Bunda Allah), Perawan, Putri Sion.4 Ada beberapa kesamaan, antara Matius dan Lukas yang tidak dapat kita abaikan. Kesamaan tersebut menyangkut : a) Fakta pertunangan Yusuf dan Maria (Mat. 1:18-20, Luk. 1:27) b) Disebutkan nama sang ibu (Mat. 1:17; Luk. 1:27-30, 34) c) Yosef berasal dari keluarga Daud, dengan demikian karena pengakuan yuridis olehnya tentang Yesus sebagai anaknya-sebutan “Anak Daud” sebagai gelar Yesus (Mat. 1:1; Luk. 1:32; 2:41) d) Maria mengandung Yesus karena karya Roh Kudus yang tidak dilukiskan lebih lanjut (Mat. 1:18. 20; Luk. 1:35) e) Saat Maria mengandung, yaitu antara upacara pertunangan dengan awal hidup sebagai suami istri (Mat. 1:18; Luk. 1:27) f) Saat kelahiran Yesus, yaitu sesudah secara resmi dimaklumkan bahwa Maria dan Yosef hidup bersama sebagai suami istri (Mat. 1:24; Luk. 2:5) g) Pemastian nama Yesus yang disampaikan oleh malaikat (Mat. 1:21 kepada Yosef; Luk. 1:31 kepada Maria) sebelum Yesus dilahirkan. h) Betlehem merupakan tempat kelahiran (Mat. 2:5-6; Luk. 2:11) i) Berpindahnya keluarga kudus ke Nazaret (Mat. 2:23; Luk. 2:39) Disamping kesamaan-kesamaan di atas antara Matius dan Lukas, ada juga perbedaan dalam peredaksian dari kedua injil tersebut.Teks-teks yang khas dari injil Lukas, yaitu : a. Kabar bahwa Yesus akan lahir (Luk. 1:26-38) dalam kesejajaran dengan kabar bahwa perintisnya akan lahir (Luk. 1:5-25) b. Perjumpaan antara kedua ibu yang sedang mengandung (Luk. 1:39-56) c. Perihal yang mendahului dan menyusul kelahiran Yesus, tetapi tanpa melukiskan descensi (silsilah keturunan) itu sendiri (Luk. 2:1-7) d. Adegan para gembala Betlehem (Luk. 2:8-20) e. Yesus disunat (Luk. 2:21) f. Yesus dipersembahkan di bait Allah dan perjumpaan dengan Simeon (Luk. 2:22-38) g. Apa yang terjadi dengan Yesus pada usia 12 tahun di bait Allah (Luk. 2:41-50) h. Acuan kepada hidup Yesus yang tersembunyi di Nazaret (Luk. 2:51-52) 4Ibid.,Hal. 31
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 4
1.1.4 Yohanes Injil yang terakhir ditulis sekitar tahun ± 90-100. Injil ini menuliskan dalam injilnya permenungan dan refleksi lebih matang tentang pribadi dan karya Yesus. Dari injil yang keempat ini, hanya memuat dua perikop yang menunjukkan bahwa Maria memegang peranan. Pertama pada saat perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11) dan yang kedua pada saat di bawah salib (Yoh. 19:25). Pada pesta perkawinan di Kana, Maria, “Ibu Yesus”, hadir dan membuktikan diri sebagai pengantara yang berjaga-jaga dan suka menolong. Sepertinya pengantin memiliki hubungan keluarga. Maria manusia berperasaan dan peka terhadap situasi. Kalau kita memperhatikan konteksnya tidak jelas apakah ia berharap agar Puteranya melakukan mukjizat tidak. Akan tetapi, yang mendalam adalah kesan bahwa karena kepercayaannya, Maria mendatangkan mukjizat Yesus yang pertama dengan permintaan ibu-Nya. Yesus membuka cakrawala baru, lebih tinggi daripada sekadar mengatasi kekurangan anggur, “saat-Nya”.5 Maria titik pemersatu dalam pesta di Kana. Dalam Yoh. 2:12, “Yesus pergi ke Kapernaum, bersama ibuNya dan saudarasaudaraNya dan murid-muridNya...” Sebelum Yesus wafat di kayu salib, Ia menyerahkan diriNya kepada Maria, dan menyerahkan Maria kepada murid-muridNya. Ungkapan Yesus,”Ibu, inilah anakmu...inilah ibumu,”(Yoh. 19:26-27) dapat dipahami sebagai suatu peranan dan fungsi gerejawi, yang merupakan misi Maria. Penyerahan diri Yesus ini melebihi makna sebagai perhatian seorang anak terhadap ibu yang ditinggalkannya.6 Hadirnya Maria di dekat salib Yesus memiliki fungsi mesianis sama seperti di Kana. Dalam Yoh. 19:25 tersirat bentuk susunan “wahyu” sebagaimana tampak dari kata yang bisa digunakannya:”melihat, berkata, inilah(ecce).”7 Bunda Maria ikut bersama PutraNya “untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai”(Yoh. 11:51-52). 1.1.5 Paulus Rasul Paulus hanya menulis 1 ayat yang berkaitan dengan Bunda Maria. Ayat tersebut terdapat dalam suratnya kepada jemaat di Galatia. Surat kepada Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem.8 Galatia 4:4 merupakan kesaksian pertama mengenai Bunda Maria dalam Perjanjian Baru, meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan nama pribadi wanita itu. “Tetapi setelah genap waktunya maka Allah mengutus PuteraNya, yang lahir dari seorang wanita dan takluk kepada hukum Taurat.”
5Ibid.,Hal. 47 6Ibid.,Hal. 49-50 7Ibid.,Hal. 50 8Ibid.,Hal. 17
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 5
Paulus dalam Galatia 4:4 menghubungkan bukan hanya Anak Allah yang praada itu dengan sejarah dunia dan sejarah keselamatan melainkan juga ibuNya.Lahir dari seorang wanita menjadi benih sebuah refleksi teologi juga. Kesaksian rasul Paulus ini penting sekali, dan bersahaja. Dengan mengakui baik praeksistensi dan ketuhanan Kristus maupun kenyataan kelahirannya di dunia, Paulus telah menyarankan bahwa “wanita” yang disebutkan itu merupakan bunda Allah, dogma yang mendasari segala ajaran mengenai Maria.9 1.1.6 Kisah Para Rasul10 Kutipan teks kitab suci Kisah Para Rasul 1:14, “Mereka semua bertekun dengan doa bersama-sama dengan beberapa perempuan serta Maria ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus”. Jika kita membaca kutipan ayat selanjutnya, dituliskan bahwa orang yang berkumpul disitu kira-kira 120 orang, namun hanya Maria yang disebut dengan nama pribadi dan dalam hubungannya dengan Yesus. Dimana sebenarnya kedudukan dan peranan Maria dalam Gereja setelah kenaikan Yesus? Pertama-tama Maria berada dalam dan bersama dengan gereja yang dikepalai para rasul. Gereja di Yerusalem disebut Gereja Induk (Mater), suatu komunitas yang penuh pengampunan dan belas kasih. Maria dikelilingi murid-murid yang telah meninggalkan atau mengkhianati Puteranya. Ibu Yesus sanggup mengumpulkan kembali murid-murid Yesus: Mediatrix, penuh pengertian keibuan. Maria adalah pemersatu bagi gereja. Maria juga ikut memberi kesaksian. Maria serta para rasul (Gereja), kedua-duanya meninggalkan tempat dan ruangan untuk mewartakan perbuatan besar dari Tuhan. 1.2
Citra Maria dalam Tulisan Aprokrif11 Dasar bagi ajaran tentang Maria diletakkan selama abad I dan II, demikianlah salah satu
titik tolak Mariologi dewasa ini.12 Bapa dan pujangga gereja adalah uskup-uskup, pada umumnya, yang berkarya mulai setelah para rasul. Mereka, sebagai guru kebenaran, mewarisi ajaran iman, memeliharanya dengan setia dan menafsirnya utuh dan benar. Dengan kurang lebih hati-hati sejumlah Bapa gereja mengutip kitab-kitab Aprokrif, diantaranya Proevangelium Jacobi (Injil Purba menurut Yakobus), Injil Orang Ibrani, Epistola Apostolorum (Surat para Rasul), kenaikan Yesaya, Acta Petri (Kisah Petrus).13
9N. S. Syukur, Teologi Sistematika 2, Cetakan ke-8(Yogyakarta:Kanisius, 2013)hal. 426 10P. Salvatore M. Sabato, Inilah Ibuku: Sebuah Ringkasan Mariologi, Cetakan 5(Yogyakarta:Kanisius, 2010)hal. 42 11“Aprokrif” artinya kitab yang menawarkan diri sebagai diinspirasi dari Roh Kudus tetapi tidak diakui oleh Gereja. Kitab biasanya mencatut nama dari tokoh-tokoh suci yang berkenaan sebagai pengarangnya. Kata aprokrif berasal dari kata Apokryphon yang berarti “tersembunyi”. 12Ibid., Hal. 447 13Ibid., Hal. 447-448
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 6
Pengaruh kitab aprokrif di kalangan gereja perdana cukup besar karena memiliki dua alasan. Pertama, karena proses penentuan Kanon Kitab Suci Perjanjian Baru atau sekurangkurangnya pengakuannya yang definitif makan waktu begitu lama sehingga tradisi lain yang tidak tercantum dalam perjanjian baru pun secara luas didengarkan. Kedua, baru pada abad V pemakaian kitab-kitab aprokrif dalam liturgi dilarang sehingga jauh terlambat (lagi pula hanya diikuti di gererja barat).14 Proto-Injil Yakobus (Protoevangelium Jacobi) ditulis pada pertengahan abad II (sekitar tahun 150) menurut cerita dengan pelbagai detail yang mendukung dan membela keperawanan Maria sebelum, selama, dan sesudah melahirkan Sang Anak. Pribadi Maria digambarkan dengan menggunakan unsur PL menuju perwujudan PB. Nama orang tua Maria disebut, yakni Yoakim dan Anna. Berdasarkan tulisan-tulisan ini, menjadi kemungkinan dipergunakan oleh pengarang pada zaman Patristika sehingga menjadi penting bagi dogma Maria dikemudian hari. Butir-butir yang dapat diambil dari tulisan “Injil Purba Yakobus” adalah sebagai berikut: a. Semua janji Maria untuk tetap tinggal perawan. b. Keterangan bahwa Yosef yang duda itu sudah mempunyai anak-anak laki-laki sebelum berkenalan dengan Maria mengesampingkan penghalang bagi keperawanan Maria yang berkelanjutan (yang timbul bila para “saudara Tuhan” diartikan sebagai saudara sekandung. c. Kesaksian Sang Perawan sendiri tentang keperawanannya ketika sedang mengandung (Yosef sedang bepergian ke lokasi pembangunan pada saat malaikat memberi kabar sukacita kepada Maria. Ketika kembali, Yosef mengeluh, antara lain sebagai berikut: “Apakah sejarah Adam terulang padaku, mengingat ketika Adam tak hadir karena sedang berdoa, ular datang mendapatkan Hawa sendirian, lalu menipunya dan dengan demikian menodainya; demikian pula pengalamanku.” Maria menjawab celaan Yosef, katanya: “Murnilah aku dan tentang seorang laki-laki aku tidak tahu menahu. Demi Allah, tidak kuketahui dari mana hal ini terjadi padaku.” d. Reminisensi15 akan Hawa, ibu leluhur umat manusia, mendukung kesejajaran di kemudian hari antara Maria dan Hawa. e. Sesudah melahirkan Yesus, rahim Maria kedapatan masih tertutup. Karena proses bersalin tidak dilukiskan, pendapat bahwa anak meninggalkan kandungan dengan cara yang biasa tetap dapat dipertahankan. Akan tetapi, yang memang diceritakan adalah bahwa Maria tidak kesakitan waktu melahirkan Anaknya. Dengan kata lain, ia tidak kena hukuman yang disebut dalam Kejadian 3:16. 14Ibid., Hal. 448 15“Reminisensi” berdasarkan KBBI artinya kenang-kenangan, tindakan mengenang, atau pengenangan.
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 7
Dalam kitab yang berjudul Kenaikan Yesaya, yang memiliki banyak kesejajaran dengan Injil Matius dan Protoevangelium Jacobi, kita dapat membaca bahwa Yosef, suami Maria, tidak bersetubuh, dan dua bulan setelah kembalinya Yosef, Maria melahirkan tanpa merasa kesakitan, dan bahwa seluruh orang yang mendengar mengenai kelahiran yang ajaib itu menyadari betapa besarnya rahasia yang mereka hadapi (Dister, 2013:448). Beberapa hal yang penting bagi penulis kitab-kitab aprokrif dalam keseluruhannya ialah keperawanan Maria dalam arti yang penuh, yaitu: a. Sebelum melahirkan ([virginitas]ante partum): keperawanan ini sudah ditegaskan oleh Kitab Perjanjian Baru, yang hanya diteguhkan lagi oleh kitab-kitab aprokrif. b. Dalam melahirkan ([virginitas] in partu): berhubung dengan keperawanan ini kitab aprokrif membatasi diri dan hanya menggambarkan bahwa kelahiran tidak disertai rasa sakit; dan dalam pada itu, Protoevangelium Jacobi dan “Kenaikan Yesaya” menyatakan dengan jelas bahwa rahim Maria setelah bersalin tertutup kembali sehingga c. sesudah melahirkan ([virginitas] post partum) keperawanan Maria ini pun dapat terjamin oleh acuan kepada anak-anak Yosef dari keperawanannya yang pertama. 1.3
Maria dalam Patristik Yahudi dan Yunani Para Bapa Gereja merupakan saksi dari adanya Tradisi Suci dalam kehidupan gereja,
yang nyata dari apa yang dipercayai, dilakukan, dihidupi, dan didoakan oleh Gereja. Dari Tradisi Suci ini, Firman Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, diteruskan secara penuh kepada para penerus mereka, agar dalam pewartaan, mereka melestarikan dan menjelaskan serta meneruskan dengan setia.16 Apa yang telah mereka terima sendiri, mengingatkan kaum beriman, supaya mereka berpegang teguh pada ajaran-ajaran warisan, yang mereka terima baik secara lisan maupun tertulis (lih. 2 Tes. 2:15).17 1.3.1 Ignatius dari Antiokia, Uskup dan Martir (110) Ignatius yang pertama menulis tentang Bunda Maria dengan mengutip Gal. 4:4. Karya Ignatius memberik kesaksian tentang dua hal, pertama, tentang pengintegerasian unsur-unsur ajaran Mariologis ke dalam khazanah iman Gereja, dan kedua, tentang peneguhan teks-teks alkitabiah utama dari kanak-kanak Yesus. Dengan mencantumkan Mariologi dalam dan di bawah Kristologi serta Soteriologi, Ignatius telah mempertajam mata umatnya untuk melihat posisi Maria dalam sejarah keselamatan. Sebab itu sebagai saksi tradisi begitu penting bagi peralihan dari teks-teks Perjanjian Baru kepada dogma Gereja kuno. 16KGK 78 17DV 8
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 8
Surat-surat Ignatius ramai dibaca dan oleh pengarah yang menulis dikemudian hari banyak dikutip. Pada dogma Kristologis Gereja Purba yang sedang bertunas itu ternyata ada unsur-unsur Mariologis, yakni martabat Maria sebagai Bunda Allah serta keperawanannya kendati mengandung. Kepada umat di Efesus, Ignatius dari Antiokhia menulis: “... Allah kita, Yesus Kristus lahir dari rahim Maria, sesuai dengan rencana ilahi...kepada musuh kita sembunyikan misteri keperawanannya, kelahiran dan kematian Tuhan” (Ef 18-19, SC 10,72). Lagi “satu-satunya dokter kita, ilahi dan manusia, dikandung dan tak tercipta, menjadi daging, tetap Allah, sungguh wafat; dari Maria dan dari Allah...” (Ef.7, SC 10,64). Diimani: keibuan ilahi, maternitas divina; Maria mengandung dalam keperawanan sesuai dengan rencana keselamatan (oiconomia). Pribadi Yesus dalam kesatuan keallahan dan kemanusiaan; Yesus Putra Bapa dan Putra Maria.18 1.3.2 Yustinus, Filsuf dan Martir (165) “Mengapa Allah menjadi “Manusia” dan mengapa lahir dari seorang wanita perawan, itu mitos”, Yustinus menjawab bahwa “Inilah rencana Allah sendiri. Alasan utama harus dicari dalam Allah sendiri. Penjelmaan dan keperawanan termasuk dalam “oiconomia” demi keselamatan manusia. Keperawanan Maria yang mengandung Yesus menjadi pokok perselisihan antara orang Kristiani khususnya kutipan teks dalam Yes. 7:14, dimana kata Ibrani ha’alma dalam Alkitab Yunani yang diterjemahkan oleh Aquila dan Theodotion, dua orang Yunani yang telah masuk agama Yahudi, diterjemahkan menjadi neamis (perempuan muda), sedangkan dalam naskah Septuaginta menerjemahkannya menjadi parthenos (perawan). Orang Yahudi berpegang pada terjemahan neamis; sedangkan Kristiani berpegang pada terjemahan parthenos. Perjelmahan dan perantaraan Maria perawan untuk memungkinkan Logos menjadi manusia. Yustinus menyebut nubuat dan typus dari Kej. 49:10-11; Yes. 55:8; Dan. 2:34; 7:13; Yes. 7:14. Yustinus membaca PL dalam cahaya PB dan dengan logis berkata: “Allah mau menyelamatkan manusia dengan jalan yang sama: Adam dan Hawa merusakkan keadaan manusia, sekarang Adam baru, Kristus dan Hawa baru, Maria mengembalikan keadaan baru. 19 Hawa masih perawan menjadi sandungan bagi Adam; Maria sebaliknya penuh iman dan kepercayaan ketika menerima kabar sukacita dari malaikat Gabriel kepadanya bahwa Roh Tuhan akan turun atasnya dan bahwa kuasa Allah yang mahatinggi akan menaunginya; itulah sebabnya Yang Kudus yang lahir dari padanya adalah Anak Allah.20 Bagi Yustinus, Maria adalah ibu yang benar, perawan, karena ketaatannya dan iman. Melalui dia, Allah menjadi manusia. 1.3.3 Ireneus, Uskup dan Martir (140-200) 18P. Salvatore M. Sabato, Inilah Ibuku: Sebuah Ringkasan Mariologi, Cetakan ke-5(Yogyakarta:Kanisius, 2010)hal. 55 19Ibid., Hal. 56 20N. S. Dister, Teologi Sistematika 2, Cetakan ke-8(Yogyakarta:Kanisius, 2013)hal. 456-457
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 9
Ireneus disebut Bapa Mariologi. Apa yang telah didapatkannya dari Yustinus yang adalah gurunya, Ireneus melibatkan diri dalam membantah pandangan heretis yang datang dari pihak kaum Ebionit, maupun (dan bagi Ireneus: terutama) dari Gnosis yang bersifat Doketisme. Dalam argumentasinya melawan kedua aliran sesat ini, ibu Tuhan mempunyai tempat yang tetap. Akan tetapi, iapun melampaui pandangan Ignatius dan Lukas dengan menyoroti kelahiran dari perawan juga sebagai demikian dan berusaha mencari dasar bagi keniscayaan peristiwa itu. 21 Beberapa butir yang dapat dirumuskan arti Ireneus bagi Mariologi, antara lain, pertama, penilaian terhadap Maria secara soteriologis: Ireneus mengembangkan lebih lanjut citra Maria yang alkitabiah dengan menilai Maria serta sumbangannya kepada penyelenggaran keselamatan dari pihak Allah (oikonomiatheou) dan kepada tindakan penyelamatan dari pihak Yesus sang Kristus bukan hanya secara Kristologis tetapi juga secara Soteriologis. Kedua, pemerkayaan citra etis Maria: dengan mengindividualisasikan sosok Maria, Ireneus menonjolkan citra Maria yang etis. Oleh sebab itu, kesucian Maria menjadi titik perhatian gereja. Ketiga, Bunda Allah sebagai pengantara: Ireneus meletakkan dasar bagi pandangan bahwa Bunda Allah itu juga pengantara. Dan keempat, Tipologi Maria Gereja: Ireneus memperluas kesejajaran Hawa-Maria begitu rupa sehingga Maria menjadi bunda bangsa manusia yang baru, sebagaimana halnya gereja.22 1.3.4 Meliton dari Sardi (180) 23 Meliton menyebut Maria sebagai Agnella Pura, murni (Anak Domba Betina yang Murni), Yesus adalah Agnellus (Anak Domba Jantan). Pada saat menjadi hamba Tuhan, Maria sudah mengarah kepada pengorbanan di salib bersama dengan Putranya. 1.3.5 Tertullianus (160-240) 24 Ia adalah tokoh Latin, gigih membela iman Katolik, perintis teologi berbahasa latin. Pemikirannya amat tajam, tidak terlepas dari sentuhan bidah Montanus (alegori dan spiritualis). Iman kristologi dan mariologi didasarkan pada Conceptio Virginalis dan Maternitas Divina, berkat kuasa Roh Kudus. Maria memberi daging yang benar kepada Yesus. Maria adalah Hawa Baru. Tertullianus merefleksikan sikap Maria dalam masa umum Yesus: Maria bukan ditolak sebagai ibu, tetapi Yesus mau mengarahkan ibunya kepada sikap iman yang lebih matang, menjadi muridnya. 1.3.6 Origenes (185-253) 25
21 Ibid., Hal. 457 22 Ibid., Hal. 459-461 23P. Salvatore M. Sabato, Inilah Ibuku: Sebuah Ringkasan Mariologi, Cetakan ke-5(Yogyakarta:Kanisius, 2010)hal. 58 24 Ibid., Hal. 61 25Ibid., Hal. 61-62
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 10
Origenesmerupakan seorang teolog termahsyur dalam Kekristenan; dia menangani semua bidang iman: teologi, pembelaan (apologi), eksegese. Fokus Teologinya adalah LOGOS, VERBUM, yang memberi hidup, communio dengan manusia dan terjadi semacam asimilasi untuk mengembalikannya kepada Bapa. TentangBunda Maria, ia mengajarkan Virginitas Perpetua, Maternitas Divina, dan kedudukan mulia dalam hubungan dan penyertaan umat dengan Logos, Verbum. Origenes sangat mencintai dan menghormatinya. Maria harus dipandang dari dua aspek: “wajah teologi dan wajah Injil. Dari aspek teologi, Maria adalah pilihan Allah dan segala yang dimilikinya adalah karunia dan cinta ilahi; aspek Injil, bersama dengan Gereja dalam perjalanan dan peziarahan iman. 1.3.6 Agustinus, Uskup Hippo (395-430)26 Agustinus adalah seorang genius, pujangga dan Bapa Gereja yang termahsyur sepanjang sejarahnya. Agustinus memandang Bunda Maria dari tiga dimensi: misteri Kristus, teologi atau injili, Gereja. Dimensi Kristologi: semua termasuk keturunan Adam kena dosa, karena datang melalui persetubuhan dan kecenderungan dosa (concupiscentia), kecuali Kristus dan Bundanya, perawan sempurna (sebelum dan dan sesudahnya). Dimensi teologis dan injili: Dia “Tota Pulchra”, secara negatif: tanpa dosa; secara positif: kelimpahan rahmat dan kebajikan: iman, kasih kerendahan hati, ketaatan. Agustinus memandang Maria mulai dari saat menerima Kabar Gembira sampai Paskah.
BAB II DOGMA-DOGMA GEREJA KATOLIK TENTANG MARIA
26 Ibid.,Hal. 69-70
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 11
Secara etimologis ‘dogma’ berasal dari kata Yunani yang artinya “apa yang nampak atau dipandang betul.27 Istilah dan arti dogma ‘dogma’ pertama kali muncul setelah Konsili Trente (1545-1563), yang membahas tentang apa yang harus diterima sebagai iman yang benar. Salah satunya dogma tentang Maria. 2.1
Maria sebagai Bunda Allah (Theotokos) “Maria itu Bunda Allah merupakan dasar yang meligitimasi seluruh ajaran serta devosi
tentang Maria.28 Maria sebagai Bunda Allah adalah Privelese Maria paling fundamental dalam tata keselamatan.29 “Perawan Maria diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Bunda Penebus yang sesungguhnya...Ia memang Bunda para anggota [Kristus]...karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerja samanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota kepada itu.30 Sering kita mendapatkan pertanyaan dari umat tetangga kita, apakah mungkin Maria seorang manusia, bisa disebut Bunda Allah? Apa tidak salah? Pertama-tama kita harus menyadari bahwa Bunda Maria adalah sosok pribadi yang istimewa. Sebab, dia telah dipilih oleh Allah untuk melahirkan Sang Juru Selamat yakni Yesus Kristus. Yesus Kristus yang sungguh adalah Allah. Maka tidak salah, jika menyebut Perawan Maria sebagai Bunda Allah. Dalam teks kitab suci dengan jelas disebut sebagai “Ibu Tuhan” (Luk. 1:43). Bunda Maria melahirkan seorang pribadi, yaitu Kristus, dan bukan kondrat manusia Kristus. Sebab pribadi Kristus adalah Allah dan manusia, jadi Maria juga disebut sebagai Bunda Kristus-yang adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Demikianlah ajaran bahwa Maria disebut Bunda Allah, adalah untuk mendukung ajaran tentang Yesus yang sungguh Allah, walaupun Ia juga sungguh manusia. Sebab dengan mengakui Bunda Maria sebagai Bunda Allah, artinya kita mengakui inti ajaran iman kita, yaitu bahwa kita mengambil rupa sebagai manusia, Kristus adalah tetap sungguh Allah.31 Bunda Maria melahirkan Yesus, yang sungguh adalah Allah, maka Maria disebut Bunda Allah. Kita tidak mungkin menyangkal fakta bahwa Bunda Maria adalah ibu Yesus, karena kitab suci menyatakannya, baik secara jelas maupun terselubung. Dalam kitab Kejadian dinubuatkan bahwa Allah akan mengadakan permusuhan antara ular yakni iblis dengan “perempuan itu”. Dalam hal ini keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala si ular, yaitu iblis tersebut (lih. Kej. 3:15). Para Bapa Gereja menafsirkan bahwa “perempuan itu” ialah Maria sebab Sang Keturunan yang meremukkan iblis itu ialah Kristus. Nubuat ini juga disampaikan nabi Yesaya 27A. Heuken. Ensiklopedi Gereja. Edisi ke-4(Jakarta:Cipta Loka Caraka,2004)hal. 72 28N. S. Dister, Teologi Sistematika 2, Cetakan ke-8(Yogyakarta:Kanisius, 2013)hal. 483 29A. Jebadu, Devosi Kepada Bunda Maria(Jakarta:Fidei Press, 2009)hal. 124 30KGK 963 31Stefanus dan Ingrid Tay, Maria O Maria: Bunda Allah, Bundaku, Bundamu (Surabaya:Murai Publishing, 2016)hal. 116
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 12
bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari perempuan muda dan akan dinamai Imanuel yang artinya “Allah Menyertai Kita”. Anak dara-perawan atau virgin dalam bahasa Inggris, atau alma dalam bahasa Ibrani (lih. Yes 7:14; Mat. 1:23). Nubuat Perjanjian Lama ini digenapi dalam Perjanjian Baru, ketika malaikat Gabriel mengatakan kepada Maria bahwa anak yang akan dilahirkan akan disebut Kudus, Anak Allah (lih. Luk. 1:35). Perkataan malaikat tentang ke-allahan Yesus dipertegas oleh kesaksian Elisabeth ketika Maria mengunjunginya dengan menyebut Maria sebagai “ibu Tuhanku” (Luk. 1:43). Dalam Gal. 4:4, rasul Paulus juga mengajarkan bahwa Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan. Atas dasar ayat-ayat ini, kita tidak meragukan bahwa Bunda Maria memang layak disebut Bunda Allah, sebab Anak yang dilahirkan adalah Allah. Bunda Maria melahirkan seseorang, yaitu Kristus, dan bukan kodrat manusia Kristus. Dengan prinsip yang sama, kita dapat menerima bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, karena Yesus yang dilahirkannya adalah Allah, yaitu pribadi kedua Allah Trinitas, yang mengambil rupa manusia. Gelar Maria Bunda Allah adalah untuk mendukung ajaran tentang adanya dua kodrat dalam diri Yesus Kristus: yaitu bahwa ketika mengambi rupa sebagai manusia Yesus tetaplah sungguh Allah. Untuk memahami lebih jauh tentang hakikat persatuan dua natura atau dua kodrat di dalam diri Yesus Kristus, yakni kodrat ilahi dan kodrat manusiawi. Sebelum itu, kita terlebih dahulu melihat ajaran sesat yang menghantui dua dogma tentang diri Yesus Kristus: satu pribadi dua kodrat. Ajaran sesat ini dipelopori oleh Nestorius (428-431) seorang Uskup Agung Konstantinopel, yang mengatakan bahwa persatuan kodrat ilahi dan manusiawi di dalam diri Yesus Kristus merupakan sebuah persatuan yang dangkal, longgar, sederhana dan tidak mutlak karena kodrat ilahi itu tinggal di dalam kodra manusiawi Yesus Kristus hanya untuk sementara waktu. Menurut ajaran itu, Yesus Kristus tidak lebih dari hanya sebagai manusia biasa yang dipenuhi Roh Allah pada waktu Ia dibaptis di Sungai Yordan dan sesaat sebelum penderitaanNya di kayu salib, Roh Allah itu keluar lagi dari tubuh manusiawiNya dan selanjutnya membiarkan Dia menderita sampai mati.Kemudian ajaran sesat yang lain mengatakan bahwa persatuan kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dalam diri Yesus Kristus memang hanya bersifat sementara, tetapi antara kedua kodrat itu terjalin suatu kerja sama yang baik. Dengan kata lain, menurut Nestorius di dalam Yesus adalah Allah akan tetapi Yesus bukanlah Allah. Ajaran ini sangat bertentangan dengan pandangan Kristen yang benar, bahwa persatuan kodrat ilahi dan kondrat manusiawi dalam diri Yesus Kristus merupakan suatu persatuan hypostatis, substansial atau personal, yakni persatuan dua kodrat yang membentuk satu pribadi. Dogma Maria Bunda Allah dinyatakan agar supaya mendukung dogma bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Agar kita tidak salah kaprah, kita harus mengerti dan
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 13
memahami bahwa bukan berarti Bunda Maria adalah seorang ilahi, sebab perspektif yang demikian adalah salah. Ke-ilahi-an Yesus tidak datang dari Bunda Maria. Pemahaman yang benar adalah, Inkarnasi Kristus: Sang Pribadi Putera Allah-yang telah ada sejak kekelanmenyatukan kodrat ke-Allahan-Nya dengan kodrat kemanusiaan-Nya dalam diri-Nya, di dalam rahim Bunda Maria.32 Konsili Efesus (431) tentang dogma Maria sebagai Bunda Allah merupakan reaksi dan keberatan Gereja terhadap Nestorius dari Konstantinopel atas ajaran-ajaran sesatnya. Dengan secara resmi, Konsili Efesus menyetujui surat kedua dari St. Sirilius dari Alexandria tentang definisi ajaran ini, kutipannya adalah sebagai berikut: “Sebab Ia bukanlah seorang laki-laki biasa yang dilahirkan terlebih dahulu oleh Sang Perawan suci, dan kemudian setelah itu baru Sang Sabda turun atas-Nya; tetapi Ia demikian disatukan dengan daging dari rahim ibu-Nya itu, sehingga Ia telah mengalami kelahiran dalam daging, dengan menjadikan kelahiran dalam daging itu sebagai milikNya sendiri ... Maka mereka [para bapa suci] telah tidak ragu menyebut sang Perawan Suci sebagai “Bunda Allah”. Ini tidak berarti bahwa kodrat Sang Sabda atau keAllahan-Nya menerima awal keberadaannya dari sang Perawan suci, tetapi bahwa, karena tubuh [Yesus] yang suci itu, yang dihidupkan oleh jiwa yang berakal budi yang disatukan oleh Sang Sabda dengan diri-Nya sendiri menurut kesatuan hypostasis, telah dilahirkan dari dia [Maria], maka Sang Sabda dilahirkan menurut daging.” Bagi para Bapa Gereja Maria merupakan Hawa baru yang akan memberikan kehidupan baru, yakni menghadirkan sang Imanuel yang akan dilahirkan sesuai sabda Allah. Ia akan melahirkan Kristus untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Berikut ini adalah pernyataan-pernyataaan para Bapa Gereja mengenai Bunda Maria sebagai Bunda Allah: St. Ireneus (125-202): “Perawan Maria, yang taat kepada Sabda-Nya menerima Kabar Gembira dari malaikat bahwa ia akan melahirkan Tuhan.” St. Hipolitus (217): “Mereka [para nabi] mewartakan kedatangan Allah dalam daging ke dunia, kedatangan-Nya oleh Maria-sang Theotokos‘Bunda Allah’ yang tak bernoda-di saat kelahiran dan pertumbuhan-Nya, dalam cara hidup-Nya dan percakapan-Nya dengan manusia, dan manifestasi-Nya oleh Baptisan, dan kelahiran baru bagi semua manusia, dan kelahiran kembali oleh air [Baptisan].” St. Petrus dari Aleksandria (260-311): “ Kami mengakui kebangkitan orang mati, di mana Yesus Kristus Tuhan kita menjadi yang pertama; Ia mempunyai tubuh yang sungguh, bahkan hanya kelihatan sebagai tubuh, tetapi tubuh yang diperoleh dari Maria Bunda Allah.” 32Ibid., Hal. 119
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 14
St. Sirilius dari Yerusalem (350): “Banyaklah saksi sejati tentang Kristus. Allah Bapa memberi kesaksian tentang mengambil rupa seperti burung merpati: Penghulu Malaikat memberikan Kabar Gembira kepada Maria: Perawan Bunda Allah memberikan kesaksian ....” St. Athanasius (365): “Sabda Allah Bapa di tempat yang Maha Tinggi, ... adalah Ia yang dilahirkan di bawah ini, oleh Perawan Maria, Bunda Allah.” St. Epifanius (374): Ia [Kristus] membentuk manusia menjadi sempurna di dalam Diri-Nya sendiri dari Maria Bunda Allah, melalui Roh Kudus.” St. Ambrosius (378): “Biarkan hidup Maria ... memancar seperti penampakan kemurnian dan cermin bentuk kebajikan .... Hal utama yang mendorong semangat dalam proses belajar adalah kebesaran sang guru. Apakah yang lebih besar daripada Bunda Allah?” St. Hieronimus (384) “Jadikan sebagai teladanmu, Maria yang terberkati, yang karena kemurniannya yang tak tertandingi menjadikannya Bunda Allah.” Jangan heran akan keunikan hal ini, jika seorang Perawan melahirkan Tuhan.” St. Greogorius Naziansa (382) menyatakan, “Barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah,” sebab Bunda Maria bukan semata-mata salurang belaka, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga secara manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia). St. Yohanes Kassianus (430): “... Kami akan membuktikan oleh kesaksian Ilahi bahwa Kristus adalah Allah dan bahwa Maria adalah Bunda Allah.” St. Sirilius dari Aleksandria (376-444); “ Bunda Allah, Bunda Allah ...., bait Allah yang kudus yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung... Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandungNya tidak disebut sebagai Bunda Allah?” “... Sabda sudah menjadi daging” [Yoh. 1:14], artinya tidak lain bahwa Ia mengambil rupa daging dan darah, seperti kita; Ia menjadikan tubuh kita tubuh-Nya, dan lahir sebagai seorang laki-laki dari seorang wanita, tidak membuang keberadaan-Nya sebagai Allah, ... tetapi bahkan dengan mengambil rupa daging, Ia tetap seperti sebelumnya. Ini adalah ajaran dari para bapa suci; maka mereka memanggil [Maria] Perawan suci, Bunda Allah, bukan seolah kodrat Sang Sabda atau kodrat ke-Allahan-Nya berasal mula dari Perawan suci, melainkan sebab daripadanya [Maria]-lah, tubuh-Nya [Yesus] yang kudus dengan jiwa rasional-Nya, yang dengannya Sang Sabda disatukan secara pribadi, dikatakan telah dilahirkan menurut daging.” St. Vincentius dari Lerins (450): “Semoga Tuhan melarang siapa pun yang berusaha merampas dari Maria yang kudus, hak-hak istimewanya yaitu rahmat ilahi dan
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 15
kemuliaannya. Sebab dengan keistimewaannya yang unik dari Tuhan, ia disebut sebagai Bunda Allah[Theotokos] yang sungguh dan yang sangat terberkati. Santa Maria adalah Bunda Allah, sebab di dalam rahimnya yang kudus digenapilah misteri yang karena kesatuan Pribadi yang unik dan satu-satunya, Sang Sabda menjelma menjadi manusia. Sehingga manusia itu adalah Tuhan dan di dalam Tuhan.” Dasar Magisterium Gereja Konsili Efesus (431) menyatakan secara definitif demikian : “Jika seseorang tidak mengakui bahwa Imanuel adalah Allah sendiri dan oleh karena itu Perawan Suci Maria adalah Bunda Allah (Theotokos); dalam arti di dalam dagingnya ia [Bunda Maria] mengandung Sabda Allah yang menjelma menjadi daging [seperti tertulis bahwa “Sabda sudah menjelma daging”], biarlah ia menjadi anathema.”33 Konsili ke-4 Kalsedon (451) dan konsili-konsili berikutnya, D 148: “Tuhan kita Yesus Kristus, ... sungguh lahir dari Bapa sebelum segala abad menurut kodrat ke-Allahan-Nya, tetapi di hari-hari akhir ini, [Ia] yang sama itu lahir dari Perawan Maria, Bunda Allah (Theotokos), menurut kodrat manusianya.” Konsili Vatikan II (1962-1965) dalam Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium (LG) 53, 66: LG 53: “Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Bunda Penebus yang sesungguhnya....” LG 66: “Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; ... bila Bunda dihormati, Puteranya pun... dikenal, dicintai dan dimuliakan sebagaimana harusnya, serta perintah-perintah-Nya dilaksanakan....” Katekismus Gereja Katolik 466, 495, 509:
KGK 466: Maria, karena ia mengandung Putera Allah dalam rahimnya, benar-benar menjadi “yang melahirkan Allah.”
33Anathema artinya ‘sesat atau dinyatakan terpisah dari kawanan/kelompok’. Istilah ini sering diterjemahkan ‘terkutuklah’, sebagaimana pada ayat Kitab Suci (lih. Gal. 1:9; 1Kor. 16:22), arti sebenarnya bukanlah kutukan, tetapi keterpisahan, oleh sebab itu yang bersangkutan tidak dapat menerima sakramen-sakramen Gereja.
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 16
KGK 495: Dalam Injil-injil, Maria dinamakan “Bunda Yesus” (Yoh. 2:1; 19:25, bdk. Mat. 13:55). Oleh dorongan Roh Kudus, maka sebelum kelahiran Puteranya ia sudah dihormati sebagai “Bunda Allah-ku” (Luk. 1:43). Ia yang dikandungnya melalui Roh Kudus sebagai manusia dan yang dengan sesungguhnya telah menjadi Puteranya menurut daging, sungguh benar Putera Bapa yang abadi, Pribadi kedua Tritunggal Maha Kudus. Gereja mengakui bahwa Maria adalah sesungguhnya Bunda Allah [Theotokos, Yang melahirkan Allah].
KGK 509: Maria sesungguhnya “Bunda Allah”, karena ia adalah Bunda Putera Allah Abadi yang menjadi manusia, yang Allah sendiri.
2.2
Maria Yang Tetap Perawan Para Bapa Gereja, sejak awal sudah sering menyebut Maria sebagai “Perawan”
(Yustinus),”Perawan
Sempurna”
(Epifarius),”Perawan
Abadi”(Hieronimus).34
Pengertian
imannya yang lebih dalam tentang keibuan Maria yang Perawan, menghantar Gereja kepada pengakuan bahwa Maria dengan sesungguhnya tetap perawan, juga pada waktu kelahiran Putera Allah yang menjadi manusia. Oleh karena kelahirannya,“Puteranya tidak mengurangi keperawanannya, melainkan justru menyucikannya”(LG 57).35 Di dalam Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria tetap perawan, sebelum, pada saat, dan sesudah melahirkan Yesus Kristus. Ini jelas, karena telah dikatakan dalam kitab suci bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus (Mat. 1:20; Luk. 1:35). Oleh sebab itu, pribadi Tuhan Yesus menjadi manusia dalam diri Maria tanpa berhubungan dengan laki-laki. Hal ini menjadi salah satu tanda akan ke-Allah-an Yesus, sebab belum pernah ada seorang di dunia ini melahirkan tanpa keterlibatan benih laki-laki. Meskipun tidak secara gamblang dinyatakan dalam Kitab Suci, akan tetapi hal ini dapat diketahui dari beberapa prinsip berikut ini: Allah menguduskan secara istimewa hal-hal yang berkenan dengan tempat kediaman-Nya. 36 Bunda Maria merupakan Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Yesus, untuk menggenapi makna dari benda-benda isi Perjanjian Lama. Sama seperti Allah telah menguduskan Tabut Perjanjian lama dimana berisi, manna, kedua loh batu, dan tongkat imam Harun (Kel. 25:3; Ibr. 9:4), demikian pula Allah menguduskan Bunda Maria yang adalah bejana yang suci, sebelum mengandung Yesus Kristus, yang adalah Sang Roti Hidup (Yoh. 6:35), Firman yang menjadi daging (Yoh. 1:14), dan Sang Imam Agung (Ibr. 8:1).
34P. Salvatore M. Sabato, Inilah Ibuku: Sebuah Ringkasan Mariologi, Cetakan ke-5(Yogyakarta:Kanisius, 2010)hal. 114 35KGK 499 36Stefanus dan Ingrid Tay. Maria O Maria:Bunda Allah, Bundaku, BundaMu(Surabaya:Primantara Cendana Sakti, 2016)hal. 134
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 17
Bunda Maria telah mempunyai nazar/kaul untuk tetap perawan seumur hidupnya. 37 Ketika Bunda Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung, ia menjawab: “Bagaimana mungkin hal itu terjadi, sedangkan saya belum bersuami? (Luk. 1:34). Sahutan Maria ini akan terdengar ganjil, bila Maria tidak memiliki kaul keperawanan. Memang tidak secara ekplisit terdengar kata “kaul” tetapi Maria dengan dengan sikapnya yang takut akan Tuhan dengan taat menyetujui mau menjadi ibu yang perawan. Keperawanan Maria juga melibatkan keperawanan Yusuf suaminya.38 Di dalam Matius 1:19 ditulis, bahwa Yusuf adalah “seorang yang tulus hati”, ia taat kepada kehendak Tuhan. “...Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan Tuhan itu kepadanya... tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia [Maria] melahirkan anak laki-laki dan Yusuf menamakan dia Yesus” (Mat. 1:24-25). Keperawanan Maria sebagai tanda keutuhan dan kemurnian imannya.39 Ketaatan imanya ia menerima Sang Sabda, perkataan Allah yang disampaikan melalui malaikat-Nya. Dengan menerima Sang Sabda dalam tubuhnya, Maria menjaga kemurnian jiwanya dengan setia menaati kehendak Allah serta senantasa merenungkan dalam hatinya. Keperawanan Maria semakin menunjukkan ke-Allah-an Yesus. Pernyataaan para Bapa Gereja tentang Bunda Maria tetap perawan: St. Ignatius dari Antiokhia (25-117) mengajarkan bahwa Yesus “sungguh lahir dari seorang perawan.” St. Yustinus Martir (100-165): “Sang Putera Allah menjadi manusia melalui sang Perawan agar ketidaktaatan yang disebabkan oleh ular itu dapat dihancurkan dengan cara yang sama seperti pada awalnya. Sebab Hawa, ketika masih perawan tak bernoda, percaya akan perkataan ulat itu, dan mengakibatkan ketidaktaatan dan maut. Tetapi Perawan Maria, penuh dengan iman dan sukacita ketika Malaikat Gabriel mengatakan kepadanya kabar gembira ... dan melalui dia, Ia [Kristus] telah hadir ....” Tertulianus (213): “Sungguh, ada seorang perawan.. yang melahirkan Kristus, agar semua gelar kekukusan dapat dipenuhi di dalam diri orangtua Kristus, melalui seorang ibu yang perawan dan istri dari satu orang suami.” St, Ambrosius (337-397): “ Ia [Yesus] yang telah membuka rahim ibu-Nya, sehingga Ia [Yesus] yang tak bernoda dapat lahir. Dengan istilah ‘membuka rahim’, maksudnya adalah kelahiran seperti biasa, [namun] bukan bahwa tempat kediaman suci di rahm sang perawan, yang telah dikuduskan oleh Tuhan kita saat memasukinya, kini dianggap kehilangan keperawanannya karena kelahiran-Nya.” 37Ibid., Hal. 138 38Ibid., Hal. 140 39KGK 507
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 18
St. Yohanes dari Damaskus (676-749) juga mengatakan hal yang serupa: “Ia [Maria] yang tetap perawan setelah kelahiran [Kristus] tak pernah sampai akhir hidupnya berhubungan dengan seorang pria ... Sebab meskipun dikatakan Ia [Kristus] sebagai yang ‘sulung’ ... arti kata ‘sulung’ adalah ia yang lahir pertama kali, dan tidak menunjuk kepada adanya kelahiran anak-anak berikutnya.” Dasar Magisterium Gereja Konsili Konstantinopel II (553): Dalam satu pernyataan diajarkan demikian,”Barangsiapa yang tidak mengakui bahwa Sabda Allah mempunyai dua macam kelahiran, yang pertama adalah sejak kekelan, di luar waktu dan tanpa tubuh; dan yang kedua adalah di hari-hari akhir ini, yang turun dari surga dan menjelma menjadi manusia dari Maria, Bunda Allah yang kudus dan mulia dan tetap perawan, dan dilahirkan olehnya: biarlah ia menjadi anathema.” Paus Martinus 1 dalam Konsili Lateran (649) merumuskan mengenai Maria yang tetap Perawan sebagai berikut: “Ia [Maria] mengandung tanpa benih laki-laki, [melainkan] dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.” Konsili Vatikan II (1962-1965), dalam Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium(50, 52, 57, 63) diajarkan demikian: Lumen Gentium 50: “Dengan bakti yang istimewa, Gereja menghormati mereka bersama dengan Santa Perawan Maria dan para malaikat kudus, ... memohon bantuan perantaraan ... Sebab sementara merenungkan hidup mereka yang dengan setia mengikuti Kristus, kita mendapat dorongan baru ... ditunjukkan jalan yang sangat aman, ... dapat mencapai persatuan yang sempurna dengan Kristus atau kesucian. Lumen Gentium 52: “Misteri Ilahi keselamatan itu diwahyukan kepada kita dan tetap berlangsung dalam Gereja, yang oleh Tuhan dijadikan Tubuh-Nya. Kaum beriman disatukan dalam persatuan dengan Kristus, dan dalam persekutuan dengan semua para kudus-Nya, dan umat beriman wajib merayakan kenangan untuk penghormatan kepada Perawan Bunda Allah serta Tuhan kita Yesus Kristus. Adapun persatuan dengan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkapkan sejak saat Kritus dikandung oleh Santa Perawan hingga wafatnya (Lumen Gentium 57). Santa Perawan Maria erat hubungannya dengan Gereja. Seperti yang telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta ksih, dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang tepat juga disebut bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberikan teladan perawan maupun ibu (LG 63). Gereja mengakui bahwa Yesus hanya oleh kuasa Roh Kudus dikandung dalam rahim Perawan Maria. Ia mengandung Yesus “tanpa benih, dari Roh Kudus”. Para Bapa Gereja melihat perkandungan oleh perawan ini, suatu tanda bahwa sungguh Putera Allah datang ke dalam kodrat
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 19
manusiawi yang sama dengan kita (KGK 496). Maria “tetap perawan”, ketika ia mengandung Puteranya, perawan ketika ia melahirkanNya, perawan ketika ia menyusuiNya, selalu perawan. Dengan seluruh hakikatnya ia adalah “hamba Tuhan” (KGK 510). 2.3
Maria Dikandung Tanpa Dosa (Maria Immaculata) Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus
menyatakan bahwa Maria dikandung tanpa dosa. Dalam Ineffabilis Deus, ia menyatakan, “Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Mahakuasa, oleh karena jasa-jasanya Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal.” Bunda Maria merupakan manusia yang istimewa. Sejak ia dikandung oleh St. Anna, ibunya, ia telah dibebaskan dari dosa. Ia dibebaskan dari dosa asal yang berasal dari manusia pertama Adam dan Hawa. Bunda Maria disucikan oleh Allah dari dosa warisan sebab ia adalah bejana yang kudus. Melalui ia, Allah menggenapi sabda-Nya dengan kehadiran Yesus ke dalam dunia. Allah menyediakan baginya tanda rahmat-Nya yang tertuju pada dunia. Penebusan yang diterima oleh umat manusia adalah penebusan yang diperoleh dari pengampunan dosa. Lain halnya dengan Bunda Maria, ia mendapat penebusan agar ia tidak jatuh dalam dosa atu dirusak karena dosa. Rahmat yang Allah berikan kepada Maria, untuk menjaga agar ia jangan jatuh dalam dosa. Manusia menerima rahmat untuk disembuhkan setelah jatuh ke dalam dosa. Hanya Maria saja yang mendapatkan rahmat istimewa ini sebab ia mengandung Yesus. Maria “tidak berdosa” bukan karena kekuatannya sendiri. Origen (244) menyatakan, “Bunda Perawan Maria dari Putera Tunggal Allah disebut sebagai Maria, yang layak bagi Tuhan, yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, hanya satusatunya.” Adapun ajaran gereja yang disampaikan pada Konsili Trente (1545-1563) bahwa, “Tak ada orang dapat menghindari semua dosa seumur hidupnya, bahkan dosa-dosa ringan, kecuali karena rahmat khusus dari Allah seperti yang diyakini Gereja, telah diberikan kepada Perawan yang terberkati [Maria].”40 2.4
Maria Diangkat Ke Surga (Maria Assumpta) Gereja Katolik pada tanggal 1 November 1950 melalui Konstitusi Apostolik
Munifentissimus Deus memproklamirkan dogma Maria diangkat ke Surg. Paus Pius XII (19391958) merupakan paus yang menetapkan dogma ini. Untuk dapat lebih jelas memahami dogma ini, kita harus melihatnya dalam satu kesatuan dengan dogma-dogma yang lain. Pertama, Maria sebagai Bunda Allah, sebab ia melahirkan Tuhan Yesus Kristus. Melalui Maria, rencana Allah terpenuhi. Ia dimuliakan bersama Puteranya. 40Stefanus dan Ingrid Tay. Maria O Maria:Bunda Allah, Bundaku, BundaMu(Surabaya:Primantara Cendana Sakti, 2016)hal. 205
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 20
Kedua, Bunda Maria tetap perawan.Keperawanan Maria tetap selamanya, sebelum dan sesudah melahirkan Yesus Kristus. Dan ketiga, Maria dikandung tanpa dosa, Ia tidak berdosa sampai selamanya. Ketaatannya kepada Allah yang sempurna menguduskan jiwa dan tubuhnya serta menjadi Bunda Maria unggul di antara umat beriman. Berdasarkan ketiga ajaran ini, maka dinyatakan dogma Maria diangkat ke surga. Gereja Katolik meyakini bahwa setelah masa peziarahan Maria di dunia, ia diangkat ke surga. Maria diangkat ke surga menjadi tanda akan penggenapan janji Allah bagi setiap umat beriman yang senantiasa taat dan setia pada imannya sampai akhir. Maria diangkat ke surga, sebab waktu ia di kandung rahim St. Anna, ia tanpa dosa, dengan kata lain Maria dibebaskan dari dosa warisan Adam dan Hawa. Selama hidupnya di dunia, ia tidak melakukan dosa. Jadi, layak dan pantas Maria tidak mengalami maut, sebab Paulus mengajarkan, “Upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ia hidup yang kekal …” (Rom. 6:23). Bunda Maria “diangkat” Allah ke surga, dan bukan “naik” ke surga. Hal ini harus diketahui dan dipahami umat beriman. Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah. Berbeda dengan Yesus Kristus, Ia naik ke surga atas kuasaNya sendiri. Dogma Maria diangkat ke surga manyatakan bahwa Maria mendahului uma beriman lain menikmati keselamatan yang dikerjakan Kristus. Ini juga didasari dengan dipersatukannya dengan erat bersama Puteranya. Dapat kita simpulkan, apa yang telah dialami dan terjadi pada Bunda Maria, hal itu pun dapat terjadi pada setiap orang beriman. Maria diangkat ke surga setelah wafatnya, kita pun akan dibangkitkan pula dengan jiwa dan raga kita dan bersatu dengan Dia dalam kemuliaan surgawi. St. Modestus dari Yerusalem (sebelum 634) menyatakan, “Sebagai Bunda Kristus yang termulia … telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima kekekalan tubuh yang tidak rusak, bersama Dia yang telah mengangkatnya dari kubur dan mengangkatnya kepada diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui oleh-Nya. Konstitusi Apostolik Paus Pius XII dalam Munifencitissimus Deus mengajarkan, “Hence the revered Mother of God, from all eternity joined in a hidden way Jesus Christ … finally obtained, as the supreme culmination of her priveleges, that she should be preserved free from the corruption of the tomb and that like her own Son, having overcome death, she might be taken up body and soul to the glory of heaven where, as Queen, she sits in splender at the right hand of her Son, the immortal King of the Age (MD 40).
BAB III PERAN MARIA DALAM KARYA KESELAMATAN
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 21
3.1
Kepengantaraan Maria Dalam kepengantaraan Maria, ia memliki peranan yang begitu besar dalam karya
keselamatan manusia. Sebab peranan Maria tidak berakhir hanya sampai pada saat ia mengandung, melahirkan serta mengasuh Yesus. Ia menerima anugerah besar berkat ketaataannya kepada kehendak Allah. Maria pada saat mengandung Yesus mengunjungi Elisabeth saudaranya. Ini merupakan tanda cintanya kepada sesama. Ia membawa cinta yang menjelma dalam dirinya, dan dengan bebas memberikannya kepada sesama. Cinta ini telah ia wujudkan secara nyata. Setelah Maria diangkat ke surga, ia tidak berhenti menolong sesama. Sebagai makhluk yang istimewa yang dipilih Allah, ia tidak meninggalkan anak-anak melainkan berperan sebagai pengantara (Mediatrix) antara Kristus dan manusia. Pada masa hidupnya, ia membuktikan kepengantaraannya dimana ia meminta bantuan Yesus pada pesta perkawinan di Kana. Pada saat itulah Yesus melakukan mujizat pertamanya. Maria sangat peka dengan kesulitan yang dialami oleh manusia. Kecintaan Maria kepada kita manusia, membangkitkan cinta kepada Putera-Nya yang adalah Sang Imam Agung. Maria menerima rahmat dari Allah bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Rahmat yang diterimanya dibagikan dan disalurkan kepada umat manusia. Maria tampil sebagai penerima Sang Juruselamat dan menghadirkan ke tengah-tengah dunia. Sabda yang telah menjelma dalam dirinya, bukan semata-mata untuk keselamatan dirinya tetapi terutama untuk keselamatan umat manusia. Allah berusaha mempersatukan semua manusia yang tercerai-berai untuk dipersatukan dalam hidup abadi bersama diri-Nya. Sebagai Bunda Allah, Maria memberikan teladan yang baik. Ia dengan segala kerendahan hati dan ketaatan akan segala kehendak Allah, ia rela menjadi Bunda Yesus, Bunda kita semua. 3.2
Maria sebagai Hawa Yang Baru Kita sering mendengar Maria dengan sebutan Hawa yang baru. Kenapa Maria dikatakan
Hawa yang baru? Hawa berarti “ibu dari segala yang hidup”. Kembali kita lihat pada awal penciptaan, Allah menciptakan manusia perempuan pertama bernama Hawa. Dari padanya diturunkan semua umat manusia. Hawa yang pertama jatuh ke dalam dosa akibat dari ketidaktaatan dan kesetiaannya kepada Allah. Ia telah melanggar apa yang telah ditawarkan oleh Allah. Atas pelanggaran inilah, semua manusia terbelenggu dan terikat pada dosa. Adam juga turut mendapatkan akibat dari perbuatan Hawa yang tidak taat. Maria hadir ke dunia seturut dengan misi keselamatan yang Allah telah rencanakan. Ia mendapat rahmat yang istimewa dari Allah. Allah telah menjanjikan kepada umat manusia untuk mengirimkan seorang penyelamat, yakni Putera-Nya, Yesus Kristus. Dialah Sang Sabda yang menjadi manusia. Dialah yang akan menyelamatkan umat dari belenggu-belenggu dosa. Melalui
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 22
Maria, Firman menjadi manusia. Rasul Paulus menegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat” (Gal. 4:4). Perempuan yang dimaksudkan Paulus ialah Maria. Maria dikandung tak bercela. Dengan ketaatan Maria, Kristus sebagai Adam yang baru hadir dalam dunia untuk melakukan kehendak Allah. Dalam Katekismus Gereja Katolik 726 menyatakan, “Pada akhir perutusan Roh, Maria menjadi “wanita”, Hawa Baru, “Bunda orang-orang hidup”, bunda “Kristus paripurna”. Dalam kedudukan itu ia bersama dengan keduabelasan “sehati bertekun dalam doa” (Kis. 1:14), ketika Roh Kudus pada pagi hari Pentakosta menyatakan awal “zaman terakhir” dengan memunculkan Gereja.” 3.3
Kesempurnaan Kesucian Maria Kekudusan
Maria
merupakan
kekudusan
Gereja.
Keteladanan
Bunda
Maria
memancarkan kesucian yang ia miliki. Maria waktu dikandung St. Anna, ibunya, telah diberikan rahmat Allah yang istimewa. Allah memberikan rahmat-Nya kepada Maria supaya tidak jatuh ke dalam dosa. Dengan kata lain, rahmat dari Allah ini meleindungi Maria dari kuasa dosa. Sebagai Bunda Allah, Maria telah menjalankan perannya dengan baik. Maria sering menjadi teladan dan sebagai tokoh panutan bagi banyak orang. Karena ketaatannya kepada kehendak Allah dan kesucian yang ia miliki. Sebagai manusia biasa yang dengan segenap hati mau menjadi hamba Allah yang setia. Bukti dari pemberian diri ini ia mengandung dari Roh Kudus. Dalam injil Matius, pada saat malaikat mengunjunginya dan mewartakan kabar sukacita dari Allah, bahwa ia akan mengandung, Maria menjawab, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi, sedangkan aku belum bersuami.” Jawaban yang di lontarkan Maria memperlihatkan bahwa ia belum dijamah oleh seorang lelaki dan masih perawan. Bunda Maria terberkati di antara wanita. Karena kesempurnaan akan kesuciannya, maka ia dibebaskan dari dosa warisan Adam dan Hawa. Ia dilindungi kekudusannya oleh Allah. Maria dikandung tanpa dosa. Berdasarkan rencana penyelenggaraan Ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus Ilahi yang mulia, secara sangat istimewa mendampingi-Nya, dengan murah hati dan menjadi hamba Tuhan yang rendah hati (LG 61). Maria seorang wanita yang sangat setia. Sebab ia tidak pernah menyerah dan putus asa akan situasi hidupnya. Pemahaman akan kekudusan Allah yang menguduskan dan mensyaratkan akan Tabut Perjanjian Lama menjadi dasar akan kesucian Bunda Maria. Bunda Maria merupakan Tabut Perjanjian Baru yang disiapkan oleh Allah sendiri. Tubuh Maria disucikan oleh Allah agar tubuh Kristus yang akan dilahirkannya menjadi manusia yang kudus. Maria telah menyatukan dirinya bersama Allah dalam tindakannya yang secara total menyerahkan diri kepada Allah dan menjaga
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 23
diri seutuhnya bagi Allah. Maria pantas disebut Bunda yang penuh dengan kesucian. Apa yang telah dilakukannya dari awal, telah membuktikan kesucian Maria. 3.4
Maria dan Gereja Dalam Gereja Katolik Maria memiliki tempat khusus di dalam ibadat. Dengan
melahirkan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja, Maria dipandang sebagai Bunda Gereja. Maria menjadi Bunda Gereja sebab ia telah menjadi ibu Yesus Kristus yang telah menyelamatkan umat manusia. Gelar Maria sebagai “Bunda Gereja” menjadi perdebatan di antara para Bapa Gereja dalam sidang Konsili Vatikan II. Meskipun gelar ini menjadi perdebatan, Paus Paulus VI, dengan secara resmi akhirnya menyatakan Maria sebagai “Bunda Gereja”. Maria adalah Bunda kaum beriman. Ia menjadi tanda harapan yang pasti dan hiburan bagi gereja yang berziarah. Peranan Maria dalam karya keselamatan tidak menjadikan ia lebih unggul dari Yesus Kristus, karena yang menjadi kepala Tubuh dalam gereja yakni Kristus sendiri. Sedangkan Maria merupakan anggota Tubuh-Nya itu Gereja. Maria terlebih dahulu menjadi anggota gereja dari semua anggota Tubuh-Nya yang lain. Maria menerima salam sebagai anggota gereja yang unggul dan sangat istimewa, juga sebagai pola teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih (LG 53). Keteladanan Bunda Maria bagi gereja, dapat dilihat dari perannya sebagai bunda dan perawan. Maria adalah perawan sekaligus bunda, karena ia adalah citra hakikat Gereja dan Gereja dalam arti penuh…. Gereja melahirkan bagi hidup baru yang kekal-abadi putera-putera yang dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah. Gereja pun perawan, yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yang dijanjikan kepada Sang Mempelai. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya (KGK 507). Ia menjadi Bunda Rohani bagi gereja. Yesus memberikan Bunda Maria agar menjadi ibu bagi murid-murid-Nya, yaitu GerejaNya (Tay, 2016:246). St. Agustinus (416) mengajarkan, “Maria adalah sungguh ibu dari anggotaanggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya, umat manusia telah dilahirkan di Gereja [yaitu] para umat beriman yang adalah Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi manusia.”
PENUTUP Maria adalah Bunda Allah yang melahirkan Sang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus. Mengenal Bunda Maria tidaklah cukup tanpa kita memahami akan perannya dalam karya
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 24
keselamatan. Ia adalah seorang Bunda yang memiliki keistimewaan di antara wanita. Allah memilihnya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Pada saat pertama kali mendapat kabar dari malaikat bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dengan penuh kerendahan hati, ia menjawab, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Suatu pemberian diri yang sempurna, sebab ia rela menjadi hamba Tuhan. Maria percaya akan rencana Tuhan dalam dirinya. Kerelaan dan kesediaannya untuk melahirkan Yesus Kristus, Putera Allah merupakan misi perutusan Maria.Atas kesediaannya ini tidak bisa disangkal jika Maria diberi gelar sebagai Bunda Allah.Ia melahirkan Yesus yang adalah sungguh Allah dan sunggu manusia.Yesus Kristus ialah Allah Putera yang diserahkan Bapa kepada kematian demi untuk menebus semua manusia dari belenggu-belenggu dosa. Maria juga termasuk di dalamnya, namun ia istimewa diantara semua manusia yang ditebus oleh Yesus. Sejak masih di dalam kandungan St. Anna, ibunya ia telah dikuduskan oleh Allah. Ia ditebus oleh Allah dengan rahmat yang istimewa, agar ia tidak tercemar oleh dosa dan tidak jatuh ke dalam dosa. Maria dikandung tanpa dosa.Ia bebas dari dosa warisan maupun dosa pribadi. Maria juga dipandang sebagai Hawa Baru.Hawa yang pertama pada awal penciptaan mendatangkan dosa dan maut. Lain halnya dengan Maria sebagai Hawa Baru melaluinya umat manusia memperoleh hidup yang kekal, yaitu hidup di dalam Kristus, Sang Penyelamat. Ketaatan Maria kepada Allah tidak mengekang kebebasannya sebagai makhluk ciptaan-Nya. sebagai Hawa Baru, ia setia pada kehendak Allah. Peranan Maria dalam karya keselamatan yang dianugerahkan Allah sendiri tidak pernah akan tertandingi oleh makhluk mana pun. Allah mempersiapkan Maria secara istimewa. Maria menjadi pengantara antara Yesus dan manusia. meskipun Maria sebagai pengantara, tidak menggeser fungsi dan peranan Yesus. Sebab Yesus adalah satu-satunya pengantara manusia dengan Allah. Perawan Maria menghantar umat beriman agar lebih mengenal, setia dan taat kepada Putera-Nya, Sang Imam Agung. Bunda Maria pantas dan layak dijadikan teladan bagi kaum beriman. Sebab kerendahan hati dan kesetiaannya kepada kehendak-kehendak Allah. Ia telah membuktkan dirinya dihadapan Allah dengan mendampingi Putera-Nya sampai wafat di salib. sampai akhir hidupnya, ia bertekun dalam doa bersama murid-murid Yesus. “PER MARIAM AD IESUM”
DAFTAR KEPUSTAKAAN Dister, Nico Syukur. Teologi Sistematika. Cetakan ke-8. Yogyakarta:Kanisius, 2013.
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 25
Haryono, YB. Devosi-Devosi Umat: Sejarah, Makna, Manfaat dan Bahaya-Bahayanya . Jakarta:Obor, 2011. Jebadu, Alexander. Devosi Kepada Bunda Maria. Jakarta:Fidei Press, 2009. Kristiyanto, A. Eddy. Maria dalam Gereja. Yogyakarta:Kanius, 1987. Musakabe, Herman. Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat Allah. Jakarta:Citra Insan Pembaru, 2005. ______________. Bunda Maria Pengantara Pembela dan Penolong Kita. Cetakan ke-2. Jakarta: Citra Insan Permana, 2010. ______________. Berkarya Dalam Kasih dan Iman. Cetakan ke-3. Jakarta: Citra Insan Pembaru, 2006. Paasen, Jan Van. Devosi dan Deviasi. Jakarta:Cahaya Pineleng, 2007. Pidyarto, H. Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Cetakan ke-2. Malang:Dioma, 2013. Sabato, P. Salvatore M. Inilah Ibuku. Yogyakarta:Kanisius, 2010. Tay, Stefanus dan Ingrid L. Maria O Maria: Bunda Allah, Bundaku, Bundamu. Surabaya:Murai Publishing, 2016. Paus Pius XII. Apostolic Constitution Munificentissimus Deus. 1 November 1950. http://w2.vatican.va/content/pius-xii/en/apost_constitutions/documents/hf_pxii_apc_19501101_munificentissimus-deus.html(diakses dan di unduh tgl 10 Mei 2017) http://www.yesaya.indocell.net/id68.htm(diakses dan di unduh tgl 10 Mei 2017) http://www.imankatolik.or.id/dasar_kitab_suci_maria_sebagai_bunda_pengantara.html(diakses dan di unduh tgl 10 Mei 2017) http://www.holytrinitycarmel.com/dogma-theotokos-maria-bunda-allah/(diakses dan di unduh tgl 10 Mei 2017) http://www.katolisitas.org/maria-bunda-allah-2/ (diakses dan di unduh tgl 20 Mei 2017)
RESUME PENDAHULUAN
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 26
Adapun dasar ajaran-ajaran ‘dogma’ Gereja Katolik yang menjadi dasar bagi umat Katolik menghormati Maria, yakni Maria sebagai Bunda Allah. Dogma ini dirumuskan dalam Konsili Efesus (431) untuk membantah ajaran sesat Nestorius Uskup Agung Konstantinopel (428-431). Bunda Maria Tetap Perawan, dogma ini dirumuskan dalam Konsili Konstantinopel II (553) dan diimani oleh Konsili Lateran (649). Gereja mengimani dan mengakui Bunda Maria tetap perawan, karena Kristus yang adalah Allah sendiri hadir dalam tubuh Maria tanpa benih laki-laki atau dengan persetubuhan melainkan karena kuasa Roh Kudus (Luk. 1:35) sampai Maria melahirkan Kristus. Ajaran selanjutnya, membuat gereja Katolik menghormati Maria adalah Bunda Maria dikandung tanpa dosa. Ajaran ini mungkin membuat kita bertanya-tanya, mana mungkin Maria tidak berdosa. Ini terlihat jelas, sama seperti Allah telah menyucikan Tabut perjanjian yang berisi manna, kedua loh batu, dan tongkat Harun. Demikian halnya, Allah telah telah menyucikan Maria sebelum ia mengandung Yesus Kristus. Ia ditebus agar tidak tersandung dengan dosa. Allah sendiri menginginkan tempatnya kudus. Dan ajaran yang lain, yakni Maria diangkat ke surga. Tidak secara eksplisit dituliskan dalam kitab suci akan kenaikan Maria ke surga tetapi Gereja Katolik mengimani akan ajaran ini. Bukan tanpa alasan, umat Katolik mengimani ajaran ini tetapi ada alasan yang mendasar. Seperti halnya dengan Kristus yang telah wafat, bangkit dan naik ke surga. Maria telah membuktikan kesetiaannya sampai akhir. “... Ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi dia” (Yakobus 1:12) suatu mahkota yang yang abadi (1 Kor. 9:25). Dogma ini dinyatakan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950 dalam ensikliknya Munificentissimus Deus.
BAB I MARIA DALAM KITAB SUCI DAN PERKEMBANGAN PADA AWAL TRADISI 1.1
Maria dalam Kitab Suci Perjanjian Baru Dari ke-152 ayat masing-masing terdapat dalam surat Paulus 1 ayat; Lukas 89 ayat,
Kisah para rasul 1 ayat dan sisanya pada Markus, Matius, dan Yohanes.Pengakuan “Maria, Ibu Yesus” ditemukan juga pada sumber profan, yang berasal dari sejarah , tradisi, budaya dan satra Israel, talmud Timur Tengah, dan Injil Aprokrif. 1.1.1 Matius Matius menyajikan 3 hal kepada sidang pembaca tentang Maria, diantaranya sebagai berikut: 1. Menjelaskan secara jelas, asal-usul Sang Mesias melalui Yosef. Dengan kalimat terakhir dari deretan nama-nama para leluhur, “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus’(Mat. 1:16). 2. Yesus dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan dari perawan Maria(Mat. 1:18-25)
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 27
3. Lalu menyusullah kisah-kisah tentang kunjungan orang-orang majus “dari Timur”, pengungsian keluarga kudus di Mesir, pembunuhan kanak-kanak di Betlehem, kembalinya Yosef sekeluarga dari Mesir dan tinggalnya mereka di Nazaret. Dalam injil Matius “Anak itu serta ibu-Nya” disebut sampai empat kali (Mat. 2:11; 13; 20; 21). Dengan silsilah, Matius menunjukkan Kristus sebagai tujuan sejarah dan penyelamat bangsa-Nya, dan dengan sama jelasnya digarisbawahi penyelenggaraan ilahi yang berkuasa dan istimewa terhadap Sang Mesias dan Maria, ibu-Nya. 1.1.2
Markus
Maria disebut dua kali oleh penginjil yang pertama. Dalam Markus 3:31 “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus”, dan dalam Markus 6:33 “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaranya yang perempuan ada bersama kita? lalu mereka kecewa dan menolak Dia.” Dalam Markus 6:33, berkata, “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara (adelfos) Yakobus, Yoses, dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan (adelfoi) ada bersama kita?” Secara sepintas kita dapat bertanya, mengapa hanya Yesus yang dikatakan anak Maria? Apakah mungkin Yosep, suami Maria, telah meninggal? Ataukah tersirat keperawanan Maria sebelum dan sesudah kelahiran Yesus? Soal keperawanan Maria tercantum pada Matius 1:25 dan Lukas 2:7. 1.1.3 Lukas Dalam injil Lukas terdapat 89 ayat yang berkaitan dengan Bunda Maria. Dari kutipankutipan tersebut mengandung beberapa gelar yang akan dijadikan dasar refleksi teologi dan devosi: Theotokos (Bunda Allah), Perawan, Putri Sion. Ada beberapa kesamaan, antara Matius dan Lukas yang tidak dapat kita abaikan. Kesamaan tersebut menyangkut : a) Fakta pertunangan Yusuf dan Maria (Mat. 1:18-20, Luk. 1:27) b) Disebutkan nama sang ibu (Mat. 1:17; Luk. 1:27-30, 34) c) Yosef berasal dari keluarga Daud, dengan demikian karena pengakuan yuridis olehnya d) Tentang Yesus sebagai anaknya-sebutan “Anak Daud” sebagai gelar Yesus (Mat. 1:1; Luk. 1:32; 2:41) e) Maria mengandung Yesus karena karya Roh Kudus yang tidak dilukiskan lebih lanjut (Mat. 1:18. 20; Luk. 1:35) f) Saat Maria mengandung, yaitu antara upacara pertunangan dengan awal hidup sebagai suami istri (Mat. 1:18; Luk. 1:27) g) Saat kelahiran Yesus, yaitu sesudah secara resmi dimaklumkan bahwa Maria dan Yosef hidup bersama sebagai suami istri (Mat. 1:24; Luk. 2:5)
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 28
h) Pemastian nama Yesus yang disampaikan oleh malaikat (Mat. 1:21 kepada Yosef; Luk. 1:31 kepada Maria) sebelum Yesus dilahirkan. i) Betlehem merupakan tempat kelahiran (Mat. 2:5-6; Luk. 2:11) j) Berpindahnya keluarga kudus ke Nazaret (Mat. 2:23; Luk. 2:39) Disamping kesamaan-kesamaan di atas antara Matius dan Lukas, ada juga perbedaan dalam peredaksian dari kedua injil tersebut.Teks-teks yang khas dari injil Lukas, yaitu : a. Kabar bahwa Yesus akan lahir (Luk. 1:26-38) dalam kesejajaran dengan kabar bahwa perintisnya akan lahir (Luk. 1:5-25) b. Perjumpaan antara kedua ibu yang sedang mengandung (Luk. 1:39-56) c. Perihal yang mendahului dan menyusul kelahiran Yesus, tetapi tanpa melukiskan descensi (silsilah keturunan) itu sendiri (Luk. 2:1-7) d. Adegan para gembala Betlehem (Luk. 2:8-20) e. Yesus disunat (Luk. 2:21) f. Yesus dipersembahkan di bait Allah dan perjumpaan dengan Simeon (Luk. 2:22-38) g. Apa yang terjadi dengan Yesus pada usia 12 tahun di bait Allah (Luk. 2:41-50) h. Acuan kepada hidup Yesus yang tersembunyi di Nazaret (Luk. 2:51-52) 1.1.4 Yohanes Injil yang terakhir ditulis sekitar tahun ± 90-100. Injil ini menuliskan dalam injilnya permenungan dan refleksi lebih matang tentang pribadi dan karya Yesus. Dari injil yang keempat ini, hanya memuat dua perikop yang menunjukkan bahwa Maria memegang peranan. Pertama pada saat perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11) dan yang kedua pada saat di bawah salib (Yoh. 19:25). Pada pesta perkawinan di Kana, Maria, “Ibu Yesus”, hadir dan membuktikan diri sebagai pengantara yang berjaga-jaga dan suka menolong. Sebelum Yesus wafat di kayu salib, Ia menyerahkan diriNya kepada Maria, dan menyerahkan Maria kepada murid-muridNya. Ungkapan Yesus,”Ibu, inilah anakmu...inilah ibumu,”(Yoh. 19:26-27) dapat dipahami sebagai suatu peranan dan fungsi gerejawi, yang merupakan misi Maria. 1.1.5
Paulus
Galatia 4:4 merupakan kesaksian pertama tentang Bunda Maria dalam perjanjian baru, meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan nama pribadi wanita itu.Paulus dalam Galatia 4:4 menghubungkan bukan hanya Anak Allah yang praada itu dengan sejarah dunia dan sejarah keselamatan melainkan juga ibuNya. 1.1.6
Kisah Para Rasul
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 29
Kutipan teks kitab suci Kisah Para Rasul 1:14, “Mereka semua bertekun dengan doa bersama-sama dengan beberapa perempuan serta Maria ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus”.Dimana sebenarnya kedudukan dan peranan Maria dalam Gereja setelah kenaikan Yesus? Pertama-tama Maria berada dalam dan bersama dengan gereja yang dikepalai para rasul. Gereja di Yerusalem disebut Gereja Induk (Mater), suatu komunitas yang penuh pengampunan dan belas kasih. Maria dikelilingi murid-murid yang telah meninggalkan atau mengkhianati Puteranya. Ibu Yesus sanggup mengumpulkan kembali murid-murid Yesus: Mediatrix, penuh pengertian keibuan. Maria adalah pemersatu bagi gereja. Maria juga ikut memberi kesaksian 1.2
Citra Maria dalam Tulisan Aprokrif
Dasar bagi ajaran tentang Maria diletakkan selama abad I dan II, demikianlah salah satu titik tolak Mariologi dewasa ini.Dengan kurang lebih hati-hati sejumlah Bapa gereja mengutip kitab-kitab Aprokrif, diantaranya Proevangelium Jacobi (Injil Purba menurut Yakobus), Injil Orang Ibrani, Epistola Apostolorum (Surat para Rasul), kenaikan Yesaya, Acta Petri (Kisah Petrus). Proto-Injil Yakobus (Protoevangelium Jacobi) ditulis pada pertengahan abad II (sekitar tahun 150) menurut cerita dengan pelbagai detail yang mendukung dan membela keperawanan Maria sebelum, selama, dan sesudah melahirkan Sang Anak. Pribadi Maria digambarkan dengan menggunakan unsur PL menuju perwujudan PB. Dalam kitab yang berjudul Kenaikan Yesaya, yang memiliki banyak kesejajaran dengan Injil Matius dan Protoevangelium Jacobi, kita dapat membaca bahwa Yosef, suami Maria, tidak bersetubuh, dan dua bulan setelah kembalinya Yosef, Maria melahirkan tanpa merasa kesakitan, dan bahwa seluruh orang yang mendengar mengenai kelahiran yang ajaib itu menyadari betapa besarnya rahasia yang mereka hadapi (Dister, 2013:448) 1.3
Maria dalam Patristik
Para Bapa Gereja merupakan saksi dari adanya Tradisi Suci dalam kehidupan gereja, yang nyata dari apa yang dipercayai, dilakukan, dihidupi, dan didoakan oleh Gereja.Apa yang telah mereka terima sendiri, mengingatkan kaum beriman, supaya mereka berpegang teguh pada ajaran-ajaran warisan, yang mereka terima baik secara lisan maupun tertulis (lih. 2 Te. 2:15). 1.3.1
Ignatius dari Antiokia, Uskup dan Martir (110)
Ignatius yang pertama menulis tentang Bunda Maria dengan mengutip Gal. 4:4. Karya Ignatius memberik kesaksian tentang dua hal, pertama, tentang pengintegerasian unsur-unsur ajaran Mariologis ke dalam khazanah iman Gereja, dan kedua, tentang peneguhan teks-teks alkitabiah utama dari kanak-kanak Yesus.Surat-surat Ignatius ramai dibaca dan oleh pengarah yang menulis dikemudian hari banyak dikutip. Pada dogma Kristologis Gereja Purba yang sedang bertunas itu ternyata ada unsur-unsur Mariologis, yakni martabat Maria sebagai Bunda Allah serta keperawanannya kendati mengandung. 1.3.2 Yustinus, Filsuf dan Martir (165) “Mengapa Allah menjadi “Manusia” dan mengapa lahir dari seorang wanita perawan, itu mitos”, Yustinus menjawab bahwa “Inilah rencana Allah sendiri. Alasan utama harus dicari dalam Allah sendiri. Penjelmaan dan keperawanan termasuk dalam “oiconomia” demi
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 30
keselamatan manusia. Keperawanan Maria yang mengandung Yesus menjadi pokok perselisihan antara orang Kristiani khususnya kutipan teks dalam Yes. 7:14, dimana kata Ibrani ha’alma dalam Alkitab Yunani yang diterjemahkan oleh Aquila dan Theodotion, dua orang Yunani yang telah masuk agama Yahudi, diterjemahkan menjadi neamis (perempuan muda), sedangkan dalam naskah Septuaginta menerjemahkannya menjadi parthenos (perawan). Orang Yahudi berpegang pada terjemahan neamis; sedangkan Kristiani berpegang pada terjemahan parthenos. 1.3.3
Ireneus, Uskup dan Martir (140-200)
Ireneus disebut Bapa Mariologi. Apa yang telah didapatkannya dari Yustinus yang adalah gurunya, Ireneus melibatkan diri dalam membantah pandangan heretis yang datang dari pihak kaum Ebionit, maupun (dan bagi Ireneus: terutama) dari Gnosis yang bersifat Doketisme. Beberapa butir yang dapat dirumuskan arti Ireneus bagi Mariologi, antara lain, pertama, penilaian terhadap Maria secara soteriologis: Ireneus mengembangkan lebih lanjut citra Maria yang alkitabiah dengan menilai Maria serta sumbangannya kepada penyelenggaran keselamatan dari pihak Allah (oikonomiatheou) dan kepada tindakan penyelamatan dari pihak Yesus sang Kristus bukan hanya secara Kristologis tetapi juga secara Soteriologis. Kedua, pemerkayaan citra etis Maria: dengan mengindividualisasikan sosok Maria, Ireneus menonjolkan citra Maria yang etis. Oleh sebab itu, kesucian Maria menjadi titik perhatian gereja. Ketiga, Bunda Allah sebagai pengantara: Ireneus meletakkan dasar bagi pandangan bahwa Bunda Allah itu juga pengantara. Dan keempat, Tipologi Maria Gereja: Ireneus memperluas kesejajaran Hawa-Maria begitu rupa sehingga Maria menjadi bunda bangsa manusia yang baru, sebagaimana halnya gereja. 1.3.4 Meliton dari Sardi (180) Meliton menyebut Maria sebagai Agnella Pura, murni (Anak Domba Betina yang Murni), Yesus adalah Agnellus (Anak Domba Janta). Pada saat menjadi hamba Tuhan, Maria sudah mengarah kepada pengorbanan di salib bersama dengan Putranya. 1.3.5 Tertullianus (160-240) Ia adalah tokoh Latin, gigih membela iman Katolik, perintis teologi berbahasa latin. Pemikirannya amat tajam, tidak terlepas dari sentuhan bidah Montanus (alegori dan spiritualis). Iman kristologi dan mariologi didasarkan pada Conceptio Virginalis dan Maternitas Divina, berkat kuasa Roh Kudus. Maria memberi daging yang benar kepada Yesus. Maria adalah Hawa Baru. Tertullianus merefleksikan sikap Maria dalam masa umum Yesus: Maria bukan ditolak sebagai ibu, tetapi Yesus mau mengarahkan ibunya kepada sikap iman yang lebih matang, menjadi muridnya. 1.3.6 Origenes (185-253) Origenesmerupakan seorang teolog termahsyur dalam Kekristenan; dia menangani semua bidang iman: teologi, pembelaan (apologi), eksegese. Fokus Teologinya adalah LOGOS, VERBUM, yang memberi hidup, communio dengan manusia dan terjadi semacam asimilasi untuk mengembalikannya kepada Bapa.
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 31
Tentang Bunda Maria, ia mengajarkan Virginitas Perpetua, Maternitas Divina, dan kedudukan mulia dalam hubungan dan penyertaan umat dengan Logos, Verbum. Origenes sangat mencintai dan menghormatinya. Maria harus dipandang dari dua aspek: “wajah teologi dan wajah Injil. Dari aspek teologi, Maria adalah pilihan Allah dan segala yang dimilikinya adalah karunia dan cinta ilahi; aspek Injil, bersama dengan Gereja dalam perjalanan dan peziarahan iman.
BAB II DOGMA-DOGMA GEREJA KATOLIK TENTANG MARIA Secara etimologis ‘dogma’ berasal dari kata Yunani yang artinnya “apa yang nampak atau dipandang betul. Istilah dan arti dogma ‘dogma’ pertama kali muncul setelah Konsili Trente (1545-1563), yang membahas tentang apa yang harus diterima sebagai iman yang benar. Salah satunya dogma tentang Maria 2.1
Maria sebagai Bunda Allah (Mater Dei)
“Maria itu Bunda Allah merupakan dasar yang meligitimasi seluruh ajaran serta devosi tentang Maria.“Perawan Maria diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Bunda Penebus yang sesungguhnya...Ia memang Bunda para anggota [Kristus]...karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerja samanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota kepada itu.Maria sebagai Bunda Allah adalah Privelese Maria paling fundamental dalam tata keselamatan. Bunda Maria melahirkan Yesus, yang sungguh adalah Allah, maka Maria disebut Bunda Allah. Kita tidak mungkin menyangkal fakta bahwa Bunda Maria adalah ibu Yesus, karena kitab suci menyatakannya, baik secara jelas maupun terselubung. Dalam kitab Kejadian dinubuatkan bahwa Allah akan mengadakan permusuhan antara ular yakni iblis dengan “perempuan itu”. Dalam hal ini keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala si ular, yaitu iblis tersebut (lih. Kej. 3:15). Para Bapa Gereja menafsirkan bahwa “perempuan itu” ialah Maria sebab Sang Keturunan yang meremukkan iblis itu ialah Kristus. Nubuat ini juga disampaikan nabi Yesaya bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari perempuan muda dan akan dinamai Imanuel yang artinya “Allah Menyertai Kita”. Anak dara-perawan atau virgin dalam bahasa Inggris, atau alma dalam bahasa Ibrani (lih. Yes 7:14; Mat. 1:23). Nubuat Perjanjian Lama ini digenapi dalam Perjanjian Baru, ketika malaikat Gabriel mengatakan kepada Maria bahwa anak yang akan dilahirkan akan disebut Kudus, Anak Allah (lih. Luk. 1:35). Perkataan malaikat tentang ke-allahan Yesus dipertegas oleh kesaksian Elisabeth ketika Maria mengunjunginya dengan menyebut Maria sebagai “ibu Tuhanku” (Luk. 1:43). Dalam Gal. 4:4, rasul Paulus juga mengajarkan bahwa Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan. Atas dasar ayat-ayat ini, kita tidak
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 32
meragukan bahwa Bunda Maria memang layak disebut Bunda Allah, sebab Anak yang dilahirkan adalah Allah. Konsili Efesus (431) tentang dogma Maria sebagai Bunda Allah merupakan reaksi dan keberatan Gereja terhadap Nestorius dari Konstantinopel atas ajaran-ajaran sesatnya. Dengan secara resmi, Konsili Efesus menyetujui surat kedua dari St. Sirilius dari Alexandria tentang definisi ajaran ini, kutipannya adalah sebagai berikut: “Sebab Ia bukanlah seorang laki-laki biasa yang dilahirkan terlebih dahulu oleh Sang Perawan suci, dan kemudian setelah itu baru Sang Sabda turun atas-Nya; tetapi Ia demikian disatukan dengan daging dari rahim ibu-Nya itu, sehingga Ia telah mengalami kelahiran dalam daging, dengan menjadikan kelahiran dalam daging itu sebagai milik-Nya sendiri ... Maka mereka [para bapa suci] telah tidak ragu menyebut sang Perawan Suci sebagai “Bunda Allah”. Ini tidak berarti bahwa kondrat Sang Sabda atau ke-Allahan-Nya menerima awal keberadaannya dari sang Perawan suci, tetapi bahwa, karena tubuh [Yesus] yang suci itu, yang dihidupkan oleh jiwa yang berakal budi yang disatukan oleh Sang Sabda dengan diri-Nya sendiri menurut kesatuan hypostasis, telah dilahirkan dari dia [Maria], maka Sang Sabda dilahirkan menurut daging.” 2.2
Maria Yang Tetap Perawan Di dalam Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria tetap perawan, sebelum, pada
saat, dan sesudah melahirkan Yesus Kristus. Ini jelas, karena telah dikatakan dalam kitab suci bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus (Mat. 1:20; Luk. 1:35). Oleh sebab itu, pribadi Tuhan Yesus menjadi manusia dalam diri Maria tanpa berhubungan dengan laki-laki. Hal ini menjadi salah satu tanda akan ke-Allah-an Yesus, sebab belum pernah ada seorang di dunia ini melahirkan tanpa keterlibatan benih laki-laki. Meskipun tidak secara gamblang dinyatakan dalam Kitab Suci, akan tetapi hal ini dapat diketahui dari beberapa prinsip berikut ini: Allah menguduskan secara istimewa hal-hal yang berkenan dengan tempat kediaman-Nya. 2.3
Maria Dikandung Tanpa Dosa (Maria Immaculata)
Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus menyatakan bahwa Maria dikandung tanpa dosa. Dalam Ineffabili Deus, ia menyatakan, “Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Mahakuasa, oleh karena jasajasanya Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal. Origen (244) menyatakan, “Bunda Perawan Maria dari Putera Tunggal Allah disebut sebagai Maria, yang layak bagi Tuhan, yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, hanya satusatunya.” Adapun ajaran gereja yang disampaikan pada Konsili Trente (1545-1563) bahwa, “Tak ada orang dapat menghindari semua dosa seumur hidupnya, bahkan dosa-dosa ringan, kecuali karena rahmat khusus dari Allah seperti yang diyakini Gereja, telah diberikan kepada Perawan yang terberkati [Maria].”
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 33
2.4
Maria Diangkat Ke Surga (Maria Assumpta)
Bunda Maria “diangkat” Allah ke surga, dan bukan “naik” ke surga.Hal ini harus diketahui dan dipahami umat beriman.Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah.Berbeda dengan Yesus Kristus, Ia naik ke surga atas kuasaNya sendiri. Dogma Maria diangkat ke surga manyatakan bahwa Maria mendahului uma beriman lain menikmati keselamatan yang dikerjakan Kristus. Ini juga didasari dengan dipersatukannya dengan erat bersama Puteranya.Gereja Katolik pada tanggal 1 November 1950 melalui Konstitusi Apostolik Munifentissimus Deus memproklamirkan dogma Maria diangkat ke Surg. Paus Pius XII (1939-1958) merupakan paus yang menetapkan dogma ini.
BAB III PERAN MARIA DALAM KARYA KESELAMATAN 3.1
Kepengantaraan Maria Setelah Maria diangkat ke surga, ia tidak berhenti menolong sesama. Sebagai makhluk
yang istimewa yang dipilih Allah, ia tidak meninggalkan anak-anak melainkan berperan sebagai pengantara (Mediatrix) antara Kristus dan manusia. Pada masa hidupnya, ia membuktikan kepengantaraannya dimana ia meminta bantuan Yesus pada pesta perkawinan di Kana. Pada saat itulah Yesus melakukan mujizat pertamanya. Maria sangat peka dengan kesulitan yang dialami oleh manusia. Kecintaan Maria kepada kita manusia, membangkitkan cinta kepada Putera-Nya yang adalah Sang Imam Agung. Sebagai Bunda Allah, Maria memberikan teladan yang baik. Ia dengan segala kerendahan hati dan ketaatan akan segala kehendak Allah, ia rela menjadi Bunda Yesus, Bunda kita semua. 3.2
Maria sebagai Hawa Yang Baru Kita sering mendengar Maria dengan sebutan Hawa yang baru. Kenapa Maria dikatakan
Hawa yang baru? Hawa berarti “ibu dari segala yang hidup”. Maria hadir ke dunia seturut dengan misi keselamatan yang Allah telah rencanakan. Ia mendapat rahmat yang istimewa dari Allah. Allah telah menjanjikan kepada umat manusia untuk mengirimkan seorang penyelamat, yakni Putera-Nya, Yesus Kristus. Dialah Sang Sabda yang menjadi manusia. Dialah yang akan menyelamatkan umat dari belenggu-belenggu dosa. Melalui Maria, Firman menjadi manusia. Rasul Paulus menegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat” (Gal. 4:4). Perempuan yang dimaksudkan Paulus ialah Maria. Maria dikandung tak bercela. 3.3
Kesempurnaan Kesucia Maria Kekudusan
Maria
merupakan
kekudusan
Gereja.
Keteledanan
Bunda
Maria
memancarkan kesucian yang ia miliki. Maria waktu dikandung St. Anna, ibunya, telah diberikan
Memahami Ajaran Tentang Bunda Maria dan Peranannya Dalam Karya Keselamatan | 34
rahmat Allah yang istimewa.Allah memberikan rahmat-Nya kepada Maria supaya tidak jatuh ke dalam dosa. Dengan kata lain, rahmat dari Allah ini meleindungi Maria dari kuasa dosa. Sebagai Bunda Allah, Maria telah menjalankan perannya dengan baik. Bunda Maria terberkati di antara wanita. Kesempurnaan akan kesuciannya, ia dibebaskan dari dosa warisan Adam dan Hawa. Ia dilindungi kekudusannya oleh Allah. Maria dikandung tanpa dosa. Berdasarkan rencana penyelenggaraan Ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus Ilahi yang mulia, secara sangat istimewa mendampingi-Nya, dengan murah hati dan menjadi hamba Tuhan yang rendah hati (LG 61).Tubuh Maria disucikan oleh Allah agar tubuh Kristus yang akan dilahirkannya menjadi manusia yang kudus. 3.4
Maria dan Gereja Dalam Gereja Katolik Maria memiliki tempat khusus di dalam ibadat. Dengan
melahirkan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja, Maria dipandang sebagai Bunda Gereja. Maria menjadi Bunda Gereja sebab ia telah menjadi ibu Yesus Kristus yang telah menyelamatkan umat manusia. Gelar Maria sebagai “Bunda Gereja” menjadi perdebatan di antara para Bapa Gereja dalam sidang Konsili Vatikan II.Meskipun gelar ini menjadi perdebatan, Paul Paulus VI, dengan secara resmi akhirnya menyatakan Maria sebagai “Bunda Gereja”. Keteladanan Bunda Maria bagi gereja, dapat dilihat dari perannya sebagai bunda dan perawan. Maria adalah perawan sekaligus bunda, karena ia adalah citra hakikat Gereja dan Gereja dalam arti penuh…. Gereja melahirkan bagi hidup baru yang kekal-abadi putera-putera yang dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah.Gereja pun perawan, yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yang dijanjikan kepada Sang Mempelai.Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya (KGK 507).Ia menjadi Bunda Rohani bagi gereja.