BAB I PENDAHULUAN
Mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Mual dan muntah sering terjadi pada kehamilan berusia muda, yaitu dimulai dari minggu ke 6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.1 Mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari seluruh wanita yang hamil.2 Namun pada beberapa kondisi, dapat terjadi suatu keadaan dimana mual dan muntah pada ibu hamil terjadi sangat parah sehingga menyebabkan segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, sehingga berat badan berkurang, turgor kulit dan volume buang air kecil berkurang dan timbul asetonuri, yang disebut sebagai hiperemesis gravidarum.3 Hiperemesis gravidarum (HEG) terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,9% di Norwegia, 0,8% di Canada, 0,5% di California, 0,3% di Swedia, 0,5-2%, di Amerika Serikat, prevalensi HEG tertinggi di China yaitu 10,8%. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kondisi HEG adalah usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu, jumlah gravida, pekerjaan dan aktivitas ibu hamil.4-8 Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi yang cukup berbahaya bagi kesehatan ibu. Apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dapat menyebabkan penurunan berat badan, gangguan metabolisme tubuh dan menyebabkan komplikasi seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1(thiamin) dan vitamin K. Pada defisiensi vitamin B1, dapat menyebabkan Wernicke encephalopathy yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Sedangkan pada kondisi defisiensi vitamin K, dapat menyebabkan koagulopati yang disertai dengan epistaksis.9,10
Berdasarkan pemaparan mengenai bahaya HEG dan tinginya kejadian yang terjadi, penulis tertarik untuk membahas laporan kasus tentang ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum (HEG).
BAB II LAPORAN KASUS
II. 1 IDENTITAS PASIEN Nama Pasien
: Ny. IDK
Usia
: 29 tahun
Tanggal Lahir
: 20 Desember 1989
No. Rekam Medis : 460xxx Status Pernikahan : Menikah Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Krajan 03/02 Triwung
Pekerjaan
: Bidan di RSU (pegawai swasta)
Tanggal Masuk
: 25 Maret 2019
Tanggal Periksa
: 27 Maret 2019
DPJP
: dr. Hytriawan Posma Putra, SpOG
II.2 ANAMNESIS a. Keluhan Utama Pasien mengeluh mual-muntah setiap masuk makanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh mual-muntah setiap masuk makanan atau minum. Keluhan mual tidak muntah dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk RS, memberat disertai muntah sejak 2 hari sebelum masuk RS. Muntah dalam sehari mencapai ± 10 kali, dengan volume 50 – 100 cc per kali muntah, sehingga pasien tidak mau makan atau minum. Muntah berwarna putih-kekuningan, tidak ada darah. Keluhan disertai lemas, pusing ditengah kepala, nyeri ulu hati yang disertai rasa panas dan perih menjalar sampai ke dada. Pasien merasa hamil 1 bulan. Keluhan penurunan berat badan selama hamil. HPHT tanggal
10 April 2018, UK 39+4 minggu, HTP tanggal 17 Januari 2019. Pasien kontrol kehamilan sejak bulan Mei 2018, di Puskesmas pilang. Pada pemeriksaan kontrol terakhir tanggal 26 Desember 2018, disebutkan hasil Pasien tidak mengeluh pusing berputar, pandangan kabur, dan sesak napas. BAB terakhir 1 hari SMRS, tidak ada keluhan dan BAK pagi hari SMRS sedikit. Riwayat demam, kejang, keputihan, keluar darah atau cairan selama kehamilan disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (+), alergi (+) udang, penyakit jantung (-), gangguan pembekuan darah (-). Riwayat abortus pada kehamilan anak pertama.
d. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat diabetes melitus (-), asma (-), alergi (-), penyakit jantung (-), hipertensi (-), gangguan pembekuan darah (-).
e. Riwayat Menstruasi Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama haid 7 hari/siklus, ganti pembalut 3 – 4x/hari, nyeri saat haid (+).
f. Riwayat Menikah Pernikahan ke-2, usia menikah 26 tahun.
g. Riwayat Obstetrik G3P1A1 1. Abortus saat kehamilan usia 3 bulan. 2. 2017, perempuan, cukup bulan, lahir normal di bidan RSU, dengan berat badan lahir 2200. 3. Hamil saat ini.
h. Riwayat Kontrasepsi Tahun 2012, riwayat minum pil KB. Namun, sudah 3 tahun terakhir tidak menggunakan kontrasepsi.
i. Riwayat sosial ekonomi - Pasien adalah bidan pegawai swasta, dengan pendidikan terakhir akademi kebidanan. Suami adalah nelayan. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. - Pasien menggunakan jaminan kesehatan BPJS. - Pasien tidak pernah merokok ataupun menggunakan NAPZA.
II.3 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 108/87 mmHg
Frekuensi Nadi
: 102 x/menit
Frekuensi Napas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,3°C
Status Gizi
: Berat badan 56 kg, tinggi badan 144 cm, LILA 28cm.
A. STATUS GENERALIS Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut
: Bibir sianosis (-), mukosa lembab
THT
: Tidak ada sekret, tidak ada mukus
Jantung
: Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: Suara napas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Status Obstetrik
Genitalia
: Status Obstetrik
Ekstretnitas
: Akral hangat, edema (-/-), CRT <2s
B. STATUS OBSTETRIK Abdomen Inspeksi
: Perut tampak membuncit sesuai kehamilan
Auskultasi
: BU (+) normal
Palpasi
: TFU tidak teraba, turgor kulit kembali cepat, nyeri tekan (+) epigastrium
Perkusi
: Timpani
Genitalia Inspeksi
: pervaginam blood sign (-)
In spekulo
: tidak dilakukan
VT
: tidak dilakukan
II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Waktu Pemeriksaan
: 14 Januari 2019, 12.59 WIB
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Hematologi Hemoglobin
14,2
12.0 – 16.0 g/dl
Hematokrit
41,5
35.0 – 40.0 %
Leukosit
12.580 (H)
4000 – 11000/µL
Trombosit
478.000 (H)
150000 – 450000 /µL
Diff Count
63,5 / 27,6 / 6,5 /
50-60 / 25-40 / 3-7 / 1-4 / 0,5-
2,3 / 0,1
1 (%)
Reagen HbsAg
Non reaktif
II.5 DIAGNOSIS G3P1A1 hamil 6 – 7 minggu, dengan hiperemesis gravidarum.
II.6 PLANNING - Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi - IVFD Hydromal 20tpm - Injeksi Omeprazole 2 x 40mg - Injeksi Ondansetron 3 x 8mg
II.7 FOLLOW UP Pasien Ny. IDK dirawat di bangsal Melati kelas II.
Tabel 2. Follow up Pasien Tanggal
S
O
A
26
Mual, muntah
TD : 110/70mmHg
- G3P1A1 hamil
Maret
N : 87 x/menit
2019
6-7 minggu
P - Observasi KU, TTV, tanda dehidrasi
dengan
- IVFD RL 500cc 20 tpm
RR : 20 x/menit
Hiperemesis
- Inj Pantoprazole 2 x 40mg
T : 36,4 C
gravidarum
(IV) - Inj Ondansetron 3 x 8mg
- A/I/C/D -/-/-/- Thoraks: ves+/+, S1-2 reg - Abdomen: BU (+) reg, TFU tidak teraba, turgor kulit kembali cepat, NT (+) epigastrium (minimal) - Ekstremitas: Hangat, CRT <2s
(IV)
27 Maret
Mual, muntah
TD : 110/70mmHg N : 82 x/menit
2019
- G3P1A1 hamil 6-7 minggu
- Observasi KU, TTV, tanda dehidrasi
dengan
- Aff infus
RR : 20 x/menit
Hiperemesis
- Ondansetron 3x4mg (PO)
T : 36,1 C
gravidarum
- Asam folat 2x1 (PO)
- A/I/C/D -/-/-/- Thoraks: ves+/+, S1-2 reg - Abdomen: BU (+) reg, TFU tidak teraba, turgor kulit kembali cepat, NT (-) epigastrium - Ekstremitas: Hangat, CRT <2s
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
III.1 EMESIS GRAVIDARUM Ada beberapa gejala yang sering muncul di trimester pertama kehamilan, salah satunya adalah mual dan muntah yang disebut emesis gravidarum. Emesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi pada saat kehamilan. Emesis gravidarum sering juga disebut morning sickness.
III.2 HIPEREMESIS GRAVIDARUM III.2.1 Definisi Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah suatu kondisi dimana wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria.2 Sedangkan dari literatur lain menyebutkan bahwa HEG adalah kondisi muntah-muntah pada ibu wanita hamil yang dapat menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, alkalosis dari kehilangan asam hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.7,11 Sehingga, dapat dikatakan bahwa HEG dikarakteristikkan sebagai mual dan muntah yang berat pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester awal, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit, ketosis sampai penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil.12,13
III.2.2 Epidemiologi Mual dan muntah ini terjadi pada 50-90% wanita hamil.2 Mual dan muntah dalam kehamilan biasanya terjadi dalam trimester pertama, yaitu muncul pada minggu ke 6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu, mencapai puncaknya pada minggu ke 11 sampai 13, dan biasanya mulai membaik pada minggu 12 sampai ke 16, walau pada 1-10% kehamilan mengalami mual dan muntah yang berlanjut menetap sepanjang kehamilan.1,14
Hiperemesis gravidarum (HEG) terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,9% di Norwegia, 0,8% di Canada, 0,5% di California, 0,3% di Swedia, 0,5-2%, di Amerika Serikat, prevalensi HEG tertinggi di China yaitu 10,8%.5-8 Insidensi bervariasi antar populasi. Diperkirakan terdapat predileksi etnis dan keturunan. Angka rawat inap akibat HEG berkisar 0,5 – 0,8%.11
III.3 Etiologi Penyebab utama HEG belum diketahui secara jelas, namun telah banyak yang meneliti tentang teori-teori yang dapat menyebabkan HEG, seperti peningkatan kadar hormon korionik gonadotropin dan estrogen, kadar hormon tiroksin, infeksi Helicobacter pylori, faktor sosial dan psikologis.4,9,10 Beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain : a. Usia ibu, merupakan faktor resiko yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami HEG. b. Usia gestasi atau usia kehamilan, merupakan faktor resiko yang berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan HEG. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar mingu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. c. Jumlah gravida. Hal ini berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil, dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan HEG. Ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami HEG.
d. Pekerjaan juga merupakan faktor resiko HEG. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.4,15
III.4 Patofisiologi Adanya teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon ini korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini, berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan lambung. Selain itu, perubahan pada fisiologis pencernaan seperti penurunan HCO3 serta penurunan motilitas otot selama kehamilan, dapat menimbulkan gejala mual. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan ibu hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.11,13 Selain teori hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini, masih ada beberapa teori lain yang dapat menyebabkan HEG seperti infeksi Helicobacter Pylori. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi H.pylori dapat menyebabkan HEG.15 Secara umum berdasarkan berbagai teori dan faktor risiko yang ada, pada HEG terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit dalam darah, dan alkalosis hipokloremik. Selain itu HEG mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari makanan tidak mencukupi, lalu karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah, sehingga menimbulkan asidosis. Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi, menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian, HEG juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat muntah dan
ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.4,10,13
III.5 Manifestasi Klinis Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik, dengan HEG masih belum jelas, akan tetapi muntah yang menyebabkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif.15 Pada HEG, gejala-gejala yang dapat terjadi adalah: a. Mual, muntah yang hebat b. Haus, mulut kering c. Tanda-tanda dehidrasi (hipotensi postural dan takikardia) d. Foetor ex ore (mulut berbau) e. Berat badan turun f. Gangguan serebral (kesadaran menurun)pada kondisi berat g. Laboratorium : hyponatremia, hipokalemia, peningkatan hematokrit dan asidosis. Dalam urin ditemukan protein, aseton, urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder positif.10
III.6 Klasifikasi Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarkan berat ringannya gejala menjadi 3 tingkat, yaitu: a. Ringan (mild) Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu berubah, ibu merasa sangat lemah, penurunan nafsu makan, berat badan menurun, dan epigastrium. Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik menurun, mata cekung, lidah kering, turgor kulit berkurang, jumlah urin menurun.
b. Sedang (moderate) Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, rasa haus yang berlebihan, turgor kulit berkurang, mata cekung dan sedikit ikterik, lidah mengering dan tampak kotor, denyut nadi lemah dan cepat ± 100 – 140 kali per menit, suhu akan naik, tensi turun dengan sistolik < 80 mmHg, hemokonsetrasi, oliguria, dan konstipasi. Bau aseton dapat tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan dalam urin. c. Berat (severe) Keadaan umum tampak lebih parah, dapat dikatakan kelanjutan HEG derajat sedang. Muntah berkurang atau berhenti, penurunan kesadaran, bisa somnolen sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu meningkat. Mata ikterik, mukosa bibir sianosis dan akral lembab. Dapat disertai komplikasi pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal dengan ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan, terutama vitamin B1 dan B2.12,16
III.7 Diagnosis Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. a. Anamnesis, meliputi adanya tanda-tanda kehamilan, menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya, aktivitas sehari-hari dan menggali secara detail kondisi mual-muntah yang terjadi. b. Pemeriksaan fisik pada pasien HEG, biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus, kecuali jika sudah terjadi dehidrasi. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. c. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain: 1. Darah rutin Menilai adakah anemia, infeksi, peningkatan hematocrit 2. Elektrolit Mendeteksi gangguan elektrolit 3. BUN dan Cr Mengetahui fungsi ginjal
4. Urinalisis Mendeteksi keton dan kadar beta HcG 5. Gula darah Menyingkirkan kondisi ketoasidosis diabetikum 6. Fungsi tiroid Mendeteksi faktor risiko hipo/hiper tiroid 7. Fungsi hati Menyingkirkan gangguan hepatobiliaris d. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk konfirmasi kehamilan dan menyingkirkan kehamilan gemelli atau mola.11,15
III.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada ibu dengan HEG dapat dilakukan dimulai dengan non medikamentosa: a. Informasi Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang sendiri setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadi sudah mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus segera melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat.17 b. Istirahat Tirah baring jika diperlukan. Perawatan rumah sakit diindikasikan apabila muntah bertahan setelah rehidrasi atau gagalnya upaya rawat jalan.11 c. Isolasi Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang baik. Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejalagejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.16 d. Terapi psikologik Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi masalah yang dipikirkan.4,16
e. Diet Diet hiperemesis adalah lebih diutamakan karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, menghindari makanan yang berlemak dan berminyak untuk menekan rasa mual dan muntah, lalu sebaiknya diberi jarak untuk pemberian makan dan minum. Syarat pemberian makanan pada pasien HEG adalah karbohidrat tinggi 75-80% dari kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu kurang dari 10% dari kebutuhan energi total, dan protein sedang, yaitu 1015% dari kebutuhan energi total. Makanan diberikan dalam bentuk yang halus, diberikan dalam jumlah yang sedikit tapi dalam frekuensi yang sering. Lalu diberikan juga cairan sesuai dengan keadaan pasien, yaitu sekitar 7-10 gelas per hari.16 Penatalaksanaan medikamentosa pada ibu hamil dengan HEG, diindikasikan apabila terapi non-medikamentosa tidak ditemukan adanya perbaikan: a. Rehidrasi dengan pemberian cairan kristaloid. Hal ini ditujukan untuk koreksi dehidrasi, ketonemia, kelainan elektrolit serta gangguan asam basa. b. Anti emetik: 1. Kombinasi Doksilamin 10mg dan Piridoksin 10mg hingga 4 tablet per hari (1 tablet pagi hari, 1 tablet siang hari dan 2 tablet sebelum tidur), 2. Dimenhidrinat 50 – 100mg per oral, 4 – 6 kali sehari (maksimal 200 mg per hari), atau 3. Prometazin 5 – 10mg per oral 3 – 4 kali sehari Bila belum teratasi dengan obat-obatan diatas, pasien tidak ada tanda dehidrasi, berikan salah satu obat dibawah ini: 1. Klorpromazin 10 – 25mg per oral atau 50 – 100mg IM tiap 4 – 6 jam 2. Prometazin 12,5 – 25mg per oral atau IM tiap 4 – 6 jam 3. Metoklopramid 5 – 10mg per oral atau IM tiap 8 jam 4. Ondansetron 8mg per oral tiap 12 jam Bila belum teratasi dengan obat-obatan diatas, pasien disertai tanda dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan, kemudian berikan:
1. Dimenhidrinat 50mg dalam 50ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit, tiap 4 – 6 jam 2. Bila perlu tambahkan obat dibawah ini: a) Klorpromazin 25 - 50mg IV tiap 4 – 6 jam b) Proklorperazin 5 – 10mg IV tiap 6 – 8 jam c) Prometazin 12,5 – 25mg IV tiap 4 – 6 jam d) Metoklopramid 5 – 10mg per oral tiap 8 jam 3. Bila perlu tambahkan Metilprednisolon 15 – 20mg IV tiap 8 jam atau Ondansetron 8mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/jam terusmenerus selama 24 jam.12
III.9 Komplikasi Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi yang cukup berbahaya bagi kesehatan ibu. Apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dapat menyebabkan penurunan berat badan, gangguan metabolisme tubuh dan menyebabkan komplikasi seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1(thiamin) dan vitamin K. Pada defisiensi vitamin B1, dapat menyebabkan Wernicke encephalopathy yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Sedangkan pada kondisi defisiensi vitamin K, dapat menyebabkan koagulopati yang disertai dengan epistaksis.9,10 Komplikasi lainnya adalah robekan Mallory Weis, yaitu akibat mual dan muntah yang menyebabkan jejas pada esofagus berupa robekan.11