REFERAT ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh : ALFI FAIZA RAHMAN 201410330311072 RSU HAJI SURABAYA/B1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019
BAB I PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (vomiting), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah dapat terjadi pada hampir 50% kasus ibu hamil, dan terbanyakpada usia kehamilan 6-12 minggu. Keluhan mual muntah sering terjadi pada waktu pagi hari sehingga dikenal juga dengan “morning sickines”. Juga terdapat keluhan [tialisme, hipersalivasi yaitu banyak meludah. Elupsi gravidarum, infeksi gingivitis dapat menyebabkan perdarahan gusi (Prawirohardjo, 2016). Apabila mual muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan
komplikasi,
keadaan
ini
disebut
hiperemesis
gravidarum.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemi dan penurunan berat bada lebih dari 3 kg atau 5% dari berat badan sebelumnya (Gunawan, 2011). Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain hiperemesis grvidarum pada kehamialn sebelumnya, berat badan berlebihan, kehamilan multiple, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok (Gunawan,2011).
BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Hiperemesis Gravidarum 2.1.1. Definisi Hiperemesis gestasional adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerja sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2016). 2.1.2 Etiologi Etiologi hiperemesis gravidarum berkaitan erat dengan etiologi pada mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamilbelum diketahui tetapi terdapat beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan psikologis (Neibyl,2010). 2.1.3 Patofisiologi Hiperemesis gravidarum disebabkan oleh peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi esterogen, yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan pada kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi dari
pada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. (Chunningham,2005). Progesteron juga diduga dapat menyebaban mual dan muntah dengan cara menghambat miltilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan dengan hipermeesis gravidarum meskipun mekanismenya belum diketahui (Jueckstock,2010). 2.1.4 Klasifikasi Secara klinis hiperemesi gravidarum dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu :
Tingkat 1 Muntah yang terus menerus, timbul intoleransai terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali permenit, dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih
normal (Prawirohardjo, 2016). Tingkat 2 Gejala berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebris, nadi cepat ebih dari 100-140 kali permenit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin dan berat
badan cepat menurun (Prawirohardjo, 2016). Tingkat 3
Walaupun kondisi tingakat III sangat jarang, ayang mulai tejadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetepai dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung,
bilirubin
dan
proteinuria
dalam
urin
(Prawirohardjo, 2016). 2.1.5 Diagnosis Menegakkan diagnosis pada hipermesis gravidarum diawali dengan penegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu.
Anamnesis : didapatkan keluhan aminore, serta mual muntah berat yang
dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali permenit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma) Pemeriksaan fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucehr uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru
(livide). Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun
kehamilan molehidatidosa. Pemeriksaan laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit,
shift to the left, benda keton, dan proteinuria. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan beberapa kondisi mual dan muntah dalm kehamilan
Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum Mual dan muntah dikeluhkan Mual dan muntah menganggu terus
melewati
20
minggu
pertama kehamilan Tidak menganggu
sehari-hari Tidak menimbulkan komplikasi
aktivitas
aktivitas sehari-hari Mual dan muntah menimbulkan (ketonuria,
dapat
komplikasi dehidrasi,
hipokalemia, penurunan berat
patologis
badan) Tabel 2.1 definisi mual dan muntah dalam kehamilan
2.1.6 Tatalaksana Tatalaksan awal pada pasien hiepremesis gravidarum harus di rawat inap dirumah sakit dengan dilakukan rehidrasi cairan natrium klorida atau ringger laktat jika ibu mengalami dehidrasi, penghentian makanan per-oral selama 24-48 jam, pemberian vitamin dan pemberian antiemetik pada pasien.
Tatalaksana non farmakologi Tatalaksana awal maual muntah tanpa komplikasi adalah istirahata dan meng hindari makanan yang dapat merangsang seperti makanan peds, makanan berlemak, arau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan (Jueckstock,2010). Pada klasifikasi hperemesis gravidarum terdapat masing-masing terapi diet yang dianjurkan seperti berikut :
-
Diet hiperemesis I : makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi diberika 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali viamin C sehingaa hanya diberikan beberapa hari saja.
-
Diet hipermesis II : diberikan bila mual dan muntah berkurang. Secara berangsung mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
-
Diet hiperemesis III : diberikan kepada penderita hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minum boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium (Praworihardjo, 2016).
Tatalaksan farmakologi Pada hiperemesis gravidarum pemeberian obat-obatan dapat diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil. Pemberian obat secara intravena dp[ertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. American
College
of
Obstetricians
and
Gynecologists
(ACOG)
merekomendasikan 10 mg pridosiksin di tambah 12,5 doxylamine peroral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang mana dan efektif. Kombinasi piridosin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan (Neibyl,2010). Antiemetik
seperti
prokloperazin,
prometazin,
kloprozamin
menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic deopamine reseptors melalui efek antikolinergik dan penekanan
reticular
activating
system.
Obat-onbatan
tersebut
dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali dan glaukoma sudutu tertutup (Gunawan,2011). Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondan setron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaanya dalm kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondan setron memiliki efeksamping sama seperti prometazin tetapi efek samping sedasi ondansetron dalam sedasi lebih kecil. Ondansetrontidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada pengunaannya dalam trimester pertama kehamilan (Neibyl,2010).
Terapi alternatif Terapi alternatif seperti akupuntur dan jahe telah diteliti unutk penatalaksanna mual dan muntah dalam kehamilan, akar jahe adalh salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan
aktifya, gingerol, dapatmenghambat pertumbuhan seluruh galur H.pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag)A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomizedtrials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan. Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari (Gunawan,2011) Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan acupressure,4 namun The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan (Gunawan,2011)
Gambar 2.1 algoritme terapi farmakolgik untuk mual dan muntah dalam kehamilan
Gambar 2.2 Obat-obatan untuk tatalaksan mual dan muntah dalam kehamilan
2.1.7 Prognosis Jika dalam penegakkan diagnosis yang diambil dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tepat dan benar maka terapi yang akan diberikan juga akan tepat, ketepatan terapi bisa dari berkurangnya frekuensi mual dan muntah, serta perbaikan tanda tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
BAB III KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual yang terjadi pada awalkehamilan sampai umurkehamilan mencapai 20 minggu. Keluhan kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapt mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari. Mual dan
muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Tatalaksana diberikan diet sesuai dengan tingkat klasifikasi pada hiperemesis gravidarum, terapi farmakologi diberikan jika frekuaensi muntah mual berkurang, kondisi hemodinamik dan dehidrasi telah membaik. Lini pertama dapt diberikan kombinasi vitamin B6 dan antihistamin yaitu piridoksi 10-25 mg dengan doxylamine 12,5 mg setiap 8 jam, dapat diberikan juga antiemetik ondansetron 4-8 mg.
DAFTAR PUSTAKA Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom Sl, Hauth JC, Rouse DJ, Spon CY.2005.William Obstetri.22nd ed.USA:McGraw-Hill Companies Gunawan K, Manengkei PSK, Ocviyanti D.2011.Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum.J Indo Med Assoc, vol:61, no:11 pp: 458-464.
Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I.2010.Managing Hyperemesis Gravidarum : a multimodal challenge.BMC Medecine.8;46 Neibyl JR.2010.Nausea and Vomiting in Pregnancy.N Engl J Med.363:1544-50 Prawirohardjo, S., 2016, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.