Hasil Penelitian Ini Pun Sejalan.docx

  • Uploaded by: Paramita Angkin Saputri
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hasil Penelitian Ini Pun Sejalan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,009
  • Pages: 6
Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan Machmudah, dkk (2012) menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya depresi postpartum terjadi pada responden yang mengalami persalinan komplikasi sebesar 53,7% dan sebesar 46,3% pada responden yang melahirkan normal. Hasil penelitian yang disampaikan Ibrahim, dkk (2012) sebagian besar terdapat pada jenis persalinan patologis (caesaria) sebanyak 14 responden (46,7%), sedangkan pada persalinan fisiologis (normal) hanya berjumlah 1 responden (2,2% Ibrahim, F., Rahma, & Ikhsan, M. (2012). Faktor faktor yang berhubungan dengan depresi post partum di RSIA Pertiwi Makassar tahun 2012. FKM Unhas. Diperoleh pada tanggal 10 Juni 2015 dari http://repository.unhas.ac.id/ itstream/handle/123456789/ 250/Fatma%2 Ibrahim%20(K1 1108297).pdf?sequence=1 Machmudah, T. (2010). Pengaruh Persalinan dengan Komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang. Tesis. Universitas Indonesia. Diperoleh tanggal 31 Maret 2015 dari http://www.lib.ui.ac.id/file?f

e=digital/20284389T%20Machmudah.pdf

Angka kejadian postnatal blues pada ibu primipara 17,4% lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara. Wijayanti, Krisdiana Wijayanti, Feri Anita dan Nuryanti, Erni Jurnal Kebidanan vol 2 no. 5 Oktober 2013 Gambaran Faktor – Faktor Risiko Postpartum Blues Di Wilayah Kerja Puskesmas Blora

ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan Post Partum dengan Kejadian Post Partum Blues. Kemudian hasil analisa lebih lanjut didapati nilai Odd Ratio yang besarnya 4,513 (95% CI 1,903-10,700), artinya ibu Post partum yang cemas mempunyai peluang 4,513 kali untuk mengalami Post Partum Blues dibandingkan ibu yang tidak cemas. Hasil penelitian ini sejalan dengan tanda dan gejala dari Post Partum Blues yang didapatkan dari hasil penelitian kejadian Post Partum Blues (andri, 2006) bahwa Post Partum Blues adalah perubahan mood yang cepat dan berganti-ganti ( mood swing) kesedihan, suka menangis, hilang napsu makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas dan merasa kesepian, dimana tanda dan gejalanya, meliputi : Merasa takut dan cemas, mendadak menjadi pendiam, tidak mau bicara, merasa kesepian, sakit kepala, cepat lelah dan bingung, menangis, gangguan tidur, mudah tersinggung, labilitas

perasaan, gangguan napsu makan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadi Post Partum Blues pada ibu, salah satunya adalah kecemasan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ibu merasa cemas karena ketidak mampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit dan ketakutan menjadi tidak menarik lagi. Karena adanya kecemasan yang dialami oleh ibu Post Partum sehingga mengakibatkan terjadinya Post Partum Blues. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015 ISSN: 2338-7246 25

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN POST PARTUM DENGAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI Yuke Kirana

depresi postpartum pada ibu primipara ada 24 orang (70,59%) dan pada ibu multipara ada 20 orang (58,82%). Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa ibu primipara berisiko lebih besar mengalami depresi postpartum,8 namun penelitian lain menyatakan tidak ada perbedaan antara ibu primipara dengan ibu multipara dalam mengalami depresi postpartum.9 Menurut Ling dan Duff, gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.11 Wanita yang melahirkan pertama kali (primipara) akan mempunyai pengalaman yang lebih

sedikit dibandigkan dengan yang pernah melahirkan (multipara). Hal ini akan berpengaruh terhadap cara adaptasi klien, ISSN 2338-4514 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME V NO 1 AGUSTUS 2017 41 dimana wanita primipara lebih sering mengalami postpartum blues karena setelah melahirkan wanita primipara mengalami proses adaptasi yang lebih dibandingkan pada multipara.12 Kejadian depresi postpartum lebih besar pada kelompok ibu primipara 24 orang (70,59%) daripada kelompok ibu multipara 20 orang (58,82%). Afiyanti, Y. Rachmawati, I.N. Nurhaeni, N. Perbedaan Kepedulian Maternal Antara Ibu Primipara dan Ibu Mutipara Pada Awal Periode Postpartum Jurnal Keperawatan Indonesia, volume 10, no.2, hal 54 – 60. 2006. 9. Irham. Perbandingan Risiko Depresi Pascasalin Pada Persalinan Vaginal dan Seksio Sesarea. Tesis tidak dipublikasikan. Yogyakarta: FK UGM. 2014. 11. Old, S.B. London, L.M. & Ladewig, P.A. Maternal Newborn Nursing: A Family Centered Approach. California: AddisonWesley Nursing. 2001. 12. Pilliteri, A. Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing and Childbearing Family. 4th ed. Philadelphia: Lippincott. 2003. JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME V NO 1 AGUSTUS 2017

KARAKTERISTIK PENYEBAB TERJADINYA DEPRESI POSTPARTUM PADA PRIMIPARA DAN MULTIPARA Prima Daniyati Kusuma

Post partum blues dapat disebabkan dari dalam dan luar individu. Salah satu faktor

penyebab dari dalam individu adalah adanya fluktuasi perubahan hormonal (Gondo, 2012). Selama kehamilan, kadar estrogen dan progesteron meningkat akibat dari plasenta yang memproduksi hormon tersebut. Akibat dari kelahiran plasenta saat persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun tajam mencapai kadar sebelum kehamilan dimulai pada hari ke-5 post partum. Penurunan kadar progesteron pada awal pasca melahirkan mengakibatkan terjadinya insomnia. Pada bulan pertama masa nifas, penurunan kualitas tidur dan peningkatan gelombang pendek tidur dilaporkan. Kadar dari beta-endorphin, human chorionic gonadotropin (HCG) dan kortisol yang meningkat saat kehamilan dan mencapai kadar maksimal saat menjelang aterm juga mengalami penurunan saat persalinan. Sementara itu, kadar prolaktin meningkat selama kehamilan dan mencapai puncaknya saat persalinan dan pada wanita yang tidak menyusui kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam 3 minggu pasca melahirkan. Dengan pelepasan oksitosin, hormon yang merangsang sel lactotropik di hipofisis anterior, pemberian ASI mempertahankan kadar prolaktin tetap tinggi. Prolaktin diduga memiliki peran dalam perasaan cemas dan depresi (Gondo, 2012). Selain itu, jenis persalinan juga merupakan salah satu faktor penyebab dari luar individu terhadap terjadinya post partum blues. Hal ini sesuai dengan penelitian Dirksen dan Andriansen (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011) yang menunjukkan bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetric seperti caesarea, episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu post partum blues. Walaupun secara statistik didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna diantara keduanya, namun angka kejadian post partum blues pada ibu post partum

dengan persalinan sectio caesarea lebih tinggi sebesar 3,6% dibandingkan pada ibu post partum dengan persalinan normal. Dewi, R., Mariati, & Wahyuni, E. (April, 2012). Hubungan pemberian asi pada bayi umur <10 hari dengan gejala postpartum blues di Kota Bengkulu tahun 2011. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 15(2), 193-202. Diperoleh tanggal 11 Oktober 2013 dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id Gondo, H.K. (2012). Skrining edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada post partum blues. Oktober, 2012. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/achieve/jurnal. pdf PERBANDINGAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES PADA IBU POST PARTUM DENGAN PERSALINAN NORMAL DAN SECTIO CAESAREA Andrew Umaya Miyansaski1, Misrawati2, Febriana Sabrian3 JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014

Related Documents


More Documents from "yunita fajar"