Irigasi Tetes I. 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah
untuk keperluan penyediaan cairan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hansen, Israelsen, dan Stringham, 1992). Salah satu sistem irigasi yang memungkinkan untuk mengatur jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes sebagaimana didefinisikan oleh Sumarna (1998), merupakan metode pemberian air dengan debit yang rendah. Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air karena dapat meminimumkan kehilangan air yang mungkin terjadi, seperti kehilangan karena perkolasi, evaporasi, dan aliran permukaan, sehingg irigasi tetes cocok digunakan untuk tanaman yang bernilai ekonomi tinggi yang dibutuhkan pasar. Irigasi tetes menjadi salah satu pilihan dalam metode pemberian air irigasi, karena memiliki efisiensi yang paling tinggi. Sistem irigasi tetes bisa digunakan untuk hampir semua jenis tanaman seperti tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman merambat dan tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. 1.2
Tujuan Praktikum Adapan tujuan praktikum ini adalah :
1. Untuk lebih mengenal sistem irigasi tetes. 2. Mempelajari dan memahami kinerja dari sistem tersebut. 1.3
Manfaat Praktikum Manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Mengetahui fungsi irigasi 2. Mengetahui macam-macam aliran irigasi 3. Mengetahui macam-macam irigasi yang berkaitan dengan pertanian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat. Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sistemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. Dengan menggunakan sytem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak. Secara teoritis efisiensi irigasi tetes relatif lebih tinggi dari irigasi yang lain, karena sistem irigasi tetes hanya memberikan air pada daerah perakaran, sehingga mengurangi kehilangan air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman. Namun demikian dalam aplikasinya di lapangan, nilai efisiensi irigasi tetes yang relatif tinggi ini dapat tercapai bila memenuhi dua persyaratan (Prastowo dan Liyantono, 2002), yaitu : 1.
Jaringan irigasi tetes yang dibangun dapat memberikan air secara seragam.
2.
Pengoperasian jaringan irigasi dilakukan dengan jadwal yang tepat. Menurut (Ilyas dan Mansur, 2013) terdapat empat tipe dalam sistem irigasi
tetes, yaitu 1.
Drip System : memberikan air perlahan-lahan ke permukaan tanah terus menerus melalui penetes (emitter).
2.
Sub Surface System : sama dengan drip system tetapi lateral dan penetes diletakkan di bawah permukaan tanah. Selama pemberian air, air mengalir dari penetes ke daerah perakaran melalui gaya kapiler.
3.
Bubbler system : memberikan air ke permukaan tanah berupa arus kecil. Laju keluaran penetes dibatasi dengan laju tanah mengabsorbsi air.
4.
Spray System : memberikan air melalui curahan kecil atau kabut ke permukaan tanah. Angin lebih mempengaruhi distribusi air daripada tanah.
BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1
Tempat Dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian
Universitas Islam Kuantan Singingi. Tepatnya di belakang Fakultas Pertanian. Waktu pelaksanaan terhitung bulan November sampai Januari 2019. 3.2
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum adalah bibit palm-
palman, bambu, impus, polibag, tanah topsoil, aqua botol besar. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gergaji, parang, kamer, kawat dan air. 3.3
Prosedur Kerja
1. Isilah polibag yang berukuran 3 kg dengan tanah topsoil. 2. Tanam bibit palm-palman ke polibag. 3. Letakkan bibit tersebut di lahan praktikum. Bersihkan terlebih dahulu lahan tersebut agar tidak mengganggu dari kegiatan praktikumnya 4. Belah menjadi 4 bagian bambu yang berukuran 2 meteran. 5. Tancapkan bambu tadi di ke- 4 sisi tanaman palm. Pastikan tancapan tersebut kokoh karena akan digantungkan botol aqua besar yang berisi air di atasnya. 6. Isi botol aqua besar dengan air lalu tusukkan impus dengan cara melubangi bagian tutup aqua. 7. Letakkan aqua tadi dengan posisi terbalik pada bagian ujung bambu dan ikat dengan erat menggunakan kawat. 8. Lilitkan impus tersebut disekitar bambu dan pastikan ujung impusnya (kran) mengarah pada sistem perakaran dari bibit palman tersebut. 9. Atur frekuensi dari kran impus pastikan air yang keluar tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil. 10. Ulangi langkah-langkah tadi karena pada praktikum ini setiap mahasiswa/i harus membuat 2 buah instalasi irigasi tetes. 11. Lakukan pengecekan berkala pada airnya. Bila habis segera lakukan pengisian ulang dan lakukan juga pengecekan pada bagian kran impus yang terkadang tersumbat akibat partikel-partikel kecil dari tabung aqua kita tadi.
Keuntungan: 1. Efisiensi sangat tinggi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada pembasahan daun, run off rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman). 2. Respon lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) terhadap tanaman 3. Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsure hara, tekanan rendah, tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas 4. Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur 5. Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi 6. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll 7. Meningkatkan drainase permukaan (Ulil, 2012).
Kelemahan: 1. Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalasi dan pengoperasian sistem. 2. Penyumbatan emiter yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi air yang dapat mengurangi efisiensi dan kinerja sistem. 3. Pada daerah yang tidak terbasahi berpotensi terjadi pemupukan garam (Susanto, 2006).
BAB IV. PENUTUP 4. 1 1.
Kesimpulan Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen.
2.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering.
3.
Irigasi tetes mempunyai kelebihan yaitu dapat meningkatkan nilai guna air namun memiliki kelemahan yaitu memerlukan perawatan yang lebih intensif.
4.
Sistem irigasi tetes sangat membantu memperlambat penguapan dan membantu pertumbuhan tanaman di musim kemarau hanya dengan menggunakan botol plastik ataupun bambu sebagai bahannya.
5.
Hal yang perlu diketahui dalam merancang irigasi tetes adalah sifat tanah, jenis tanah, sumber air, jenis tanaman, dan keadaan iklim
4. 2
Saran Saran saya sebaiknya prosedur dalam pelaksanaan praktek kedepannya
harus dilakukan secara lebih intensif dari yang sebelumnya. Lalu pada keseriusan mahasiswa untuk merawat dan melaksanakan kewajiban praktikumnya agar hasil dan ilmu praktikum yang di dapatkan lebih efisien dan dapat diterapkan di lingkungan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA Arifi. 2010. Budidaya Tanaman Buncis & Masalah Produksinya. Padang : Universitas Andalas. Hansen, V. E. Israelsen, O.W. Glen, E.S. Endang, P.T dan Soetjipto. 1986. DasarDasar dan Praktek Irigasi. Jakarta : Erlangga. Ilyas, M. A dan Mansur, M. 2013. Penerapan Irigasi Tetes Pada lahan Perkebunan. Jakarta : Bumi Aksara. Kurnia, U. 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim. Bogor : Balai Penelitian Litbang Pertanian. Milala, Desnatalia. 2010. Analisis Irigasi Tetes dengan Infus Sebegai Emiter Pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Medan : Universitas Sumatera Utara. Prastowo dan Liyantono. 2002. Prosedur Desain Irigasi Tetes. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Purnawani, D. A. 2012. Pengaruh Pengairan Pada Tanaman Cabai. Lampung : Politeknik Negeri Lampung. Rais M, Murhadi (1996) Peningkatan efisiensi teknologi usahatani jeruk. Padang : Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Sumarna, A. 1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 31 hlm Ulil. 2012. Sistem Irigasi. Bogor : Institut Pertanian Bogor Press..
DOKUMENTASI