BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi
1
2.2. Etiologi 2.3. Epidemiologi 2.4. Faktor Resiko 2.5. Patofisiologi 2.6.Tanda Dan Gejala 2.7. Diagnosis
2.8 Penatalaksanaan 1. Mengatai syok dengan infus Ringer Laktat, dan bila perlu transfusi darah 2. Sesudah syok teratasi, melakukan reposisi manual ala Johnson dalam anastesi umum. Bila plasenta belum lepas, sebaiknya plasenta tidak dilepas dulu sebelum uterus direposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Setelah reposisi berhasil, diberikan Oksitosin tetes serta dilakukan kompresi bimanual. Tampon rahim dipasang agar inversion tidak terjadi lagi; 3. Bila reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif dengan cara : a. Abdominal-Haultain dan Hungtington b. Vaginal-Kustner (forniks posterior) dan Spinelli (forniks anterio) 4. Kadang-kadang dipertimbangkan histerektomi (FK Unpad, 2014).
2.10 Komplikasi Perdarahan masif pascasalin umunya menyebabkan (FK Unpad, 2014) : 1. Sindrom Sheehan – kegagalan laktasi, amenorea, atrofi payudara, kerontokan rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidisme, insufisiensi korteks adrenal; 2. Diabetes insipidus –
perdarahan masif pascasalin dapat menyebabkan
diabetes insipidus tanpa disertai defisiensi hipofisis anterior.
2.11. Prognosis
2
Semakin lambat keadaan ini teridentifikasi dan diobati, semakin buruk pula prognosisnya. Namun, jika penderita inverio uteri dapat bertahan selama 48 jam, prognosis berangsur baik (FK Unpad, 2014).
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
3
DAFTAR PUSTAKA
FK Unpad. 2014. Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4