Hasil Penelitian

  • Uploaded by: resna elni
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hasil Penelitian as PDF for free.

More details

  • Words: 4,853
  • Pages: 21
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PEMAHAMAN GURU FISIKA TENTANG KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) TERHADAP IMPLEMENTASINYA DI SMA-SMA SANGGAR 14 WILAYAH JAKARTA TIMUR Resna Elni Abstract This research was held in 2006 attempted to know the relationship of the skill of headmaster leadership and the physics teacher comprehension about competency based curriculum with its implementation in senior high school of Sangga 14, East Jakarta. The hypothesis to be tested are : (1) there is a positive relationship between the skill of headmaster leadership and the physics competency based curriculum implementation, (2) there is a positive relationship between the physics teacher comprehenshion about competency based curriculum and its implementation, (3) there is a positive relationship between the skill of headmaster leadership and the physics teacher comprehenshion about competency based curriculum with its implementation. This study is survey with target population are the senior high school physics teachers of Sanggar 14, East Jakarta. The sample size are 40 teacherrs and were selected by simple random sampling techniques. The research instrumens were based on content validity, then the reability of the skill of the headmaster leadership and the physics teacher comprehension about competency based curriculum were measured by Alpha Cronbach. The result of try out showed that the reliability of each instruments are follows : cooefficient reliability of the skill of headmaster leadership is 0,9253, and 0,9856 for the physics teacher comprehension about competency based curriculum. The data analysis was done by using regression and correlation anlaysis and the research conclusions are : (1) There is positive relationship between the skill of headmaster leadership and the physics competency based curriculum implementation in the regression model is Y = 49,051 + 0,232 X1 with the correlation coefficient ry1 = 0,344 on the level significance α = 5 % and the contribution r2 = 11,8 % . (2) There is a positive relationship between the physics teacher comprehenshion about competency based curriculum and its implementation in the regression model is Y = 27,407 + 0,454 X2 with the correlation coefficient ry2 = 0,681 on the level significance α = 5 % and the contribution r2 = 46,4 %. (3) There is a positive relationship between the skill of headmaster leadership and the physics teacher comprehenshion about competency based curriculum with its implementation in the regression model is Y = 16,366 + 0,120 X1 + 0,423 X2 with the multiple correlation coefficient Ry.123 = 0,703 on the level significance α = 5 % and the contribution r2 = 49,4 % . The results of this research are hoped to be useful in improving the physics learning process, especially in senior high schools Sanggar 14 East Jakarta and Jakarta entire, in general. Besides that, the result of this research as input to determine physics dissemination in society so that could be applied in daily life.

1

Key Word : Keterampilan kepemimpinan Kepala sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Alasan mendasar yang menyebabkan pemerintah memberlakukan kurikulum 2004 yang lenih popular dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah untuk meningkatkan mutu lulusan dan sstem penyelenggaraan pendidikan yang lebih berkualitas secara Nasional agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam dunia yang mengglobal ini. Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi dikembangkan berdasarkan teori belajar behavioristik dengan penekanan pada pembelajaran individual, control terhadap pengalaman peserta didik, pendekatan system, berorientasi pada proses dan hasil belajar, serta pembelajaran biasanya dilakukan dengan system modul, atau system lain yang dapat melayani perbedaan peserta didik dengan harapan semua peserta didik dapat mengembangkan dirinya secara optimal ( E. Mulyasa, 2004). Kurikulum 2004 (KBK) merupakan salah satu bentuk inovasi kurikulum yang kemunculannya seiring dengan semangat reformasi pendidikan (Sanjaya Wina, 2005) memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan kurikulum 1994 atau sering disebut sebagai kurikulum berbasis materi. Secara garis besarnya ada tiga karakteristik KBK yang membedakannya dengan kurikulum 1994. Pertama KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dengan harapan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang haus dikuasai, sedangkan pada kurikulum 1994 siswa diharuskan menguasai seluruh materi pelajaran yang telah digariskan dalam tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan intsruksional khusus

(TIK).

Kedua,

implementasi pembelajaran

dalam KBK

menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap siswa, sedangkan kurikulum 1994 lebih menekankan pada tujuan pengajaran secara klasikal. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekan pada evaluasi hasil dan proses belajar dalam penguasaan atau pencapaian kompetensi yang mel;iputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara terintegrasi. Keberhasilan siswa dalam KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran akan tetapi meliputi bagaimana cara siswa 2

menguasai pelajaran tersebut (Sanjaya Wina, 2005). Dalam kurikulum 1994, penekanan evaluasi hanya pada ranah kognitif sedangkan ranah afektif maupun psikomotorik cenderung dinomor duakan atau sebagai efek samping dari keberhasilan ranah kognitif kecuali pada mata pelajaran olahraga dan kesenian. Secara lebih terperinci karakteristik KBK meliputi lima hal seperti yang tertuang dalam kerangka dasar Kurikulum 2004. Pertama, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Kedua, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes), dan keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Ke tiga, pencapaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Ke empat, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga meliputi sumber belajar lainnya yang meemnuhi unsure edukati, dan yang ke lima, penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Depdiknas, 2003). Kelima karakteristik di atas, menjadi acuan bagi guru sebagai ujung tombak bagi implementasi KBK dalam proses pembelajaran di kelas pada sekolah masing-masing bersama-sama dengan Kepala Sekolah sebagai seorang “pemimpin pendidikan”. Yang bertanggung jawab membawa seluruh komponen pendidikan di sekolah tersebut agar berhasil dalam mengemban amanat dan ruh KBK. Keberhasilan pelaksanaan KBK di sekolah sangat bergantung pada peranaan kepala sekolah dan guru. Untuk mensukseskan Implementasi KBK di sekolah diperlukan kepala sekolah yang mandiri, dan professional dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusaan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Kemandirian tersebut diperlukan terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan silabus, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dan msyarakat dan penciptaan iklim sekolah yang kondusif serta menyenangkan bagi seluruh personel yang ada di sekolah tersebut (Mulyasa E, 2004). Sejalan dengan pendapat di atas, sosok Kepala Sekolah sebagai “pemimpin kependidikan” hendaknya diiringi dengan tipe kepemimpinan yang demokratis serta memiliki keterampilan dalam memimpin, menjalin hubungan kerja dengan sesama manusia, menguasai kelompok, mengelola administrasi dan menilai (Indrafachrudi Soekarto, 1993). 3

Ciri-ciri sosok kepala sekolah seperti di atas, menurut para ahli yang sudah mengadakan penyelidikan dan mengembangkan teori yang dikenal dengan “the personal qualities theory of leadership” menurut lead dalam Indrafachrudi Soekarto dapat dilihat pada sifat-sifat yang dimilik oleh seorang kepala sekolah, yaitu : 1) memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, 2) berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai, 3) bersemangat, 4) jujur, 5) cakap dalam member bimbingan, 6) cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan, 7) cerdas dan 8) cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha mencapainya (Indrafachrudi Soekarto, 1993). Di atas telah dikemukakan bahwa keberhasilan implementasi KBK disamping bergantung pada peranan kepala sekolah juga bergantung pada peran guru di sekolah. Guru merupakan ujung tombak pelaksana KBK di kelas yang ditangannya keberhasilan KBK dipertaruhkan. Peran guru dalam keberhasilan implementasi KBK meliputi empat aspek, yakni peran guru sebagai perencana pembelajaran, pengelola pembelajaran, fasilitator dan evaluator. Keempat aspek tersebut haruslah diketahui dan dipahami oleh guru agar tercapai keberhasilan implementasi KBK di sekolah terutama pelaksanaannya di kelas. Jika hal ini gagal dipahami oleh guru maka implementasi KBK di sekolah terancam gagal dan menyimpang dari tujuannya semula, sehingga guru menjadi faktor penghambat bagi kesuksesan pelaksanaan KBK di sekolah. Dari hasil survey pendahuluan yang penulis lakukan diantara teman-teman guru terungkap bahwa pemahaman guru tersebut terhadap KBK masih beragam dan belum semuanya memahami betul akan KBK apalagi untuk menerapkannya sesuai dengan karakteristik KBK itu sendiri. Sebagai contoh, pada mata pelajaran fisika, sebagian besar guru masih menggunakan sistem pembelajaran klasikal, sedangkan alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa umumnya hanya mengandalkan tes obyektif bentuk pilihan ganda, hampir jarang ditemui guru yang menggunakan penilaian portofoloio. Seharusnya penilaian keberhasilan siswa dalam mata pelajaran fisika berupa bermacam-macam tagihan jenis tagihan yang mestinya lebih mengutamakan bentuk tes berupa unjuk kerja dalam eksperimen siswa atau kelompok, laporan ilmiah dan ulangan formatif dan sumatip yang menggunakan jenis tes bentuk essai/uraian dengan jumlah pemberian evaluasi yang tidakdibatasi atau terpaksa menjadi terbatas karena kehabisan waktu disita oleh pecan ulangan blok secara serentak bagi tiap=tiap mata pelajaran.

4

Sumber belajar, hampir 80 % didominasi oleh guru sebagai sumber belajar utama, keberadaan buku pegangangan siswa hanya digunakan sebatas untuk sumber latihan dan soal-soal ulangan. Jarang sekali guru memberikan tugas kelompok untuk menggali terlebih dahulu konsep-konsep yang hendak diajarkan menggunakan buku sumber ataupun sumber lain selain buku seperti internet, sehingga pembelajaran lebih bersifat “teaching center” ketimbang “student center”. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai implementasi KBK di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pertanyaan penelitian yang diajukan sehubungan dengan implementasi KBK oleh guru fisika di Sekolah Menengah Atas Sanggar 14 Jakarta Timur diindetifikasikan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat persepsi yang beragam mengenai KBK di kalangan kepala sekolah –Kepala Sekolah SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? 2. Apakah terdapat persepsi yang beragam mengenai KBK di kalangan guru SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? 3. Sejauh manakah pemahaman kepala sekolah –Kepala Sekolah SMA Sanggar 14 Jakarta Timur mengenai KBK? 4. Sejauh manakah pemahaman guru SMA Sanggar 14 Jakarta Timur mengenai KBK? 5. Sejauh manakah peranan Kepala terhadap Implementasi KBK pada

SMA

Sanggar 14 Jakarta Timur? 6. Adakah penyimpangan implementasi KBK oleh guru Fisika di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta? 7. Adakah hubungan antara Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan implementasi KBK di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? 8. Adakah hubungan antara pemahaman guru fisika terhadap KBK

dengan

implementasi KBK di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? Pembatasan Masalah Mengingat waktu dan dana yang terbatas maka masalah penelitian ini dibatasi hanya untuk meneliti :

5

1. Hubungan antara Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap implementasi KBK pada mata pelajaran Fisika di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? 2. Hubungan

antara

pemahaman

guru

fisika

tentang

KBK

dengan

implementasinya di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? 3. Hubungan antara Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan pemahaman guru fisika tentang KBK

secara bersama-sama terhadap

implementasinya di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? Rumusan Masalah Penelitian Secara konkrit rumusan masalah yang diteliti adalah: 1. Adakah hubungan antara Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap implementasi KBK pada mata pelajaran Fisika

di SMA-SMA

Sanggar 14 Jakarta Timur? 2. Adakah hubungan antara pemahaman guru fisika tentang KBK

dengan

implementasinya di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? 3. Adakah hubungan antara Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan pemahaman guru fisika tentang KBK

secara bersama-sama terhadap

implementasinya di SMA-SMA Sanggar 14 Jakarta Timur? Manfaat Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian, kelak hasilnya diharapkan dapat memberikan masukan pada guru fisika beserta kepala sekolah dan komponen pendidikan di sekolah dalam perbaikan implementasi KBK khususnya mata pelajaran fisika di sekolah masingmasing. Bagi pihak terkait khususnya pihak pemerintah melalui dikdasemennya penelitian ini dapat menjadi acuan guna penyempurnaan sistem sosialisasi KBK ke sekolah-sekolah berupa pembekalan tentang KBK dan cara-cara melaksanakannya di sekolah masingmasing disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi sekolah yang bersangkutan. Bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan untuk lebih memahami KBK agar dapat memberikan penilaian dan kalau perlu masukan yang bersifat membangun bagi sekolah-sekolah agar lebih baik dalam mengimplementasikan KBK khususnya untuk mata pelajaran fisika di tempat putra-putri mereka bersekolah.

6

KAJIAN PUSTAKA Hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan, karena kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuantujuan pendidikan (Nana Syaodih2004). Oleh karena itu Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai ; 1) sejumlah mata pelajaran, 2) pengalaman belajar, dan 3) sebagai perencanaan program belajar (Sanjaya Wina, 2005). Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 : tentang Sisdiknas). Dari batasan di atas, untuk mendefinisikan hakikat KBK maka pengertian kurikulum dalam tulisan ini lebih cocok dengan mengacu pada batasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber pendidikan (Sanjaya Wina, 2005). KBK terdiri atas empat komponen yang tergambar seperti bagan alur di bahwah ini. Kurikulum Dan Hasil Belajar

Pengelolaan Kurikulum Berbasis

Penilaian Berbasis kelas

KBK

Kegiatan Belajar mengajar

Gambar 1. Bagan Alur Kompenen KBK 7

Keempat komponen dalam KBK inilah yang harus ada dan dijadikan pedoman bagi implementasi KBK di sekolah-sekolah secara Nasional. Hakikat Implementasi KBK di Sekolah Menengah Atas Orientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut panduan Depdiknas 2002 terletak pada ; (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Sanjaya Wina, 2005). Oleh karena itu hendaklah kedua orientasi KBK ini harus tercermin dalam implementasi KBK di sekolah-sekolah yang secara operasional dilaksanakan oleh guru dalam interaksi proses pembelajaran di kelas. Implementasi KBK di SMA bergantung pada dua faktor, yaitu faktor pelaksana pendidikan seperti; Kepala Sekolah, Dewan Komite Sekolah, Kepala Dinas, Pengawas, Peserta Didik, dan faktor sarana dan prasarana. Peranana kepala Sekolah dalam mengemban pembinaan kurikulum di sekolah sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya, karena seoarang kepala sekolah dapat memerankan fungsinya sebagai administrator (Sudjana Nana,1988). Dalam implementasi KBK, guru dan kepala sekolah perlu memperhatikan tiga komponen utama sebagai berikut : (1) standar kompetensi yang dituju harus dirumuskan secara spesifik, (2) silabus yang dikembangkan harus merumuskan secara jelas program pembelajaran, hasil belajar, dan criteria penilaian, (30 persiapan mengajar perlu dilakukan secara matang, untuk menentukan bahwa kegiatan pembelajaran sudah dapat dilaksanakan. Peran Guru dalam Implementasi KBK Untuk mengimplementasikan KBK dalam proses pembelajaran di kelas, maka guru harus memahami perannya. Dalam implementasi KBK, peran guru dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu peran sebagai perencana pembelajaran, pengelola, fasilitator dan sebagai evaluator (Sanjaya Wina, 2005). Agar KBK dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki hal-hal sebagai berikut: 1) menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi yang lain dengan baik. 2) menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi, 3) memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasinya, 4) menggunakan 8

metoda yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik, 5) mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi, 6) mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, 7) menyiapkan proses pembelajaran, 8) mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik, serta 9) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan (E mulyasa, 2004). Hakikat Keterampilan Kepemimpinan Kepala sekolah Kepemimpinan berasal dari akar kata “pemimpin”, yang artinya adalah orang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi pengikutnya untuk merealisasi visinya. Di sekolah yang berfungsi sebagai pemimpin adalah Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang Kepemimpinan Pendidikan ada lima , yakni; 1) keterampilan memimpin, 20 keterampilan menjalin hubungan kerja dengan sesame manusia, 3) keterampilan menguasai kelompok, 4) keterampilan mengelola administrasi personalia dan 5) keterampilan menilai. Dalam mensukseskan implementasi KBK di sekolah diperlukan kepala sekolah yang mandiri, professional dengan kemampuan manajemen yang tangguh agar mampu mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia demi meningkatkan dan mencapai sekolah yang bermutu. Disamping itu seorang Kepala Sekolah haruslah menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis dan professional. Kepala sekolah yang mandiri, demokratis dan professional harus berusaha menanamkan , memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai di sekolah tempat ia memimpin, yakni pembinaan mental, moral, fisik dan artistik (E Mulyasa, 2004). METODOLOGI PENELITIAN Tujuan Penelitian Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) hubungan antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika, 2) hubungan antara pemahaman guru fisika tentang KBK dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika, dan 3) hubungan antara

9

keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru fisika tentang KBK terhadap implementasinya pada proses pembelajaran fisika. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA-SMA Sanggar 14 jakarta Timur, pada semester II tahun ajaran 2005-2006 selama tiga bulan mulai awal bulan Maret sampai dengan akhir bulan Mei tahun 2006 dengan jumlah sampel 40 orang yang diambil secara acak. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan teknik analisis korelasional, untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas, yaitu keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru fisika tentang KBK dengan satu variabel terikat,isika yakni implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika. Konstelasi hubungan antara kedua variabel bebas dan satu variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut:

X1 Y X2 Gambar 2. Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat Definisi Operasional variable Penelitian Definisi Operasional keterampilan kepemimpinan kepala sekolah Adalah skor total yang diperoleh responden dalam menjawab butir-butir pernyataan yang dikembangkan dari kisi-kisi kuisioner tentang “keterampilan kepemimpinan kepala sekolah”. Sedangkan untuk pemahaman guru fisika tentang KBK secara operasional didefinisikan sebagai skor total yang diperoleh responden dalam menjawab butir-butir pernyataan yang dikembangkan dari kisi-kisi kuisioner. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 10

Populasi penelitian adalah seluruh guru fisika SMA Sanggar 14 Jakarta Timur dan sampel penelitian adalah para guru yang dipilih secara acak dengan teknik simple random sampling yang berjumlah 40 orang. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengetahui implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika menggunakan penilaian baku KBK yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Krtieria penilaian adalah sebagai berikut, jika tidak terdapat indicator implementasi dari criteria KBK diberi nilai nol, dan jika ada terlihat indicator implementasi diberi nilai 1 pada kategori “kurang”, 2 pada kategori “sedang” dan 3 pada kategori “baik”. Instrumen keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini menggunakan kuisioner dengan skala Likert. Untuk pernyataan atau pertanyaan positif, skor 5 diberikan untuk jawaban “selalu”, 4 untuk jawaban “sering”, 3 untuk jawaban “jarang”, 2 untuk jawaban “sesekali” dan 1 untuk jawaban “tidak pernah”, sedangkan untuk pernyataan atau pertanyaan yang bersifat negative penskoran kebalikan dari pernytaan atau pertanyaan positif. Untuk instrument pemahaman guru fisika terhadap KBK juga berdasarkan Skala Likert dengan lima pilihan. Dengan ditraktor pilihan jawaban; sangat setuju, setuju, tidak berpendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk dengan menggunakan rumus Product Momen Pearson. Diterima atau tidaknya suatu butir ditentukan oleh besarnya nilai r hitung yang dibandingkan dengan nilai r tabel pada alpha = 0,05. Jika r hitung > r tabel maka butir soal dinyatakan valid (sahih). Reliabilitas instrument dalam penelitian ini diukur dengan statistic Alpha Cronbach, dengan koefisient reliabilitas berpedoman pada klasifikasi Guilford sebagai berikut; r ≥ 0,8 (sangat kuat), 0,6 ≤ r ≤ 0,8 (kuat) dan 0,4 ≤ r ≤ 0,6 (sedang). Untuk menghitung validitas maupun reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 10,05.

Hipotesis Statistik 11

Perumusan hipotesi statistic dalam penelitian aini adalah sebagai berikut: Hipotesis pertama

: Ho : ρy1 = 0

H1: ρy1 > 0

Hipotesis ke dua

: Ho : ρy2 = 0

Hipotesis ke tiga

: Ho : ρy12 = 0

H1: ρy2 > 0 H1: ρy12 > 0

HASIL PENELITIAN Implementasi KBK pada Proses Pembelajaran Fisika Skor implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika yang dapat dicapai oleh seorang guru fisika berada dalam rentang 0 sampai 132. Data penelitian menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh oleh sampel penelitian 108 dan terendah 57. Rata-rata hitung sebesar 76,83, simpangan baku sebesaar 12,66 dan modus sebesar 74. Hasil lengkap dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Distribusi Frekuensi skor Implementasi KBK pada Proses Pembelajaran Fisika Kelas Interval 57 – 67

Frekuensi 12

Frekuensi Relatif (%) 30,0

68 – 78

13

32,5

79 – 89

8

20,0

90 – 100

5

12,5

101 – 111 Jumlah

2 40

5,0 100

12

Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah Skor instrument Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah terentang dari nilai terendah 33 dan tertinggi 165. Dari data penelitian skor keterampilan kepemimpinan kepala sekolah diperoleh angka tertinggi 148 dan terendah 74. Dengan nilai rata-rata 119,95, simpangan baku sebesar 19,09 dan modus sebesar 132. Hasil lengkap dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah Kelas Interval 74 – 88

Frekuensi 3

Frekuensi Relatif (%) 7,5

89 – 103

6

15,0

104 – 118

7

17,5

119 – 133

13

32,5

134 – 148 Jumlah

11 40

27,5 100

13

Pemahaman Guru Fisika tentang KBK Skor instrument pemahaman guru Fisika tentang KBK terentang dari nilai terendah 42 dan tertinggi 210. Dari data penelitian skor keterampilan kepemimpinan kepala sekolah diperoleh angka tertinggi 142 dan terendah 72. Dengan nilai rata-rata 108,95, simpangan baku sebesar 19,32 dan modus sebesar 96. Hasil lengkap dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Guru Fisika tentang KBK Kelas Interval 72 – 86

Frekuensi 6

Frekuensi Relatif (%) 15,0

87 – 101

9

22,5

102 – 116

11

27,5

117 – 131

7

17,5

132 – 145 Jumlah

7 40

17,5 100

14

Uji Persyaratan Analisis Data Uji persyaratan analisis data meliputi uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmpgorov-Smirnov dan uji homogenitas varians menggunakan uji Levene. Rangkuman hasil uji normalitas data dan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Variabel Implementasi KBK pada Proses

Nilai-p

15

Alpha

Kesimpulan

pembelajaran fisika Keterampilan Kepemimpinan

0.885

0,05

Berdistribusi mormal

Kepala Sekolah Pemahaman Guru Fisika

0.855

0,05

Berdistribusi mormal

tetang KBK

0.351

0,05

Berdistribusi mormal

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variabel

Nilai-p

Alpha

Kesimpulan

0.063

0,05

Varians homogen

0.177

0,05

Varians homogen

Varians Y atas X1 Varians Y atas X2

Pengujian Hipotesis 1. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Implementasi KBK pada Proses Pembelajaran Fisika Hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran Fisika (Y). Analisis korelasi terhadap pasangan-pasangan data dari kedua variable tersebut menghasilkan koefisien koirelasi r product moment sebesar 0,344. Telaah signifikans terhadap nilai koefisien korelasi tersebut menghasilkan nilai-p = 0,015. Karena nilai-p < 0,05 berarti hipotesis nol ditolak, hal ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika

adalah signifikans. Artinya

terdapat hubungan yang kurang erat dan positif antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika. Selanjutnya karena koefisien korelasi ry1 = 0,344 maka dapat diperoleh nilai koefisien determinasinya sebesar R2 = 0,118 yang berarti bahwa 11, 8 % varians implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika dapat dijelaskan oleh keterampilan kepemimpinan kepala sekolah.

16

Analisis regresi linier sederhana terhadap data penelitian hubungan antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran Fisika menghasilkan persamaan :

ŷ = 49,051 + 0,232 X

1

Derajat signifikans dari persamaan di atas diuji dengan uji-F yang menghasilkan analisa varians dengan bilai-p = 0,030 < 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, yang berarti koefisien regresi persamaan di atas signifikan. Hasil uji linieritas regresi menghasilkan nilai-p = 0,015 < 0,05, yang berarti hipotesis nol ditolak dan persamaan regresinya berbentuk linier. Koefisien korelasi parsial X1 dengan Y yang dikontrol oleh X2 adalah

ryi2 = 0,2352, hubungannya tidak signifikan karena nilai–p = 0,075 >0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan anatara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran Fisika.

2.

Hubungan antara Pemahaman Guru Fisika terhadap KBK dengan Implementasinya pada proses pembelajaran Fisika Hipotesis ke dua yang akan diuji dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pemahaman guru Fisika (X2) dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran Fisika(Y). Analisis korelasi terhadap pasangan-pasangan data dari kedua variable tersebut menghasilkan koefisien koirelasi r product moment sebesar 0, 681. Telaah signifikans terhadap nilai koefisien korelasi tersebut menghasilkan nilai-p = 0,000. Karena nilai-p < 0,05 berarti hipotesis nol ditolak, hal ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara pemahaman guru Fisika terhadap KBK dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika adalah signifikans. Artinya terdapat hubungan yang kurang erat dan positif antara pemahaman guru Fisika terhadap KBK dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika. Selanjutnya karena koefisien korelasi ry2 = 0,0681 maka dapat diperoleh nilai koefisien determinasinya sebesar R2 = 0,464 yang berarti bahwa 46,4 % varians

17

implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika dapat dijelaskan oleh pemahaman guru Fisika terhadap KBK. Analisis regresi linier sederhana terhadap data penelitian hubungan antara pemahaman guru Fisika terhadap dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran Fisika KBK menghasilkan koefisien arah b sebesar 0,454 dan konstatanta a sebesar 27,407 sehingga bentuk persamaan regresinya seperti berikut ini:

ŷ = 27,407 + 0,454 X

2

Derajat signifikans dari persamaan di atas diuji dengan uji-F yang menghasilkan analisa varians dengan bilai-p = 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, yang berarti koefisien regresi persamaan di atas signifikan. Hasil uji linieritas regresi menghasilkan nilai-p = 0,001 < 0,05, yang berarti hipotesis nol ditolak dan persamaan regresinya berbentuk linier. Kesimpulan dari persamaan regresi adalah linier dan signifikan. Koefisien korelasi parsial X2 dengan Y yang dikontrol oleh X1 adalah ryi2 = 0,6525 hubungannya tidak signifikan karena nilai–p = 0,000 < 0,05. Hal ini berarti hubungan pemahaman guru fisika tentang KBK dengan implementasin KBK pada proses pembelajaran fisika signifikan walaupun dikontrol oleh keterampilan kepemimpinan kepala sekolah. Selanjutnya koefisien determinasi menghasilkan 0,4258, hal ini beraarti kontribusi pemahaman guru fisika tentang KBK (X2) terhadaap implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika (Y) diduga sebesar 42,58 % pada saat keterampilan kepemimpinan kepala sekolah skornya tetap. 3. Hubungan

antara

Keterampilan

Kepemimpinan

Kepala

Sekolah

dan

Pemahaman Guru Fisika tentan KBK Hipotesis ke tiga yang diuji dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan pemahaman guru Fisika tentang KBK (X2) dengan implementi KBK pada pelajaran Fisika (Y). Analisa korelasi ganda terhadap hubungan antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru Fisika tentang KBK dengan implementasi KBK 18

pada mata pelajaran Fisika menghasilkan nilai Ry.12 sebesar 0,703. Analisis signifikansi terhadap nilai koefisien korelasi ganda tersebut diperoleh nilai-p pada ANAVA sebesar 0,000 < 0,05, berarti hipotesis nol ditolak, hal ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi ganda Ry.12 = 0,703 yang diperoleh dalam penelitian ini ternyata signifikan. Artinya terdapat hubungan yang erat dan positif antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru Fisika tentang KBK secara bersama-sama dengan implementasi KBK terhadap proses pembelajaran fisika, maka hipotesis kerja diterima karena teruji kebenarannya. Dengan koefisien korelasi ganda Ry.12 sebesar 0,703 maka koefisien determinasinya R2y.12 diperoleh sebesar 0,494 yang berarti bahwa kontribusi keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru fisika tentang KBK secara bersama-samaterhadap varians implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika sebesar 49,4 %. Analisis regresi berganda terhadap data penelitian hubungan antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru fisika tentang KBK dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika menghasilkan koefisien arah b1 sebesar 0,120, b2 sebesar 0,423dan konstanta a sebesar 16,366. Dengan demikian bentuk hubungan antara keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru fisika tentan KBK dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika dapat disajikan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut:

ŷ = 16,366 + 0,120 X + 0,423 X 1 2 Untuk mengetahui derajat signifikansi koefisien regresinya secara simultan, maka persamaan regresi tersebut selanjutnya diuji dengan menggunakan uji-F atau pada ANAVA dan menghasilkan nila-p sebesar 0,000 < 5 %. Kesimpulannya adalah persamaan regresi di atas signifikan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian di atas, menunjukkan bahwahipotesis kerja yang telah dirumuskan dapat diterima, yaitu terdapat hubungan positif antara kedua variable bebas dengan variable terikatnya,

yaitu keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan 19

pemahaman guru fisika tentang KBK dengan implementasi KBK pada mata proses pembelajaran fisika. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari

temuan

penelitian

dan

pembahasan-pembahasan

dimuka

dapatlah

disimpulkan bahwa : 1. Hasil penelitian menun jukkan bahwa keterampilan kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif kurang erat dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika. 2. Hubungan pemahaman guru Fisika tentang KBK dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika mempunyai hubungan positif dan erat 3. Hubungan keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan pemahaman guru Fisika tentang KBK secara bersama-sama dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika mempunyai hubungan yang positif dan erat. 4. Diantara kedua variable bebas yang berhubungan dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika, ternyata variable pemahaman guru fisika tentang KBK yang memiliki hubungan yang paling kuat dengan implementasi KBK pada proses pembelajaran Fisika. Namun demikian variable keterampilan kepemimpinan kepala sekolah tetap saja tidak dapat diabaikan dalam mempengaruhi implementasi KBK pada proses pembelajaran fisika. Saran-saran Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Perlu ditingkatkan sosialisasi KBK pada para guru agar dapat dimplementasikan di sekolah-sekolah dengan baik. 2. Perlu ditingkatkan gaya kepemimpinan dekmoratis dan mandiri pada kepala sekolah agar dapat meningkatkan dan memotivasi guru dalam memahami KBK agar pengimplementasiannya dip roses pembelajaran lebih baik. 3. Sosialisasi pihak terkait sangat diharapkan agar lebih berkelanjutan dalam memperkenalkan dan meningkatkan pemahaman KBK dikalangan para kepala sekolah dan para guru-guru di lapangan. 20

DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2001. Prosess Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Indrafach rudi, Soekarto. 1993. Pengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik. Jakarta : Ghalia Indonesia. Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Mulyasa, E.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Pengembanagan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. 1995. Kepemimpinan Yang Efektif. Jakarta : Gadjah Mada Indonesia. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada.

21

Related Documents

Hasil Penelitian
May 2020 27
Hasil Penelitian
June 2020 24
Hasil Penelitian
April 2020 30
Hasil Penelitian
June 2020 22

More Documents from ""