Isi - Copy.docx

  • Uploaded by: Soniya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi - Copy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,477
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anggota tubuh diciptakan untuk suatu fungsi tertentu. Maka ia disebut sedang dalam keadaan sakitapabila tak lagi memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsinya itu, baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja. Penyakit tangan menyebabkan tangan tak mampu melaksanakan fungsinya, yaitu memegang. Sedangkan penyakit mata menyebabkan mata tak mampu melaksanakan fungsinya, yaitu melihat. Demikian pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melakukan fungsinya yang khas, yang memang itu diciptakan untuknya. Yaitu, pengetahuan, hikmah, ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepada-Nya, merasakan kenikmatan apabila menyebut atau mengingat-Nya, mengutamakan-Nya di atas segala keinginan selainNya, serta mengerahkan semua dorongan jiwa dan anggota tubuh demi melaksanakan semua itu. Firman Allah SWT :

‫ُون‬ َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َواإل ْن‬ ِ ‫س ِإال ِليَ ْعبُد‬ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (Adz-Dzariat: 56) 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan rumuskan adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit hati? 2. Macam-macam penyakit hati ? 3. Mengapa penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit jasmani? 4. Bagaimana solusi dari penyakit hati ? 1.3 Manfaat penulisan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa itu penyakit hati. 2. Mengetahui akibat dari penyakit hati. 3. Mengetahui solusi dari penyakit hati.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Penyakit Hati Hati merupakan sebuah cermin bagi setiap orang yang memilikinya. Dalam hal ini dapat diartikan jika hati kita baik maka cermin dari diri kita juga baik, dan begitu juga sebaliknya jika hati kita buruk maka cermin dari diri kita pun akan ikut buruk pula. Penyakit hati menurut islam ada banyak sekali jenisnya, mulai dari jenis penyakit hati yang ringan sampai pada jenis penyakit hati yang sangat berat. Jenis penyakit hati yang sangat berat dalam islam ini yaitu penyakit yang membuat para pelakunya menjadi memiliki dosa yang teramat besar dan bahkan dosa tersebut tidak dapat untuk diampuni oleh Allah SWT. Pengertian Penyakit Hati Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau menyayat hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar kepadanya hal-hal berbau subhat. Akibatnya, ia tidak dapat melihat kebenaran. Di sisi lain, keinginannya membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang berbahaya. Untuk sedikit menambah pengetahuan kita tentang penyakit hati, berikut ini kutipan risalah dari buku "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah..." karya Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunaimi. Akan tetapi, barangkali risalah itu sendiri lebih tepat disebut karya Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi, karena beliaulah yang menulisnya sebagai syarh (penjelasan) dari kitab Aqidah yang disusun oleh Imam Ath-Thahawi yang dikenal dengan kitab "Aqidah Thahawiyah". Sedang Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunami adalah yang melakukan tahdzib (penataan ulang). Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh. Allah berfirman:

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang 2

sekali-kali tidak dapat keluar dari adanya." (Al-An'am : 122) Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir. Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik, maka kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya. Hal ini terkandung pada ayat berikut :

“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah : 125]

2.2 Macam-macam Penyakit Hati dalam Islam Macam-macam penyakit hati diantaranya adalah : 2.2 1.

Sombong

Sering orang karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena tenggelam di laut. Allah melarang kita untuk menjadi sombong:

ُ ‫لَ ْن تَ ْبلُ َغ ْال ِج َبا َل‬ ‫ضو‬ ْ َ‫ض َم َر ًحا إِنَّ َك لَ ْن ت َ ْخ ِرق‬ ْ ‫َوال تَ ْم ِش ِفي‬ ِ ‫األر‬ َ ‫األر‬ َ َ ‫طوال‬ “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’ 37]

َّ ‫ض َم َر ًحا ِإ َّن‬ ‫ب كُ َّل‬ ُّ ‫َّللاَ ال يُ ِح‬ ْ ‫اس َوال تَ ْم ِش فِي‬ ِ ‫األر‬ ِ َّ‫ص ِعِّ ْر َخد ََّك ِللن‬ َ ُ ‫َوال ت‬ ‫ور‬ ٍ ‫ُم ْختَا ٍل فَ ُخ‬ “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu 3 berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18]

Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:

َ‫س َمثْ َوى ْال ُمتَ َكبِ ِِّرين‬ َ ‫ا ْد ُخلُوا أَب َْو‬ َ ْ‫اب َج َهنَّ َم خَا ِلدِينَ فِي َها فَبِئ‬ “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min 76] Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa. Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman. Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran. Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina. “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [Al Mursalaat 20] Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong? 2.2.2 Dusta Adapun Al-Kadzib (kebohongan), maka perbuatan ini akan mengantarkan pada kejahatan, yaitu berpalingnya dari sifat istiqamah. Ada juga yang mengatakan bahwa kebohongan adalah kemaksiatan yang paling cepat menyebar. Tentang tercelanya membicarakan segala sesuatu yang ia dengar, Rasulullah bersabda, “Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia selalu membicarakan segala sesuatu yang ia dengar”. (HR. Muslim 1/10) Abdullah bin ‘Amr berkata, “Rasulullah pernah datang ke rumah kami, waktu itu aku masih kecil, akupun keluar utk bermain. Ibuku kemudian memanggil, “Ya Abdullah kemari, nanti akan ibu beri sesuatu”. Maka Rasulullah bertanya: “Apa yang akan kamu berikan?” Dia mejawab, “Saya akan memberi kurma”. Rasulullah kemudian bersabda, “Seandainya engkau tak melakukan (apa yang engkau katakan), berarti telah dicatat atasmu satu kedustaan.” (HR. Abu Daud no. 4991) Nabi bersabda, “Seseorang yang senantiasa & terbiasa dgn dusta akan dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai pendusta.” (HR. Bukhari 10/423, Muslim no. 2606). Faktor pendorong berbuat dusta : 4

Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista untuk melakukan kedustaan cukup banyak, diantaranya adalah : 1. Sedikitnya rasa takut kepada Allah Ta’ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi setiap gerak-geriknya, baik yang kecil maupun yang besar. 2. Upaya mengaburkan fakta, baik bertujuan utk mendapatkan keuntungan atau mengurangi takaran, dgn maksud menyombongkan diri atau utk memperoleh keuntungan dunia, ataupun karena motif-motif lainnya. Misalnya saja: orang yang berdusta tentang harga beli tanah atau mobil, atau menyamarkan data-data yang tidak akurat tentang wanita yang akan dipinang yang dilakukan pihak keluarganya. 3. Mencari perhatian dgn membawakan cerita-cerita fiktif dan perkara-perkara yang dusta. 4. Tidak adanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan, baik dlm kondisi sulit ataupun kondisi lainnya. 5. Terbiasa melakukan dusta sejak kecil. Ini merupakan hasil pendidikan yang buruk. Karena, sejak tumbuh kuku-kukunya (sejak kecil), sang anak biasa melihat ayah dan ibundanya berdusta, sehingga ia tumbuh dan berkembang dlm lingkungan sosial semacam itu. 6. Merasa bangga dgn berdusta, ia beranggapan bahwa kedustaan menandakan kepiawaian, tingginya daya nalar, dan perilaku yang baik. 2.2.3 ‘Ujub (kagum akan diri sendiri) Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah. Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah. Berhati-hatilah dengan penyakit ujub, sebab jika sudah menjangkit kedalam hati hanya akan menimbulkan keburukan. Ujub merusak dan menghancurkan amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫ش ٌّح ُم‬ ٌ َ‫ثَال‬ ُ ‫ات‬ ٌ ‫ث ُمه ِل َك‬ ‫وء بِنَ ْف ِس ِه‬ ٌ ‫طا‬ ِ ‫اب ال َم‬ ُ ‫ي ُمتَّبَ ٌع َواِ ْع َج‬ ً ‫ع َوه ََو‬ Artinya

: Tiga perkara yang dapat menghancurkan, yaitu : kebakhilan yang ditaati, hawa

nafsu yang dituruti dan ujub seseorang terhadap dirinya. Mula-mula ujub itu hanya berada di dalam hati, yakni mengganggap dirinya paling mulia, paling segala-galanya dan paling sempurna dibandingkan orang lain. Karena dengan anggapan yang demikian itu maka hatinya merasa puas dan bangga atas apa yang dirasa. 5

Kemudian berkembang menjadi sebuah perkataan yang menggungkapkan tentang pandangan manusia kepada dirinya sendiri yang mulia. Padahal yang demikian ini sangat dicela dalam agama dan dibenci Allah, karena seseorang telah di jangkiti penyakit ujub maka ada sikap meremehkan dalam berbuat amal, maka tepatlah kiranya jika ujub ini adalah pangkal kemaksiatan, kelalaian dan kesenangan nafsu untuk merasa puas kepada dirinya, sedangkan orang yang merasa puas dengan dirinya sendiri karena menganggap sempurna, maka dia akan buta dengan kelemahan-kelemahan yang dia miliki. Ibnu Mas’ud berkata bahwa faktor penyebab keselamatan manusia itu ada dua perkara, yaitu bertaqwa dan menanamkan niat yang sungguh-sungguh. Seangkan faktor penyebab kecelakaan atau kebinasaan juga dua perkara, yaitu putus asa dan membanggakan diri. Bahaya ujub sebagaimana riya’ merupakan syirik kecil, demikian pula ujub merupakan syirik kecil juga. Riya’ merupakan syirik dari sisi orang yang beramal saleh menyertakan orang lain bersama Allah dalam mencari ganjaran berupa pujian dan sanjungan, sedangkan ujub merupakan kesyirikan dari sisi orang yang beramal saleh menyertakan dirinya bersama Allah dalam keberhasilanya beramal saleh, seakan-akan bukan allah semata yang menjadikanya berhasil beramal saleh akan tetapi ia juga turut andil dalam keberhasilanya beramal saleh.

‫ف‬ ُ ‫اصي يَ ْعت َ ِر‬ ِ ‫ َوذَ ِل َك ِأل َ َّن ْال َع‬،‫َك َّر َرهُ ِزيَادَة ً فِي الت َّ ْن ِفي ِْر َو ُمبَالَغَةً فِي الت َّ ْح ِذي ِْر‬ ‫ب َم ْغ ُر ْو ٌر ِبعَ َم ِل ِه َفتَ ْو َبتُهُ َب ِع ْيدَة‬ ُ ‫ص ِه فَيُ ْر َجى لَهُ الت َّ ْو َبةُ َو ْال ُم ْع َج‬ ِ ‫ِبنَ ْق‬ Artinya : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengulangi-ngulanginya (*ujub !, ujub !) sebagai tambahan (penekanan) untuk menjauhkan (*umatnya) dan sikap berlebih-lebihan dalam

mengingatkan

(*umatnya).

Hal

ini

dikarenakan

pelaku

maksiat

mengakui

kekurangannya maka masih diharapkan ia akan bertaubat, adapun orang yang ujub maka ia terpedaya dengan amalannya, maka jauh/sulit baginya untuk bertaubat" (At-Taisiir bisyarh AlJaami' as-Shoghiir 2/606) Tanda-tanda terjangkit penyakit ujub : Menurut Almunaawi Assyafi’i menyebutkan bahwasanya diantara tanda-tanda orang ujub adalah : 1. Dia merasa heran jika doanya tidak dikabulkan oleh Allah. Dia merasa bahwa ketaqwaanya dan amalanya mengharuskan doanya dikabulkan oleh Allahhal ini menunjukkan ujubnya dengan amalan saleh karenanya tatkala doanya tidak dikabulkan merasa heran. 2. Jika orang yang mengganggunya ditimpa musibah, maka dia merasa bahwa itu merupakan karomahnya. 6

Untuk mengobati penyakit ujub, diantaranya sebagai berikut : 1.

Menyadari bahwasanya mampunya kita beramal sholeh adalah semata-mata kemudahan

dan karunia dari Allah, firman allah :

ُ ‫ان َو َم ْن يَت َّ ِب ْع ُخ‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ال تَت َّ ِبعُوا ُخ‬ َ ‫ش ْي‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫ت ال‬ َّ ‫ت ال‬ ‫ان‬ ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫ط‬ ِ ‫ط‬ َّ ‫ض ُل‬ ‫علَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمتُهُ َما زَ َكا ِم ْن ُك ْم ِم ْن‬ ْ َ‫َاء َو ْال ُم ْن َك ِر َولَ ْوال ف‬ ِ ‫فَإِنَّهُ َيأ ْ ُم ُر ِب ْالفَ ْحش‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫َّللاَ يُزَ ِ ِّكي َم ْن يَشَا ُء َو‬ َّ ‫أَ َح ٍد أَبَدًا َولَ ِك َّن‬ ‫ع ِلي ٌم‬ َ ‫س ِمي ٌع‬ َ ُ‫َّللا‬ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” [An-Nuur : 21] 2. Banyak ibadah yang agung yang disyari'atkan untuk diakhiri dengan istighfar. Hal ini agar para pelaku ibadah-ibadah tersebut tidak merasa ujub dengan ibadah-ibadah yang telah mereka lakukan, akan tetapi tetap merasa dan sadar bahwa ibadah yang mereka lakukan tetap ada kekurangannya. 2.2.4 Iri dan Dengki Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.

َّ ‫ض َل‬ ‫سبُوا‬ َّ َ‫ َوال تَتَ َمنَّ ْوا َما ف‬Ÿ ٌ ‫ص‬ ٍ ‫علَى بَ ْع‬ ِّ ِ ‫ض ِل‬ َ ‫َّللاُ بِ ِه بَ ْع‬ ِ َ‫لر َجا ِل ن‬ َ ‫ض ُك ْم‬ َ َ ‫يب ِم َّما ا ْكت‬ َّ ‫ض ِل ِه ِإ َّن‬ َّ ‫سبْنَ َوا ْسأَلُوا‬ َ ‫َّللاَ َكانَ ِب ُك ِِّل‬ ْ َ‫َّللاَ ِم ْن ف‬ ٍ‫ش ْيء‬ ٌ ‫َص‬ ِ ‫س‬ ِ ‫اء ن‬ َ َ‫يب ِم َّما ا ْكت‬ َ ِِّ‫َو ِللن‬ ‫ع ِلي ًما‬ َ “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian

7

dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32] Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu. “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah. “Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar.” (HR. Abu Ya’la) Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:

َ‫سد‬ َ ‫َو ِم ْن ش ِ َِّر َحا ِس ٍد ِإذَا َح‬ “Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5] Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita. “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.” (HR. Abu Dawud) 2.2.5 Riya’ Riya’ adalah berbuat kebaikan/ibadah dengan maksud pamer kepada manusia, agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik atau gemar beribadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan sebagainya. Ciri-ciri riya: “Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.” (HR. Ibnu Babawih). Orang yang riya’, maka amal perbuatannya sia-sia belaka.

8

‫صدَقَاتِ ُك ْم ِب ْال َم ِِّن َواألذَى َكالَّذِي يُ ْن ِف ُق َمالَهُ ِرئَا َء‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ال تُب ِْطلُوا‬ َّ ِ‫اس َوال يُؤْ ِم ُن ب‬ ُ‫صابَه‬ ٌ ‫علَ ْي ِه ت ُ َر‬ ِ ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم‬ ِ َّ‫الن‬ َ ‫ان‬ َ َ ‫اب فَأ‬ َ ‫اآلخ ِر فَ َمثَلُهُ َك َمث َ ِل‬ ٍ ‫ص ْف َو‬ َّ ‫سبُوا َو‬ ‫َّللاُ ال يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم‬ َ ‫علَى‬ َ َ‫ص ْلدًا ال َي ْقد ُِرون‬ َ ‫ش ْيءٍ ِم َّما َك‬ َ ُ‫َوا ِب ٌل فَتَ َر َكه‬ َ‫ْال َكافِ ِرين‬ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” [QS. Al-Baqarah: 264] "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya.” [Al Maa’uun 4-6] Imam Al Ghazali mengumpamakan orang yang riya’ itu sebagai orang yang malas ketika dia hanya berdua saja dengan rajanya. Namun ketika ada budak sang raja hadir, baru dia bekerja dan berbuat baik untuk mendapat pujian dari budak-budak tersebut. Seperti itulah orang riya’. Ketika hanya berdua dengan Allah Sang Raja Segala Raja, dia malas dan enggan beribadah. Tapi ketika ada manusia yang tak lebih dari hamba/budak Allah, maka dia jadi rajin shalat, bersedekah, dan sebagainya untuk mendapat pujian para budak. Agar terhindar dari riya’, kita harus meniatkan segala amal kita untuk Allah ta’ala (Lillahi ta’ala).

2.2.6 Bakhil atau Kikir Bakhil alias Kikir alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”Al-Imran 180) Padahal segala harta kita termasuk diri kita adalah milik Allah. Saat kita lahir kita tidak punya apa-apa. Telanjang tanpa busana. Saat mati pun kita tidak membawa apa-apa kecuali 9

beberapa helai kain yang segera membusuk bersama kita.Sesungguhnya harta yang kita simpan itu bukan harta kita yang sejati. Saat kita mati tidak akan ada gunanya bagi kita. Begitu pula dengan harta yang kita pakai untuk hidup bermegah-megahan seperti beli mobil dan rumah mewah. “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” [Al Lail 8-11]

Yang justru jadi harta yang bermanfaat bagi kita di akhirat nanti adalah harta yang kita belanjakan di jalan Allah atau disedekahkan. Harta tersebut akan jadi pahala yang balasannya adalah istana surga yang luasnya seluas langit dan bumi. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Al Hadiid 21]

2.3 Penyakit hati lebih berbahaya dari pada penyakit jasmani Penyakit jasmani umumnya orang lain tidak tahu tapi diri kita sendiri tahu. Kalau kita sedang batuk, pilek atau flu mungkin dapat segera diketahui orang lain. Tetapi teman-teman kita tidak akan tahu apakah gula darah kita tinggi, tekanan darah masuk ke golongan hyper, atau cholesterol kita sudah diatas ambang batas normal, kalau tidak kita beritahu. Sebaliknya, penyakit hati, mungkin orang lain (sudah lama) mengetahui tetapi (celakanya) kita sendiri tidak pernah menyadari. Orang yang sombong tidak pernah menyadari atau mengakui kalau dirinya sombong, walaupun seluruh dunia tahu kalau dia sombong. Orang yang irian, tidak pernah merasa kalau dihatinya penuh dengan kedengkian, walaupun teman-temannya mudah mendeteksi kalau dia selalu iri dan dengki. Menjadi semakin parah, karena teman-teman dekatnyapun tidak berani memberitahu bahwa dia menderita penyakit hati. Penyakit jasmani relatif lebih mudah diobati. Ada obatnya, ada dokternya, tinggal mengikuti nasehat dokter dengan disiplin, bisa sembuh. Sedangkan penyakit hati tidak ada dokter maupun obatnya. Terapis atau psikolog hanya bisa menyarankan, akhirnya yang bisa mengobati hanya diri kita sendiri.

10

2.4 Solusi Penyakit Hati dalam Islam Solusi dalam mengatasi penyakit hati dalam Syari’at Islam tentunya. Di antaranya adalah : 2.4.1 Sabar Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153). Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi. Ujian yang Tuhan berikan kepada kita itu sebenarnya untuk menguji keimanan kita. Jika kita sabar melewai cobaan dan ujian akan meningkatlah level iman kita. Bukankan Allah itu menguji hamba-Nya sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Jika ujian itu datang padanya, berarti Allah yakin kita bisa melewatinya. 2.4.2 Adukanlah semua itu kepada Allah Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari: “Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5). Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita. Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk. 2.4.3 Positive thinking Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu kita untuk mengatasi rasa galau yang sedang kita rasa. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada dalam diri kita menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang maslah yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik dan jalan keluar yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Akan selalu ada jalan jika kita percaya kalo Allah swt akan menoong kita. Intinya, kita haarus selalu berfikir positif sama Allah,

11

jangan pernah suudzhon sama Sang pencipta. Ini sejalan dengan firman Allah swta dalam ayat berikut; “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6). Ini janji Allah di dalam Al-Qur’an. Akan selalu ada kemudahan di setiap kesulitan. 2.4.4. Dzikrullah (Mengingat Allah) Ini yang paling penting. Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya. Satu hal yang harus diingat adalah, untuk dapat selalu mengingat Allah swt dan berhasil menghapus atau menangkal rasa gelisah, dzikir tidak hanya dilakukan sebatas ucapan lisan dan atau hati saja. Dzikir kepada Allah swt merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan segenap hati, lisan, dan juga perbuatan. Tanpa bersatunya ketiga aspek tersebut, maka sulit pula atau bahkan tidak mungkin bagi hati kita untuk bersatu dengan Allah swt. 2.4.5 Sholat Sholat yang merupakan ibadah paling utama bagi umat muslim juga merupakan salah satu sarana penangkal dan penawar berbagai macam penyakit hati yang bersarang di dalam dada manusia. Jelas saja, sholat merupakan ibadah yang totalitas hanya mengingat kepada Allah swt, yang secara total juga hanya diisi dengan kalimat-kalimat dzikrullah, ayat-ayat Allah swt. Allah berfirman : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS.Az Zumar : 23) Sholat merupakan aktivitas komunikasi langsung dengan Allah swt, Zat yang menggenggam dan menguasai segala hati, yang menciptakan penyakit dan yang menyembuhkannya tanpa rasa sakit. Jika seseorang telah terhubung dan berkomunikasi dengan 12

Allah swt secara langsung dalam sholat yang khusyuk, maka mustahil baginya terserang penyakit gelisah. Karena gelisah menyerang hati, dan Allah swt-lah yang menggenggam dan menguasai segala hati. Bersabar, mengadu kepada Allah, berpikir positif, Dzikrullah, dan sholat adalah solusi segala persoalan, termasuk masalah penyakit hati termasuk rasa gelisa, resah, gundah, gulana, galau ato papun itu. Sebagaimana firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28). Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya. Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita.

13

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Meskipun manusia diberkahi suara hati atau nurani, tempat bersemayangnya “nur” Ilahi pada diri, namun seringkali suara hati ini lemah terdengar karena tertutup oleh begitu nyaringnya suara-suara nafsu ego demi mengejar kepentingan tertentu yang terbatas dan bersifat sementara. Ketika hati tidak lagi jernih, maka modus berfikir manusia pun bergeser dari mengasah suara hati menjadi sekedar instrument/alat apologi, dalam arti mencari-cari alasan membenarkan tindakan-tindakan yang sesungguhnya salah dan telah menyimpang. Kondisi-kondisi yang dapat membuat hati menjadi sakit, sebut saja, penyakit atau “virus-virus hati yang paling berbahaya diantaranya menurut al-Ghazali ada 3 jenis, yakni Sombong, Riya dan Dengki. Ketiga penyakit ini memiliki keterkaitan kuat satu sama lain, dalam arti jika ingin mengobati, maka pengobatan penyakit hati ini harus tuntas semuanya. Karena dikatakan bahwa penyakit hati yang tingkatannya jauh lebih berbahaya adalah sombong yang membuat penderitanya tak akan luput pula dari penyakit hati yang lain yakni Riya’ dan Dengki. Ketika menyombongkan sesuatu yang dimilikinya atau yang ada pada dirinya, maka otomatis ia mengharapkan imbalan pujian dari orang lain sebagai pengakuan akan keberadaan dirinya beserta kemegahan (Sifat Riya’) dan berujung pada keiri hatian atau kebencian jikalau ada saudaranya yang memiliki nikmat yang lebih daripadanya, hingga ia berusaha agar ia tetap mempertahankan kedudukannya dan menghilangkan nikmat yang dianugerahkan Allah pada saudaranya itu. Inilah ketiga penyakit hati yang akut dan harus segera diobati dengan ilmu dan pengenalan diri serta kembali menyandarkan segala sesuatunya kepada Yang layak diharap pertolongannya dan dipuja, yakni Allah Swt. 3.2 Saran Sistem jaringan pada hewan merupakan suatu kesatuan yang sangat kompleks, hendaknya membutuhkan pemahaman yang sangat mendetail untuk mempelajarinya.

14

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2015. 5 Macam Penyakit Hati dalam Islam dan Penyembuhannya. Dari web : http://mottocinta.dorar.info/2015/01/5-macam-penyakit-hati-dalam-islam-dan.html. Diakses pada: 5 Desember 2015. Al-Ghazali. 2003. Mutiara Ihya Ulumuddin. Bandung: Mizan. Al-Gazali, Imam. 2003. Arba’in Al-Gazali. Yogyakarta: Pustaka Sufi. Al-Ghazali. 1981. Ihya al-Ghazali JIlid 5. Semarang: C.V. Faizan. Al-Ghazali. 2005. Sucikan Hati Raih Hidayah. Jakarta: Kalam Mulia, hal. 131 Al-Ghazali. 2003. Mutiara Ihya Ulumuddin. Bandung: Mizan: Hal. 292 Al-Gazhali. Mutiara Ihya Ulumuddin. 2003. Bandung: Mizan: Hal. 293 Imam al-Gazali. 2003. Arba’in Al-Gazali. Yogyakarta: Pustaka Sufi. Hal. 122. Imam al-Gazali. 2003. Arba’in Al-Gazali. Yogyakarta: Pustaka Sufi. Hal. 121.

15

Related Documents

Isi
October 2019 65
Isi
November 2019 55
Isi
July 2020 29
Isi
May 2020 40
Isi
April 2020 41
Isi
November 2019 59

More Documents from "Shahzad Asghar Arain"