Indonesia Merupakan Negara Yang Berlimpah Dengan Sumber Daya Alam.docx

  • Uploaded by: Muammar Fadilah Maulana
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Indonesia Merupakan Negara Yang Berlimpah Dengan Sumber Daya Alam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,896
  • Pages: 10
indonesia merupakan negara yang berlimpah dengan sumber daya alam (SDA) bijih nikel oksida yang lazim disebut laterit. SDA laterit tersebut berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) menyebar diberbagai tempat terutama di Sulawesi Tenggara (Sultra), Halmahera Maluku Utara, dan pulau Gag Papua. Adapun laterit terdiri dari dua jenis, yaitu limonit berkadar Ni (nikel) rendah dan saprolit berkadar Ni tinggi. Laterit berkadar Ni tinggi jenis saprolit (di tanah air Ni ? 1,8 persen) diolah dengan jalur proses pyrometalurgi untuk memproduksi FeNi (ferro nikel) seperti produk BUMN PT Aneka Tambang di Pomalaa Sultra. Atau Ni matte seperti produk PT INCO Canada di Sorowako juga di Sultra. Dimana sebagian besar pengolahan saprolit untuk memproduksi FeNi (ferro nikel) untuk diproses lebih lanjut menjadi SS (stainless steel). Laterit berkadar Ni rendah yang terdiri dari limonit dan saprolit (Ni < 1,8 persen) belum diolah ditanah air. Laterit kadar rendah yang cadangannya diperkirakan mencapai dua (2) milyar ton sangat potensial untuk bahan baku NCPI (Nickel Containing Pig Iron). NCPI yang berasal dari pengolahan laterit kadar rendah dengan jalur pyrometalurgi, digunakan untuk berbagai keperluan terutama untuk membuat SS (stainless steel). Untuk pembuatan SS 200 digunakan NCPI dengan kandungan 1,6 – 1,7 persen Ni sedangkan untuk SS 300 digunakan NCPI dengan kandungan 4 – 5 persen Ni. Dimana China adalah negara pelopor sekaligus produsen NCPI yang mengolah laterit (limonit dan saprolit) dengan kandungan 0,8 – 2 persen Ni yang berasal dari Indonesia dan Philipina. Atas dasar penjelasan diatas maka dilakukan usulan penelitian pembuatan NCPI dengan tahapan menggunakan bahan baku nikel laterit kadar rendah jenis limonit pada 2009, saprolit pada 2010, campuran limonit dengan saprolit pada 2011 dan optimasi dari hasil-hasil percobaan reduksi nikel laterit baik dari limonit, saprolit maupun campuran keduanya (2013). Dimana laterit yang digunakan untuk penelitian berasal dari Sangaji Halmahera. Selanjutnya untuk DIPA 2014 mengusulkan pengembangan dari hasil hasil penelitianpenelitian sebelumnya. Pengembangan dilakukan dengan melakukan percobaan awal peleburan untuk menghasilkan produk baja NPI (Nickel Pig Iron) dari limonit, saprolit, dan campuran antara limonit dengan saprolit. Kata Kunci : laterit kadar rendah, limonit, saprolit (Ni<1,8 persen), NCPI, baja NPI, SS (Stainless Steel)

Pengembangan Pembuatan Material Maju Dari Mineral Dolomite Indonesia Peneliti Solihin, Eko Sulistiyono Indonesia memiliki cadangan dolomit yang sangat melimpah. Sampai saat ini, pemanfaatan dolomit hanya sebagai pupuk yang memiliki nilai jual yang sangat rendah. Penelitian ini bermaksud untuk menaikkan nilai tambah mineral dolomit dengan mengolahnya untuk menghasilkan material maju sebagai bahan baku bagi industri seperti untuk obat, filler, dll. Keluaran dari penelitian ini adalah prototip material ultra fine grain atau nano magnesium karbonat dan logam magnesium. Penelitian proses pengolahan dolomit untuk diproses menjadi material maju ini telah

berjalan dua tahun dan menghasilkan prototip magnesium karbonat dalam skala ultra fine grain. Sedangkan dalam tahun ketiga akan dilakukan proses pembuatan magnesium karbonat dalam skala nano, dan logam magnesium. Rekayasa ukuran butiran magnesium karbonat dilakukan dengan memanfaatkan energi yang didapat dari gelombang ultrasonik, dalam media tertentu. PENGOLAHAN SUMBER Peneliti Iwan Setiawan

DAYA

SEKUNDER

(DAUR

ULANG)

Indonesia mempunyai sumberdaya logam berharga yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal, hal ini karena sumberdaya logam berharga tersebut memiliki kadar yang cukup rendah. Sumberdaya logam berharga di Indonesia pada umumnya terikat dengan mineral lain yang sudah diolah di Indonesia seperti Bijih Timah yang dikerjakan oleh P.T. Timah, bijih tembaga oleh peleburan tembaga di Gresik dan Bijih Nikel yang dikerjakan oleh P.T. Inco dan P.T. Aneka Tambang. Oleh karena itu ada peluang untuk mengambil logam berharga dari sisa peleburan bijih yang ada di Indonesia . Pada penelitian ini akan dilakukan percobaan pengambilan logam berharga dari sisa peleburan bijih timah yang dilakukan oleh P.T. Timah,Tbk. Kegiatan dilakukan selama dua tahun anggaran yaitu tahun anggaran 2013 dan tahun anggaran 2014 sesuai dengan RENSTRA LIPI. Pada tahun 2014 difokuskan pada proses pemisahan antar unsur logam berharga dalam produk padatan ataupun larutan hasil optimasi proses yang dikerjakan pada tahun anggaran 2013 PEMANFAATAN DAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU PRIMER (MINERAL ) DAN BAHAN BAKU SEKUNDER ( DAUR ULANG ) Peneliti Dedy Sufiandi, Ahmad Royani Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat sekarang telah ada batere yang ramah linkungan terbuat dari material Lithium Manganese. Material lithium manganese disamping memiliki keunggulan yang ramah lingkungan juga memiliki keunggulan yaitu memiliki rapat arus yang tinggi yaitu 0 – 140 m.Ah/g sehingga dapat diaplikasikan untuk batere ukuran kecil yang dapat dipasangkan pada hand phone. Dimasa yamg akan datang penggunaan batere dengan bahan lithium manganese mempunyai prospek yang cukup cerah hal ini karena batere tersebut mampu dibuat dalam ukuan mikro, dapat diisi ulang dan menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Kemudian Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam mangan yang melimpah dalam bentuk bijih pirolusit, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku batere lithium manganese. Riset mengenai pemanfaatan bijih pirolusit telah dilakukan di Pusat Penelitian Metalurgi, oleh karena itu perlu dilanjutkan melalui kegiatan riset pemanfaatan lebih jauh hasi penelitian sebelumnya menjadi produk yang memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi. Penelitian ini akan dilakukan dalam lima rtahun kegiatan meliputi kegiatan pembuatan mangan chlorida dengan tingkat kemurnian sangat tinggi, ekstraksi lithium dari batere lithium bekas sehingga dihasilkan lithium chlorida , sintesa larutan mangan chlorida dan lithium chlorida, penyempurnaan sintesa dan pembuatan turunan lithium manganese. Penelitian ini dibatasi hanya lingkup kegiatan pembuatan bahan batere dari sumber daya alam primer dan sekunder dengan tidak membuat sampai jadi batere

PEMBUATAN MATERIAL TiO2 DARI MINERAL LOKAL INDONESIA UNTUK APLIKASI MATERIAL MAJU Peneliti Rudi Subagja,Stevanus Puguh Prasetyo, Latifa Hanum Lalasari , Lia Andriyah , Ahmad Royani Titanium dioksida (TiO2) merupakan bahan kimia anorganik yang penting dan banyak digunakan untuk membuat pigmen putih, filler untuk membuat kertas, plastik dan karet, sebagai flux pada industri gelas dan bahan fotokatalis. Kebutuhan TiO2 untuk aplikasi material maju mulai berkembang dari tahun 1972, sejak Fujishima dan Honda menemukan fenomena fotokatalis pada material TiO2 yang dapat digunakan untuk aplikasi pengolahan limbah (water or gas detoxification and disinfection), aplikasi swabersih (self cleaning), anti fogging, bidang material (ceramics), dan reaksi photocatalytic untuk penguraian air. Indonesia memiliki ilmenit (FeTiO3) dari hasil samping proses pengolahan bijih timah (cassiterit) di pulau Bangka yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber TiO2. Namun sampai dengan saat ini Ilmenit tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.Salah satu kendala untuk dapat memanfaatkan Ilmenit Indonesia adalah masalah ketersediaan teknologi proses untuk pemanfaatannya. Sehubungan hal tersebut, melalui program Kompetitif LIPI sejak tahun 2012 untuk jangka waktu 3 tahun diusulkan kegiatan penelitian untuk membuat bahan fotokatalis TiO2 dari Ilmenit Bangka, melalui tahapan penelitian a) pelarutan titan dari Ilmenit Bangka kedalam larutan asam sulfat sehingga dihasilkan larutan TiOSO4, b) pengendapan TiO2 dari larutan TiOSO4 dan c) pembuatan dan uji karakteristik bahan fotokatalis TiO2. Sampai dengan tahun 2013 dilakukan kegiatan pembuatan TiO2 dari Ilmenit Bangka dan pada tahun 2014 akan dilakukan kegiatan penelitian pembuatan dan uji karakteristik bahan fotokatalis TiO2 untuk menghilangkan zat warna pada limbah industri tekstil.

Pengolahan Bijih Nikel Peneliti Solihin, Florentinus Firdiyono

Kadar

Rendah

Sulawesi

Bijih nikel kadar rendah yang merupakan produk sampingan pertambangan dan pengolahan paduan feroornikel masih mengandung nikel yang dapat dioleh lebih lanjut menjadi produk logam nikel, logam kobal, ataupun paduan besi wantah yang mengandung nikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan meneliti kelayakan beberapa alternatf jalur proses melalui pembuktian dalam laboratorium. Selain itu, beberapa modifikasi teknologi menjadi sasaran tambahan Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

Facebook,

Twitter,

#wikipedia-idconnect

Nikel Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Instagram dan IRC

[tutup]

Belum Diperiksa Untuk permukiman di Rusia, lihat Nikel (permukiman).

kobalt ← nikel → tembaga ↑ Ni ↓ Pd

28Ni Tabel periodik

Penampilan lustrous, metallic, and silver with a gold tinge

Ciri-ciri umum nikel, Ni, 28 Nama, lambang, Nomor atom /ˈnɪkəl/ NI-kəl Dibaca logam transisi Jenis unsur 10, 4, d Golongan, periode, blok 58.6934(4)(2) Massa atom standar [Ar] 4s2 3d8 or [Ar] 4s1 3d9 (see text) Konfigurasi elektron 2, 8, 16, 2 or 2, 8, 17, 1 Sifat fisika solid Fase Massa jenis (mendekati suhu kamar) 8.908 g·cm−3 7.81 g·cm−3 Massa jenis cairan pada t.l. 1728 K2651 °F 1455 °C, , Titik lebur 5275 °F 2913 °C, 3186 K, Titik didih 17.48 kJ·mol−1 Kalor peleburan 377.5 kJ·mol−1 Kalor penguapan

Kapasitas kalor

P (Pa) at T (K)

1 1783

26.07 J·mol−1·K−1 Tekanan uap

10 1950

100 2154

1k 2410

10 k 2741

100 k 3184

Sifat atom 4[1], 3, 2, 1[2], -1 Bilangan oksidasi (sedikit oksida basa) 1.91 (skala Pauling) Elektronegativitas pertama: 737.1 kJ·mol−1 Energi ionisasi (lebih lanjut) ke-2: 1753.0 kJ·mol−1 ke-3: 3395 kJ·mol−1 124 pm Jari-jari atom 124±4 pm Jari-jari kovalen 163 pm Jari-jari van der Waals Lain-lain face-centered cubic Struktur kristal feromagnetik Pembenahan magnetik (20 °C) 69.3 nΩ·m Keterhambatan elektris 90.9 W·m−1·K−1 Konduktivitas termal (25 °C) 13.4 µm·m−1·K−1 Ekspansi termal (suhu kamar) 4900 m·s−1 Kecepatan suara (batang ringan) 200 GPa Modulus Young 76 GPa Modulus Shear 180 GPa Bulk modulus 0.31 Rasio Poisson 4.0 Kekerasan Mohs 638 MPa Kekerasan Viker 700 MPa Kekerasan Brinell 7440-02-0 Nomor CAS Isotop paling stabil

iso Ni 59 Ni 60 Ni 61 Ni 62 Ni 63 Ni 64 Ni 58

NA 68.077% sisa 26.223% 1.14% 3.634% syn 0.926%

Waktu paruh DM DE (MeV) Ni stabil dengan 30 neutron 76000 thn ε Ni stabil dengan 32 neutron Ni stabil dengan 33 neutron Ni stabil dengan 34 neutron 100.1 y β− 0.0669 Ni stabil dengan 36 neutron   

·r

l b s

DP 59

Co

63

Cu

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.

Daftar isi 

  

1 Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Nikel o 1.1 Kominusi o 1.2 Sizing  1.2.1 Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)  1.2.2 Klasifikasi (Classification) o 1.3 Pengeringan (Drying) o 1.4 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi o 1.5 Peleburan di Tanur Listrik o 1.6 Pengkayaan di Tanur Pemurni o 1.7 Granulasi dan Pengemasan 2 Lihat pula 3 Referensi 4 Pranala luar

Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Nikel Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri. Nikel merupakan logam berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat antin karat, bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.

Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal. Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit). Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

Kominusi Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut : 1. Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain : o Jaw crusher o Gyratory crusher o Cone crusher o Roll crusher o Impact crusher o Rotary breaker o Hammer mill 2. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses.

Sizing

Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara lain : Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving) Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :  

Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize). Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain :    

Hand sieve Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive Sieve shaker / rotap Wet and dry sieving

Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain :       

Stationary grizzly Roll grizzly Sieve bend Revolving screen Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.) Shaking screen Rotary shifter

Klasifikasi (Classification) Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:  

Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :   

Partition concept Tapping concept Rein concept

Pengeringan (Drying) Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain: 1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik). 2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu : o tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 – 1000). o rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.

Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 7000oC.

Peleburan di Tanur Listrik Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

Pengkayaan di Tanur Pemurni Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah untuk dipisahkan.

Granulasi dan Pengemasan Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,

Related Documents


More Documents from "ReszzaMaret"