HIPEREMESIS GRAVIDARUM No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
0
1/3
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian
Ditetapkan dr. Imelda Tandiyo, FASE, MM Direktur Utama
Hiperemesis adalah keadaan dimana penderita mual, muntah – muntah yang berlebihan ≥ 10x dalam 24 jam atau setiap saat sehingga mengganggu
Tujuan
kesehatan dan pekerjaan sehari – hari. 1. Memberikan pedoman petugas tentang langkah – langkah pengelolaan hiperemesis gravidarum, sehingga tindakan yang di lakukan dapat di pertanggung jawabkan. 2. Agar penderita mendapat pertolongan segera dan dapat mengantisipasi supaya tidak jatuh dalam keadaan yang lebih berat atau jelek. 3. Petugas dapat mengetahui kriteria diagnosis hiperemesis gravidarum, yaitu : A. Tingkat I. • Mual/muntah yang terus menerus. • Perasaan lemah. • Nafsu makan tidak ada. • Berat badan menurun. • Perasaan nyeri di epigastrium. • Nadi meningkat, sekitar 100x/menit. • Tekanan darah sistolik turun. • Turgor kulit mengurang. • Lidah kering, mata cekung. B. Tingkat II. • Tampak lebih lemah dan apatis. • Lidah kering dan tampak kotor. • Nadi lebih kecil cepat. • Kadang – kadang suhu naik sedikit. • Mata sedikit interik. • Berat badan menurun. • Mata cekung. • Tekanan darah menurun. • Hemokonsentrasi, oliguri, konstipasi.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
0
2/3
Tanggal Terbit
Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
dr. Imelda Tandiyo, FASE, MM Direktur Utama • Nafas bau aceton dan aceton dalam urine. C. Tingkat III. • Keadaan umum lebih memburuk dan lebih payah. • Tumpah berhenti. • Kesadaran menurun dari somnolen sampai coma. • Nadi lebih kecil dan cepat. • Suhu lebih meningkat.
•
Tensi lebih menurun.
•
Ensefalopathi
Wernicke
(nistagmus,
diplopia,
perubahan mental). • Ikterik. 4. Diagnosa banding. • Kehamilan dengan ikterik. • Kehamilan dengan hipertensi. • Kehamilan dengan appendicitis akut. • Kehamilan dengan pielonefritis. • Kehamilan dengan ulcus vetriculi. 4. Pemeriksaan penunjang :
Kebijakan
Urine (aceton)
.Fungsi hepar. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. 4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. 5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011Tentang RegistrasTenaga Kesehatan. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
HIPEREMESIS GRAVIDARUM No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
0
3/3
Tanggal Terbit
Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
dr. Imelda Tandiyo, FASE, MM Direktur Utama 7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991. 8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004 9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006 10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Rumah Sakit Indriati Solo Baru Nomor
/ /
/2017 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Indriati
Solo Baru
Prosedur
1. Pasang infus RL, dilakukan rehidrasi. 2. Di berikan anti emesis 3.
KIE.
4. USG bila kondisi sudah membaik, memastokan ada tidaknya kehamilan kembar atau kehamilan mola.
Unit terkait
Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak.