ABSES SEPTUM
I.
DEFINISI Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan
dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.1,2
II.
ANATOMI Hidung terdiri dari bagian luar dan bagian dalam, bagian hidung yang
berperan pada abses septum nasi adalah lapisan perikondrium pada tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang.3,4 Bagian tulang yang membentuk septum nasi terdiri dari: kartilago kuadrangularis, lamina perpendikularis os ethmoid, os vomer dan krista nasalis maksila.5
Gambar 1. Anatomi Septum Nasi6 Arteri
etmoidalis
anterior
dan
posterior
memperdarahi
bagian
anterosuperior septum nasi dan dinding lateral. Sedangkan bagian posteroinferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina dan arteri maksilaris interna. Pada bagian kaudal terdapat pleksus Kiesselbach yang terletak tepat di belakang vestibulum. Pleksus ini merupakan anastomosis dari arteri sfenopalatina, arteri
1
etmoidalis anterior dan arteri palatina mayor. Area ini paling sering menjadi sumber perdarahan atau epistaksis.6,7
Gambar 2. Perdarahan hidung6 Bagian anterosuperior hidung bagian dalam dipersarafi oleh nervus etmoidalis anterior dan posterior, sedangkan cabang dari nervus maksilaris dan ganglion pterigopalatina mempersarafi bagian posterior dan sensasi pada bagian anteroinferior septum nasi dan dinding lateral.6
Gambar 3. Persarafan hidung7 III.
EPIDEMIOLOGI Abses septum nasi merupakan kasus yang jarang ditemukan. Abses
septum nasi lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, hal ini di
2
hubungkan dengan agresivitas dan aktivitas yang meningkatkan insidensi trauma. Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun, 42% mengenai umur diantara 2-14 tahun dan pada usia lanjut jarang terjadi. Lokasi yang paling sering terjadi abses septum nasi adalah bagian anterior tulang rawan septum. 3 Rumah sakit Royal Children, Melbourne Australia melaporkan terdapat 20 pasien abses septum nasi selama 18 tahun. RS Cipto Mangunkusumo didapatkan 9 kasus selama 5 tahun (1989-1994). Sedangkan bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan selama tahun 1999-2004 mendapatkan 5 kasus.3 Hospital for Sick Children di Toronto mendapatkan 43 kasus abses septum nasi dalam periode 8 tahun. Rumah Sakit M. DJamil Padang didapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 2 tahun terakhir. 7 IV.
ETIOLOGI Penyebab paling sering dari abses septum nasi adalah trauma (75%).
Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoid dan sinusitis sfenoid. Disamping itu, juga terjadi akibat penyebaran dari infeksi gigi, furunkel nasal, AIDS, benda asing. Lo (2004) menemukan 7% abses septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti.7 Penyebab lain adalah trauma hidung akibat kecelakaan, perkelahian, cedera saat olahraga ataupun trauma yang sangat ringan seperti mengorek kotoran hidung atau mencabut bulu hidung, diathesis perdarahan, dan kekerasan pada anak.1 Organisme yang paling sering ditemukan dari hasil kultur abses septum nasi adalah Staphylococcus aureus. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus
β hemolyticus,
Haemophilus
influenzae dan
organisme anaerob.7 V.
PATOFISIOLOGI Abses septum nasi terjadi diawali dengan adanya trauma pada hidung
sehingga menyebabkan timbulnya hematom pada septum, hematom ini terjadi akibat robekan pada pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum. Darah akan terkumpul pada ruang diantara tulang rawan dan mukoperikonndrium. Sehingga, tulang rawan dan mukoperikondrium terpisah.
3
Aliran darah sebagai nutrisi bagi jaringan tulang rawan juga terputus menyebabkan terjadinya nekrosis.2 Tulang rawan septum yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat bertahan hidup selama 3 hari, setelah itu kondrosit akan mati dan resorpsi tulang rawan akan terjadi. Bila tidak segera diobati, maka tulang septum dan triangular kartilago dapat ikut terlibat dan perforasi septum nasi dapat terjadi. Kemudian, akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3 kaudal septum, ini akan menghasilkan hidung pelana, retraksi kolumella, dan pelebaran dasar hidung.2 Jika ada fraktur tulang rawan, maka darah akan mengalir ke sisi kontra lateral dan terjadilah hematom septum bilateral. Hematom yang terjadi dapat besar sehingga dapat menyumbat kedua lubang hidung. Akibat keadaan yang relatif kurang steril di bagian anterior hidung, hematoma septum nasi dapat terinfeksi dan akan cepat berubah menjadi abses septum nasi yang mempercepat resorpsi tulang rawan yang nekrotik.1,2 Tidak semua hematom septum nasi berkembang menjadi abses, bila sembuh dengan terapi antibiotik akan terbentuk jaringan ikat, sehingga akan terjadi penebalan jaringan septum nasi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas dan retraksi yang menimbulkan kontraktur septum nasi. Bila keadaan ini terjadi pada masa anak-anak, akan mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian wajah yang dapat menyebabkan hipoplasia maksila.3,7 Penyebab terjadinya abses septum non trauma yaitu penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus. Disamping itu, adanya infeksi septum nasi dapat masuk ke dalam sinus kavernosus sehingga akan terjadi trombosis dan atau meningitis. Pada beberapa k ondisi abses septum nasi bisa diakibatkan trauma pada saat operasi hidung.3,5,8 VI.
DIAGNOSIS Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Sebagian besar abses septum biasanya mempunyai riwayat trauma, kadangkadang penderita tidak menyadari terjadinya trauma tersebut. Trauma septum nasi dan mukosa dapat terjadi tanpa adanya cedera hidung luar. Abses septum nasi sering timbul 24-48 jam setelah trauma, terutama pada dewasa muda dan anak.7
4
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama di puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. 7,9 Riwayat operasi hidung, gejala peradangan hidung dan sinus paranasal, furunkel intra nasal, penyakit gigi dan penyakit sistemik perlu ditanyakan untuk menegakkan diagnosis. Akibat trauma hidung, terkadang pada inspeksi masih tampak kelainan berupa eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis.7 Pemeriksaan sebaiknya tanpa menggunakan spekulum hidung. Tampak pembengkakan septum berbentuk bulat dengan permukaan licin pada kedua sisi. 1 Pemeriksaan rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal septum nasi sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun bilateral, mulai tepat di belakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi. Hematoma pada septum nasi ditandai dengan adanya pembengkakan dan perubahan warna pada septum menjadi kemerahan atau kebiruan. Daerah yang hematoma dan abses septum dipalpasi dengan forsep bayonet atau aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan.7 Diagnosis pasti abses septum nasi adalah dengan melakukan aspirasi pada daerah yang paling fluktuasi. Pada abses septum saat dilakukan aspirasi akan didapatkan pus, sedangkan pada hematoma akan keluar darah. Setelah dilakukan aspirasi pada abses septum dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur pus dan tes senstitfitas terhadap antibiotik. ketegangan jaringan di daerah abses septum nasi dan mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial.7,10 Beberapa penulis menyarankan tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan operatif. Pus yang diperoleh sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan jenis kuman dan tes sensitifitas terhadap antibiotik. Selain bernilai diagnostik, aspirasi juga berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah abses septum nasi dan mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan laboratorium darah akan menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal atau CT scan harus dilakukan untuk mencari etiologi ataupun komplikasi. 7,10
5
VII. 1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal atau CT scan Abses septum nasi memiliki penampakan yang khas pada pemeriksaan CT
scan sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang tipis yang melibatkan septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada abses septum adalah kumpulan cairan yang berdinding tipis dengan perubahan peradangan didaerah sekitarnya, sama dengan yang terlihat pada abses dibagian tubuh yang lain.9
Gambar 4. Pemeriksaan CT scan pada kavum nasi yang memperlihatkan pengumpulan cairan yang berdinding tipis dan seperti kista yang melibatkan kartilago septum nasi (tanda panah besar). Perhatikan pembengkakan pada jaringan nasi disekitarnya (panah kecil). 9
Gambar 5. Pemeriksaan CT scan pada korona sinus paranasal yang memeperlihatkan adanya abses nasi. 9
6
2)
Laboratorium
Darah Lengkap akan menunjukkan hasil leukositosis.
Kultur bakteri : Organisme yang sering ditemukan dari hasil kultur abses septum adalah Staphylococcus
aureus.
Streptococcus
pneumoniae,
Streptococcus
β hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob jarang ditemukan.
Tes Sensitifitas Antibiotik1,9
VIII. DIAGNOSA BANDING Diagnosa banding abses septum nasi adalah : a)
Hematoma septum nasi merupakan kondisi yang ditandai dengan pembengkakan, memar atau perdarahan di dalam septum nasi yang diakibatkan karena cidera. Apabila dibiarkan akan menimbulkan sebuah lubang pada daerah yang memisahkan dua cuping hidung. Keadaaan ini dapat menyebabkan hidung tersumbat atau menguncup pada daerah yang terkena hematom, akibatnya terjadi kelainan bentuk yang disebut saddle nose, suatu keadaan dimana jaringan penunjang hidung melemah.
b)
Septum deviasi merupakan suatu keadaan terjadinya peralihan posisi septum nasi, dari letaknya yang berada digaris medial tubuh. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi cukup berat akan menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian akan mengganggu fisiologi hidung.
c)
Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan vestibulitis dapat menyebabkan abses septum. Kuman penyebab biasanya ditemukan Staphylococcus aureus. 7,9,10
IX.
PENATALAKSANAAN Hematoma atau abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus darurat
dalam bidang THT dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi.
7
Penatalaksanaan abses septum nasi yang dianjurkan saat ini yaitu :
Insisi dan drainase
Antibiotik parenteral dosis tinggi berspektrum luas
Analgetika untuk nyeri dan demam
Rekonstruksi defek septum Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk menyangga dorsum nasi,
memelihara keutuhan dan ketebalan septum, mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah obstruksi nasal akibat deformitas. Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau anestesi umum. Sebelum insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi abses dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas. Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi. Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Jaringan granulasi, debris dan kartilago yang nekrosis diangkat dengan menggunakan kuret dan suction. Sebaiknya semua jaringan kartilago yang patologis diangkat. Pemasangan tampon anterior pada abses septum, dan harus diganti setiap hari kemudian dipertahankan selama 2 sampai 3 hari serta dilakukan pemasangan salir untuk mencegah rekurensi. Drainase bilateral merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan perforasi septum nasi. Pada abses bilateral atau nekrosis dari tulang rawan septum dianjurkan untuk segera melakukan eksplorasi dan rekonstruksi septum nasi dengan pemasangan implan tulang rawan. Cangkokan dari septum tulang merupakan pilihan pertama. Bahan cangkokan dapat diambil dari septum tulang, iga, aurikel atau bank jaringan. Akan tetapi pada anak kecil, bahan cangkokan dari kartilago iga alogenik merupakan pilihan terbaik.7
8
Gambar 6. (a) dan (b) Teknik insisi abses septum, (c) Pemasangan Drain Penrose7
X.
KOMPLIKASI Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau abses, akan digantikan oleh
jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada bagian dorsum hidung merupakan komplikasi abses septum nasi yang dapat menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang dapat timbul fasial selulitis. Nekrosis pada setiap komponen septum nasi dapat menyebabkan terjadinya perforasi septum nasi.1,2 Bila infeksi tidak diterapi dengan antibiotik yang adekuat, maka dapat menimbulkan perforasi septum, penyebaran infeksi melalui darah, sehingga menyebabkan meningitis, trombosis sinus kavernosis dan sepsis.7 Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum dapat dibedakan dalam tiga proses dibawah ini : 1)
Hilangnya sanggahan mekanik dari kartilago piramid dan lobul
2)
Retraksi dan atrofi jaringan ikat
3)
Gangguan pertumbuhan hidung dan muka bagian tengah.7 Komplikasi abses septum nasi selain menimbulkan masalah tentang
estetika juga dapat menimbulkan infeksi pada intrakranial berupa meningitis, abses otak dan empiema subaraknoid, kematian. Penyebaran abses terjadi melalui tiga cara yaitu hematogen, limfogen dan perkontinuitatum (langsung).7
XI.
PENCEGAHAN Abses septum nasi dapat dicegah dengan menegakkan diagnosis sedini
mungkin adanya hematom septum. Kemudian diberikan dekongestan dan anastesi
9
mukosa pada pasien yang baru saja mengalami trauma terutama anak-anak. Hal yang sama dilakukan pada pasien post operasi septal dan tidak dapat bernafas melalui dhidung setelah pelepasan perban dibagian dalam hidung.9
10
DAFTAR PUSTAKA
1.
Soepardi A, Iskandar N, Bashiruddin J. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2012 ; 6(1): 126-7.
2.
Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC. 1997; 6(1): 40-45.
3.
Abdul QP. Penanganan Komplikasi Abses Septum Nasi Dengan Septorinoplasty. Departemen Ilmu Kesehatan Telingan Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher {Thesis}. Universitas Hasanudin. Makassar; 2017: 1(1): 2-7
4.
Snell, Richard S. Anatomi Klinik. Jakarta: ECG. 2006: 9(11); 647-48.
5.
Harry Agustaf Asroel. Perforasi Septum Nasi. Repository Universitas Sumatra Utara. Medan: 2010: 1(1); 2-9.
6.
Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jakarta: ECG. 2010; 23(1): 67-68.
7.
Bestari JB, Jon P. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang: 2012; 2(4); 1-8.
8.
Hornibrook J. A Rare Cause Of Nasal Septal Abscess. Journal of New Zealand Medical Association. Auckland: 2013; 126(1372): 1-3.
9.
Dani PP, Abses Septum Nasi. Fakultas Muhammadiyah. Semarang: 2013; 1(2); 1-8.
10.
Yuritna H. Abses Septum Nasi Dan Sinusitis Maksila. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Medan: 2012; 1(1); 3-8.
Kedokteran
Universitas
11