Impetigo Krustosa (1).docx

  • Uploaded by: EvinPuji
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Impetigo Krustosa (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,006
  • Pages: 17
IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) SKENARIO KASUS Si Totong, 4 tahun datang berobat ke RSMP dengan keluhan timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu. Lepuh mudah pecah dan menjadi koreng. Dalam 3 hari ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri. Keluhan ini tidak disertai demam. Saudara kembar Totong, si Teteng juga pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter. Mereka sering menggunakan baju dan handuk bersama. Mereka berdua sering bermain di luar rumah dan malas bila disuruh mandi. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : sadar dan kooperatif Vital Sign : Nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,0ºC Keadaan Spesifik : KGB inguinalis lateral dextra et sinistra : terdapat pembesaran berupa nodul, 2 buah, bulat, diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan. Status dermatologikus : regio extremitas inferior dextra et sinistra : plak eritem multipel, bulat, lentikuler, diskret, dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan.

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Si Totong, 4 tahun mengeluh timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu. Lepuh mudah pecah dan menjadi koreng. 2. Dalam 3 hari ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri dan tidak disertai demam. 3. Saudara kembar Totong, si Teteng juga pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter. 4. Mereka sering menggunakan baju dan handuk bersama serta sering bermain di luar rumah dan malas bila disuruh mandi. 5. Keadaan Spesifik : KGB inguinalis lateral dextra et sinistra : terdapat pembesaran berupa nodul, 2 buah, bulat, diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan. 6. Status dermatologikus : regio extremitas inferior dextra et sinistra : plak eritem multipel, bulat, lentikuler, diskret, dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan.

PRIORITAS MASALAH No : Alasan :

Page 1

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) ANALISIS MASALAH 1. Si Totong, 4 tahun mengeluh timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu. Lepuh mudah pecah dan menjadi koreng. a. Bagaimana histology dan fisiologi kulit ?

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)  Lapisan epidermis Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :  Lapisan tanduk (stratum corneum)  Lapisan bening (stratum lucidum)  Lapisan berbutir (stratum granulosum)  Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Page 2

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA)  Lapisan Dermis Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit. 

Kelenjar keringat / kelenjar sudoifera  Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler.  Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. 

Kelenjar sebaesea Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel).

 Lapisan Subkutis Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kuli (hipodermis), Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan..

Fisiologi Kulit 1. Fungsi Proteksi Kulit menjaga tubuh dari gangguan fisik, kimia, suhu, sinar ultraviolet dan mikro organisme. Fungsi Ekskresi Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti Na Cl, urea, asam urat, amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna untuk menekan evaporasi air yang berlebihan. Kelenjar keringat mengeluarkan keringat beserta garam-garamnya.

Page 3

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) 2. Fungsi Absorbsi Fungsi absorbsi dimungkinkan dengan adanya permeabilitas kulit. Absorbsi berlangsung melalui celah antar sel, menembus epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. Kulit yang sekat tidak mudah menyerap air, larutan atau benda-benda padat dan lebih mudah menyerap cairan yang menguap. Kemampuan absorbsi dipengaruhi oleh ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, umur, trauma pada kulit dan jenis vehikulum. 3. Fungsi Keratinisasi Keratinisasi adalah proses diferensiasi sel-sel stratum basale menjadi sel-sel yang berubah bentuk dan berpindah ke lapisan atas menjadi sel-sel yang makin gepeng dan akhirnya mengalami deskuamasi. Proses keratinisasi ini berlangsung 14 - 21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. 4. Fungsi Pembentukan Pigmen Pembentukan pigmen kulit dilaksanakan oleh sel melanosit yang ada di stratum basale. Proses pembentukan melanin terjadi didalam melanosom yang terdapat dalam melanosit dan kemudian melalui dendrit-dendritnya membawa melanosom ke sel keratinosit, jaringan sekitarnya bahkan sampai ke dermis. Warna kulit ditentukan oleh jumlah, tipe, ukuran, distribusi pigmen, ketebalan kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten. 5. Fungsi Termoregulasi Pengaturan regulasi panas dilaksanakan oleh sekresi kelenjar keringat, kemampuan pembuluh darah untuk berkontraksi dan vaskularisasi kulit yang banyak pada dermis. Panas tubuh keluar melalui kulit dengan cara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. 6. Fungsi Pembentukan Vitamin D Pembentukan Vitamin D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu dengan mengubah 7 dehidro kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet B. Walaupun didapat pembentukan vitamin D ditubuh tapi kebutuhan ini belum cukup sehingga perlu pemberian vitamin D dari luar. 7. Fungsi Persepsi Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan sub kutis. Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit. Persepsi raba terletak pada badan taktil Meisnier yang berada di papila dermis dan Merkel Ranvier di epidermis. Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di epidermis, rasa panas oleh badan Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh badan Krause dan rasa sakit oleh “ free nerve ending”. Saraf-saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.

Page 4

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) 8. Peran dalam imunologi kulit Pada kulit didapat apa yang disebut SALT ( Skin Associated Lymphoid Tissue ) yang terdiri dari sel Langerhans, keratinosit, saluran limfatik kulit dan sel endotel kapiler khusus yang memiliki reseptor khusus untuk menarik sel limfosit T kedalam epidermis. Sel Langerhans berfungsi sebagai antigen presenting cell yang membawa antigen ke sel limfatik dalam reaksi alergi kontak. Sel keratinosit memproduksi cairan yang mengandung protein yang akan berikatan dengan antigen yang masuk ke epidermis untuk membentuk antigen kompleks yang potensial. Keratinosit juga memproduksi Limphokine Like Activity seperti Epidermal Thymocyte Activating Factor ( ETAF ) yang identik dengan IL-1 dan berbagai fungsi lain. SALT juga sangat penting untuk memonitor sel-sel ganas yang timbul akibat radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus onkogenik. Sampai saat ini peranan SALT masih terus diselidiki.

b. Apakah hubungan umur, jenis kelamin dengan keluhan utama? Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relative sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak-anak kisaran usia 2-5 tahun dengan rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Anak-anak prasekolah paling sering terinfeksi.

c. apa saja jenis-jenis efloresensi ? Efloresensi (ruam) primer a) Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata, bisa putih, coklat, merah, dan hitam b) Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversible c) Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan d) Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis tengah, dan mempunyai dasar, vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik e) Pustule : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion f) Bula : vesikel yang berukuran lebih besar.dikenal juga istilah bula hemoragik, dan bula hipopion g) Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan sel, maupun sisa sel. h) Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di dalam kutis atau subkutis. Page 5

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) i) Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumsrip, berukuran diameter lebih kecil dari ½ cm, dan berisikan zat padat. j) Nodus : massa padat sirkumsrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol, jika diameternya lebih kecil daripada 1 cm disebut nodulus. k) Tumor : istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupu jaringan. l) Infiltrate : adalah tumor terdiri atas kumpulan sel radang. m) Vegetasi : pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang menjadi satu. Vegetasi dapat di bawah permukaan kulit, misalnya pada tubuh. Dalam hal ini disebut granulasi,seperti pada tukak.

Efloresensi (ruam ) sekunder a) Erosi b) Ekskoriasi c) Ulkus d) Skuama e) Krusta f) Sikatriks g) Anetoderma h) Likenifikasi  Sifat efloresensi kulit  Efloresensi primer :  Bentuk : makula, papula, vesikula, plak, nodula, pustule, tumor, kista.  Jumlah : tunggal (nodul), multiple (herpes zoster)  Ukuran :  Milier : sebesar kepala jarum pentul (pada miliaria rubra, morbili)  Lentikuler : sebesar jagung atau kacang tanah (pada prurigo, ptiriasis rosea)  Numuler : sebesar uang logam (Rp 100)  Plakat : sebesar daun mangga (pada dermatitis numularis)  Geografis : lebih lebar dari daun mangga ( T. korporis, T. versicolor, Psoriasis)  Susunan :  Soliter : sendiri (nevus)  Berkelompok : (herpes zoster, dermatitis herpetiformis)

Page 6

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA)  Diseminata : menyebar rata ke seluruh permukaan tubuh tapi terpisah (varisela dan scabies)  Letak :  Diskret : terpisah satu sama lain(prurigo nodularis, varisela ringan)  Difus : merata sama besar jaraknya (miliaria rubra, akne vulgaris)  Konfluens : beberapa ruam bergabung (herpes zoster)  Gambaran :  Anuler : seperti cincin (T. korporis, MH, psoriasis, ptirisis rosea)  Kombiformis (hen and chiken configuration ) : Ruam besar dikelilingi ruam – ruam kecil (dermatitis kontak, kandidiasis intertrigo).  Polisiklis : beberapa lingkaran menjadi satu (impetigo krustosa, T. korporis).  Arsiner : setengah lingkaran (impetigo vesiko bulosa/krustosa)  Sirsiner : bulat seperti lingkaran (T. korporis, impetigo)

d. Apa penyebab timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di ekstrimitas kanan dan kiri disertai gatal ? Kemungkinan karena telah terinfeksi bakteri streptococcus atau staphylococcus, karena : 1. Hygine yang kurang 2. Daya tahan menurun : kekurangan gizi, anemia penyakit kronik, neoplasma ganas, DM 3. Telah ada penyakit lain di kulit : kerusakan epidermis → fungsi kulit sebagai pelindung terganggu → mudah terjadi infeksi. 4. Penggunaan obat-obatan yang bersifat imunosupresif 5. Kontak langsung/tak langsung dengan penderita

Page 7

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) e. Bagaimana mekanisme lepuh-lepuh berisi cairan bening di ekstrimitas kanan dan kiri disertai gatal ? Faktor resiko: kontak dengan penderita dan higienis buruk bakteri menempel di kulit Mengaktifkan limfosit T  mengeluarkan IL-4  menghasilkan IgE  faktor pertumbuhan sel mast meningkat  histamin  gatal

Koloni meningkat

Mengeluarkan eksotoksin Merusak desmosom (jembatan sel )

Epidermis terenggang (akantolisis)

Menyebabkan rongga antar s.korneum dan s. granulosum

Neutrofil migrasi ke dalam rongga Lepuh berisi cairan

f. Apa makna sejak 4 hari yang lalu ? menunjukkan infeksi akut, kemungkinan inkubasi dari bakteri pada impetigo krustosa kira-kira 10 hari sebelum munculnya keluhan sehingga terjadinya infitrasi PMN yang mengakibatkan timbulnya lepuh dan adanya pengeluaran histamine mengakibatkan timbulnya gatal

g. Mengapa lepuh mudah pecah dan menjadi koreng ? bagaimana mekanismenya? Lepuh mudah pecah karena letaknya superficial dan berdinding tipis, selain itu bakteri akan menghasilkan

eksotokin

yang

akan

melisiskan

protein-protein

melanosit

yang

akan

merenggangkan epidermis, sehingga tekanan akan bertambah dan mudah pecah. Apabila lepuh pecah akan mengeluarkan secret seropurulen kuning kecoklatan. Selanjutnya mengering membentuk krusta kekuningan. Page 8

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) Mekanismenya : Karena letak superficialis dan berdinding tipis → Lepuh mudah pecah → mengeluarkan secret seropurulen → mengering → krusta kekuningan / koreng

h. apa makna lepuh hanya terjadi di tungkai kanan dan kiri ? •

Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas.



Pada kasus, adanya hygine yang kurang dan malas mandi serta si Totong hobi bermain diluar, sehingga biasanya ekstremitas bagian bawah lebih mudah kotor dan terpapar kuman

2. Dalam 3 hari ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri dan tidak disertai demam. a. Apa makna 3 hari muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri ? Telah terjadi pembesaran kelenjar limfe inguinal guna memproteksi tubuh dari mikroorganisme pathogen, dimana pada kasus terjadi lesi pada kedua tungkai , upaya untuk membunuh bakteri tersebut didistribusikan ke pembuluh limfe regional/terdekat ,kelenjar getah bening tersebut dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh (limfosit, sel plasma, monosit) yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar dan muncul benjolan

b. Bagaimana mekanisme benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri ? Faktor resiko (kontak dengan penderita dan higienis buruk) → bakteri masuk dalam tubuh → infeksi bakteri pada kulit di tungkai → menyebar seluruh tubuh melalui aliran limfe → sel KGB menghasilkan pertahanan tubuh seperti limfosit, plasma, histiosit, monosit atau sel-sel radang (neutrofil) → pembesaran KGB → benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri

c. Apa makna keluhan tidak disertai demam ? Karena berdasarkan struktur anatomi dan histology, lepuh yang dialami totong masih berada pada superficial kulit→ belum terjadi infeksi sistemik. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya respon tubuh ke hipotalamus untuk meningkatkan set point → tidak terjadi demam

Page 9

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) 3. Saudara kembar Totong, si Teteng juga pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter. a. Apa makna saudara kembar Totong juga pernah menderita penyakit yang sama dan sembuh setelah berobat ke dokter ? Kemungkinan Totong telah tertular penyakit yang sama dengan Teteng. Penyakit impetigo crustosa merupakan penyakit yang sangat menular. Jadi Teteng yang merupakan saudara kembar Totong yang menderita penyakit yang sama 10 hari yg lalu merupakan salah satu factor resiko terjadinya penularan impetigo crustosa pada Totong. Sembuh setelah berobat kedokter menunjukkan bahwa tatalaksana yang diberikan oleh dokter sesuai dengan etiologi penyakit yang diderita Teteng

b. Apa makna 10 hari yang lalu? Kemungkinan pada waktu Teteng menderita penyakit ini, sudah terjadi penularan ke Totong tetapi masih dalam masa inkubasi sampai tanda dan gejala pada Totong muncul. Jadi setelah Teteng sembuh, barulah gejala yang sama dialami oleh Totong

c. Adakah hubungan antara keluhan yang dialami Totong dengan gangguan yang diderita Teteng? Ada, karena Teteng dan Totong adalah saudara kembar jadi intensitas bermain bersama atau kontak langsung lebih banyak sehingga merupakan faktor risiko untuk tertular impetigo crustosa

4. Mereka sering menggunakan baju dan handuk bersama serta sering bermain di luar rumah dan malas bila disuruh mandi. a. Apakah dampak menggunakan baju dan handuk bersama ? Dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit-penyakit infeksi kulit yang dapat ditularkan melalui kontak langsung misalnya pada kasus ini adalah impetigo krustosa. Kontak langsung/tak langsung dengan pendeita merupakan salah satu faktor resiko penyakit ini. Pada kasus ini, penggunaan baju dan handuk bersama ditambah dengan riwayat penyakit kulit (impetigo krustosa) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penularan penyakit kulit. (kemungkinan vesikel yang ada pada lesi kulit Teteng pecah dan seropurulen pada lesi menempel di baju Teteng dan kemudian di pakai Totong)

Page 10

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) b. Apakah dampak malas mandi dan sering bermain di luar rumah ? Malas mandi dan sering bermain di luar menyebabkan higienis buruk pada seseorang yang merupakan salah satu faktor resiko terjadinya infeksi kulit.

c. Bagaimana cara penularan penyakitnya ? •

Kontak langsung dengan pasien impetigo



Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo



Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab



Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat



Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik



langsung (daerah yang terinfeksi digaruk, kemudian jari menggaruk daerah lain ataupun tangan yang terinfeksi menyentuh barang-barang lain sehingga menyebabkan barang tersebut terkontaminasi

5. Keadaan Spesifik : KGB inguinalis lateral dextra et sinistra : terdapat pembesaran berupa nodul, 2 buah, bulat, diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan. a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme keadaan spesifik ? Interpretasi : KGB membesar Mekanisme : Faktor resiko (kontak dengan penderita dan higienis buruk) → bakteri masuk dalam tubuh → infeksi bakteri pada kulit di tungkai → menyebar seluruh tubuh melalui aliran limfe → sel KGB menghasilkan pertahanan tubuh seperti limfosit, plasma, histiosit, monosit atau sel-sel radang (neutrofil) → pembesaran KGB → tampak pembesaran berupa nodul, 2 buah, bulat, diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan

6. Status dermatologikus : regio extremitas inferior dextra et sinistra : plak eritem multipel, bulat, lentikuler, diskret, dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan. a. bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan status dermatologikus? plak eritem multipel : sudah terjadi eflorensi berupa peninggian diatas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat), berwarna kemerahan dan berjumlah banyak bulat : berbentuk bulat lentikuler : ukuran sebesar biji jagung diskret : terpisah antara satu dengan yang lain Page 11

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) permukaan ditutupi krusta kekuningan : ditutupi oleh materi padat yang terbentuk dari pengeringan eksudat

mekanisme : infeksi kulit → kerusakan desmosom (jembatan sel) → epidemis teregang (akantolisis) → migrasi neutrofil ke rongga antara stratum korneum dan stratum granulosum → lepuh berisi cairan (vesikel) → plak eritem multiple, bulat, lentikular, diskret → pecah → mengeluarkan secret seropurulen kuning kecoklatan → mongering dan membentuk krusta berlapis-lapis berwarna kuning keemasan (honey-colored)

CARA MENDIAGNOSIS 1) anamnesis 2) pemeriksaan fisik 3) pemeriksaan penunjang

DIAGNOSIS BANDING Gejala Kulit lepuh berisi cairan Gatal Predileksi

Riwayat kontak dengan penderita Higien buruk Demam Pembesaran KGB Status dermatologikus

Impetigo krustosa +

Ektima +

Varisela +

+ Mulut, leher, hidung, tungkai bawah dan atas

+ Menyebar

+

+ Kepala, mulut, hidung, ketiak, tungkai bawah +

+ +/+ Krusta kuning, dasarnya erosi

+ Krusta kuning, dasarnya ulkus

+ Krusta hitam

+

PEMERIKSAAN TAMBAHAN 1) pewarnaan Gram : ditemukan coccus Gram positif yang lebih terlihat bila pemeriksaan dilakukan saat lesi masih berupa vesikel 2) biakan kuman : pemeriksaan biakan kuman dan sensitivitas bila terapi tidak menghasilkan respon baik yang menunjukkan sudah terjadi resistensi kuman 3) tes serologi : didapatkan ASO titer positif lemah pada pioderma streptococcus. Leukositosis ditemukan pada sebagian penderita impetigo krustosa Page 12

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) 4) histopatologi

WD Impetigo Krustosa / impetigo non bulosa / impetigo contangiosa

TATALAKSANA Promotif : memberikan edukasi tentang menjaga kebersihan Preventif : 

Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.



Menindak lanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang terkena untuk mencegah infeksi.



Mengurangi kontak dekat dengan penderita



Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapatmelakukan beberapa tindakan pencegahan berupa:  Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalirserta membalut lesi.  Mencuci

pakaian,

kain,

atau

handuk

penderita

setiap

hari

dan

tidak

menggunakanperalatan harian bersama-sama.  Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu mencuci tangan sampai bersih.  Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.

Kuratif : Khusus Sistemik : eritromisin syr 2 x 1 cth Topikal : Untuk krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-6%, dikompres 4x/hari. Bila krusta sudah hilang dan dasar terlihat oleskan Gentamicyn cream 4x/hari.

1. Terapi Sistemik Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi yang luasatau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik. a. Pilihan Pertama (Golongan ß Lactam) Golongan Penicilin (bakterisid) 

Amoksisilin + Asam klavulanat Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.

Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid) Page 13

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) 

Sefaleksin Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10 hari.



Kloksasilin Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.

b. Pilihan Kedua Golongan Makrolida (bakteriostatik) 

Eritromisin Dosis 30-50mg/kgBB/hari.



Azitromisin Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.

2. Terapi Topikal Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksisterhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas disekolah atau tempatlainnya. Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari. 

Mupirocin Mupirocin ( pseudomonic acid ) merupakan antibiotik yang berasal dari Pseudomonas fluorescent. Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat sintesis protein (asam amino) dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetase sehingga menghambat aktivitas coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan sebagian besar Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk pengobatanimpetigo yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus pyogenes

 Asam Fusidat Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krimasam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin topikal.  Bacitracin Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dindingsel bakteri dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus Page 14

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) dan Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial kulit seperti impetigo.  Retapamulin Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase. Salap Retapamulin 1% telah diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) padatahun 2007 sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dantelah menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapaobat seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat, mupirosin, azitromisin.

KOMPLIKASI 1. Ektima Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis menjadiektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai dengan adanyaulkus dan krusta tebal. 2. Selulitis dan Erisepelas Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis danerisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan eritemasetempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam. Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial ditandai denganeritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai gejala prodromal 3. Glomerulonefritis Post Streptococcal Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%-5%).Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada buktiyang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang disebabkan oleh Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap individu,tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik. Faktor yang berperanpenting atas terjadinya GNAPS yaitu serotype Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 sertastrain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis setelah pioderma streptococcalsekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik ataumikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi. 4. Rheumatic Fever. Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi streptokokusyang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang. 5. Pneumonia. Page 15

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini biasaterjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan system imunitas. 6. Infeksi Methicilin- resistant staphylococcus aureus (MRSA). MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap sejumlahantibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit yang sangat sulit diobati.Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem, papul, atau abses yang mengeluarkanpus. MRSA juga dapat menyebabkan pneumonia dan bakterimia.

PROGNOSIS •

Quo ad vitam

: bonam



Quo ad fungsionam

: bonam

KDU

Kompetensi 4 Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas).

PANDANGAN ISLAM

Artinya : “dan pakaianmu bersihkanlah”, QS. Al Muddatstsir : 4

Artinya : “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Page 16

IMPETIGO KRUSTOSA (CONTANGIOSA) Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”

KESIMPULAN Totong, 4 tahun, mengeluh timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal karena mengalami impetigo krustosa (contangiosum).

SKEMA SINTESIS Kontak langsung / tidak langsung pada penderita

Higienitas buruk

Impetigo contangiosum

Invasi bakteri Gram (+) di kulit

Imunitas belum Sempurna

Mengeluarkan eksotoksin

Lepuh berisi cairang bening

Sekresi histamin

Masuk ke aliran limfe

Pecah dan membentuk sekret

Gatal

KGB regional membesar

Krusta kekuningan

Page 17

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"