PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR YANG TERPADU DAN BERKELANJUTAN July 2, 2012 Oleh : Agus Riyadi
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara tropika basah di dunia, krisis air sering melanda kawasan ini. Di beberapa daerah di Indonesia sering ditemukan kelangkaan air bersih, sehingga masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhannya. Dalam hal sumberdaya air, krisis yang dialami Indonesia menyangkut aspek penyediaan dan aspek pengelolaan. Dalam hal penyediaan, masalah yang timbul mencakup aspek kuantitas dan kualitas. Secara spasial, permasalahan air dapat digolongkan pada dua wilayah, yakni perkotaan, dan pedesaan. Di Perkotaan belum semua anggota masyarakat mendapat akses air bersih secara sehat. Di kota-kota besar, banyak masyarakat di wilayah kumuh memanfaatkan bantaran sungai untuk MCK dan air minum.Penyediaan air bersih melalui institusi/perusahaan yang terkait, misalnya PDAM, masih belum mecukupi. Sebagai gambaran, PDAM DKI Jaya pernah menyatakan 62% warga telah terlayani. Namun data itu diragukan kalangan DPRD. Pelayanan air dari PDAM, misalnya, tidak selalu memenuhi persyaratan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, yaitu sering tidak memenuhi baku mutu lingkungan untuk air minum. Kualitas air bersih yang diterima warga tidak murni bersih, banyak kotoran, bahkan ada indikasi terkontaminasi pencemaran dari sejumlah limbah pabrik. Masyarakat juga menyesalkan suplai air dari PDAM Jaya yang tidak pernah normal seperti volume air yang sedikit, sering mati, dan debit air yang buruk. Kurangnya penyediaan air minum oleh PDAM berimplikasi pada penggunaan air tanah secara tidak terkendali, baik oleh masyarakat, maupun terutama oleh industri dan hotel-hotel. Akibat selanjutnya, terjadi penurunan tanah karena air tanah tersedot. Penggunaan air tanah telah pula menyebabkan intrusi air laut yang semakin masuk jauh ke arah daratan. Beberapa
kota di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, dan Denpasar terancam intrusi air laut akibat eskploitasi air bawah tanah yang tidak terkendali.
PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan sekitar 6.000 merupakan pulau yang berpenghuni. Kepulauan tropis menyebar di sepanjang seperdelapan dari ekuator sekitar 8 juta km2, dengan total luas lahan 1,92 juta km2), dan wilayah laut seluas 3 juta km2 dengan total panjang garis pantai sekitar 84.000 km.
Penduduk Indonesia sebanyak 226 juta (data 2008) tersebar di beberapa pulau. Dengan tingkat pertumbuhan 1,66% dari penduduk diperkirakan tumbuh menjadi 280 juta pada tahun 2020. Jawa, sebagai pulau yang paling padat penduduknya hanya seluas 6,58% dari total wilayah Indonesia, berpenduduk 58% (120,4 juta) dari total penduduk di Indonesia. Dalam dasawarsa yang lalu, imigran perkotaan mengakibatkan pertumbuhan perkotaan sekitar 5% per tahun. Diperkirakan bahwa pada tahun 2020 sekitar 52% penduduk akan tinggal di lingkungan perkotaan, meningkat 38% dibandingkan tahun 1995.
Terlepas dari tingginya potensi sumber daya air, sumber daya air permukaan di Indonesia mengalami kekurangan selama musim kemarau, namun terjadi banjir selama musim hujan terutama di beberapa daerah. Meskipun Indonesia memiliki curah hujan yang berlimpah, dengan rata-rata nasional lebih dari 2.500 mm/tahun, namun terjadi perbedaan yang sangat besar di daerah tertentu di Indonesia. Hal ini terjadi berkisar dari daerah-daerah yang sangat kering di Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi bagian dari Kepulauan (kurang dari 1.000 mm) dan yang sangat basah di beberapa bagian daerah Papua, Jawa, dan Sumatra (lebih dari 5.000 mm).
KONDISI SUMBER DAYA AIR
Seperti di banyak negara lain, kondisi sumber daya air di Indonesia telah sampai pada tahap di mana tindakan terpadu diperlukan untuk membalikkan tren yang terjadi saat ini yatiu penggunaan air yang berlebihan, polusi, dan meningkatnya ancaman kekeringan dan banjir.
Mengingat tantangan yang dihadapi oleh sektor sumber daya air dan sektor irigasi di abad ke-21 dan reformasi sektor publik yang lebih memperhatikan aspirasi rakyat, Pemerintah Indonesia telah memulai program reformasi bidang sumber daya air yang meliputi aspek kebijakan, aspek kelembagaan, aspek legislatif dan peraturan, dan kebijakan konservasi sumber daya air telah mendapat bagian yang substansial dalam agenda reformasi.
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air dijelaskan; Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air.
Undang-undang dengan tegas mengataka bahwa negara memiliki peran utama dalam pengaturan, pendayagunaan dll, dengan melibatkan stakeholder lainnya. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah menjadi permasalahan. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air (Dadang Sudardja, 2007).
Menurut Mathis Wackernagel (1996) dalam Supadmo, Arif Sigit (2001), dalam bukunya “Ecologycal Footprint” menyatakan bahwa peningkatan penduduk serta peningkatan konsumsi materi dan energi – menjadi lambang kemakmuran- di satu pihak ; namun di pihak lain terjadi keterbatasan sumber daya. Di seluruh dunia telah terjadi proses desertifikasi sebesar 6.000.000 ha/tahun. Proses deforestasi 17.000.000 ha/tahun. Proses erosi dan oksidasi tanah 26.000.000.000 ton/tahun serta proses hilangnya spesies-spesies tertentu sebesar 17.000 jenis/tanam. Dari data di atas dapat kita lihat bahawa pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi juga resiko. Pencemaran dan pengrusakan adalah dua resiko yang tidak dapat dihindari dalam rangka menjalankan pembangunan. Akibat pembangunan manusia sebagai penghuni Bumi ini paling tidak saat ini telah berhutang sekitar antara 16 trilyun dollar AS hingga 54 trilyun dollar AS pertahun, atau rata-rata 33 trilyun dollar AS atau kurang lebih Rp.66.000 trilyun setahun untuk segala materi “gratis” seperti udara, air dan pangan, demikian hasil perhitungan yang dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Robert Constanza dan disponsori oleh National Centre for Ecological Analysis and Synthesis di Santa Barbara, California (Kompas, 16 Mei 1997). Perkiraan inipun lanjut mereka adalah perkiraan minimum.
Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah sumber daya yang terbarui, bersifat dinamis mengikuti siklus hydrologi yang secara alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat. Tergantung dari waktu dan lokasinya, air dapat berupa zat padat sebagai es dan salju, dapat berupa air yang mengalir serta air permukaan. Berada dalam tanah sebagai air tanah, berada di udara sebagai air hujan, berada di laut sebagai air laut, dan bahkan berupa uap air yang didefinisikan sebagai air udara.
Dewasa ini permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air meliputi ; (1)
adanya kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan; (2) persaingan dan perebutan air antara daerah hulu dan hilir atau konflik antara berbagai sektor; (3) penggunaan air yang berlebihan dan kurang efisien; (d) penyempitan dan pendangkalan sungai, danau karena desakan lahan untuk pemukiman dan industri; (e) pencemaran air permukaan dan air tanah ; (f) erosi sebagai akibat penggundulan hutan.
Permasalahan air yang semakin komplek ini menuntut kita untuk mengelolah sumberdaya air sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat dengan baik. Berdasarkan UU No 7/2004 tentang Sumberdaya Air, Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah menjadi permasalahan. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial.
Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air.
Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi kompleksitas perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan air dalam dimensi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras; mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah; memberikan perhatian yang lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi seluruh rakyat; mewujudkan mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-undang baru sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Salah satu cara yang harus diperhatikan dalam pengelolaan air adalah pengelolaan yang berdasarkan pada ‘watershed’ (Daerah Aliran Sungai/DAS). Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Dengan pengelolaan air berdasarkan DAS maka diharapkan akan tercipta kesinambungan sumber daya air karena air tidak bisa dilihat satu bagian wilayah saja. Pengelolaan air pada suatu daerah tidak bisa begitu saja hanya memperhatikan variabel–variabel hidrologis pada wilayah itu saja. Bahkan, pengelolaan Waduk Saguling untuk keperluan PLTA, misalnya, tidak bisa hanya memperhatikan variabel–variabel disekitar waduk. Seluruh masalah pengelolaan sumber daya air harus memperhitungkan keseluruhan DAS karena bagaimanapun juga bahkan sebuah titik di ujung terluar DAS pun memiliki pengaruh terhadap keberadaan dan kualitas air di sungai utama. Jadi Pengelolaan sumber daya air yang bersifat parsial harus ditinggalkan. Selain itu, untuk mengelola sumber daya air berbasis DAS ini, kita harus mengacu pada aspek–aspek yang ada dalam DAS tersebut. “Bukan hanya dibatasi pada aspek
fisika saja. Tapi juga sosial–budaya, kualitas air, aktivitas industri, politik, ekonomi, demografi (kependudukan).
Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources Management – IWRM) yang menjadi perhatian dunai internasional untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan. Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di forum internasional, beberapa tindakan telah diambil di tingkat nasional dan daerah dalam rangka reformasi kebijakan sumber daya air.
Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu tindakan penting untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan konservasi sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, telah diterbitkan beberapa kebijakan antara lain diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA) yang sejalan dengan prinsip-prinsip IWRM. Undangundang ini bertujuan untuk pelaksanaan pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, berkelanjutan, dan melalui pendekatan terbuka sehingga memberikan pilihan bagi masyarakat bisnis dan organisasi non-pemerintah untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air terpadu.
KESIMPULAN
Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. Dalam hal ini pembangunan ketersediaan air baku berskala kecil akan lebih diutamakan agar rakyat kecil lebih dapat menikmatinya. Prioritas utama pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah
tangga terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis. Pengendalian daya rusak air terutama diarahkan untuk penananggulangan banjir dengan menggunakan pendekatan vegetatif melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara stakeholders terus diupayakan tidak hanya untuk kejadian banjir, tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana. Penanggulangan banjir haruslah sudah diutamakan, demikian pula pengelolaan bencana kekeringan.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya air secara terpadu (IWRM) ada tiga criteria utama yang dijadikan acuan, yaitu:
1) Efisiensi ekonomi. Dengan meningkatnya kelangkaan air dan sumberdaya keuangan, dan dengan sifat sumberdaya air yang tersedia secara terbatas dan mudah tercemar, serta semakinmeningkatnya permintaan maka efisiensi ekonomi penggunaan air sudah harus menjadi perhatian.
2) Keadilan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar kehidupan, oleh sebab itu maka semua orang perlu mempunyai akses terhadap air yang mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mempertahankan kehidupannya.
3) Keberlanjutan (sustainablility) lingkungan dan ekologi. Penggunaan sumberdaya air haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang terhadap air.
Permasalahan Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Air Masalah Kuantitas Air
Ketersediaan air bervariasi menurut iklim
Berubahnya fungsi daerah resapan menjadi daerah pemukiman dan industri
Terganggunya fungsi kawasan sebagai penyimpan air (rawa, danau,situ, bendungan/dam)
Terganggunya fungsi hutan sebagai kawasan lindung dan resapan
Degradasi lahan akibat erosi dan longsor
Kesalahan dalam pengelolaan sempadan sungai dan lingkungan sungai
LINGKUNGAN SUNGAI ADALAH ASET
ASET SUMBER AIR-SEDIMENT
ASET MORPHOLOGY
ASET LANDSEKAP
ASET EKOLOGI
ASET SOSIAL-BUDAYA
ASET PARIWISATA, dll.,
KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
Jarak radius 500 meter dari tepi waduk / danau
Jarak 200 meter dari tepi sekeliling mata air dari kiri kanan tepi sungai di daerah
rawa
Sempadan sungai : jarak 100 meter dari tepi kiri kanan sungai
Sempadan sungai : Jarak 50 meter dari tepi kiri kanan anak sungai
Jarak 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang
Jarak 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai
Contoh Aliran Sungai yang Tidak Sesuai
Masalah Kualitas Air
Tingkat pencemaran air
Badan air sebagai pembuangan akhir limbah
Tingginya kadar sedimen akibat erosi
Intrusi air laut
Permasalahan Kependudukan
Jumlah penduduk meningkat
Pusat – pusat pemukiman
Penggunaan air yang boros : domestik, irigasi, industri
Pendidikan lingkungan
Perilaku membuang sampah di badan sungai
Penggunaan air melebihi daya dukung
Sanitasi yang masih belum baik
Kelembagaan dan Koordinasi
Kurangnya koordinasi sektor pengguna air (Domestik, Dinas Pengairan / Irigasi, Dinas Pertambangan, Industri, Perikanan)
Peraturan Perundang – undangan tentang air kurang operasional
Kurangnya pemantauan pemanfaatan dan efisiensi penggunaan air
Lemahnya informasi potensi dan kebutuhan sumberdaya air
Hubungan Aliran Sungai dan Air Tanah
PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA AIR
Pesatnya pertumbuhan ekonomi memacu permintaan akan sumberdaya air baik kuantitas maupun kualitas semakin meningkat.
Hak azasi manusia akan air bersih = 50 lt/hari/kapita
Sasaran penyediaan air ibukota propinsi di Indonesia 130 lt/har/kapita, DKI 220 lt/hari/kapita, pedesaan 90 lt/hari/kapita, Eropa 300 – 600 lt/hari/kapita dan akan naik menjadi 500 – 1000 lt/hari/kapita dan secara tidak langsung sesungguhnya manusia membutuhkan air ± 2600 l/hari/kapita.
Lemahnya posisi tawar kawasan hutan terhadap perubahan fungsi lain yang lebih menguntungkan selain produsen kayu disebabkan lemahnya sistem akunting sumberdaya hutan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai intangible hutan lindung yang utamanya sebagai penyedia air mempunyai nilai ekonomi enam kali lebih besar dari nilai kayu.
Munculnya isu-isu bahwa keberadaan hutan Pinus dan beberapa jenis yang lain mengakibatkan hilangnya sumber-sumber air.
Jumlah penduduk di bumi yang semakin meningkat.
Daftar Pustaka: Agus Maryono. Presentasi: Reformasi SDA
1. Uraikan dengan ringkas permasalahan mendasar dalam pengelolaan dan perencanaan pengembangan seumber daya air? permasalahan mendasar dalam pengelolaan dan perencanaan pengembangan seumber daya air yaitu persoalan alokasi dan manajemen sumber daya air yang kurang baik seperti :
Kekeringan, terutama di musim kemarau
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air untuk:
Irigasi dalam rangka mendukung swasembada pangan
PLTA yg menggunakan sumberdaya renewable dengan pencemaran lingkungan yg minim
Industri, perikanan, dan rekreasi
Perlindungan kawasan dari banjir
Menurunnya mutu baku lingkungan akibat pencemaran oleh buangan air limbah, baik limbah industri maupun domestik
Penurunan muka air tanah akibat eksploitasi tak terkendali
Banjir akibat pengelolaan hutan yg kurang memperhatikan aspek konservasi tanah dan air
Keterbatasan dana untuk pembangunan infrastruktur yang diperlukan
Tidak tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan (O&P) yang memadai
Saat ini secara umum masih terdapat permasalahan : (1) penyediaan pangan, (2) Urbanisasi dan industrialisasi, (3) pengangguran, (4) degradasi kualitas lingkungan, dan (5) perubahan tatanan kehidupan dalam masyarakat Dan persoalan perencanaan dipandang sebagai proses pembuat keputusan anata lain :
-
Keputusan yang harus diambil pada saat sekarang yg umumnya bersifat tetap karena tidak akan berubah di masa yang akan datang, misalnya: membangun bendung, membangun bendungan (dam) untuk reservoir, membangun tanggul, dan lain-lain.
-
Keputusan yang harus diambil untuk keperluan masa yang akan datang. Keputusan ini bersifat tidak tetap, dapat berubah sesuai dengan perkembangan persoalan di masa yang akan datang. Misal: penetapan pedoman operasi bendung, pedoman operasi reservoir, dan lain-lain.
Masalah yang berhubungan dengan sumberdaya air tidak hanya pada rekayasa dan teknologi, tetapi juga mencakup masalah sosial, ekonomi, politis dan lingkungan
2. Uraikan jenis dan sifat-sifat penting potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan Potensi – potensi sumber daya air antara lain : -
Sungai
-
Danau
-
Mata air
-
Air tanah
a.
Potensi Sumber Daya Air Permukaan sumber air yang terdapat di atas permukaan bumi, dapat dilihat secara visual dengan tidak menggunakan peralatan tertentu.
b. Air Sungai Sungai: suatu torehan dipermukaan lahan yang didalamnya terdapat air dan mengalir secara terus menerus ataupun pada waktu tertentu. Daerah sungai meliputi: aliran air, bantaran, tanggul, dan areal yang dinyatakan sebagai daerah sungai. c.
Air Danau Danau: cekungan alamiah dipermukaan bumi dan terdapat genangan air yang mempunyai volume yang besar. Sangat potensial dalam penyediaan sumber daya air yang sangat besar, sehingga dalam pengelolaan dan pemanfaatannya akan memerlukan bangunan air lainnya.
d. Air Waduk Waduk: Menampung kelebihan air dalam periode kelebihan air yang akan digunakan selama musim kering berikutnya.Digunakan juga sebagai tempat
menampung air banjir untuk sementara waktu dan dilepas / dibuang ke hilir pada waktu banjir surut. Fungsi utama: memperbaiki dan menstabilkan aliran air sungai, baik dengan pengaturan penyediaan air yang tidak tetap dari suatu aliran sungai. e.
Air Rawa dan Pantai Rawa: bersifat payau dan mengandung kadar asam yang cukup tinggi, dan sering disertai lahan gambut. Pantai: daerah rawa dengan ditandai oleh tumbuhan bakau dan atau mangrove.
f.
Daya Air Tanah Air tanah: air yang tersimpan didalam perut bumi. Sumber air tanah: presipitasi setelah melimpas sebagai air permukaan.Bila permukaan air tanah dekat dengan tanah, akan terjadi perkolasi melalui tanah. Hasil Air Tanah :
Pengadaan air dari dalam tanah dengan laju yang melebihi akan mengakibatkan turunnya permukaan air tanah serta meningkatkan biaya pemompaan
Di daerah pantai, pemompaan yang berlebihan dapat membalikkan arah dari gradien permukaan air tanah yang secara normal menuju ke laut dan memungkinkan bergeraknya air asin ke arah darat.
Pada tahun-tahun yang banyak hujannya, permukaan air tanah akan naik, sedangkan pada tahun-tahun kering permukaan air tanah akan turun
Sejumlah sumur yang jaraknya berdekatan akan menyebabkan makin cepatnya penurunan muka air setempat dibandingkan dengan jumlah sumur yang sama tapi tersebar
Upaya pengembangan sumber daya air erlu dilengkapi dengan sarana bangunan air.
3. Uraikan jenis dan tujuan analisis imbangan air? Jawab :
jenis dan tujuan analisis imbangan air Pemberian air irigasi dan hujan akan mempengaru hi imbangan air di lahan, sehingga penggunaan air di suatu daerah irigasi ( DI) menjadi hal yang sangat penting, agar sumber daya air yang ada dapat dialokasikan ke semua daerah irigasi secara efisien dan efektif. Apabila diketahui ada kelebihan ketersediaan air terhadap kebutuhan air irigasi yang ada, diharapkan dapat dilakukan penghematan air agar dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai kepentingan lainnya. Komponen imbangan air di lahan irigasi meliputi hujan, suplai air, kebutuhan air untuk tanaman dan kelebihan air atau air buangan. Penggunaan air untuk irigasi merupakan penggunaan air yang terbesar, Iebih kurang 90 % dari jumlah air yang dikelola digunakan untuk keperluan irigasi. Berdasarkan komponen imbangan air di lahan diharapkan akan mendapatkan besaran pada masing-masing komponen imbangan air, sehingga akan mendapatkan cara pemberian air irigasi yang tepat. Pada umumnya di daerah penelitian pemberian air dilakukan dengan cara kontinyu, dengan pemberian air yang ada di teliti dengan dikembangkan cara pemberian air, sehingga akan mendapatkan cara pemberian air irigasi yang tepat.
4. Uraikan alasan mengapa orang berfikir untuk membuat waduk ? Seseorang untuk membuat waduk karena waduk sangatlah penting dalam pengelolaan sumber daya air dan manfaat waduk antara lain : a.
Penyediaan air baku penduduk Keberadaan bendungan/waduk dapat dijadikan cadangan ketersediaan air bagi penduduk ketika musim kemarau telah tiba. b. Suplay air irigasi daerah persawahan. Lahan pertanian membutuhkan air secara terus menerus. Ketersediaan air yang melimpah menjadikan tanaman dapat supply air dan tidak hanya mengandalkan dari datangnya hujan. c. Pengendalian banjir. Melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai upaya pengendalian banjir di hilir bendungan. d. Pengembangan pariwisata.
Keberadaan bendungan/waduk sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata yang berujung pada peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat sekitar. e. Suplay air untuk kegiatan industri. Kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak. Oleh karena itu dapat merangsang investor untuk mendirikan industri.
5. Jelaskan perbedaan penertian antara bendungan dengan waduk ? -
Waduk: Menampung kelebihan air dalam periode
kelebihan air yang akan digunakan selama musim kering berikutnya. -
Digunakan juga sebagai tempat menampung air banjir untuk sementara waktu dan dilepas / dibuang ke hilir pada waktu banjir surut.
-
Fungsi utama: memperbaiki dan menstabilkan aliran air sungai, baik dengan pengaturan penyediaan air yang tidak tetap dari suatu aliran sungai. Waduk sering disebut danau buatan yang besar. Menurut Komisi DAM dunia bendungan/waduk besar adalah bila tinggi bendungan lebih dari 15 m. Sedangkan embung merupakan waduk kecil dan tinggi bendungannya kurang dari 15 m. Sistem tata air waduk berbeda dengan danau alami. Pada waduk komponen tata airnya pada umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga volume, kedalaman, luas,presepitasi, debit inflow/outflow dan waktu tinggal air diketahui dengan pasti. Bendungan (DAM) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan Dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diperlukan secara bertahap atau berkelanjutan. DAM berfungsi untuk menahan atau membelokkan arah aliran air. Pemanfaatan Sumber Daya Air Pemanfaatan air untuk irigasi
Pemanfaatan air untuk pembangkit listrik tenaga air Pemanfaatan air untuk air baku Pemanfaatan air untuk penggelontoran Pemanfaatan air untuk lalu lintas air Pemanfaatan air untuk rekreasi Pemanfaatan air untuk perikanan nidya
3 Pemanfaatan Air untuk Irigasi Karena air hujan tidak dapat mencukupi kebutuhan pengairan terutama di musim kemarau Harus dihindari konflik, kerancuan, overlapping, dan pemanfaatan SDA secara berlebihan nidya
4 Pemanfaatan Air untuk Irigasi Pemanfaatan SDA untuk irigasi perlu memperhatikan: Kebutuhan air (tanaman, pada petak sawah/lahan, pada tingkat jaringan irigasi dan pada intake Kualitas air (persyaratan untuk masing-masing tanaman) Metode pemberian air yang cocok Bangunan-bangunan irigasi yang diperlukan supaya lebih efisien Manajemen pemanfaatan air yang baik dari sumbernya sampai pada tingkat pemakai air nidya
5 Langkeme,Sulawesi Selatan Bendung Katulampa
6 Pemanfaatan Air untuk PLTA Pemanfaatan SDA untuk PLTA digunakan untuk:
Penerangan Industri Rumah Tangga Pemanfaatan SDA untuk PLTA harus didukung oleh topografi yang memadai nidya
7 Pemanfaatan Air untuk PLTA Pada daerah yang memiliki tinggi terjunan minimum 3 m dapat dibuat pembangkit tenaga air mikrohidro untuk keperluan listrik desa Pada daerah yang memiliki banyak potensi air, dibuat bendungan, sehingga mempunyai tinggi jatuh yang cukup untuk PLTA nidya
8 Pemanfaatan Air untuk PLTA Daya listrik dihasilkan akibat tinggi jatuh air, memberi tekanan yang memutar turbin, dan selanjutnya mengubah energi potensial menjadi energi listrik, melalui transmisi disalurkan ke daerah-daerah yang membutuhkan Pemanfaatan SDA untuk PLTA dapat dikategorikan: Pemanfaatan aliran sungai secara langsung (Run of River Plant) Pemanfaatan SDA untuk PLTA dengan waduk nidya
10 1 = waduk 7 = generator 13 = spillway 2 = power intake
8 = tail race
3 = bendungan
9 = sungai
4 = pipa pesat (penstock)
10 = trafo utama
5 = katup utama (main inlet valve) 6 = turbin = tegangan tinggi
11 Pemanfaatan Air untuk Air Baku
11 = gardu induk
Air baku: air bersih yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan air minum, air rumah tangga, dan industri. Diperoleh dari: sungai, air tanah, dsb. Air harus memenuhi persyaratan sesuai dengan kegunaannya. nidya
12 Pemanfaatan Air untuk Air Baku Sumber daya air dari sungai untuk air baku, ditampung untuk memenuhi pola distribusi kebutuhan air yang kadang-kadang tidak sesuai dengan pola debit aliran nidya
14 Pemanfaatan Air untuk Penggelontoran Untuk penggelontoran sungai yang tercemar oleh limbah industri, limbah rumah tangga, dsb. nidya
15 Suplesi code (penggelontoran kota)
16 Pemanfaatan Air untuk Lalu Lintas Air Di Indonesia belum ada kritera yang jelas mengenai persyaratan lalu lintas air, sehingga pertimbangan utama adalah pertimbangan ekonomi Harus diperhatikan: kedalaman (draft), lebar, arus. Lalu lintas air banyak terdapat di pulau yang mempunyai sungai yang besar, panjang, dan hidraulika yang baik, misal: S. Musi, S.Kapuas, S.Mahakam, dll. nidya
18 Pemanfaatan Air untuk Rekreasi Sarana rekreasi air: waduk, sungai, laut. Pemanfaatan Air untuk Perikanan Dilakukan di sungai, waduk, air payau, air laut. Dengan Kolam atau keramba
Yang perlu diperhatikan: Kualitas air yang sesuai Debit Cara pemberian air, dsb nidya
20 Waduk Fungsi: menampung air sungai. Tipe waduk: Tunggal guna (single purpose) Multi guna (multi purpose) nidya
22 Waduk: Bendungan Bahan konstruksi: beton, timbunan batu, urugan tanah, dll. Konstruksi bendungan: stabil, kuat, awet, tidak rembes air. Lokasi bendungan: layak ekonomis, teknis, sosial politik, dll. nidya
23 Waduk: Bendungan -> Lokasi Bendungan Penentuan lokasi bendungan perlu memperhatikan pembagian ruas wilayah sungai, umumnya ruas hulu sebagai lokasi bendungan Memiliki elevasi yang tinggi dengan kondisi topografi tanah yang sempit dan dalam. Memiliki daya dukung tanah dan kondisi geologi yang baik. Umumnya memberikan bentuk bendungan yang dalam nidya
24 Waduk: Bendungan -> Lokasi Bendungan Bentuk bendungan yang dalam umumnya murah, penguapan kecil, kecil kemungkinan untuk ditumbuhi rumput. Bendungan lokal bila memenuhi syarat lebih diprioritaskan untuk menghemat biaya konstruksi.
nidya
25 Bendungan Grande Dixence di Swiss (284m) Bendungan Hoover, Black Canyon, Colorado
26 Bendungan Inaguri di Rusia (272m)
27 Waduk: Kapasitas Waduk Keandalan waduk: memenuhi kebutuhan air sepanjang tahun selama umur rencana. Umur rencana waduk: saat sedimen mencapai tinggi muka air minimum. Perlu memperhatikan karakteristik waduk. Menentukan kapasitas waduk: Kurva massa debit Metode simulasi nidya
28 Zona Volume Waduk dengan Spillway tanpa Pintu Pengatur Mercu Bangunan Pelimpah Muka Air Kondisi Debit Banjir Rencana Tampungan Air Efektif M.A. Minimum Tampungan Mati Bangunan Pengambilan Debit Limpasan nidya
29 Kurva Karakteristik Waduk Hubungan antara elevasi, volume, dan luas permukaan waduk nidya
30 Waduk: Sedimentasi Waduk Sedimen melayang (suspended load) Sedimen padat yang bergerak di sekitar dasar sungai (bed load) Muatan sedimen dinyatakan dalam PPM (part per million) Produksi sedimen: jumlah total sedimen yang melewati setiap penampang sungai Laju produksi sedimen: volume sedimen tahunan rata-rata nidya
31 Waduk: Pengoperasian Waduk Operasi waduk disesuaikan dengan kebutuhan air, air yang masuk ke waduk, kondisi fisik, dll. Sj = Sj-1 + Qj + Rj (A) – Ij – Ej (A) – Oj – Spj(A) Sj = tampungan waduk pada akhir bulan ke j Sj-1 = tampungan waduk pada akhir bulan sebelumnya Qj = debit masukan ke waduk pada bulan ke j Rj(A) = hujan yang jatuh ke waduk pada bulan ke-j sebagai fungsi luas permukaan waduk Ij = pengambilan air dari waduk pada bulan ke j Ej(A) = penguapan dari waduk pada bulan ke-j sebagai fungsi luas permukaan waduk Oj = debit limpasan sebagai outflow melewati bangunan pelimpah, bulan ke-j Spj(A) = rembesan keluar dari waduk pada bulan ke-j sebagai fungsi luas permukaan waduk nidya
32 Tahapan Perencanaan Pengembangan SDA Penentuan jenis proyek Definisi Alternatif Kelayakan Teknis KeElayakan Ekonomis Kelayakan terhadap masyarakat dan lingkungan
Kelayakan pembiayaan Rancangan rinci Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan nidya
33 Kajian Ekonomi Setiap alternatif harus didefinisikan dan diidentifikasikan dengan jelas Setiap alternatif diterjemahkan ke dalam perhitungan uang Laju perkembangan bunga (rate of return) terkecil adalah alternatif yang paling menguntungkan Pemilihan alternatif dapat diputuskan berdasar kriteria: NPV (Net Present Value) IRR (Interest Rate of Return) BCR (Benefit Cost Ratio) ARR (Annual Rate of Return / Biaya tahunan) nidya
34 Biaya Proyek (Cost) meliputi: Biaya konstruksi Biaya pemeliharaan Biaya operasi Biaya asuransi Dll. Biaya Pemasukan (Benefit) meliputi: Pembayaran listrik Pembayaran air bersih Dll Suku Bunga nidya
35 Macam-macam kajian ekonomi NPV (Net Present Value): perhitungan ekonomi nilai cost sama dengan Benefit ditinjau pada saat yang sama
IRR (Interest Rate of Return): perhitungan berdasarkan nilai bunga jika cost sama dengan benefit, jika lebih kecil dari bunga yang berlaku, maka proyek layak dibangun BCR (Benefit Cost Ratio): jika benefit dibagi cost lebih besar dari 1, maka proyek layak dibangun ARR (Annual Rate of Return): perhitungan biaya secara flat tahunan nidya