Iam Not A Jurnalism

  • Uploaded by: Wahyu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Iam Not A Jurnalism as PDF for free.

More details

  • Words: 1,630
  • Pages: 6
Cerpen

I am not a Jurnalism Hari ini sabtu, 13 Desember 2008 tepat pukul 14.06 lewat 34 detik aku berada di sebuah ruangan berbentuk persegi dengan penatan arsitek yang menarik, karena ruangan ini walaupun bentuknya segi empat namun penataan isinya tidak seperti bangunan kotak lainnya. Semua isinya disusun secara diagonal, dipojokan sebelah kanan terdapat sebuah panggung yang didepannya terdapat susunan meja panjang yang terbuat dari kayu dengan kualitas lumayan dan kursi bagi audience yang sangat empuk untuk diduduki, tentunya setelah audience duduk disini akan merasa betah bahkan tertidur saat acara di panggung depan itu dimulai. Diatas panggung tersebut terdapat sebuah meja panjang yang dilapisi dengan sebuah kain yang berwarna putih yang dihiasi dengan empat buah pita bunga yang berwana pink dan untaian kain putih pada pojok depan atas dari kain penutup meja tersebut. Diatas meja tersebut terdapat dua buah microfon dan satu buah pot dengan bunga palsu yang dengan kepalsuannya dapat membuat sesuatu yang tidak menarik menjadi menarik untuk dlihat. Tepat dibelakang meja tersebut terdapat empat buah kursi yang menghadap kearah audience. Di samping kiri dari panggung tersebut terdapat sebuah podium yang disiapkan bagi pemateri dan pada pojokan kanan atas dari penggung ini terdapat sebuh LCD dan layar. Ruangan ini adalah sebuah ruangan seminar di salah satu perpustakaan kampus yaitu perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM). Jujur selama hampir dua tahun setengah aku kuliah di universitas ini dan bolak-balik keperps ini untuk meminjam buku yang sudah kusam karena dimakan umur baru kali ini memasuki ruangan ini. Benda lain yang menghiasi ruangan ini adalah sebuah spanduk dengan tulisan: Training Jurnalistik

Batu, 12 Desember 2008

Membangun Skill Jurnalistik Be a Good Writer

Aku berpikir dari mana orang-orang ini dapat spanduk ini bahkan tempat dan tanggal pelaksanaannya saja tidak sesuai. Mungkin yang nulis ngantuk pikir aku dalam hati. Aku hari ini memang berada disebuah forum training jurnalistik yang diadakan olh KPPJ (Komunitas Pelajar Penulis Jurnalistik) yang diketuai oleh seoarang laki-laki muda dan tampan yang bernama Mochamad Iqbal. Aku ikut acara ini karena undangan dari seorang temanku yang bernama Antis R.R. Diniy tepat dua hari yang lalu saat aku baru bangun tidur melalui sebuah pesan pendek. Dia adalah sekretaris di komunitas ini, aku tidak tahu pasti gadis aktivis yang selalu berkerudung hampir sampai pinggul dan berkacamata ini suka menulis berita karena aku tidak pernah membaca tulisannya atau dengan kata lain aku memang tidak suka membaca berita, tapi yang jelas hampir disetiap komunitas yang dia ikuti dia memang menjadi sekretaris. Temasuk saat kerja kelompok dengannya sewaktu membuat laporan atau makalah. Pagi sebelumnya sekitar jam 7 lewat 48 menit aku siap-siap berangkat keacara ini dengan semangat yang tinggi, karena acaranya yang gratis dan menarik untuk mengisi waktuku. Aku sengaja datang lebih awal karena menurut undangan yang aku dapat acaranya akan dimulai jam 8 tepat. Tapi jujur aku kecewa karena panitia tidak menepati janjinya sesuai jadwal sudah hampir satu jam aku diruangan ini dengan dua orang temanku yang kebetulan mereka juga datang agak telat yang satu namanya Wahyu sama dengan namaku dia asli Magetan dan satunya lagi yang putih dan kurus , anak lombok ini bernama Chandra. Aku merasa jengkel dengan keadaan ini apalagi tadi pagi aku belum sarapa, maksudku makan pagi. Entah apakah dua orang disampingku itu juga merasakan hal yang sama. Tapi yang jelas aku tahu adalah perasaanku sendiri, karena aku paling tidak suka menunggu orang-orang yang ga tepat waktu. Aku jadi ingat kata-kata temenku suatu hari saat aku telat katanya menunggu itu menyakitkan. Tapi menurutku semua itu juga bukan salahku tapi salahnya sistem yang ada di negara ini karena di negara penghasil minyak ini masyarakatnya harus mengantri begitu lama buat mengisi satu liter bensin. Namun aku juga tidak pernah bisa menyalahkan pemerintah, karena semuanya ini juga bukan kehendak pemerintah.

Aku lihat kembali jam tangan jelekku ternyata sudah jam 9 lewat 27 menit berarti sudah hampir satu jam setengah pesawat yang membawa penumpang sekitar 100 orang lebih ini di delay padahal pemateri pertamanya juga sudah datang dari jam delapan tadi kerena menurut jadwal dia akan mulai menyampaikan materi sejak jam 8 lewat 30 menit yang lalu. Kelihatannya orang ini benar-benar menghargai waktu dan diapun kelihatannya sudah bosn menunggu. Brengsek betul orang-orang penting ini yang membuang-buang waktu orang-orang gak penting seperti aku ini atau mungkin seluruh audience di dalam forum terhormat yang brengsek ini pikirku. Selain itu aku juga merasa gak enak karena hampir seluruh peserta disini cewek aku ibarat bangsa pribumi yang sedang dijajah, dijajah oleh rasa malu tepatnya. Aku juga sudah bosan melihat orang dibelakang meja panjang diatas panggung yang dari tadi gonta-ganti laptop karena tampilan layar laptopnnya tidak dapat ditampilkan melalui LCD namun hal itu berlalu setelah seorang teknisi perpustakaan datang membantu, aku berpikir kenapa dari tadi tidak minta tolong sama orang yang tahu masalah itu dari pada bolak-balik mencabut dan memasang kabel LCD tersebut. Memang kadang sifat egois dan sok tahu mengalahkan semuanya. Tiba-tiba seorang panitia kurus dan agak hitam mengucapkan salam dan berkata-kata

laksana seorang penyair yang menurutku lumayan menghibur,

karena aku sudah lama menunggu acara ini dibuka. Pria itu merupakan Mastering of Ceremony acara ini kelihatan dari kata-kata yang diucapkannya dia menurutku lebih tepat disebut penayair dari pada jurnalis. Diapun segera membaca susunan acara dan setelah itu dia membuka acaranya dan memanggil seorang Qori dan tilawah untuk membacakan beberapa baris ayat suci Qur’an surah 68 ayat 1-7. Ayat-ayat ini setidaknya dapat menenengkan pikiranku. Mungkin kebesaran Allah tidak akan ada habisnya. DR. Kertahadi, M.Com. itulah nama pemteri pertama kali ini orangnya tinggi sekitar 180an dan kurus dengan sebuah buku tebal di antara jepitan ketiaknya. Dengan gelar yang dimilikinya setidaknya sudah membuat Mastering of Ceremony saat ini merasa agak malu karena dia salah mengartikan M.Com sebagai master computer, padahal gelar itu jauh berbeda karena M.Com berbeda dengan M.Comm. Sebenarnya M. Com adalah singkatan dari Master of

Commerce. Mungkin demikian gelarnya karena jujur aku juga baru pertama kali mendengar gelar itu, sungguh suatu gelar yang aneh dan langka. Aneh yang timbul karena kelangkaannya sehingga sering menimbulkan salah persepsi pembaca atau pendengarnya. Dia mendapatkan gelar ini memang tidak di negara ini, tapi disalah satu universitas di Sidney. Pak Kertahadi menyampaikan materi tentang motivasi menulis karya ilmiah. Pelajaran yang mungkin aku dapat adalah “Menulis dapat mnghilangkan strees karena rasa tertekan itu apaila kita tuangkan dalam bentuk tulisan sebagian rasa tertekan itu akan hilang dimakan oleh tulisan yang kita tulis”. Dan itu memang terbukti karena saat ini pada pemateri ketiga yang bernama Bapak Rully, Cuma iu nama yang aku ingat lengkapnya lupa karena aku memang sulit mengingat nama sehingga nama pemateri keduapun aku lupa sama sekali bahkan materinya yang aku ingat dia Cuma membahas masalah kompas dan jawa pos. Sebenarnya nama lengkap pematri kedua ini adalah Fauzi A. Muda seorang penulis muda ini aku lihat dari sertifikat yang aku dapat, dan nama bapak Rully adalah Rully Novianto merupakan salah satu alumni UM yang mungkin kerja di Perprov Bapemas Jatim karena awal pembukaan dialah yang mewakili lembaga ini membuka forum brengsek ini. Brengsek karena panitianya tidak menghargai waktu dan selalu mengawalinya telat dari waktu sebenarnya. Mungkin itulah kenapa tanggal di spanduk itu bukan tagal 13 tapi 12 karena budaya karet di Indonesia ini tidak pernah berubah aku malu ketika aku mendengar cerita temanku yang mendapat beasiswa Exchange Student ke Thailand. Dia menceritakan betapa tingginya sikap menghargai waktu disana dan sifat nasionalisme yang besar juga terdapat disana. Sehingga dia sendiri berkata malu jadi orang Indonesia disana, dan untuk menghilangkan rasa malunya itu dia selalu menjawab bahwa dia adalah orang Malaysia. Aku tertawa mengingat ceritanya, kasian Malaysia yang tidak tau apa-apa. Sebenarnya saat ini Pak Rully yang tadinya menyampaikan materi Fotografi dan memerintahkan pada kami membuat sebuah berita tentang kegiatan hari ini dan bagi pemenangnya akan mendapatkan sebuah hadiah berupa kamera pocket yang harganya jutaan, sehingga aku bingung dan stress. Sebenarnya aku bingung dan strees bukan karena ingin mendapatkan hadiah itu tapi karena aku

tidak bisa menulis berita dan aku malu kalau sampai hanya aku yang tidak menulis karena semua orang disini sudah mengeluarkan kertas dan pulpennya, sedangkan aku yang tidak pernah menulis berita ini hanya dari kosanku hanya membawa satu buah pulpen murahan. Dengan rasa tertekan terpaksa aku meminta kertas sama temanku anak lombok tadi, dan inilah berita itu. Aku tidak yahu apakah ini sebuah berita atau sebuah curahan hati karena aku pikir, ” I cant write a news because I am not a jurnalism but I can to be a Good Writer”, yang jelas teori yang disampaikan oleh pak Kertahadi pada awal-awal tadi memang benar, karena sekarang rasa tertekanku telah hilang dan berganti dengan semangat karena aku benar-benar ingin menerbitkan berita ini. Karena aku ingin menyampaikan hal-hal yang aku terima hari ini yaitu, “Berpikirlah positif dan lakukanlah apa yang kamu anggap tidak mampu kamu lakukan karena mungkin hasilnya akan lebih baik dari yang kamu pikirkan. Tuangkanlah semua pikiran positif itu dalam sebuah lukisan fisik yang berupa tulisan, karena semua itu akan menjadi warisan buat kamu dan orang lain”. “Don’t Think to Be the Best, but Think to Do the Best” By: Wahyu Wardani

CURRICULUM VITAE

Nama Tempat Tanggal Lahir Agama Jenis Kelamin Status Anak ke Saudara Kandung E-mail/Blog Alamat Asal

: : : : : : : : :

Alamat di Malang

:

No. Telp/HP Riwaya Pendidikan

: :

Motto

:

Rekening: Wahyu Wardani BRI Capem Malang Kawi 0051-01-058091-50-5

Wahyu Wardani Bakau, 28 Oktober 1989 Islam Laki-laki Mahasiswa 1 (Pertama) 3 orang [email protected]/http:\\kaselaboy.blogspot.com\ Bakau Rt. 1/1 Kecamatan Pamukan Utara, Kotabaru Kal imantan Selatan Jl Sumbersari Gg. V No. 485 C Malang Jawa Timur Kodepos 65145 085259387847 - SDN Bakau 1 lulus tahun 2001 - SMP Negeri 1 Pamukan Utara lulus tahun 2004 - SMA Negeri 1 Kotabaru lulus tahun 2006 - Mahasiswa UM sampai sekarang - Zikir, Pikir, Ikhtiar (ZiPiIkh) - Sesulit apapun pekerjaan itu pasti ada jalan keluar serta hikmah dilbalik semua pekerjaan tersebut. - Don’t Think To Be The Best But Think To Do The Best

Related Documents

Iam Not A Jurnalism
November 2019 26
Iam Not Superhero.docx
November 2019 38
Jurnalism...
May 2020 12
Iam Mogi
July 2020 16
Iam Prehospitalario
April 2020 27
Not A
June 2020 16

More Documents from ""