BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B). Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk system saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh . Di Indonesia, kasus toksoplasmosis pada manusia berkisar antara 43 kasus (88%) sedangkan pada hewan berkisar antara 6 kasus (70%). Pada masa lalu, toksoplasmosis dinyatakan hanya dapat mengakibatkan gejala klinis pada individu yang memiliki sistem imun yang lemah . Namun bukti-bukti yang ada dewasa ini memperlihatkan bahwa pada individu yang imunokompeten (system imun dapat berespon optimal) juga dapat menunjukkan gejala klinis . Hat ini disebabkan patogenitas Toxoplasma gondii sangat variatif, tergantung klonet atau tipenya. Klonet atau tipe T. gondii terkait dengan struktur populasi klonal berdasar homologi dan kekerabatan genetiknya . Masing-masing tipe memiliki kemampuan merusak, memodulasi sistem imun inang dan kemampuan menghindar (evasi) dari sistem imun inang yang berbedabeda . Hal tersebut berdampak pada perbedaan karakter biologis, patogenitas dan imunopatogenesis serta implikasi klinik dari perbedaan imunopatogenesi yang akan dibahas pada tulisan ini . Toksoplasmosis dalam kehamilan menyebabkan transmisi Toxoplama gondii melalui sirkulasi uteroplasenta ke janin. Terdapat korelasi positif yang sangat bermakna antara isolasi toksoplasma dari jaringan plasenta dan infeksi neonatus. Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan ialah anti toksoplasma IgG dan IgM, serta aviditas anti-Toksoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada ibu yang diduga terinfeksi Toxoplasma gondii sebelum atau selama masa kehamilan, serta pada bayi baru 1
lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma gondii. Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan untuk menginterpretasikan hasil tes serologi IgM anti toksoplasma dengan cermat. Rubella paling sering terjadi pada akhir mmusim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80 – 90 telah imun, epidemiologi beras setiap 6 – 9 tahun, penularan biasanya terjadi lewat kontak erat misalnya lewat seklah atau tempat kerja. Infeksi CMV tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60 - 70% orang dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi CMV. Keadaan ini meningkat kurang lebih 1% setiap tahun.Pada keadaan sosial ekonomi yang jelek, atau di negara berkembang, lebih dari atau sama dengan 80 - 90% masyarakat terinfeksi oleh CMV.
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari TORCH ? 2. Apa klasifikasi dari TORCH ? 3. Apa definisi dari toxoplasma ? 4. Apa etiologi dari toxoplasma ? 5. Apa patofisiologi dari toxoplasma ? 6. Apa WOC dari toxoplasma ? 7. Apa manifestasi dari toxoplasma ? 8. Apa penatalaksanaan dari toxoplasma ? 9. Apa pemeriksaan penunjang dari toxoplasma ? 10. Apa definisi dari rubella ? 11. Apa etiologi dari rubella ? 12. Apa patofisiologi dari rubella ? 13. Apa WOC dari rubella ? 14. Apa manifestasi dari rubella ? 15. Apa penatalaksanaan dari rubella ? 16. Apa pemeriksaan penunjang dari rubella ? 17. Apa definisi dari CMV ? 18. Apa etiologi dari CMV ? 19. Apa patofisiologi dari CMV ? 2
20. Apa WOC dari CMV ? 21. Apa manifestasi dari CMV ? 22. Apa penatalaksanaan dari CMV? 23. Apa pemeriksaan penunjang dari CMV? 24. Apa definisi dari herpes ? 25. Apa etiologi dari herpes ? 26. Apa patofisiologi dari herpes ? 27. Apa WOC dari herpes ? 28. Apa manifestasi dari herpes ? 29. Apa penatalaksanaan dari herpes ? 30. Apa pemeriksaan penunjang dari herpes ? 31. Bagaimana askep dari toxoplasma ? 32. Bagaimana askep dari rubella ? 33. Bagaimana askep dari CMV ? 34. Bagaimana askep dari herpes ? 1.3 TUJUAN 1.
Untuk mengetahui apa definisi dari TORCH ?
2.
Untuk mengetahui apa klasifikasi dari TORCH ?
3.
Untuk mengetahui apa definisi dari toxoplasma ?
4.
Untuk mengetahui apa etiologi dari toxoplasma ?
5.
Untuk mengetahui apa patofisiologi dari toxoplasma ?
6.
Untuk mengetahui apa WOC dari toxoplasma ?
7.
Untuk mengetahui apa manifestasi dari toxoplasma ?
8.
Untuk mengetahui apa penatalaksanaan dari toxoplasma ?
9.
Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari toxoplasma ?
10. Untuk mengetahui apa definisi dari rubella ? 11. Untuk mengetahui apa etiologi dari rubella ? 12. Untuk mengetahui apa patofisiologi dari rubella ? 13. Untuk mengetahui apa WOC dari rubella ? 14. Untuk mengetahui apa manifestasi dari rubella ? 15. Untuk mengetahui apa penatalaksanaan dari rubella ? 16. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari rubella ? 17. Untuk mengetahui apa definisi dari CMV ? 18. Untuk mengetahui apa etiologi dari CMV ? 3
19. Untuk mengetahui apa patofisiologi dari CMV ? 20. Untuk mengetahui apa WOC dari CMV ? 21. Untuk mengetahui apa manifestasi dari CMV ? 22. Untuk mengetahui apa penatalaksanaan dari CMV? 23. Untuk mengetahui pa pemeriksaan penunjang dari CMV? 24. Untuk mengetahui pa definisi dari herpes ? 25. Untuk mengetahui pa etiologi dari herpes ? 26. Untuk mengetahui apa patofisiologi dari herpes ? 27. Untuk mengetahui apa WOC dari herpes ? 28. Untuk mengetahui apa manifestasi dari herpes ? 29. Untuk mengetahui apa penatalaksanaan dari herpes ? 30. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari herpes ? 31. Bagaimana askep dari toxoplasma ? 32. Bagaimana askep dari rubella ? 33. Bagaimana askep dari CMV ? 34. Bagaimana askep dari herpes ? 1.4 MANFAAT 1.
Manfaat praktis Sebagai bahan informasi dan sumber bacaan bagi Institusi INSTITUT Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, dalam rangka meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai infeksi TORCH
2.
Manfaat Aplikatif a. Diharapkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil khususnya infeksi TORCH b. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang infeksi TORCH.
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI Infeksi TORCH adalah akronim dari beberapa penyakit yaitu toksoplasmosis, rubella, sytomegalovirus, dan herpes simpleks yang sering menimbulkan infeksi kongenital dalam bentuk hampir sama yaitu mikrosefali, ketulian dan kebutaan, kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan prematur, dan pertumbuhan janin terlambat(Yadav, 2014). TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan
2.2 KLASIFIKASI 2.2.1 Toxoplasma a. Definisi Toksoplasmosis adalah sejenis infeksi yang disebabkan oleh sejenisparasit toksoplasma gondi yang biasanya ditemukan pada kucing.Infeksi ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin menjadi terhambat,kelainan mata, cacat otak, abortus atau malah mati saat dilahirkan. Imunitas ibu memberikan efek perlindungan terhadap infeksi intra uterin, oleh karena itu toxoplasmosis kongenital hanya dapat terjadi apabila infeksi terjadi pada saat kehamilan. Salah satu penelitian mendapatkan data bahwa 1/3 wanita Amerika Utara telah memperoleh antibodi yang bersifat protektif sebelum kehamilan, dan angka ini lebih tinggi pada mereka yang memiliki kucing sebagai binatang peliharaan. Toksoplasmosis akut diperkirakan terjadidalam 1-5 dari 1000 kehamilan . Resiko infeksi janin meningkat sesuai usia kehamilan, tetapi secara keseluruhan mencapai 50% .
5
b. Etiologi Infeksi toksoplasma disebabkan oleh parasit berupa Toxoplasma gondii (T Gondii). Parasit ini menginfeksi mayoritas hewan dan burung. T.gondii bisa ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi. Serta daging binatang yang telah terinfeksi. Karena parasit T.gondii hanya bisa berkambang biak pada kucing liar dan peliharaan. c. Patofisiologi Toksoplasmosis merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii dengan hospes definitif kucing dan hospes perantara manusia. Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila memakan daging yang kurang matang atau sayuran mentah yang mengandung ookista atau pada anak- anak yang suka bermain di tanah, serta ibu yang gemar berkebun dimana tangannya tertempel ookista yang berasal dari tanah. Perkembangan parasit dalam usus ku- cing menghasilkan ookista yang dikeluar- kan bersama tinja. Ookista menjadi matang dan infektif dalam waktu 3-5 hari di tanah. Ookista yang matang dapat hidup setahun di dalam tanah yang lembab dan panas, yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Ookista yang matang bila ter- telan tikus, burung, babi, kambing, atau manusia yang merupakan hospes perantara, dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Toksoplasmosis dikelompokkan menjadi toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan toksoplasmosis kongenital yang sebagian besar gejalanya asimtomatik. Keduanya bersifat akut kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lainnnya. Pada ibu hamil yang terinfeksi di awal kehamilan, transmisi ke fetus umum- nya jarang, tetapi bila terjadi infeksi, umumnya penyakit yang didapat akan lebih berat. Pada toksoplasmosis yang terjadi di bulan-bulan terakhir kehamilan, parasit ter- sebut umumnya akan ditularkan ke fetus tetapi infeksi sering subklinis pada saat lahir. Pada ibu hamil yang mengalami infeksi primer, mula-mula akan terjadi pa- rasitemia, kemudian darah ibu yang masuk ke dalam plasenta akan menginfeksi pla- senta (plasentitis). Infeksi parasit dapat ditularkan ke janin secara vertikal. Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan menghasilkan fokus-fokus nekrotik yang menyebabkan nekrosis plasenta dan jaringan sekitarnya, sehingga membahayakan ja- nin dimana dapat terjadi ekspulsi kehamilan atau aborsi.
6
d. Woc
Toxoplasma Gondii
Dibawa oleh kecoa dan lalat
Makanan yang belum matang
Di makan kucing
Masuk ke sel epitel usus kucing
Menginfeksi Tinja
Ookista dikeluarkan bersama feses
Matang dan infeksi dlm waktu 3-5 hari ditanah /air
Masuk ke burung, babi, kambing yg tidak sengaja menelan ookista
Manusia memakan daging yang terinfeksi Ookista
Masuk ke lambung
Diabsorbsi 7
Ookista masuk ke peredaran darah
Infeksi
Ibu Hamil
Darah masuk Plasenta
Pembengkakan Kelenjar getah bening
MK : Nyeri Akut
Perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan
Menginfeksi Plasenta Kopping Klien tidak efektif
MK : Resiko Infeksi Pada Janin
MK : Ansietas
8
e. Manifestasi klinis Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe di leher adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis. Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak,juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka penglihatan sentralnya akan terganggu. f. Penatalaksanaan Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan reaksi imun tubuh yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala yang 9
berat atau berkelanjutan. Toksoplasmosis pada penderita imunodefisiensi harus diobati karena dapat mengakibatkan kematian. Toksoplasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah : 1.
Spiramycin Dosisnya 3x 500mg selama 3 minggu, kemudian 2 minggu tanpa obat,dilanjutkan 3 minggu ,kemudian libur 2 minggu tanpa obat ,lanjutkan lagi 3 minggu dengan obat. Antibiotik yang paling sering digunakan untuk wanita hamil untuk mencegah infeksi pada anak mereka.tapi tidak dianjurkn pada wanita hamil trimester pertama dan menyusui.
2.
Azitromisin Dosisnya 1 x 500mg,selama 5hari per minggu ,4 minggu per bulan sejak ditegakan infeksi,diteruskan hingga akhir kehamilan bila janin terbukt terinfeksi.
3.
Klindamisin Dosisnya 3 x 300mg , selama 5 hari per minggu, 4 minggu per bulan sejak ditegakan infeksi,diteruskan hingga akhir kehamilan bila janin terbukt terinfeksi.
4.
Pirimetamin
5.
Dosisnya dapat diberikan sejak amniosintesis memberi hasil positif pada kehamilan 16 - 20minggu. Pirimetamin (50mg//kb/hari) + sulfadiasin (3g/hari)+ kalsium folinat.
g. Pemeriksaan penunjang Diagnosis penyakit toksoplasma umumnya ditegakkan karena adanya kecenderungan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya riwayat: 1. Infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan. 2. Memelihara binatang piaraan berbulu, misalnya kucing Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toxoplasma adalah pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan meningkat 10
titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama, sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau pengaktifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi tersebut untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi toxoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan kendali mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh Wahyu S dkk. (1998), yang menyatakan seorang ibu yang tergolong positif bilamana titer IgGnya 2.949 IU/mL atau IgM 0.5 IU/mL, sedangkan tergolong negatif bilamana titer IgG < 2.0 IU/mL atau IgM < 0.5 IU/ml (Zrofikoh, 2008). Tidak semua ibu hamil yang terinfeksi toxsoplasma akan menularkan toxoplasma bawaan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan ibu sebelum hamil menunjukkan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti ibu tersebut terinfeksi sudah lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya akan bebas dari toxoplasma bawaan. Apabila pemeriksaan serologis baru dilakukan pada saat hamil, maka : 1. bila IgG (+) dan IgM (-); dianggap sebagai infeksi lama dan risiko janinnya terinfeksi cukup rendah sehingga ada sebagian pakar yang berpendapat tidak perlu diobati, kecuali jika pasien itu mengidap gangguan kekebalan. 2. bila IgG (+) dan IgM (+); uji perlu diulang lagi 3 minggu kemudian. Bilamana titer IgG tidak meningkat maka dianggap infeksi terjadi sebelum kehamilan dan risiko untuk janinnya cukup rendah, sedangkan jika titer IgG meningkat 4 kali lipat dan IgM tetap positif maka ini berarti bahwa telah terjadi infeksi baru dan janin sangat berisiko mengalami toxoplasma bawaan atau terjadi keguguran. 3. bila IgG (-) dan IgM (-); bukan berarti terbebas dari toksoplasmosis bawaan, justru pada ibu ini pemeriksaan harus diulang setiap 2-3 bulan untuk menasah serokonversi (perubahan negatif menjadi positif). 4. Bilamana pada ibu hamil ditemukan IgM (+) maka pengobatan sudah pasti harus diberikan dan pemeriksaan ultrasonografi dilakukan berulang kali untuk menen-tukan adanya kelainan janin.
11
5. Ultrasonografi serial setiap 3 minggu dilakukan untuk menentukan adanya kelainan, misalnya: asites, pembesaran rongga otak (ventrikulomegali) (V/H), pemesaran hati (hepatomegali), perkapuran (kalsifikasi) otak. Bila pada janin terdapat kelainan maka perlu dipertimbangkan untuk pengakhiran (terminasi) kehamilan. 6. Bila mungkin, dilakukan pengambilan darah janin pada kehamilan 20-32 minggu untuk pembiakan parasit (inokulasi) pada mencit. Bila inokulasi memberikan hasil positif maka perlu dipertimbangkan untuk pengakhiran kehamilan. 7. Setelah bayi lahir perlu dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap bayi, antara lain: pengambilan darah talipusat ketika bayi baru saja lahir untuk pemeriksaan serologis antibodi janin atau isolasi T. gondiii, pemeriksaan titikcahaya mata (funduskopi), dan USG atau foto rontgen tengkorak.Diagnosis toxoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan karena gejala klinis dari infeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragam dan seringkali subklinis (tidak terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu dilakukan juga pemeriksaan serologis pada neonatus, terutama bilamana diketahui ibunya terinfeksi selama kehamilan. Antibodi IgG dapat menembus plasenta, sedangkan antibodi IgM tidak dapat menembus plasenta. Dengan demikian, apabila pada darah bayi ditemukan antibodi IgG mungkin hanya merupakan pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat-laun akan habis. Pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membentuk antibodi IgG sendiri, bilamana bayi terinfeksi toksoplasma bawaan maka konsentrasi IgGnya akan mulai meningkat lagi setelah IgG yang diperoleh dari ibunya 8. habis. Tetapi jika ditemukan antibodi IgM, maka ini menunjukkan infeksi nyata pada bayi (toxoplasma bawaan) (Zrofikoh, 2008). 2.2.1 Rubella a. Definisi Rubella
adalah
infeksi
virus
yang
dapat
menyebabkan
infeksi
kronikintrauterin, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin.Rubella disebabkan oleh virus plemorfis yang mengandung RNA. Virusini ditularkan melalui droplet dari ibu hamil kepada janin . b. Etiologi Virus ini sampai kepada janin melalui ibu, melewati 3 cara : 12
1. Melalui jalan darah plasenta dari ibu kejanin. 2. Saat proses persalinan diman janin tertekan darah ibu ataupun ciran tubuh ibu saat melewati jalan lahir. 3. Saat proses menyusui, dimana penularan bisa melalui pernafasan ibu ataupun air susu ibu. Cacat panca indera apa saja bisa terjadi pada janin didalam kandungan. Infeksi virus rubella pada ibu hamil biasannya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya, sedangkan tingkat keparahaanya berbeda untuk tiap trimester. Bila mengenai saat usia kehamilan dibawah 20 bulan, bayi akan lahir dengan keadaan yang disebut Conginental Ribella Syindrome ( CRS ) atau sindrom cacat bawaan kareana rubella. resiko ini semakin meningkant dengan semakin mudanya usia kehamilan.
c. Patofisiologi Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksiawal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.
13
d. Woc Rubella
febris
Peradangan
Virus rubella
Pada mukosa saluran nafas
Pembengkakan kelenjar getahbening
Hilang nafsu makan Hidung mampet, meler
Menyebar keseluruh tubuh melalui peredaran darah
MK : Nyeri akut Integumen
Transplasenta
IUGR
a
Timbul kemerahan atau ruam
MK : Resiko infeksi pada janin MK : Integritas kulit
e. Manifestasi klinis Gejala Klinis rubella bervariasi setiap orang dan bisa tidak dikenali. Rubella infeksi
gejalanya
mirip
dengan
mononucleosis,
drug
induced
rashes.
Lymphadenopathy, pada wanita hamil primary infection Severe damage pada fetusmasa inkubasi 2-3 minggu rata-rata ± 18 hari. Kelainan conginental pada saat mana terjadi infeksi pada waktu hamil. Infeksi pada bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan fetal malformation ± 50 - 80,25 pada bulan kedua dan 17 pada bualn ketiga. Conginental Rubella Syndrome dapat terjadi pada infeksi di TR 1 kehamilan. Kelainan - kelainan lain adalah CHD (PDA,VSD dan PT ), ataracts, chorioretinitis, microcephaly, mental retaldation dan deafness. 14
f. Penatalaksanaan Rubella tidak dapat diobati dengan antibiotik karena antibiotik tidak bekerja untuk infeksi virus. Kecuali timbul komplikasi, maka rubella akan sembuh dengan sendirinya. Wanita hamil yang berkontak dengan infeksi rubella harus segera menghubungi dokter kebidanannya. Rubella biasanya ringan pada anak-anak, biasanya cukup dirawat di rumah saja. Amati suhu tubuh anak anda dan hubungi dokter jika demam naik terlalu tinggi. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, anda dapat memberikan anak anda paracetamol atau ibuprofen. Jangan berikan asipirin karena dapat timbul sindrom Reye yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan kematian. Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin, hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang. Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat. Vaksinasi MMR ( tidak boleh diberikn pada Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn. Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi. Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone. Siapa saja yang menderita infeksi yang akut. g. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Darah Pada pemeriksaan laboratorium darah, dapat ditemukan adanya leucopenia dan trombositopenia. Liver function test, seperti kadar bilirubin total dan direk,
alanine
aminotransferase, 15
aspartate
aminotransferase,
alkaline
phosphatase,
dan
gamma-glutamyl
transpepditase,
mungkin
dapat
menunmjukkan adanya injury pada hepar akibat infeksi rubella, terutama pada neonates.
2.2.2 CMV (Cytomegalovirus) a. Definisi Cytomegalovirus adalah infeksioportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawah olehsekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV. Cytomegalovirusjuga merupakan anggota keluarga virus herpes yang disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bilamenginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanyadiam didalam tubuh penderita seumur hidupnya . b. Etiologi Cytomegalovirus (CMV) merupakan virus DNA yang tergolong dalam genus virus Herpes. Virus yang spesifik menyerang manusia disebut sebagai human CMV dan merupakan human herpesvirus 5, anggota famili dari 8 virus herpes manusia, subgrup beta-herpes-virus.1, 4, 5 Penamaan Cytomegalo terkait pembesaran ukuran sel sampai dengan dua kali lipat dari ukuran sel yang tidak terinfeksi. CMV merupakan parasit yang hidup di dalam sel atau intrasel yang sepenuhnya tergantung pada sel inang untuk replikasi.5 Replikasi virus tergantung dari kemampuan untuk menginfeksi sel inang yang permissive, yakni suatu kondisi dimana sel tidak mampu melawan invasi dan replikasi dari virus. CMV tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin.4 Struktur CMV terdiri dari bagian tegument, capsid, dan envelope yang kaya akan lipid. c. Patofisiologi Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan,karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat 16
menyebabkan retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks.Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi. d. Woc Faktor resiko: hubumgan seksual tidak aman. Transfuse darah jarum suntik yang terkontaminasi, teransmisi ibu ke anak
Hiv menyerang limfosit TCD4
Menurunnya jumlah CD4
AIDS (imunosupresan)
CMV
Infeksi virus memicu respon inflamasi
Pelepasan mediator peradangan seperti protogeladin
reaksi makrofag, leukosit yang memfagosit virus
Peningkatan produksi sputum
Batuk tidak efektif
Reaksi hipermetabolik
Penurunan nafsu makan
Intake tidak mencukupi
Peningkatan suhu tubuh
Hipertermia
Bersihan jalan nafas tidak 17 efektif
Bb menurun
Defisit Nutrisi
e. Manifestasi klinis Manifestasi Klinis infeksi citomegalovirus sangant bervariasi,dapat dibagai menjadi : 1. Inveksi Citomegalovirus Kongenetal a) Infeksi Akut Gejala klinis pada infeksi CMV konginetak akut dapat berupa hepatomegali dengan urutan dapat mencapai 4-7 cm dibawah arkus kosta kanan, permukaan rata dan tidak nyeri tekan. Hematonegali dapat berlangsung sampai bayi usia 2 bulan tetapi dapat juga ditemukan sampai usia 12 bulan.seperti hepatomegali,pembesaran limpa merupakan gejala yang sering ditemukan pada bayi dengan infeksi CMV konginetal. Ukuran limpa dapat membesar sampai 10-15 cm dibawah arkus aorta sebelah kiri.pada infeksi CMV konginetalm seringkali dijumpai splenomegali dan petekai. Ikterus merupakan manifestasi yang sering ditemukan. Pola hiperbilirubinemia berfariasimbisa ditemukan setelah lahir atau bertahap. Ikterus kadang-kadang dapat terjadi pada masa bayi dini dengan kadar puncak bilirubin pada bulan ketiga kehidupan. b) Penyakit lanjut dari Infeksi CMV Konginetal Tuli sensoris merupakan kecacatan yang paling sering disebabkan oleh infeksi CMV Medeari.( dikutip dari Satagno ). Cytomegalovirus dapat mengadakan replikasi pada berbagai struktur telinga dalam, seperti pada Membrane Raissener, stria Vaskularis,kanalis seminularis pada organ kortil dan nervus VIII. Pada umumnya tuli sensoris lebih banyak ditemukan pada infeksi conginetal yang simtomatik. Tetapi karena sukar melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran pada bayi maka sulit mengatakan berapa banyak kasus infeksi konginetal simptomatik yangmenderita kelainan saat lahir atau masa bayi. Hampir 50 kasus gangguan pndengaran terjadi atau mungkin memberat setelah umur 1 tahun. Kebanyakaan kasus terjadi 2-3 tahunwalaupun beberapa kasus mengalami onset gangguan pendengaran pada umur yang lebih tua. CMV merupakan virus tersering yang menyebabkan gangguan perkembangan atau retardai mental. 2. Infeksi CRV Perinatal
18
Masa inkubasi infeksi CMV perinatak biasanya antara 4-12 minggu . infeksi CMV conginetal perlu dibedakan dengan perinatal oleh karena infeksi CMVkonginetal mempunyai morbilitas dan gejala sisa yang lebih berarti. Kebanyakan infeksi perinatal asimotamik dan berasal adi reaktivasi atau infeksi
lekurens
oleh
karenan
mempunyai
kadar
antibody
yang
beragam,manifestasi klinis kebanyakan berupa pneumonitisyang terjadi pada umur 4 bulan. Bayi prematur dan bayi cukup bulan yang menderita penyakit lain mempunyai resiko lebih tinggi. f. Penatalaksanaan Penyakit infeksi virus CMV, seperti juga penyakit virus lainnya adalah penyakit ”self limited disease”. Pengobatan ditujukan kepada perbaikan nutrisi, respirasi dan hemostasis. Pengobatan anti virus masih belum jelas hasilnya. Dicoba cara pemberian zat immunoglobulin in utero. Bagi ibu yang mengalami gangguan
imunitas
dikembangkan
obat
seperti
ganciclovir,
cidofovir,
formivirsen, foscarnet (virustatic). Pemberian vaksin merupakan harapan dimasa datang. Pemberian Ganciclovir pada dewasa: dosis induksi 5 mg/kg dua kali sehari, intra vena selama 2 minggu, dipertahankan dengan dosis 5 mg/kg/hari. Pemberian oral untuk mempertahankan dosis dalam sirkulasi darah adalah 1 gram 3 kali sehari, perlu diperhatikan efek samping yaitu gangguaan fungsi ginjal. Pemberian Ganciclovir 12mg/kg/hr pada bayi dapat mengurangi progresivitas ketulian dalam 2 tahun pertama kehidupannya. g. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeksi berulang, dimana infeksi akut mempunyai resiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratirium yang dilakukan meliputi anti CMV IgG dan IgM, serta aviditas anti-CMV IgG. 2.2.3 Herpes a. Definisi Herpes simplex atau herpes genitalia adalah infeksi virus herpessimpleks pada atau disekitar vagina, vulva (bibir vagina) dan anus (wanita)(Robson, 2011). Herpes dapat menyebabkan luka pada daerahmulut, dan hidung, pada daerah kemaluan (laki-laki dan wanita) dandaerah anus, atau pada mata, jari dan tangan. Terdapat dua jenis virusherpes simpleks yaitu herpes 1 dan 2.
19
b. Etiologi Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota virus herpes yang primer menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-2 termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan ciri-ciri spektrum sel pejamu bervariasi, siklus replikasi yang relatif cepat, mudahnya infeksi menyebar di biakan sel, menimbulkan kerusakan sel yang cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi laten khususnya pada ganglion sensorik. c. Patofisiologi HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya.Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia dimana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya2.
20
d. Woc Herpes simplex virus
Kontak langsung ke dalam membran mukosa
HSV 1
HSV 2
Herpes
Pustula
Pecah menjadi ulkus
Respon sistemik tubuh
Genital
Rasa gatal terbakar
Demam
Jalan lahir
MK : Kerusakan integritas kulit
MK : Hipertermi
MK : Resiko infeksi
21
e. Manifestasi klinis 1. HSV- 1 Vesicles – vesicles disekitar mulut,acture ginggivostomatitis. Primary HSV-1 infeksi dapat menyebabkan follicular conjungtivitis dengan cemosis,edema dan cornela urcel. Hepres labialis dan denderitic cornrla urcers paling sering merupakan manifestasi recurren,HSV-1infection. Pada keadaan parah dapat menyebabkan HSV encephalitis. 2. HSV – 2 infection pada genital dan dapat menyebabkan infeksi pada bayi pada proses kelahiran. Sebagaian bayi mendapat infeksi HSV-2 pada ibu hamil asmyptomatic. Ulcerative lesion, pain fever,dysuria,lymphadenopaty selalu dijumpai. f. Penatalaksanaan Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah tersebut dikeringkan; jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri. Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik peroral atau suntikan. Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin peroral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluasKadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit terutama jika mengenai daerah kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus. g. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium , yaituAnti-HSV II IgG dan IgM sangat pentig untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan
22
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA TOXOPLASMA Ilustri Kasus Ny. Q datang ke RS.Ratih dengan umur kehamilan 24 minggu, mengeluh merasa lemah, mudah capek, demam, Nyeri pada bagian tangan dan kaki, dan merasa agak pusing seperti akan flu, serta ibu mengatakan memelihara 3 ekor kucing dan pernah mengalami keguguran satu kali, sehingga cemas dengan kehamilannya yang sekarang. Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2018 HPMT
: 18 Juli 2017
Diagnosa Medis
: Toxoplasma Gondolii
A. Pengkajian Identitas Pasien 1. Pasien Nama
: Ny. Q
Umur
: 25 tahun
Alamat
: Jln.Super semar, Kediri
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Suku Bangsa
: Jawa
2. Suami Nama
: Tn. Z
Umur
: 30 tahun
Alamat
: Jln. Super Semar, Kediri
Agama
: Islam
23
Pekerjaan
: PNS
Suku Bangsa
: Jawa
Riwayat haid 1. Apakah Haid Teratur. Pasien mengatakan haid teratur setiap bulan sebelum ia mengalami kehamilan. 2. Siklus berapa. Pasien mengatakan siklus haid pasien kurang lebih 30 hari. 3. Apakah ada masalah dengan haid. Pasien mengatakan tidak ada masalah haid sebelumnya. 4. HPHT / HPMT 18 juli 2016 Riwayat Perkawinan 1. Menikah / Belum Pasien mengatakan menikah pada 2 tahun yang lalu dengan pasangannya. 2. Menikah berapa lama Pasien mengatakan menikah kurang lebih 2 tahun lalu. Riwayat kehamilan lalu Hamil Ke
Masalah dalam Kehamilan
Kedua
Merasa lemah, mudah capek, dan merasa agak pusing seperti mau flu
Riwayat persalinan lalu Partus Ke
Proses
Lama
Tempat
Penolong
Masalah
persalinannya
persalinan
persalinan
persalinan
persalian
-
-
-
-
-
1
Riwayat nifas lalu Masalah nifas yang
Masalah bayi yang pernah
dialami
dialami
24
Keadaan anak
-
-
-
Riwayat keluarga berencana 1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali. 2. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian. Pasien mengatakan berencana menggunakan implam 3. Jumlah anak yang direncanakan. Pasien mengatakan berencana memiliki 2 anak Riwayat Psikososial 1. Alasan ibu datang ke klinik. Pasien mengatakan datang ke rumah sakit mengeluhkan Lemah, mudah capek, pusing, demam, nyeri pada bagian tangan dan kaki. 2. Perubahan yang timbul saat kehamilan. Pasien mengatakan saat hamil sering mengalami lemas dan nyeri pada bagian tangan dan kaki. 3. Harapan tentang kehamilannya Pasien mengatakan berharap janin yang dikandungnya tidak terinveksi Toxoplasma. 4. Orang yang tinggal bersama Pasien mengatakan tinggal di rumah dengan suaminya dan pembantu. 5. Orang yang terpenting Pasien mengatakan orang terpenting adalah suaminya. 6. Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik. Keluarga mengatakan panik dengan keadaan yang di alami pasien. 7. Apa suami mau menemani ke klinik Pasien mengatakan datang dengan suami . 8.
Rencana tempat melahirkan. Pasien mengatakan rencana melahirkan dirumahsakit.
9. Rencana menyusui, Pasien mengatakan ingin memberikan susu yang terbaik untuk anaknya.
25
10. Apakah memelihara kucing . Pasien mengatakan pasien memelihari 3 ekor kucing di rumahnya. Kebutuhan Dasar Khusus 1. Ketidak nyamanan. Pasien mengatakan nyeri pada tangan dan kaki. 2. Istirahat tidur Pasien mengatakan istirahat tidak teratur selama kehamilannya. 3. Hygiene prenatal Pasien mengatakan sering membersihkan organ kewanitaannya dengan teratur. 4. Pergerakan Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi selama kehamilannya. 5. Penglihatan Pasien mengatakan pengelihataanya normal. 6. Pendengaran Pasien
mengatakatan tidak ada masalah dengan pendengarannya selama
kehamilannya. 7. Cairan Pasien mengatakan sering merasa lemas. 8. Nutrisi Pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi selama masa kehamilan. 9. Eliminasi Pasien mengatakan bisa BAB dan buang air kecil dengan normal. 10. Oksigenasi Pasien mengatakan pola oksigenasinya normal. 11. Seksual Pasien mengatakan seksualitasnya tidak terganggu. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: Lemah
Kelainan bentuk badan
: Mengalami pembengkakan pada kaki
Kesadaran
: Compos Mentis 26
Keadaan Vital sign
: 110/80 mmHg
Nadi
: 78 x/mnt
Respirasi
: 19 x/mnt
Suhu
: 38C
2. Muka Bentuk oval, warna kulit sawo matang, tidak ada chloasma, tidak ada bekas operasi, tidak ada edema. 3. Leher Ada pembesaran kelenjar getah bening. 4. Dada Inspeksi
: Adanya tanda-tanda penarika paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi
: Fremitus suara meningkat.
Perkusi
: Suara ketok redup.
Auskultasi
: Suara ronki basah, kasar dan nyaring.
5. Perut Tidak ada bekas luka operasi. Palapsi Leopold I
: TFU ½ pusat symphisis.
Leopold I
: tidak dilakukan.
Leopold III
: tidak dilakukan.
Leopold IV
: dilakukan.
Aukultasi DJJ
: teratur 138x/menit.
6. Ekstermitas Atas
: simetris, gerkan pasif, kuku tidak anemis
Bawah
: simetris, gerkan ternganggu , kuku tidak anemis, tidak sianosis, reflek patella aktif.
7. Genetalian Pasien mengatakan tidak ada masalah pada organ kewanitaannya. 8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lab: IgG
: (+)
27
IgM
: (+)
B. Analisa data NO 1.
Analisa Data Ds : 1. Ny. Q mengatakan sering
Etiologi
Masalah
Manusia memakan daging
Nyeri Akut
mentah dan sayuran yg mengandung ookista
mengalami nyeri pada bagian lehernya. 2. Ny. Q mengatakan mengalami nyeri saat menelan makanan ataupun
Infeksi
minuman. Do : 1. Pasien tampak meringis Pembengkakan kelenjar
kesakitan
getah bening
2. Pasien tampak gelisah 3. N: 78x/menit 4. TD:110/80 mmHg 5. S:38C 6. RR:19x/menit
PQRST -
P: Pembengkakan getah bening
-
Q: Seperti di tusuk-tusuk
-
R: Pada leher
-
S: 5
-
T: Hilang timbul
28
2.
Ds :
Manusia memakan daging
1.
Ny Q mengatakan takut
Ansietas
mentah dan sayuran yg mengandung ookista
terjadi sesuatu akan janinnya. Do : 1.
Wajah Ny. Q tampak
Infeksi
pucat. 2.
Ny. Q tampak Gelisah.
3.
Ny .Q tampak tidak tenang
3.
4.
N : 78x/menit
5.
RR : 19x/menit
6.
TD : 110/80 mmHg
7.
S : 38C
Kurangnya Pengetahuan
Ds :
Ibu hamil
Resiko infeksi
Ny. Q mengeluh pusing,mual,demam dan agak pusing. Darah masuk plasenta Do : 1.
Pasien tampak meringis
2.
N : 78x/menit
3.
RR : 19x/menit
4.
TD : 110/80 mmHg
5.
S : 38C
Menginfeksi plasenta
C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis (inflamasi) 29
2. Ansietas b.d Kurang terpaparnya informasi 3. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
D. Intervensi No
Diagnosa
Rencana
Keperawatan
Tujuan
dan Rencana tindakan kriteria
hasil 1.
Nyeri
akut
agen
pencidera
fisiologis (inflamasi)
b.d Tujuan : Setelah
1. Lakukan dilakukan
tindakanKeperawata n selama 1x6 jam diharapkan
nyeri
pengkajian
secara
nyeri
komprehensif
(PQRST) 2. Monitor TTV 3. Gunakan
teknik
komunikasi terapeutik untuk
teratasi
mengetahui NOC:
pengalaman
nyeri pasien 4. Ajarkan Pilih dan lakukan
1. Pain Level
penanganan 2. Pain Control
(Farmakologi
3. Comfort level
nyeri dan
non
farmakologi) 5. Demonstrasikan
Kriteria Hasil:
teknik
distraksi relaksasi 1. Mampu
6. Kolaborasikan dengan dokter
mengontrol
untuk pemberian analgesik
nyeri (tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan teknik
non
farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari
30
bantuan) 2. Melaporakn bahwa
nyeri
berkurang dengan menggunakan manajeme nyeri 3. Mampu mengenali
nyeri
(PQRST) 4. Merasakan nyaman
rasa setalah
nyeri berkurang
2.
Ansietas
b.d Setelah
dilakukan
1. Dengarkan
Kurang
asuhan keperawatan
kecemasan
terpaparnya
selama
penuh perhatian
informasi
diharapkan tidak
1x24
jam
penyebab klien
dengan
klien
2. Observasi tanda verbal dan
mengalami
non verbal dari kecemasan
kecemasan dengan
klien 3. Anjurkan keluarga agar tetap
Keriteria Hasil :
mendampingi klien Kecemasan
pada
4. Kurangi
atau
klien berkurang dari
rangsangan
sekala
menyebabkan
3
menjadi
sekala 4
hilangkan yang kecemasan
oada klien 5. Tingkatkan
pengetahuan
klien mengenai toxoplasma 6. Instruksikan menggunakan relaksasi. 3.
Resiko infeksi b.d Setelah
dilakukan Tindakan Mandiri:
31
klien
untuk tekhnik
ketidakadekuatan
tindakan
1. Lakukan pemeriksaan pada cairan
pertahanan tubuh keperawatan sekunder
jam
1x24
tubuh untuk mengetahui adanya
diharapkan
darah pada urine, feses, dan
resiko infeksi dapat dihindari dengan
cairan. 2. Amati atau laporkan epistaksis, hematoria,
Keriteria hasil :
perdarahan
vaginal
non menstruasi atau pengeluaran 1. Tidak
ada
infeksi. 2. Bebas
tubuh atau daerah penusukan dari
tanda-tanda infeksi.
darah melalui resi atau orisium
terapi intravena. 3. Pantau perubahan TTV dan warna kulit. 4. Pantau
perubahan
kesadaran
tingkat
dan
gangguan
penglihatan 5. Hindari injeksi IM, pengukuran rectal, supositoria, selang rectal. 6. Mempertahankan
lingkungan
yang aman. 7. Pertahankan
istirahat
ditempat
tidur, kursi apabila thrombosis dibawah kebutuhan
10.000
atau
sesuai
perseorangan,
kaji
aturan obat-obatan. Tindakan Kolaborasi : 1. Tinjau
ulang
pemeriksaan
laboratorium misalnya : waktu pembekuan trombosit HB/HT. 2. Berikan
produk
darah
sesuai
indikasi. 3. Hindari aspirin
32
penggunaan
produk
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien
untuk
memenuhi kebutuhan gizi 2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi 4. Monitor
kecenderungan
terjadinya penurunn dan kenaikan berat badan 5. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi
E. Implementasi NO
Diagnosa
Pelaksanaan Tindakan keperawatan
Tanda tangan dan Nama Terang
Keperawatan
Perawat
1.
Nyeri akut b.d agen
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)
pencindera
2. Memonitor TTV
fisologis
3. Menggunakan
teknik
komunikasi terapeutik
untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Mengajarkan Pilih dan lakukan penanganan (Farmakologi
nyeri dan
non
farmakologi) 5. Mendemonstrasikan
33
teknik
distraksi relaksasi 6. Berkolaborasikan dokter
dengan
untuk
pemberian
analgesik
2.
Ansietas
b.d
1. Mendengarkan
Kurang
kecemasan
terpaparnya
penuh perhatian
informasi
penyebab
klien
dengan
2. Mengobservasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien 3. Menganjurkan keluarga agar tetap mendampingi klien 4. Mengurangi menghilangkan
atau rangsangan
yang menyebabkan kecemasan oada klien 5. Meningkatkan
pengetahuan
klien mengenai toxoplasma 6. Menginstruksikan klien untuk menggunakan
tekhnik
relaksasi. 3.
Resiko infeksi
1. Melakukan
pemeriksaan
b.d
pada cairan tubuh untuk
ketidakadekua
mengetahui adanya darah
tan
pada
pertahanan
cairan.
tubuh sekunder
urine,
feses,
dan
2. Mengamati
atau
melaporkan
epistaksis,
hematoria,
perdarahan
vaginal non menstruasi atau pengeluaran darah melalui
34
resi atau orisium tubuh atau daerah
penusukan
terapi
intravena 1. Memantau perubahan TTV dan warna kulit. 2. Memantau
perubahan
kesadaran
dan
tingkat gangguan
penglihatan 3. Menghindari pengukuran
injeksi rectal,
IM,
supositoria,
selang rectal. 4. Mempertahankan lingkungan yang aman. 5. Mem[ertahankan istirahat ditempat tidur, kursi apabila thrombosis dibawah
10.000
kebutuhan
atau
sesuai
perseorangan,
kaji
aturan obat-obatan. Tindakan Kolaborasi : 1. Meninjau
ulang
pemeriksaan
laboratorium misalnya : waktu pembekuan trombosit HB/HT. 2. Memberikan produk darah sesuai indikasi. 3. Menghindari
penggunaan
produk aspirin
F. Evaluasi NO
Tanggal
Tanda Tangan dan
Evaluasi
Nama Terang
1.
21 maret 2018
DS:
35
Pasien
10:00 AM
mengatakan
nyeri
sedikit berkurang.. DO: TTV -
TD :110/80 mmHg
-
RR
-
Nadi : 90 x/menit
-
Suhu : 37,5oC
: 16 x/mnt
-
Turgor kulit baik
-
Mukosa bibir kering
-
Sedikit pucat
-
Konjungtiva anemis
-
Pasien masih lemah
-
Hb : 9 gr/dl
A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1,2,6 2.
21 Maret 2018
DS: Ny Q mengatakan sudah
10:00 AM
mengetahui
tentang
keadaannya. Ny Q mengatakan sudah tidak cemas lagi. Ny Q mengatakan bahawa tim
medis
akan
membatunya dengan baik. DO: Ny Q terlihat lebih tenang Ny
Q
dapat
mengerti
mengenai penyakitnya TTV
36
-
TD :110/80 mmHg
-
RR
-
Nadi : 90 x/menit
: 16 x/mnt
Suhu : 37,5oC A: Masalah teratasi P: Hentikan intervesi
3.
21 Maret 2018
Ds :
10.00 AM
Pasien mengatakan pusing dan sakit kepala berkurang Pasien mengatakan sudah tidak kram lagi Pasien
mengatakan
masih
berkeringat pada malam hari Do : Pasien terlihat sudah membaik Pasien sudah tidak terihat cemas TTV : TD : 120/80mmhg Nadi : 90kali/mnit Respirasi :24x/mnit Suhu : 37,5ᵒC A : Masalah teratasi P : intervensi dihentikan
37
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA RUBELLA Ilustri Kasus Pada tanggal 20 Maret 2018 pukul 9.30 Ny.A datang ke UGD RS. Muhamadiyah dengan suaminya Tn Z. Ny A sedang hamil 8 minggu. Ny A mengatakan badan nya meriang, tidak nafsu makan, nyeri dipersendian dan kulitnya terasa panas. Pasien juga mengekuh mual dan kram perut.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil
tekanan darah : 120/80 mmHg, N : 110x/mnt, S : 380C, RR : 18x/mnt dan terdapat ruam kemerahan di seluruh tubuh. Tanggal Pengkajian
: 20 Maret 2018
HPMT
:18 Juli 2017
Diagnosa Medis
: Rubella
A. Pengkajian Identitas Pasien 1. Pasien Nama
: Ny A
Umur
: 21
Alamat
: Wates
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa
: jawa
2. Suami Nama
: Tn Z
Umur
: 35
Alamat
: Wates
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Suku Bangsa
: Jawa
Riwayat haid 1. Apakah Haid Teratur. Pasien mengatakan haid teratur setiap bulan sebelum ia mengalami kehamilan. 2. Siklus berapa. 38
Pasien mengatakan siklus haid pasien kurang lebih 30 hari. 3. Apakah ada masalah dengan haid. Pasien mengatakan tidak ada masalah haid sebelumnya. 4. HPHT / HPMT 18 anuari 2018
Riwayat perkawinan 1. Menikah / Belum Pasien mengatakan menikah pada awal bulan tahun lalu dengan pasangannya. 2. Menikah berapa lama Pasien mengatakan menikah kurang lebih 1 tahun lalu.
Riwayat kehamilan lalu Hamil Ke
Masalah dalam Kehamilan
Pertama
Mengalami ruam berwarna merah terang pada seluruh tubuh
Riwayat persalinan lalu Partus
Proses
Lama
Tempat
Penolong
Masalah
Ke
persalinannya
persalinan
persalinan
persalinan
persalian
-
-
-
-
-
-
Riwayat nifas lalu Masalah nifas
Masalah bayi yang pernah
yang dialami
dialami
-
-
Keadaan anak
-
Riwayat Keluarga Berencana 1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali. 39
2. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian. Pasien mengatakan berencana menggunakan implam 3. Jumlah anak yang direncanakan. Pasien mengatakan berencana memiliki 1 anak
Riwayat Psikososial 1.
Alasan ibu datang ke klinik. Pasien mengatakan datang ke rumah sakit mengeluhkan ruam berwarna merah terang di seluruh tubuh.
2.
Perubahan yang timbul saat kehamilan. Pasien mengatakan saat hamil sering mengalami sakit kepala, hidung tersumbat,sakit tenggorokan dan mata merah.
3.
Harapan tentang kehamilannya Pasien mengatakan berharap ruam kemerahan yang ada di seluruh tubuh hilang .
4.
Orang yang tinggal bersama Pasien mengatakan tinggal di rumah dengan suaminya dan pembantu.
5.
Orang yang terpenting Pasien mengatakan orang terpenting adalah suaminya.
6.
Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik. Keluarga mengatakan panik dengan keadaan yang di alami pasien.
7.
Apa suami mau menemani ke klinik. Pasien mengatakan datang dengan suami .
8.
Rencana tempat melahirkan. Pasien mengatakan rencana melahirkan dirumahsakit.
9.
Rencana menyusui. Pasien mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
10. Apakah memelihara kucing . Pasien mengatakan pasien tidak memelhara kucing dirumahnya.
Kebutuhan Dasar Khusus 1.
Ketidaknyamanan. Pasien mengatakan sakit kepala dan hidung tersumbat
2.
Istirahat dan tidur 40
Pasien mengatakan istirahat tidak teratur selama kehamilannya. 3.
Hygiene prenatal Pasien mengatakan jarang membersihkan organ kewanitaannya dengan teratur.
4.
Pergerakan Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi selama kehamilannya.
5.
Penglihatan Pasien mengatakan pengelihatannya sedikit terganggu karena mata merah.
6.
Pendengaran Pasien
mengatakatan tidak ada masalah dengan pendengarannya selama
kehamilannya. 7.
Cairan Pasien mengatakan sering merasa lemas.
8.
Nutrisi Pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya tidak kehamilan karena tidak nafsu makan.
9.
Eliminasi Pasien mengatakan bisa BAB dan buang air kecil.
10. Oksigenasi Pasien mengatakan pola oksigenasinya normal. 11. Seksual Pasien mengatakan seksualitasnya terganggu.
Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: Lemah
Kelainan bentuk badan
: tubuhnya ruam kemerahan
Kesadaran
: Comosmetis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: x/m
Respirasi
: x/m
Suhu
:38oC
41
terpenuhi selama masa
Pemeriksaan fisik 1. Muka Bentuk oval, warna kulit sawo matang, tidak ada chloasma, tidak ada bekas operasi, tidak ada edema. 2. Leher ada pembesaran kelenjar getah bening. 3. Dada Inspeksi
: Adanya tanda-tanda penarika paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi
: Fremitus suara meningkat.
Perkusi
: Terdengar sonor redup.
Auskultas
: Suara ronki basah, kasar dan nyaring.
4. Perut Tidak ada bekas luka operasi. Palapsi Leopold I
: TFU ½ pusat symphisis.
Leopold II
: tidak dilakukan.
Leopold III
: tidak dilakukan.
Leopold IV
: dilakukan.
Aukultasi DJJ
: teratur 138x/menit.
5. Ekstermitas Atas
: simetris, gerkan aktif, kuku tidak anemis
Bawah : simetris, gerkan ternganggu , kuku tidak anemis, tidak sianosis, reflek patella aktif. 6. Genetalian Pasien mengatakan ada bintik merah pada jalan lahir.
B. Analisa data NO
Data
Etiologi 42
Problem
1
DS: -
rubella Pasien mengatakan peradangan
nyeri di persendian -
Nyeri akut
Pasien mengatakan sulit virus menyebar
berjalan saat nyerinya timbul. -
Pasien mengatakan sulit
pembengkakan
tidur
kelenjar getah bening
DO: -
Pasien tampak meringis kesakitan
-
Pasien tampak gelisah
-
N:110xmenit
-
TD:120/80 mmHg
-
S:38
-
RR:18x/menit PQRST
-
P:pembengkakan getah bening
2
-
Q: seperti di tusuk-tusuk
-
R: daerah persendian
-
S: 5
-
T: hilang timbul
DS: -
rubella
kulit.
Pasien mengatakan virus menyebar
panas di kulit. DO: -
N:110x/menit
-
S:38
-
TD:120/80 mmHg
-
RR:18x/menit
-
Pasien terlihat gelisah
Gangguan integritas
viremia
intergumen
43
-
Pasien terlihat meringis
ruam pada kulit
kesakitan -
Terdapat ruam kemerahan di seluruh tubuh
3
DS : -
Rubella
Resiko infeksi
Pasien mengeluh pusing mual dan
Virus menyebar keseluruh tubuh memlalui darah
perut kram DO : -
Positif hamil
-
Pasien tempat
trasnplasenta
meringis kesakitan -
Sel –T CD4+ :
IUGR (janin tidak tumbuh dengan normal )
100sel/mm³ -
TTV :
N:110xmenit TD:120/80 mmHg S:38 RR:18x/menit
C. Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2.
Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi
3.
Resiko infeksi b.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat)
D. Intervensi
1
N
Diagnosa
RencanaTujuan dan
O
Keperawatan
KriteriaHasil
Nyeri akut b.d
Tujuan :
agen pencedera
Setelah dilakukan 44
RencanaTindakan
7. Lakukan pengkajian
nyeri
fisiologis
tindakanKeperawatan
secara komprehensif
(inflamasi)
selama 1x6 jam
(PQRST)
diharapkan nyeri teratasi
8. Monitor TTV
NOC:
9. Gunakan
1. Pain Level
komunikasi
2. Pain Control
terapeutik
3. Comfort level
mengetahui
Kriteria Hasil:
pengalaman
5. Mampu
pasien
mengontrol
teknik
untuk
nyeri
10. Ajarkan Pilih dan
nyeri (tahu penyebab nyeri,
lakukan penanganan
mampu
nyeri
menggunakan
dan
teknik non
farmakologi)
farmakologi untuk
(Farmakologi
11. Demonstrasikan
mengurangi nyeri,
teknik
mencari bantuan)
relaksasi
6. Melaporakn nyeri
bahwa
non
distraksi
12. Kolaborasikan dengan dokter untuk
berkurang
pemberian analgesik
dengan menggunakan manajeme nyeri 7. Mampu
mengenali
nyeri (PQRST) 8. Merasakan
rasa
nyaman setalah nyeri berkurang
2
Gangguan
Tujuan: setelah
integritas kulit
dilakukan 2x24 jam
untuk menggunakan
b.d perubahan
diharapkan integritas
pakaian longgar.
sirkulasi
jaringan tidak mengalami kerusakan lebih lanjut. Kriteria hasil : 45
1.
Anjurkan pasien
2. Hindari kerutan pada tempat tidur. 3. Monitor kulit akan
1. Integritas kulit
adanya kemerahan.
yang baik bisa
4. Monitor aktivitas
dipertahankan.
mobilisasi pasien.
2. Tidak ada
5. Lakukan perawatan
luka/lesi pada
kulit secara aseptik
kulit.
2xsehari.
3. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang. 4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit.
3
Resiko infeksi
Setelah
dilakukan
b.d ketidak
tindakan
adekuatan
diharapkan resiko infeksi
pertahanan tubuh
dapat dihindari dengan
sekunder
kriteria hasil :
3x24
jam
(vaksinasi tidak adekuat)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien. 2. Anjurkan pengunjung untuk cuci tangan sebelum
1. Tidak adanya infeksi.
dan sesudah
Bebas dari tanda-
berkunjung.
tanda infeksi
3. Keji temperatur tiap 4 jam 4. Kaji warna kulit, turgor, dan tekstur.
46
E. Implementasi NO
Diagnosa
Pelaksanaan Tindakan
Tanda
Keperawatan
Keperawatan
Tangan dan Nama Terang
1
Nyeri akut b.d pembengkakan
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)
kelenjar getah
2. Memonitor TTV
bening
3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Mengajarkan Pilih dan lakukan penanganan nyeri (Farmakologi dan non farmakologi) 5. Mendemonstrasikan teknik distraksi relaksasi 6. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesik
2
Gangguan
1. Menganjurkan pasien untuk
integritas kulit
menggunakan pakaian
b.d ruam pada
longgar.
kulit
2. Menghindari kerutan pada tempat tidur. 3. Memonitor kulit akan adanya kemerahan. 4. Memonitor aktivitas mobilisasi pasien. 5. Melakukan perawatan luka secara aseptik 2xsehari.
3
Resiko infeksi b.d ketidak
1. Membersihkan lingkungan 47
adekuatan pertahanan tubuh
setelah dipakai klien. 2. Menganjurkan pengunjung
sekunder
untuk cuci tangan sebelum
(vaksinasi tidak
dan sesudah berkunjung.
adekuat)
3. Mengka ji temperatur tiap 4 jam 4. Mengkaji warna kulit, turgor, dan tekstur.
F. Evaluasi NO
Tanggal
Evaluasi
Tanda Tangan dan Nama Terang
1
21 maret 2018
DS: 1. Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang.. DO: TTV -
TD :110/70 mmHg - RR : 16 x/mnt - Nadi :90 x/menit - - Suhu : 37,5oC - Turgor kulit baik - Mukosa bibir kering - Sedikit pucat - Konjungtiva anemis - Pasien masih lemah - Hb : 9 gr/dl A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1,2,6
48
2
21 maret 2018
DS: 1. Pasien mengatakan masih sedikit panas di tubuh DO: 1. N:90x/menit 2. S:37,5 3. TD:110/80 mmHg 4. RR:16x/menit 5. Terdapat sedikit ruam kemerahan di tubuh. S : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 1,3,5
3
22 maret 2018
S: Pasien mengatakan pusing dan sakit kepala berkurang Pasien mengatakan sudah tidak kram lagi Pasien mengatakan masih berkeringat pada malam hari O: Pasien terlihat sudah membaik Pasien sudah tidak terihat cemas TTV : TD : 120/80mmhg Nadi : 90 x/ m Respirasi :16x/m Suhu : 37,2 A : Masalah teratasi P : intervensi dihentikan
49
3.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA CMV Ilustri Kasus Pada tanggal 25 maret 2018 pukul 17.00 Ny.M datang ke rumah sakit gambiran dengan suaminya Tn.Z yang sedang hamil 20 minggu dengan mengeluh badan menggigil kedinginan di sertai batuk berdahak dan pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak nafsu makan serta berat badan pasien sebelum sakit 70kg dan sekarang saat sakit menurun menjadi 63kg . Tanggal Pengkajian
: 25Maret 2018
HPMT
: 1 november 2017
Diagnosa Medis
: CMV
A. Pengkajian Identitas Pasien Nama
: Ny M
Umur
: 21
Alamat
: Papar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : jawa Suami Nama
: Tn Z
Umur
: 35
Alamat
: Papar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Suku Bangsa : Jawa Riwayat haid 50
1. Apakah Haid Teratur. Pasien mengatakan haid teratur setiap bulan sebelum ia mengalami kehamilan. 2. Siklus berapa. Pasien mengatakan siklus haid pasien kurang lebih 25 hari. 3. Apakah ada masalah dengan haid. Pasien mengatakan tidak ada masalah haid sebelumnya. 4. HPHT / HPMT 1
november 2017
Riwayat perkawinan 1. Menikah / Belum Pasien mengatakan menikah pada bulan agustus tahun lalu dengan pasangannya. 2. Menikah berapa lama Pasien mengatakan menikah kurang lebih 8 bulan. Riwayat Kehamilan lalu Hamil Ke
Masalah dalam Kehamilan
Pertama
Pasien mengtatakan tidak nafsu makan,batuk berdahak, dan tubuhnya merasa menggigil
Riwayat persalinan lalu Partus
Proses
Lama
Tempat
Penolong
Masalah
Ke
persalinannya
persalinan
persalinan
persalinan
persalian
-
-
-
-
-
-
Riwayat nifas lalu
-
Masalah nifas yang
Masalah bayi yang pernah
dialami
dialami -
Keadaan anak
-
Riwayat Keluarga Berencana 1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan 51
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali 2. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian. Pasien mengatakan berencana menggunakan kondom. 3. Jumlah anak yang direncanakan. Pasien mengatakan berencana memiliki 1 anak
Riwayat Psikososial 1. Alasan ibu datang ke klinik. Pasien mengatakan datang ke rumah sakit mengeluhkan tidak nafsu makan,batuk berdahak, dan tubuhnya merasa menggigil. 2. Perubahan yang timbul saat kehamilan. Pasien mengatakan saat hamil sering mengalami nafsu makan menurun. 3. Harapan tentang kehamilannya Pasien mengatakan berharap batuknya mereda,nafsu makan meningkat agar janin sehat sampai persalinan. 4. Orang yang tinggal bersama Pasien mengatakan tinggal di rumah dengan suaminya dan pembantu. 5. Orang yang terpenting Pasien mengatakan orang terpenting adalah suaminya. 6. Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik. Keluarga mengatakan panik dengan keadaan yang di alami pasien. 7. Apa suami mau menemani ke klinik. Pasien mengatakan datang dengan suami . 8. Rencana tempat melahirkan. Pasien mengatakan rencana melahirkan dirumahsakit. 9. Rencana menyusui. Pasien mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Kebutuhan Dasar Khusus 1. Ketidak nyamanan. Batuk terus menerus 52
2. Istirahat tidur Pasien mengatakan istirahat tidak teratur selama kehamilannya. 3. Hygiene prenatal Pasien mengatakan rajin membersihkan organ kewanitaannya dengan teratur. 4. Pergerakan Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi selama kehamilannya karena merasa lelah. 5. Penglihatan Pasien mengatakan pengelihataanya normal. 6. Pendengaran Pasien mengatakatan tidak ada masalah dengan pendengarannya selama kehamilannya. 7. Cairan Pasien mengatakan sering merasa lemas. 8. Nutrisi Pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa kehamilan. 9. Eliminasi Pasien mengatakan bisa BAB dan BAK 10. Oksigenasi Pasien mengatakan pola oksigenasinya normal. 11. Seksual Pasien mengatakan seksualitasnya terganggu.
Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: Lemah
Kelainan bentuk badan
:tidak adA
Kesadaran
: Comosmetis
Keadaan Vital sign
: 120/80 mmHg
Nadi
: x/m
Respirasi
:28 x/m
Suhu
: 38,5derajat 53
Pemeriksaan fisik 1. Muka Bentuk oval, warna kulit sawo matang, tidak ada chloasma, tidak ada bekas operasi, tidak ada edema. 2. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,parotis,dan limfe. 3. Dada Inspeksi
: Adanya tanda-tanda penarika paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas whezzing.
Palpasi
: Fremitus suara meningkat.
Perkusi
: Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara whezzing. 4. Perut Tidak ada bekas luka operasi. Palapsi Leopold I
: TFU ½ pusat symphisis.
Leopold II
: tidak dilakukan.
Leopold III
: tidak dilakukan.
Leopold IV
: dilakukan.
Aukultasi DJJ
: teratur 138x/menit.
5. Ekstermitas Atas
: simetris, gerkan aktif, kuku tidak anemis
Bawah
: simetris, gerkan ternganggu , kuku tidak anemis, tidak sianosis, reflek patella aktif.
6. Genetalian Tidak ada 54
B. Analisa data NO 1
Data DS: -
Etiologi
Problem
Fx resiko
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pasien mengaatakan CMV
ketika berbicara mengatakan sakit di
Reaksi
tenggorokan -
Pasien mengatakan sesak
mengfagosit virus
DO: -
Pasien terlihat tidak Peningkatan sputum
batuk efektif. -
Pasien mengeluarkan Batuk tidak efektif
sputum berlebih -
makrofag,leukosit
Terdengar bunyi napas whezzing.
-
Pasien terlihat gelisah RR: 28x/menit N: TD :120/80 mmHg S :38,5
2
DS: -
Fx resiko Pasien mengatakan nafsu CMV
makan menurun -
Pasien mengatakan cepat Gangguan
merasa kenyang
hipermetabolik
DO: -
Pasien terlihat lemah
-
BB menurun 7 kg
-
Membran mukosa pucat
-
Bising usus hiperaktif
Penurunan nafsu makan
RR: 28x/menit
Intake tidak
N:
mencukupi 55
Defisit nutrisi
TD :120/80 mmHg S :38,5 3
BB menurun
DS: -
Fx resiko
hipertermi
Pasien mengatakan CMV
kedinginan terus menerus
Invasi virus memicu
DO: -
Pasien terlihat mengigil
-
Pasien terlihat gelisah
-
N:x/menit
-
S:38,5
-
TD:120/80 mmHg
respon inflamasi
Pelepasan mediator peradangan sperti protogladin
RR:28x/menit Memicu pusat termostaf hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh
C. Diagnosa Keperawatan 1. bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas 2. defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme 3. hipertermi b.d proses penyakit CMV
D. Intervensi NO 1.
Diagnosa RencanaTujuan dan Keperawatan KriteriaHasil Bersihan jalan Tujuan : nafas efektif spasme nafas
tidak Setelah
1. Posisikan pasien
dilakukan
b.d tindakanKeperawatan jalan 3x24
RencanaTindakan
jam
teratasi
diharapkan
selama nyeri
untuk memaksimalkan ventilasi 2. Pastikan
56
Kriteria hasil : 1. Mampu
kebutuhan mengeluarkan
sputum
suctioning
2. Mampu bernafas dengan mudah 3. Irama nafas normal 4. Tidak
oral/tracheal
ada
suara
nafas
abnormal
3. Asukultasi suara nafas
sebelum
dan
sesudah
suctioning 4. Monitor
status
oksigen pasien 5. Keluarkan sekret dengan
batuk
atau suction 6. Auskultasi suara nafas,catat adanya
suara
tambahan 2.
defisit
nutrisi Tujuan :
1. Kaji adanya alergi
b.d
Setelah
dilakukan
peningkatan
tindakanKeperawatan
kebutuhan
3x24
metabolisme
teratasi
menetukan jumlah
Kriteria hasil :
kalori dan nutrisi
jam
selama
diharapkan
nyeri
makanan 2. kolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
1. Adanya peningkatan 7 kg
yang di butuhkan
2. Tidak
pasien
ada
tanda-tanda
malnutrisi 3. Menunjukan fungsi
3. bb pasien dalam penungkatan
pengecapan
dari
menelan 4. Tidak
batas nornal (70kg) 4. monitor penurunan
terjadi
penurunan
berat badan yang berarti
adanya berat
badan 5. monitor lingkungan selama makan 6. monitor
57
turgor
kulit 7. monitor pucat dan kekeringan jaringan konjungtiva 3
hipertermi b.d Tujuan :
1. Kaji TTV
proses
Setelah
dilakukan
penyakit CMV
tindakanKeperawatan 3x24
jam
2. Monitor
selama
diharapkan
perubahan suhu
nyeri
tubuh
teratasi
3. Beri
Kriteria hasil :
hangat
1. suhu tubuh dalam rentang
dahi
normal.
kompres pada
4. Anjurkan pasien
2. nadi dan RR normal.
untuk memakai
3. tidak ada perubahan warna
pakaian
kulit dan tidak ada pusing.
tipis.
yang
5. Kolaborasi dengan
dokter
untuk pemberian antipiretik.
E. Implementasi No
Diagnosa
Pelaksanaan Tindakan
Tanda Tangan
Keperawatan
Keperawatan
Dan Nama Terang
1
Bersihan jalan nafas efektif spasme nafas
tidak b.d jalan
1. memposisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi 2. memastikan
kebutuhan
oral/tracheal suctioning 3. mengauskultasi sebelum suctioning
58
dan
suara
nafas sesudah
4. mngeluarkan
sekret
dengan
batuk atau suction. 5. mengauskultasi
suara
nafas,catat
suara
adanya
tambahan 2
defisit
nutrisi
b.d
1. mengkaji adanya alergi makanan 2. berkolaborasi dengan ahli gizi
peningkatan
untuk menetukan jumlah kalori
kebutuhan
dan nutrisi yang di butuhkan
metabolisme
pasien 3. menghitung bb
pasien
dalam
batas nornal (70kg) 4. memonitor
adanya
penurunan
berat badan 5. memonitor
lingkungan
selama
makan 6. memonitor turgor kulit monitor pucat dan kekeringan jaringan konjungtiva 3
hipertermi b.d
1. mengkaji TTV
proses
2. Memonitor perubahan suhu tubuh
penyakit CMV
3. memberi kompres hangat pada dahi 4. menganjurkan memakai
pasien
pakaian
yang
untuk tipis.
berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik.
F. Evaluasi NO
Tanggal
1
28 maret 2018
Evaluasi DS : -
Pasien mengatakan rasa sakit di tenggorokan reda 59
TTD
-
Pasien mengatakan sesak nya berkurang
DO: -
Pasien batuk reda
-
Pasien sudah tidak mengeluarkan sputum
-
Tidak suara napas tambahan RR: 22x/menit N :90x/menit TD :120/80 mmHg S :37
A:masalah teratasi sebagian P:lanjutkan intervensi 1,2 dan 4 2
28 maret 2018
DS: -
Pasien mengatakan nafsu makan membaik
DO: -
Pasien terlihat segar
-
Bb pasien 65 kg
-
Membran mukosa pucat
-
Tidak ada bising usus
-
Konjungtiva normal RR: 22x/menit N :90x/menit TD :120/80 mmHg S :37
A:masalah teratasi sebagian P:lanjutkan intervensi 3 dan 5 3
28 maret
DS:
2018
Pasien mengatakan sudah tidak merasa kedinginan DO: Pasien terlihat 60
A :masalah teratasi sebagian. P :lanjutkan intervensi 2,3dan 4.
3.4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA HERPES Ilustri Kasus Pada tanggal 20 maret 2018 pukul 17.00 Ny.Q datang ke rumah sakit gambiran dengan suaminya Tn.Z dengan mengeluh badan menggigil kedinginan, namun suhu tubuh tinggi, terdapat ruam ruam disekitar area genitalia yang terasa gatal dan terbakar.
Tanggal Pengkajian
: 20 Maret 2018
HPMT
:18 Juli 2017
Diagnosa Medis
: Herpes
A. Pengkajian Identitas Pasien Nama
: Ny Q
Umur
: 21
Alamat
: Papar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : jawa Suami Nama
: Tn Z
Umur
: 35
Alamat
: Papar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS 61
Suku Bangsa : Jawa Riwayat haid 1. Apakah Haid Teratur. Pasien mengatakan haid teratur setiap bulan sebelum ia mengalami kehamilan. 2. Siklus berapa. Pasien mengatakan siklus haid pasien kurang lebih 30 hari. 3. Apakah ada masalah dengan haid. Pasien mengatakan tidak ada masalah haid sebelumnya. 4. HPHT / HPMT 18 uli 2017
Riwayat perkawinan 1. Menikah / Belum Pasien mengatakan menikah pada awal bulan tahun lalu dengan pasangannya. 2. Menikah berapa lama Pasien mengatakan menikah kurang lebih 1 tahun lalu.
Riwayat Kehamilan lalu Hamil Ke
Masalah dalam Kehamilan Mengalami bintik kemerahan pada daerah
Pertama
genital
Riwayat persalinan lalu Partus Proses
Lama
Tempat
Penolong
Masalah
Ke
persalinannya persalinan
persalinan
persalinan
persalian
-
-
-
-
-
-
Riwayat nifas lalu Masalah nifas
Masalah bayi yang pernah
yang dialami
dialami
-
-
Keadaan anak
62
Riwayat Keluarga Berencana 1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali. 2. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian. Pasien mengatakan berencana menggunakan implam 3. Jumlah anak yang direncanakan. Pasien mengatakan berencana memiliki 1 anak
Riwayat Psikososial 1. Alasan ibu datang ke klinik. Pasien mengatakan datang ke rumah sakit mengeluhkan bintik merah yanda pada daerah jalan lahir. 2. Perubahan yang timbul saat kehamilan. Pasien mengatakan saat hamil sering mengalami nyeri pada pangkal paha sehingga nafsu makan berkurang 3. Harapan tentang kehamilannya Pasien mengatakan berharap bintik merah pada jalan lahir dan nyeri pada pangkal paha hilang . 4. Orang yang tinggal bersama Pasien mengatakan tinggal di rumah dengan suaminya dan pembantu. 5. Orang yang terpenting Pasien mengatakan orang terpenting adalah suaminya. 6. Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik Keluarga mengatakan panik dengan keadaan yang di alami pasien. 7. Apa suami mau menemani ke klinik. Pasien mengatakan datang dengan suami . 8. Rencana tempat melahirkan. Pasien mengatakan rencana melahirkan dirumahsakit. 9. Rencana menyusui. Pasien mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. 10. Apakah memelihara kucing . 63
Pasien mengatakan pasien tidak memelhara kucing dirumahnya.
Kebutuhan Dasar Khusus 1. Ketidaknyamanan. Pasien mengatakan nyeri pada pangkal paha 2. Istirahat tidur Pasien mengatakan istirahat tidak teratur selama kehamilannya. 3. Hygiene prenatal Pasien mengatakan jarang membersihkan organ kewanitaannya dengan teratur. 4. Pergerakan Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi selama kehamilannya. 5. Penglihatan Pasien mengatakan pengelihataanya normal. 6. Pendengaran Pasien mengatakatan tidak ada masalah dengan pendengarannya selama kehamilannya. 7. Cairan Pasien mengatakan sering merasa lemas. 8. Nutrisi Pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa kehamilan. 9. Eliminasi Pasien mengatakan belum bisa BAB dan buang air kecilnya. 10. Oksigenasi Pasien mengatakan pola oksigenasinya normal. 11. Seksual Pasien mengatakan seksualitasnya terganggu.
Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: Lemah
Kelainan bentuk badan
:pangkal paha membekak
Kesadaran
: Comosmetis
Keadaan Vital sign
: mmHg 64
Nadi
: x/m
Respirasi
: x/m
Suhu
: derajat
Pemeriksaan fisik 1. Muka Bentuk oval, warna kulit sawo matang, tidak ada chloasma, tidak ada bekas operasi, tidak ada edema. 2. Leher ada pembesaran kelenjar getah bening. 3. Dada Inspeksi
: Adanya tanda-tanda penarika paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi
: Fremitus suara meningkat.
Perkusi
: Suara ketok redup.
Auskultasi
: Suara ronki basah, kasar dan nyaring.
4. Perut Tidak ada bekas luka operasi. Palapsi Leopold I : TFU ½ pusat symphisis. Leopold II
: tidak dilakukan.
Leopold III
: tidak dilakukan.
Leopold IV
: dilakukan.
Aukultasi DJJ
: teratur 138x/menit.
5. Ekstermitas Atas
: simetris, gerkan aktif, kuku tidak anemis
65
Bawah
: simetris, gerkan ternganggu , kuku tidak anemis, tidak sianosis, reflek patella aktif.
6. Genetalian Pasien mengatakan ada ruam merah pada jalan lahir dan terasa gatal terbakar
B. Analisa data NO
DATA
1
DS :
ETIOLOGI Pustula
PROBELM hipertermi
1. Pasien mengatakan kedinginan
Pecah menjadi ulkus
seperti menggigil, namun ketika di
Respon sistemik tubuh
pegang
tubuhnya
demam
terasa panas DO : 1. Pasien terlihat mengigil 2. Pasien terlihat gelisah N:x/menit S:38,5 TD:120/80 mmHg RR:28x/menit 2
DS :
Pustula
1. Pasien
integritas kulit
mengatakan terdapar ruam atau
Kerusakan
Pecah menjadi ulkus
bintik 66
bintik
merah
pada
area
Rasa gatal dan terbakar
geitalianya 2. Pasien mengatakan bahwa
ruam
atau
bintik
tersebut terasa gatal panas
dan seperti
terbakar. DO : 3. Terdapat ruam atau
bintik
pada genitalia 4. Pasien tampak menggaruk garuk
area
genitalianya 5. Pasein tampak gelisah N:110x/menit S:38 TD:130/80 mmHg RR:18x/menit
3
DS :
Pustula
1. Pasien bertanya mengenai
Pecah menjadi ulkus
kondisinya apakah
67
Resiko infeksi
penyaitnya
Genital
akan berpengaruh pada janinnya
Jalan lahir
nanti DO : 1. Pasein tampak gelisah N:110x/menit S:38 TD:130/80 mmHg RR:18x/menit
C. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit 2. Kerusakan integritas kulit berhubunga dengan kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan / melindungi integritas jaringan 3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer D. Intervensi NO 1
Diagnosa RencanaTujuan dan Keperawatan KriteriaHasil hipertermi b.d Tujuan : dilakukan
tindakan
RencanaTindakan 1. Kaji TTV
proses
Setelah
penyakit
Keperawatan selama 3x24 jam
perubahan
diharapkan
suhu tubuh
Kriteria hasil :
2. Monitor
3. Beri kompres
1. suhu tubuh dalam rentang
hangat
normal.
dahi
2. nadi dan RR normal.
4. Anjurkan
3. tidak ada perubahan warna
pasien
kulit dan tidak ada pusing.
memakai
68
pada
untuk
pakaian
yang
tipis. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat 2 Kerusakan
Tujuan :
1. Anjurkan
integritas kulit Setelah berhubunga
dilakukan
tindakanKeperawatan
selama
pasien menggunakan
dengan kurang 3x24 jam
pakaian yang
terpapar
longgar
Kriteria hasil :
informasi
1. Integritas
tentang upaya
kulit
bisa
bipertahankan
kebersihan
mempertahank
2. Tidak ada luka / lesi
an
3. Mampu melindungi kulit
/
2. Jaga
melindungi
dan
integritas
kelembaban
jaringan
perawatan alami
kulit
mempertahankan kulit
dan
3. Monitor adanya kemerahan 4. Kolaboras dengan dokter untuk pemberian salep topikal
3
Resiko infeksi Tujuan :
1. Ajarkan
berhubungan
Setelah
dilakukan
dengan
tindakanKeperawatan
ketidakadekuat
3x24 jam
selama
menghinda ri infeksi
an pertahanan Kriteria hasil : tubuh primer
cara
2. Berikan
1. Klien bebas dari tanda gejala infeksi 2. Menunjukkan
kulit pada perilaku
hidup sehat 3. Mempu 69
perawatan
area genitalia
menunjukkan
3. Instruksika
kemampuan
untuk
n
mencegah infeksi
pasien
untuk meminum antibiotik sesuai resep 4. Laporkan kecurigaan infeksi
E. Implementasi NO
Diagnosa
Pelaksanaan tindakan
1
Hipertemia
1. mengkaji TTV
berhubungan
2. memonitor
dengan
proses
penyakit
Tanda tangan
perubahan
suhu
tubuh 3. memberi kompres hangat pada dahi 4. menganjurkan
pasien
untuk
memakai pakaian yang tipis. 5. mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat. 2
Kerusakan
1. menganjurkan
integritas
kulit
berhubunga dengan
kurang
pasien
menggunakan pakaian yang longgar 2. menjaga kebersihan kulit
terpapar
3. memonitor adanya kemerahan
informasi
4. mengkolaborasi dengan dokter
tentang
upaya
untuk pemberian salep topikal
mempertahankan /
melindungi
integritas Resiko
infeksi
1. mengajarkan
berhubungan
menghindari infeksi
70
cara
dengan
2. membeerikan
ketidakadekuatan
perawatan
kulit pada area genitalia
pertahanan tubuh
3. menginstruksikan
primer
pasien
untuk meminum antibiotik sesuai resep 4. melaporkan
kecurigaan
infeksi
F. Evaluasi NO
Tanggal
1
23 maret 2018
Evaluasi DS : 1. Pasien mengatakan sudah tidak menggigil lagi dan suhu tubuh nya menurun. DO: -
Pasien nampak segar
-
Suhu tubuh 36,5
-
RR: 22x/menit
-
N :90x/menit
-
TD :120/80 mmHg
A:masalah teratasi P: hentikan intervensi
71
TTD
2
23 maret 2018
DS: -
Pasien mengatakan rasa terbakar pada area genitalianya sudah berkurang
-
Pasein mengatakan rasa gatalnya masih ada namun sudah berkurang
DO: -
Pasien terlihat sudah tidak nampak menggaruk area genitalianya
-
Pasein tampak lebih rileks RR: 22x/menit N :90x/menit TD :120/80 mmHg S :36,5
A:masalah teratasi sebagian P:lanjutkan intervensi 1 dan 4 3
23 maret 2018
DS: 1. Pasien masih bertanya tentang penyakitnya 2. Psein nampak masih takit akan menginfeksi janinnya 3. Pasein mengatakan sudahmengerti cara mencegah infeksi DO: -
Pasien masih namapk gelisah
A :masalah teratasi sebagian. P :lanjutkan intervensi 2,3dan 4.
72
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B). Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan. Virus ini dapat menular melewati hubungan intim oleh pria dan wanita yang salah satunya sudah terinveksi salah satu virus TORCH. Selain itu, virus ini juga dapat diperoleh dengan memakan makanan daging yang belum matang, sayue atau buah yang sudah terinfeksi dan tidak dicuci bersih sebelum dikonsumsi, serta melalui keringat, air liur, tranfuse darah bahkan transplantasi organ. 4.2 Saran Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang, mencuci buah atau sayur dengan bersih sebelum di konsumsi, lebih protektif bila sedang berkomunikasi dengan orang yang sudah terinfeksi virus ini.
73