Indonesia Dongeng.docx

  • Uploaded by: Mayliany Hilman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Indonesia Dongeng.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,221
  • Pages: 5
KANCIL DAN KAMBING Sudah lama kancil menjadi seorang guru. Hampir setiap hari kancil memberi ilmu kepada muridnya, kancil tidak merasa ilmunya berkurang. Bahkan sebaliknya, kancil merasa bahwa ilmunya bertambah banyak ilmu yang dikuasainya. Akan tetapi kancil mempunyai penyakit lupa, sebagian ilmunya tidak di ingat lagi. Karena penyakit lupanya itu, kancil berinisiatif mulai menulis. Mula-mula kancil menulis artikel atau karangan pendek yang dimuat diberbagai surat kabar dan majalah. Lalu menulis puluhan buku ajar, buku umum, buku cerita yang diterbitkan oleh penerbit-penerbit di berbagai kota. Pada suatu hari kancil diundang untuk berceramah disuatu lembaga pendidikan. Masalah yang dibahasnya berkaitan dengan upaya menghasilkan tulisan. Dalam kesempatan itu, kancil menyemangati pendengar yang ingin menjadi penulis. Para pendengar yang pada umumnya juga guru, sangat tertarik dengan masalah yang dibahas kancil. Beberapa pendengar tergerak hatinya ingin jadi penulis. Salah satunya adalah kambing. Setelah kancil selesai ceramah dan beristirahat di ruang lain, kambing mendekat dan bertanya tentang kegiatan menulis. Karena ingin menjadi penulis, kambing mulai menulis. Pada mulanya kurang lancer, tetapi karena sering mencoba kambing pun berhasil menulis sebuah cerita. Dan kancil pun membaca tulisan kambing. Kancil berkomentar dengan kata-kata yang membangkitkan semangat kambing. Kambing pun merasa bangga dan yakin bahwa dirinya bisa menjadi penulis. Sejak itu, kancil tidak menulis sendirian. Ada binatang lain yang juga gemar menulis, yaitu kambing.

BANGAU DAN KURA-KURA Musim datang dan pergi silih berganti. Setelah musim hujan berakhir, musim kemarau tiba. Musim kemarau tahun ini panjang. Akibatnya, salah satu telaga yang bernama Telaga Gending airnya tinggal sedikit. Makin lama makin berkurang, telaga itu akan kering. Hal itu menyebabkan seekor kura-kura gelisah. Kura-kura sempat berpikir akan pindah ke telaga lain, tapi kura-kura tidak tahu letaknya dimana telaga lain itu. Karena selama hidupnya kura-kura tidak pernah pergi jauh. Suatu pagi, ketika kura-kura sedang mencari makan berupa ikan-ikan kecil, tiba-tiba seekor burung bangau menghampirinya. Kura-kura dan bangau pun saling bertegur sapa dan saling menumpahkan keluh kesahnya, terutama kura-kura. Burung bangau merasa iba akan kegelisahan kura-kura. Dan burung bangau mengajak kura-kura untuk berpindah ke telaga yang lebih besar dan lebih dalam airnya. Akhirnya kura-kura tidak merasa ragu untuk berpindah ke telaga lain. Kura-kura pun pindah ke telaga itu dibantu oleh burung bangau dan teman bangaunya. Mereka tiba disana dengan selamat. Kura-kura pun sangat berterimakasih kepada bangau dan teman bangaunya. Lalu bangau terbang meninggalkan kura-kura.

GAJAH DAN TIKUS Ada sebuah kota tua yang ditinggalkan penduduknya karena kota itu dilanda wabah penyakit. Kota tua yang ditinggalkan itu tampak sepi. Tetapi jika diamati, banyak penduduk baru yang menetap disana. Mereka adalah para tikus berbagai jenis. Mereka terus berkembang biak menjadi semakin banyak. Ribuan tikus berlarian dan berlompatan dimana-mana. Jadi kota tua itu telah menjadi milik para tikus. Jauh dari kota itu ada sekawanan gajah yang tinggal di hutan lebat. Hidup rukun, gajah yang paling besar diangkat menjadi raja mereka. Dibawah kepemimpinannya, sekawanan gajah itu hidup tenang penuh kedamaian bertahun-tahun. Akan tetapi, suatu ketika dating masa sulit. Beberapa tahun hujan tak turun. Hal itu menyebabkan danau, telaga, dan kolam terus menyusut airnya. Jangankan untuk berkubang, untuk minum saja tidak cukup. Kemudian raja gajah memberi tugas kepada gajah muda yang terkenal karena selalu bertanggung jawab. Gajah muda itu menjalankan tugasnya dengan penuh semangat. Setelah beberapa hari, gajah muda yang diutus itu kembali dengan senang dan gembira dan langsung menghadap rajanya. Gajah muda itu menemukan sebuah danau luas dekat kota tua. Raja pun memujinya. Ratusan gajah kemudian berduyun-duyun beriringan menuju danau, dan rajanya berada di depan. Sementara itu, seekor tikus yang sedang mencari makanan di luar kota amat terkejut melihat rombongan gajah yang akan melewati kota mereka. Ia segera pulang ke kota dan memberi tahu rajanya. Raja tikus berpikir sebentar. Lalu, dengan beberapa tikus lainnya pergi ke luar kota, menyongsong para gajah. Bendera warna-warni dikibar-kibarkan agar menarik perhatian para gajah. Ketika para gajah sudah benar-benar mendekat, raja tikus berteriak secara berulang-ulang agar rombongan gajah tidak melewati kota mereka. Dan raja gajah pun tidak keberatan dan meminta raja tikus untuk menunjukkan jalan lain. Dan raja tikus pun sangat berterimakasih kepada para gajah, serta berjanji akan menolong para gajah jika ada yang diperlukan. Tak berapa lama kemudian, rombongan gajah tiba di telaga. Para gajah bergembira ria. Beberapa tahun kemudian, sekelompok pemburu datang memasuki hutan. Memburu para gajah untuk dijadikan tunggangan tentara kerajaan. Serta membuat perangkap, dengan membuat lubang yang dalam dan menutupinya dengan ranting dan dedaunan. Banyak gajah yang terperosok jatuh. Dan ditariklah gajah yang jatuh itu menggunakan tali besar dan diikat di pohon besar pula. Raja gajah kebingungan bagaimana cara membebaskan gajah-gajah yang masuk perangkap para pemburu, dan raja pun teringat akan janji para tikus. Kemudian raja gajah pun memerintahkan gajah muda untuk memberitahu para tikus, dan para tikus pun siap membantu. Ratusan tikus berlarian masuk ke dalam hutan. Mereka menggerogoti tali besar dengan giginya yang tajam, dan akhirnya gajah-gajah itu terbebas.

Raja gajah sangat senanag dan berterimakasih kepada para tikus. Sejak peristiwa itu, komunikasi antara gajah dan tikus terus berlangsung. Mereka saling membantu. Sampai beberapa tahun lamanya, gajah dan tikus tetap bersahabat.

IKAN DAN BERUANG Pada zaman dahulu, hiduplah tiga ekor ikan yang cukup besar di dalam kolam. Mereka sudah lama tinggal disana dan hidup rukun. Masing-masing ikan memiliki sifat yang berbeda. Ikan yang pertama bernama ikan bijaksana, ia rajin mengamati segala kejadian yang dialami. Ikan kedua bernama ikan pintar, segala persoalan dipertimbangkan, masuk akal atau tidaknya dan jika menemui masalah, ia selalu menawarkan berbagai pilihan cara untuk mengatasinya. Ikan ketiga bernama ikan pasrah, iya tak mau repot-repot berpikir. Ia percaya adanya nasib baik dan buruk, apa yang harus terjadi, pasti akan terjadi. Suatu hari matahari memancarkan cahayanya, ikan bijaksana berenang, berputar-putar di kolam. Tiba-tiba beruang putih dan beruang hitam melihat dirinya. Dan kedua beruang itu berencana akan menangkap ikan yang ada dikolam itu di keesokan harinya. Mendengar pemicaraan itu ikan bijaksana sangat cemas, lalu menyelam mencari sahabatnya. Setelah menemukan kedua sahabatnya, ikan bijaksana menceritakan apa yang baru saja didengarnya. Ikan bijaksana menyampaikan penjelasan cukup panjang, untuk meyakinkan sahabatnya agar mau menghindari bencana. Tapi ikan pintar memiliki pendapat lain. Sedangkan ikan pasrah tak ambil pusing dengan masalah itu. Ia hanya mendengarkan kedua temannya berdiskusi. Sebab menurut dia, apa yang seharusnya terjadi, pasti terjadi. Masing-masing ikan memiliki pendapat sendiri-sendiri yang berbeda. Mereka gagal mengambil suatu keputusan bersama. Karena itu mereka lalu berpencar, berbuat sesuai pendapat dan keyakinan masing-masing. Ikan bijaksana segera pergi meninggalkan kolam sendirian. Yang ditujunya adalah sungai, dengan berenang melawan arus melalui saluran kecil yang memasok air ke kolam, dan ia berhasil masuk sungai. Besoknnya, pagi-pagi, kedua beruang itu datang. Mereka membawa peralatan untuk menangkap ikan. Mereka tampak bersemangat, membayangkan ikan-ikan besar di dalam kolam. Setelah itu, beruang hitam menebarkan jala ke dalam air. Ikan pintar dan ikan pasrah pun terperangkap jala. Dengan cepat ikan pintar berpikir, menyusun rencana untuk menyelamatkan diri. Yaitu dengan cara berpura-pura mati tergolek diam dalam jala. Dan alhasil kedua beruang tersebut mengira ikan pintar itu mati, dan berpikir ikan pintar sudah menjadi bangkai yang mulai membusuk. Ikan pintar pun dilemparkan kembali oleh beruang putih ke kolam. Ikan pintar senang, karena ia berhasil menyelamatkan diri dengan cara yang cerdik. Ikan pasrah tetap terperangkap di dalam jala. Ia mulai menggelepar-gelepar, berusaha melepaskan diri. Tindakannya itu justru membuat jengkel beruang hitam. Kemudian beruang putih berkata kepada beruang hitam untuk memotong ikan pasrah itu, ketimbang dimasukkan lagi kedalam kolam. Beruang hitam pun segera menangkap ikan yang menggelepar itu dan langsung memotongnya. Setelah itu, kedua beruang pergi meninggalkan kolam sambal tertawa senang.

Related Documents

Indonesia
December 2019 44
Indonesia
November 2019 53
Indonesia
December 2019 47
Indonesia
June 2020 15
Indonesia
November 2019 49
Indonesia
December 2019 41

More Documents from ""