INFLASI dan DEFLASI A. Pengertian Inflasi Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber. Diantaranya: v Inflasi adalah kenaikan harga secara umum
Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya kecenderungan bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.
v Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi
v Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga barang-barang secara umum.
Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu banyak sekali jumlah dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah barang turun banyak barang lainnya yang justru naik harganya. Kenaikan satu dua barang saja bukan merupakan inflasi, kecuali bila kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian besar harga barang-barang lainya.
Definisi Inflasi menurut para ahli :
Ekonom Parkin dan Bade
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) rice level (year t-l) Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan
Mandala (2001:203) 1) Kenaikan harga
2)
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya. Bersifat umum
3)
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
B. Macam-Macam Inflasi 1. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya yaitu: a) Inflasi ringan
b)
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan. Inflasi sedang
c)
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga. Inflasi berat
d)
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi. Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak
dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion). 2. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya a) Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full inflation)
b)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran. Kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Jenis inflasi ini dibedakan menjadi dua :
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga (price push inflation) karena kenaikan harga bahan-bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC menaikan harga minyak; Inflasi yang disebabkan karena kenaikan upah (wages cosh inflation) misalnya karena kenaikan gaji pegawai negeri yang diikuti usaha-usaha swasta pula, maka harga-harga barang barang lain juga ikut naik.Biasanya inflasi karena kenaikan upah atau gaji sangat ditakuti karena akan bias menimbulkan inflasi secara berkelanjutan.Karena upah naik,
harga-harga akan naik. Karena harga barang naik, maka upah harus dinaikkan dan ini kemungkinan akan terus berkelanjutan. 3. Inflasi Berdasarkan Asalnya Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut : a) Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit anggaran belanja Negara yang terus menerus.
b)
Dalam keadaan seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan Bank Indonesia mencetak uang baru dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pemerintah.Selain itu inflasi dari dalam negeri juga dapat disebabkan oleh adanya gagal panen dan sebagainya. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Inflasi ini timbul karena adanya karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya banyak dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang yang notabene sebagian besar usaha produksinya mempergunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena dari adanya perdagangan internasional.
4. Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu 1) Merayap {Creeping Inflation)
2)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. Inflasi menengah {Galloping Inflation)
3)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
C. Penyebab Inflasi Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi. 1). Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. 2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Hal ini terlihat karena hubungan antara jumlah uang dan nilai uang,bila jumlah uang bertambah maka harga-harga akan naik.Ini berarti nilai uang menurun karena daya belinya menjadi rendah. Menurut teori kuantitas harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah uang yang beredar atau sering di tulis sebagai berikut. P=k.M Keterangan : P : tingkat harga k : proporsi tertentu M : jumlah uang Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau mengemukakan rumus untuk membuktikan bahwa jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah uang diterima oleh penjual yaitu : MV = PT Keterangan : M : Jumlah uang yang beredar V : Kecepatan perputaran uang P : Tingkat harga T : Banyaknya transaksi 2). Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang
tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingg permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang) 3). Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu :
a) Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor. Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
b)
Dipasar dunia,harga barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin memburuk. Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan harga. Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu kenaikan harga barang pula.
Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor: 1. 2. 3. 4.
Persediaan Uang yang bertambah The supply of money goes up. Supply dari barang yang berkurang Permintaan terhadap uang tersebut menurun Permintaan untuk barang – barang lain naik. (Donny S. Makalew)
D. Pengaruh Inflasi Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara normal. Dalam kaitanya
dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat membawa pengaruh sebagai berikut : a) Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
b)
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau menyimpan barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila dibandingkan melakukan investasi produktif yang belum tentu akan memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya. Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
c)
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi. Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka impor berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah lambat.Dengan demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
E. Akibat Inflasi Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut. 1. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan, pertokoan dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya pendapatan riil penduduk berpengahasilan rendah merosot. Dengan demikian maka inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan antara anggota-anggota masyarakat.
2. Pendapatan Riil Merosot
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Dari hal tersebut biasanya dalam masa inflasi kenaikan harga cenderung selalu mendahului kenaikan pendapatan.Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti kemakmuran masyarakat merosot.
3. Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam benatuk deposito dan tabungan di Bank, dalam masa inflasi nilai riil tabungan tersebut akan merosot, tidak hanya itu masyarakat yang memegang uang tunai pun akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
4. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
5. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. F. Cara Mengatasi Inflasi Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan kekhawatiran pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali.
Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan secara terus menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan suplai uang misalnya karena defisit anggaran dengan mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang terjadi tidak disertai dengan kenaikan suplai uang ,maka inflasi itu disebut inflasi yang tidak disahkan. Inflasi dapat menguntungkan orang lain,sehingga menimbulkan ketegangan social.Oleh sebab itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan melakukan kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen — salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian — akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia. Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. 1. Kebijakan Moneter
a)
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu : Politik Diskonto
b)
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank karena bunga tidak memadai. Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat bertambah,selanjutnya bila apabila dengan menjual surat-surat berharga diharapkan uang beredar di masyarakat dapat tersedot dari masyarakat.
c)
Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
d)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar cenderung turun.
2. Kebijakan Fiskal a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b)
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau pembelajaan Negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang beredar begitu juga sebaliknya. Menaikan Tarif Pajak
c)
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang yang dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat mana yang dinaikkan pajaknya. Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan paksaan ataupun tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter a) Menaikan Hasil Produksi
b)
Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan berakibat impor barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung menurunkan harga. Kebijakan Upah
c)
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi. Pengaman harga dan distribusi barang
Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai macam barang. Oleh karena itu,pemerintah menetapkan harga maksimum (harga eceran tertinggi), melakukan pengamanan harga, menetapka sanksi yang cukup berat.Apabila penetapan harga tidak disertai dengan pengamanan yang baik,maka tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Namun, kadang-kadang pengamanan harga oleh pemerintah sering menimbulkan pasar yang tidak diinginkan.(pasar gelap).
G. Menghitung Laju Inflasi 1. GNP Deflator
GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini merupakan ukuran inflasi dari periode dimana harga dasar untuk perhitungan GNP riil digunakan sampai GNP sekarang.Perhitungan cara ini melibatkan semua barang yang di produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100% 2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen berfungsi mengukur biaya pembelian kelompok barang dan jasa yang di anggap mewakili belanja konsumen. Biasanya, kelompok barang yang digunakan masyarakat dapat berubah. Hal ini disesuaikan dengan pola konsumsi yang ada.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose – COICOP), yaitu : 1) Kelompok Bahan Makanan 2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3) Kelompok Perumahan 4) Kelompok Sandang 5) Kelompok Kesehatan 6) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi. Perbedaan IHK dan GNP Deflator sebagai berikut : a) GNP Deflator mengukur harga barang lebih besar daripada IHK. b) IHK mengukur biaya pembelian yang relative sama dari tahun ke tahun.Hal ini tergantung jenis dan jumlah barang yang di produksi. c) IHK secara langsung mencakup barang impor,sedangkan GNP Deflator hanya mencakup barang yang di produksi dalam negeri.
3. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks Harga Produsen (IHP) ini mengukur harga barang yang dibeli oleh produsen,yang meliputi bahan mentah dan barang setengah jadi.IHP juga digunakan untuk mengukur indeks harga pada awal distribusi.Kenaikan IHP dapat dijadikan tanda kenaikan IHK.
4. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI). 5. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. 6. Indeks harga barang-barang modal
DEFLASI A. Pengertian Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
B. Penyebab Deflasi Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi : 1. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di bank.Masyarakat menyimpan uangnya di bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan demikian persediaan uang yang ada di masyarakat semakin berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
2. Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut semakin menurun karena jumlahnya banyak.
3. Menurunnya Permintaan Akan Barang.
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
C. Pengaruh dan Akibat Deflasi 1. Penurunan persediaan uang
Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi akan mengalami kekacauan.
2. Memperlambat aktivitas ekonomi
Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).
3. Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang. 4. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan. 5. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang semakin kecil. Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi adalah sebagai berikut. a) Baik, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi langsung dan ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat. b) Buruk. deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka mendepositokan uangnya di bank atau pasar modal daripada beli properti yang tidak naik. Karena harga terus turun maka produsen cenderung kurang berminat memproduksi barang. Kesempatan kerja berkurang karena banyak PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh pemerintah sehinga pendapata negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara keseluruhan mengalami kemunduran. D. Cara Mengatasi Deflasi Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga. Deflasi
dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhanselamanya. Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini adalah satusatunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Lazim dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata. Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya. Selain itu kebijakan moneter dan fiskal juga dapat di terapkan oleh pemerintah. 1. Kebijakan Moneter
a)
Politik Diskonto
b)
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menurunkan tingkat bunga.Dengan menurunkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah ,karena orang akan lebih banyak menarik uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi. Kebijakan Pasar Terbuka
c)
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat bertambah,sehingga uang yang beredar dimasyarakat semakin bertambah. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
d)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.Pada saat deflasi pemerintah akan mengurangi persediaan uang kas.Sehingga uang kas yang beredar di masyarakat akan semakin meningkat. Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar cenderung turun.Jadi pada saat deflasi pemerintah lewat bank sentral akan lebih baik menurunkan cadangan minimum.
2. Kebijakan Fiskal a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b)
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang beredar di masyarakat. Meski demikian diharapkan pembelanjaan negara tidak melampui batas yang telah ditentukan. Menurunkan Tarif Pajak
Saat terjadi deflasi uang beredar sedikit dimasyarakat. Jumlah uang beredar tersebut dapat ditambah dengan jalan menurunkan tarif pajak. Jika tariff pajak diturunkan uang yang dibelanjakan oleh masyarakat cenderung meningkat. Sehingga dengan demikian uang akan lebih banyak kemasyarakat.
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah Pemerintah dapat mengadakan pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun tidak,untuk menambah uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan mencairkan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank lebih banyak.Jika, dalam keadaan deflasi. 3. Kebijakan Non-Moneter a) Menurunkan Hasil Produksi
b)
Menurunkan hasil produksi dapat memperkecil laju deflasi.Penurunan hasil produksi dapat dilakukan dengan cara memberikan batasan terhadap produsen. Pengurangan jumlah barang di dalam negeri cenderung menaikan harga. Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi. Jadi untuk kebijakan ini resiko yang harus dihadapi cukup besar karena sedikit saja mengalami kesalahan inflasi akan membayangi.
CARA MENGHITUNG KURS DOLLAR KE RUPIAH DAN SEBALIKNYA
TEORI KUANTITAS UANG : IRVING FISHER teori kuantitas uang : Irving Fisher Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya berjudul The Purchasing Power of Money. Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter. Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi. Analisis Fisher dalam teori ini mengacu pada persamaan pertukaran (equation of exchange) yang dirumuskan sebagai : MV = PT...............................................................................................................(1.1) keterangan: M = jumlah uang beredar V = perputaran uang dalam satu periode biasanya satu tahun P = harga barang dan jasa T = volume transaksi Dari persamaan 1.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah uang beredar dikalikan dengan velositas uang akan sama dengan nilai transaksi. Persamaan 1.1 dapat dikembangkan menjadi teori tentang peranan uang dalam perekonomian dengan cara melihat perilaku setiap variabel-variabel dalam persamaan berikut: 1. jumlah uang beredar merupakan variabel eksogen yang jumlahnya ditentukan oleh pemerintah dan bank sentral sebagai otoritas moneter. 2. variabel tingkat harga merupakan variabel residu yang nilainya ditentukan oleh hasil interaksi ketiga variabel lainnya. Harga diasumsikan fleksibel, sehingga harga dapat menyesuaikan atau bergerak naik atau turun 3. variabel velositas menunjukkan berapa kali uang berpindah tangan dalam suatu periode tertentu. Variabel ini tidak tergantung pada jumlah uang beredar (asumsi klasik). Artinya perubahan dalam jumlah uang beredar tidak mempengaruhi velositas. jika jumlah uang beredar bergerak berlawanan dengan variabel velositas maka perubahan jumlah uang beredar akan dinetralkan oleh perubahan velositas yang tidak akan berpengaruh terhadap tingkat harga dan volume transaksi 4. variabel transaksi merupakan jumlah keseluruhan transaksi pada suatu selang waktu tertentu. Perilaku variabel tersebut dapat dijelaskan baik dalam perilaku jangka pendek maupun jangka panjang.
Jika kita mengacu pada teori kuantitas uang tersebut, maka penyebab utama dari satu-satunya yang memungkinkan inflasi muncul adalah terjadinya kelebihan uang sebagai akibat penambahan jumlah uang beredar di masyrakat. inflasi hanya semata-mata merupakan gejala moneter. Artinya, perubahan indeks harga umum hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah uang beredar. Jika bank Sentral ingin mencapai dan memelihara tingkat inflasi yang rendah dan stabil, maka yang harus dilakukan adalah mengendalikan atau mengontrol jumlah uang beredar. PERAN BANK INDONESIA DALAM STABILITAS KEUANGAN sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia. Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR) Ada beberapa perbedaan antara bank dan lembaga keuangan bukan bank, yaitu : Lembaga keuangan bank (disebut bank saja) merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman serta melaksanakan kegiatan jasa keuangan lainnya, sedangkan Lembaga keuangan non bank (disebut lembaga keuangan lainnya) kegiatannya difokuskan pada salah satu kegiatan keuangan saja. Misalnya : *perusahaan leasing menyalurkan dana dalam bentuk barang modal kepada perusahaan penyewa (lessee), *pegadaian menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman jangka pendek dengan jaminan barang bergerak. Bank dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka. Sedangkan LK Non Bank tidak dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka. Bank Umum dapat menciptakan uang giral yang dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Sedangkan LK Non Bank tidak bisa melakukan hal tersebut.
Bagaimana Cara Bank Menghitung Bunga Rumus untuk menghitung bunga simpanan Bunga Simpanan = (Saldo x suku bunga % x hari) /365 Rumus untuk menghitung bunga kredit Bunga kredit = (Saldo x suku bunga % x hari) /360 Perhitungan Bunga Flat Prinsip dari bunga flat adalah, cicilan pokok dan bunga per bulannya tetap.
Misal: P = pokok pinjaman i = suku bunga per tahun t = lama kredit dalam bulan
Maka: Cicilan pokok per bulan = P / t Bunga per bulan = P x i / 12 Total bunga yang harus dibayar = P x i / 12 x t
Contoh kasus: Adi mendapatkan kredit KTA sebesar Rp 12.000.000,- dengan jangka waktu kredit 24 bulan. Bank pemberi KTA tersebut memberikan bunga setahunnya 11%. Berapakah angsuran per bulan yang harus dibayar? P = Rp 12.000.000,i = 11% t = 24 bulan Cicilan pokok = Rp 12.000.000,- / 24 = Rp 500.000,Bunga = Rp 12.000.000,- x 11% / 12 = Rp 110.000,Angsuran per bulan = Cicilan pokok + Bunga = Rp 610.000,-
RUMUS-RUMUS LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Rumus-Rumus Laba-Rugi 1. Laba/Rugi Usaha = Total Pendapatan Usaha – Total Beban Usaha 2. Laba/Rugi di Luar Usaha = Total Pendapatan di Luar Usaha – Total Beban di Luar Usaha 3. Laba/Rugi Sebelum Pajak = Total seluruh pendapatan – Total seluruh beban 4. Laba/Rugi Setelah Pajak = Laba/Rugi Sebelum Pajak – Pajak 5. Laba/Rugi Bersih = Total Pendapatan - Total beban - Pajak Rumus-Rumus Modal A1. Modal Akhir = Modal Awal + Laba Bersih – Prive A2. Modal Awal = Modal Akhir – Laba Bersih + Prive A3. Prive = Modal Awal + Laba Bersih – Modal Akhir B1. Modal Akhir = Modal Awal + Seluruh Pendapatan – Seluruh Beban – Pajak - Prive B2. Modal Awal = Modal Akhir – Seluruh Pendapatan + Seluruh Beban + Pajak + Prive B3. Prive = Modal Awal + Seluruh Pendapatan – Seluruh Beban – Pajak - Modal Akhir Rumus-Rumus Neraca 1. Aktiva Lancar = Kas + Piutang + Perlengkapan + DDM 2. Aktiva Tetap = (Mesin – Akum Peny. Mesin) + (Peraltan – Akum Peny. Peraltan) + (Gedung – Akum Peny Gedung) + (Kendaraan – Akum Peny. Kendaraan) + Tanah 3. Total Aktiva/Harta = Jumlah Aktiva Lancar + Jumlah Aktiva Tetap 4. Hutang Lancar = Utang usaha + utang Gaji + Utang listrik + Utang sewa + Utang wesel + Dll 5. Hutang Jangka Panjang = Utang Bank + Utang Hipotik + Utang Obligasi 6. Total Hutang = Jumlah Utang Lancar + Jumlah Utang Jangka Panjang 7. Modal = Total Aktiva – Total Hutang