Korioamnionitis.docx

  • Uploaded by: UD
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Korioamnionitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 630
  • Pages: 5
Korioamnionitis

Diagnosis Menurut WHO Korioamnionitis adalah diagnosis klinis yang ditegakkan bila ditemukan demam >380C dengan 2 atau lebih tanda berikut ini :  Leukositosis >15.000 sel/mm3  Denyut jantung janin >160 kali/menit  Frekuensi nadi ibu >100 kali/menit  Nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi  Cairan amnion berbau MenurutDuff dan Gibbs Tanda dan gejala klinis korioamnionitis meliputi : 1. Demam (suhu intrapartum > 100.40F atau >37,80C) 2. Takikardi ibu (120x/menit) 3. Takikardi janin (>160x/menit) 4. Cairan ketuban berbau atau tampak purulent 5. Uterus teraba tegang 6. Leukositosis ibu (leukosit 15.000-18.000 sel/mm3) Bila terdapat dua dari enam gejala di atas ditemukan pada kehamilan, maka resiko terjadinya neonatal sepsis meningkat. Gibbs, dkk Gibbs, dkk mengemukakan gejala dan tanda infeksi intrapartum yaitu suhu ibu ≥37,80C dan 2 atau lebih dari kondisi dibawah ini :

1. Takikardi ibu (>100x/menit) 2. Takikardi janin (>160 x/menit) 3. Nyeri uterus 4. Cairan amnion berbau 5. Leukositisis ibu >15.000 sel/mm3 Korioamnionitis seringkali bukan suatu gejala akut, namun merupakan suatu proses kronis dan tidak menunjukkan gejala sampai persalinan dimulai atau terjadi ketuban pecah dini. Bahkan sampai setelah persalinan sekalipun pada wanita yang terbukti memiliki korioamnionitis (melalui pemeriksaan histologi atau kultur) dapat tidak ditemukan tanda klasik diats selain tanda-tanda pramaturitas. Tedapat beberapa metode laboratorium lain yang diharapkan dapat membantu menegakkan diagnosis, beberapa diantaranya, seperti pemeriksaan serum CRP (C-reactive protein) maternal, pemeriksaan asterase leukosit cairan amnion, dan deteksi asam organic bacterial dengan kromatografi gas-cairan. Peningkatan kadar CRP memiliki spesifisitas yang tinggi untuk diagnosis korioamnionitis. Kadar CRP rata-rata pada kehamilan adalah 0,7-0,9 mg/dl. Terdapat peningkatan sedikit selama persalinan. Pemeriksaan langsung dari cairan amnion dapat dapat memberikan kriteria yang lebih pasti dari korioamnionitis. Kombinasi pewarnaan Gram dan kultur dari hasil amniosintesis meripakan metode diagnostik terbaik. Ditemukannya bakteri gram positif memiliki nilai prediktif positif (positif predictive value/PPV) 93,3%, sedngkan ditemukannya gram negative memilkiki nilai prediktif negative 85,4% (negative predictive value/NPV). Akurasi ters tergantung dari konsentrasi bekteri saat pengambilan sampel. Pada pasien dengan suspek korioamnionitis, kadar

glukosa cairan amnion yang rendah merupakan predictor yang baik dari hasil positif kultur cairan amnion namun merupakan predictor yang buruk untuk korioamnionitis secara klinis. Deitemukan leukosit esterase antigen pada cairan amnion memiliki senssitivitas 91% dan nilai PPV 95% Deteksi asam organic bakteri dengan menggunakan kromatografi gascairan cukup sensitive namun memrlukan alat yang rumit dan tidak praktis. Hasil korioamnionitis

pemeriksaaan adalah

mikroskopis

ketika

terlihat

yang sel

menunjang

leukosit

diagnosis

mononuclear

dan

polimorfonuklear menginfiltasi selaput korion. Sebelum 20 minggu hampir semua sel leukosit polimorfonuklear adalah sel yang berasal dari ibu, sedangkan selanjutnya merupakan respon inflamasi dari janin. Dari pemeriksaan-pemeriksaan diatas tidak satupun yang cukup sensitive dan spesifik digunakan secara tersendiri terlepas dari gejala dan tanda klinis untuk mendiagosa korioamnionitis. Telah

disebutkan

sebelumnya

bahwa

terjadinya

korioamnionitis

berhubungan dengan ketuban pecah dini. Untuk mendiagnosa adanya ketuban pecah dapat dilakukan pemeriksaan inspekulo (untuk melihat adanya genangan atau rembesan cairan amnion), nitrazin tes, tes daun pakis, tes evaporasi, USG, fluoresen intraamniotik, tes deamin okside, fibronetin janini dan pemeriksaan AFP pada secret vagina.

Komplikasi Komplikasi dapat terjadi apabila ibu tidak segera memeriksakannya ke dokter, adapun komplikasi yang terjadi adalah a. Komplikasi pada ibu : 

Bakteremia, infeksi dalam aliran darah yang dapat menyebabkan sepsis. Sepsis ini dapat membahayakan nyawa ibu.



Endometritis atau infeksi pada endometrium (lapisan Rahim)



Pembekuan darah di daerah panggul



Perdarahan berat selama perasalinan



Kelahiran Caesar

b. Infeksi pada bayi Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami chorioamnionitis juga bisa mengalami komplikasi dari infeksi bakteri. Komplikasi yang bisa dialami bayi baru lahir adalah : 

Sepsis (infeksi pada darah)



Meningitis (infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang)



Pneumonia (infeksi pada paru-paru)



Bacteremia, yang lebih sering terjadi pada bayi premature



Kejang



Cerebral palsy



kematian

Sumber tambahan:

WHO. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

More Documents from "UD"