Iktikaf Kontemplasi Di Masjid Pondok Indah

  • Uploaded by: adam
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Iktikaf Kontemplasi Di Masjid Pondok Indah as PDF for free.

More details

  • Words: 933
  • Pages: 3
E

B

A H A N

T

B

A C A A N

A Z K I R A H

Iktikaf Kontemplasi di Masjid Pondok Indah D

ingin angin malam menembus tulang. Jakarta malam itu seperti malammalam biasanya, meski relatif lebih sejuk. Adakah itu berkat lantunan dzikir dan puji-pujian dari masjid-masjid masih penuh jamaah kendati pagi hampir menjelang.

Sesungguhnya, malam-malam berlalu begitu singkat bagi mereka yang sibuk bermunajat. Ramadhan esok berujung, namun para pecinta masjid tak harus terpisah dari rahmat dan berkahNya. "Rabbanaa dhalamnaa anfusanaa waillam taghfirlanaa watarhamnaa lanakuunannna minal khosiriin. Yaa Allah betapa dhalimnya kami, namun bila Engkau tak mengampuni dan mengasihi kami, maka....." Sebaris panjang doa Nabi Adam berkumandang pada sepertiga akhir malam. Kala itu mereka yang serba kecukupan lelap tertidur dalam balutan lelah. Dalam raga dan jiwa yang lelah. Saat itu pula di sebuah masjid di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, beberapa warganya terpanggil untuk bermuhasabah. Dzikir taubah itu menjadi obat bagi hati-hati gelisah. Beberapa artis, professional muda, eksekutif dan kalangan terpandang memenuhi masjid itu untuk menjalankan qiyamullail berjamaah dan berdzikir taubah. Ada Dwiki Darmawan, para pimpinan perbankan, seniman, juga kawula muda pria wanita. "Hidup ini butuh tuntunan. Banyak yang tersesat hidupnya hingga salah jalan. Mereka terseret, terseok dan berjalan dengan pincang. Karena sebagian tata krama hidup mereka hablun minannas (hubungan antar sesama) diabaikan. Tak ketinggalan hablun minallah, juga demikian. Laa ilaaha illaa anta subhaanaka inni kuntu minadzaalimiin, sesungguhnya kami ini ya Allah hambamu yang dzalim," demikian wacana pembuka yang disampaikan imam dzikir masjid Pondok Indah, malam itu, Ustadz H Toto Tasmara.

Iktikaf Kontemplasi di Masjid Pondok Indah_________________________________

Ia kemudian mengingatkan para jamaah iktikaf bahwa waktu terus berjalan. Dulu mereka muda belia, nikmati hidup suka cita. Kini sebagian dari mereka telah berkeluarga dan juga melahirkan beberapa keluarga. "Barangkali tak lama lagi Tuhan akan memanggil beberapa. Betapa dekatnya saat kematian itu. Dunia ini betapa hanya persinggahan sementara. Kakek nenek telah tiada, kini tiba giliran beberapa di antara kita menggantikannya. Wahai saudarasaudaraku, sudahkah benar imanmu dan cukupkah bekal matimu?" ucap Toto melempar retorika. Dia lalu mengingatkan bahwa di antara tata krama hidup yang jamak diabaikan orang di antaranya justru berbakti kepada kedua orangtua. Maka ia meminta jamaah untuk mengenang orang tua mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada. "Mengingat bunda yang mengandung kita dengan susah payah, mengingat ayah yang tak kenal lelah mencarikan nafkah. Tapi apakah kami anak-anak beliau telah menyenangkan mereka? Bukankah selama ini kami hanya membuatnya lelah, menyusahkannya, membuatnya menangis dan bekerja lebih keras. Kami tak ubahnya hanya pemeras. Kini mereka telah renta, bahkan beberapa di antaranya telah tiada. Pernahkah kita membalas kebaikannya, perjuangannya, dan menyayanginya saat hidup maupun setelah mereka mati. Betapa mereka yang ada di alam barzah, kini mengharapkan tetes-tetes embun doa kita, sementara kita tidak pernah tahu dan bahkan tidak mau tahu. Sementara perilaku keseharian kita hanya memeperberat beban mereka di sana." Seketika para jamaah itikaf menangis sesenggukan. "Ibu bapak kita yang di alam kubur, kini beristirahat sejenak dari siksa kubur. Sebentar lagi, ramadhan usai. Pembalasan Allah bakal kembali dimulai. Malaikat munkar nakir akan terus menanyai. Dan siksa kubur akan mendera kembali," tutur Toto. Dia meminta para jamaah untuk sejenak merelakan hati menangis kepada Allah sambil berdoa. Pada beberapa ayat terakhir surah Az Zumar disebutkan bahwa berdoa dengan menangis menunjukkan kecintaan kepada Allah. Robanagfirlanaa waliwaalidaynaa warhamhumaa kamaa rabbyaana shighooraa. Yaa Allah, ampinilah ibu bapak kami, sayangilah mereka seperti mereka sayangi kami kala kami kecil. Lapangkanlah kubur ibu bapak kami, dan berilah mereka tempat yang terpuji di sisimu. "Jamaah i'tikaf sekalian, tidakkah kita sadari betapa sering kita menyakiti kedua orang tua kita. Ketauilah bahwa rasulullah dalam sabdanya mengingatkan bahwa tidak ada dosa yang paling besar kecuali menyakiti hati kedua orang tua. Maka, marilah kita panjatkan doa istighfar pada Allah untuk kita dan kedua orang tua kita. Sebelum kita mati, belum ada kata terlambat,"paparnya. Toto juga meminta para jamaah untuk merenung. Ketika orang tua kita meninggal dunia, hanyalah kita satu-satunya pengharapan doa buat mereka, agar ringan siksa kuburnya, agar berat perhitungan amal kebaikannya saat dihisab kelak. Iktikaf Kontemplasi di Masjid Pondok Indah_________________________________

Tapi, siapakah yang akan mendoakan mereka ketika nantinya kita semua juga mati. Sementara yaumul qiyamah masih 100 juta tahun lagi, betapa lama alam barzah itu. Toto menuntun jamaah untuk mengucap dzikir taubah dengan doa nabi yunus kala ditelan ikan, dengan doa nabi adam, dengan doa istigfar dan ditutup dengan doa perlindungan. Hasbunallah wani'mal wakiil, ni'mal maulaa wani'mannashiir laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adziim. I'tikaf itu ditutup dengan qiyamullail sebanyak 8 rakaat serta 3 rakaat witir. Di kesempatan i'tikaf itu hati-hati gelisah menemukan kesejatiannya. Mereka disegarkan kembali pada kebajikan utama yang seharusnya dilakukan. Berbuat amar ma'ruf nahi munkar dan berbakti kepada kedua orang tua, baik orang tua yang masih hidup maupun yang telah tiada. Totasmara sengaja memakmurkan masjid dengan i'tikaf. Ia bersama Barisan Muda Penegak Amanat Nasional DKI Jakarta melakukan safari i'tikaf di beberapa masjid besar di DKI. Diantaranya, masjid Pondok Indah, Masjid Istiqlal dan Masjid At Tiin. Jamaahnya adalah bukan orang sembarangan, melainkan kalangan berkelas. Ia melihat gempuran duniawi begitu keras mendera mereka. Gaya hidup yang mengagungkan penghargaan materi lebih mendominasi. Terpaan maksiat dan kemungkaran setiap hari mengaburkan penglihatan mata hati dan mengguncangkan fondasi iman. Inilah saatnya manusia butuh katarsis, pelepasan ruhani dari kerak dan debu pengotor qalbu. Karenanya, majelis dzikir itu juga menghadirkan wacana perenungan atau kontemplasi. "Ini juga saatnya mereka berkontemplasi, melakukan perenungan untuk meneduhkan pandangan dan mengerem hasrat keduniawian. Karena kita manusia ini ada dua bagian yang hidup, raga dan ruh. Jangan biarkan raga kita kekenyangan sementara ruh kita kelaparan. Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menambah energi batin, menghidupi ruh dan menyiraminya seperti tanaman dengan iman islam," jelasnya. c11

Related Documents

Iktikaf
October 2019 34
Di Pondok Kecil
October 2019 43
Pondok
May 2020 21
5- Adap Di Masjid
June 2020 26

More Documents from "Mohd Faizal Othman"