Haris Munandar. Membuat 2 Bab.docx

  • Uploaded by: davi muamar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Haris Munandar. Membuat 2 Bab.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,569
  • Pages: 25
RAGAM, LARAS, DAN VARIASI BAHASA

Kompetensi Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan ragam dan variasi bahasa indonesia. 2. Berbahasa indonesia dengan baik dan benar sesuai fungsi dan kedudukannya. 3. Menghargai bahasa indonesia sebagai jatidiri bangsa indnonesia.

Latar Belakang Dalam sebuah perhelatan, seorang pejabat di daerah itu diberi kesempatan berpidato untuk membuka acara. Yang hadir dalam perhelatan tersebut beragam, pejabat pusat, pejabat daerah, teknokrat, guru, siswa, mahasiswa, dan tokoh masyarakat dari beberapa daerah lain. Sang pejabat berpidato dengan penuh semangat. Meskipun waktu yang disediakan untuknya hanya 30 menit, tetapi sang pejabat menghabiskan hampir 2 jam untuk berpidato. Banyak yang disampaikan, namun sebagian besar yang datang tidak mengetahui isinya. Selain karena gaya bahasanya yang meledak-ledak dan tidak terstruktur, sang pejabat juga lebih banyak menggunakan bahasa daerahnya sendiri, tanpa mempedulikan keragaman pendengar. Ilustrasi di atas bukanlah khayalan tetapi benar-benar kejadian nyata. Penulis sendiri yang menjadi saksinya. Tentu, gaya dan cara sang pejabat dalam berpidato yang semacam itu tidaklah benar. Sebagai pejabat yang sedang menjalankan tugas kenegaraan, seharusnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pidatonya. Bahasa Indonesia yang digunakan pun

lazimnya bahasa Indonesia ragam resmi. Hal itu mestinya dipahami oleh sang pejabat. Peristiwa seperti itu tidak jarang terjadi. Pejabat menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia ragam tidak resmi dalam acara-acara resmi. Kekacauan berbahasa tersebut dipicu oleh banyak sebab, mungkin karena sang pejabat tidak pernah belajar ragam bahasa Indonesia, atau karena sikap arogansi kedaerahan yang parah. Padahal, Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XV, Pasal 36 telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Negara. Jika kita konsekuen dengan dasar hukum itu, maka pelanggaran penggunaan bahasa Indonesia dalam acara-acara resmi mestinya mendapat sanksi hukum yang sepadan. Namun, pada kenyataannya sanksi terhadap pelanggaran dalam berbahasa belum pernah terjadi di republik ini. Pelanggaran hukum sudah dianggap sebagai hal yang wajar terjadi sehingga dibiarkan dari sanksi. Materi ragam dan variasi bahasa diharapkan dapat mengantarkan mahasiswa menunjun pemahaman yang lebih mendalam terhadap kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia, menimbulkan sikap hormat terhadap bahasa Indonesia, meningkatkan kualitas kebahasaan para mahasiswa, dan pada gilirannya akan membentuk generasi bangsa Indonesia yang lebih baik dari generasi sekarang. Materi ini diharapkan merupakan salah satu upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara berdaya guna dan berhasil guna. Melalui materi ini mahasiswa dikenalkan berbagai ragam dan variasi bahasa, dan penggunaan ragam dan vasiasi bahasa yang sesuai dengan situasi kebahasaan. Dengan menguasai materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi kebahasaan yang memadai, keterampilan memilih dan menggunakan ragam bahasa yang sesuai, dan munculnya sikap arif dalam berbahasa.

Uraian Materi 1. Ragam Bahasa Dalam menjalankan fungsinya sebagai alat ekspresi diri dan alat komunikasi, bahasa yang digunakan penutur memiliki ragam dan laras yang berbeda-beda, sesuai tujuan dan bentuk ekspresi dan komunikasi yang melatarbelakanginya. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan, topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras bahasa daripada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasa. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. 1.1 Ragam dan Laras Bahasa Istilah ragam bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005:920) bermakna variasi bahasa menurut pemakaian, topik yang dibicarakan, hubungan pembicara dan mitra bicara, dan medium pembicaraannya. Berdasarkan makna istilah ragam bahasa ini, maka dalam berkomunikasi seseorang perlu memperhatikan aspek: (1) situasi yang dihadapi, (2 permasalahan yang hendak disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) medium atau sarana bahasa yang digunakan. a. Laras Bahasa Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa juga dikenal dengan gaya atau style. Pemakaian bahasa kalangan kedokteran tentu berbeda dengan

pemakaian bahasa teknisi bangunan. Bahasa yang digunakan orangorang muda berbeda dengan bahasa kalangan lanjut usia. Bahasa militer berbeda dengan bahasa bangsawan. Begitu pula bahasa para guru atau dosen berbeda dengan bahasa sekumpulan sopir bis. Berdasarkan fungsi penggunaannya laras bahasa dapat dipilah menjadi laras biasa atau laras umum, laras akademik atau laras ilmiah, laras perniagaan, laras perundangan, laras sastera, laras iklan, dan sebagainya. Hal ini karena terdapat hubungan yang erat antara susunan bahasa dengan situasi-situasi yang menyebabkan terjadinya laras. - Laras Biasa atau Laras Umum Laras bahasa umum adalah laras bahasa yang diperguanakan dalam situasi keseharian atau situasi umum. Kosa kata, istilah, dan bentuk-bentuk gramatika yang digunakan tidaklah bersifat khusus dan mereferensi bidang-bidang ilmu tertentu. Ciri-cirinya adalah bebas dan mudah dipahami dan aspek tatabahasanya kurang terjaga kebakuannya. Istilah yang digunakan mencerminkan keakraban, misalnya menggunakan kata ganti orang aku, kamu, dia. Kalimat yang digunakan pendek dan ringkas. Acapkali kalimat yang digunakan bermakna ganda (ambigu), karena itu makna kalimat harus diselaraskan dengan pengetahuan penutur dan pendengar. Misalnya, kalimat “Mari makan!” tidak selalu berarti mengajak makan, tetapi hanya sekedar basa-basi sehingga orang yang diajak tidak perlu memaknainya sebagai ajakan makan. -Laras Perniagaan Laras jenis ini digunakan dalam bidang perniagaan. Gaya bahasa yang digunakan biasanya bersifat membujuk dan mempromosikan barang yang dijual. Istilah-istilah yang digunakan juga khas istilah perniagaan. Kata-kata seperti laba, untung,

komoditas, jual-beli, pelanggan, dan sebagainya menjadi kosa kata umum pada laras ini. -Laras Akademik Laras akademik dipilah dalam beberapa jenis berdasarkan bidang ilmu yang melatarbelakanginya. Jenis laras akademik, misalnya laras bahasa sains, laras ekonomi, laras sastra, laras pendidikan, laras hukum, laras pertanian, laras kedokteran, dan sebagainya. Laras-laras tersebut terbagi lagi ke dalam beberapa subbidang. Misalnya pada laras sains, terdapat laras kimia, biologi, fisika, matematika, dan sebagainya. Pada laras pendidikan terbagi lagi ke dalam laras psikologi, laras linguistik, laras paedagogi, dan sebagainya

1.2 Pidgin dan Creole Dari laras bahasa berkembang pidgin dan creole. Pidgin adalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antara dua kelompok orang yang belum mempunyai bahasa umum. Pendatang dari suku Jawa ketika pertama kali berkumpul dengan pendatang dari suku Batak di Sumatra, misalnya, jika di antara mereka hanya menguasai bahasa daerahnya masing-masing dan sama-sama belum menguasai bahasa Indonesia, maka dalam komunikasi sehari-hari di antara kedua suku tersebut menggunakan bahasa campuran: bahasa Jawa dan bahasa Batak. Bahasa campuran itu disebut pidgin. Bahasa pidgin berkembang ketika dua penutur asli kelompok bahasa yang berbeda mencoba untuk membuat sarana komunikasi. Kosakata ini terutama berasal dari salah satu bahasa dan tidak memiliki seperangkat aturan tata bahasa stabil, terutama pada tahap awal pengembangan.

2. Ragam Bahasa Indonesia Baku Sudah lama terasa perlu adanya “standarisasi” atau pembakuan dalam bahasa Indonesia. Hal ini dirasa perlu karena sudah banyaknya kosa kata asing maupun daerah yang masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang pemakaiannya belum diatur dengan suatu kaidah yang bisa dijadikan pedoman oleh para pemakai bahasa Indonesia. Apabila keadaan di atas dibiarkan begitu saja, tanpa ada usaha pembakuan, tentu salah tafsir terhadap pemakaian kosa kata tersebut akan menimbulkan persoalan baru yang barangkali membingungkan kita sebagai pemilik bahasa Indonesia itu. Pemerintah dalam hal ini memang sudah melakukan usaha yang dapat menyamakan tafsiran para pemakai bahasa Indonesia. Usaha tersebut meliputi berbagai bidang yang membangun bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa negara, bahasa persatuan, bahasa kesatuan, dan bahasa nasional. Usaha ke arah pembakuan itu pun dilakukan secara bertahap karena luasnya bidang yang dicakup dalam pemakaian bahasa Indonesia 2.1 Fungsi Pembakuan Bahasa Usaha pembakuan bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sangat penting, yakni: a) Fungsi pemersatu bagi seluruh bangsa Indonesia, yakni sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Bahasa Indonesia harus mampu mengikat suku-suku yang ratusan jumlahnya di Indonesia dan harus mampu menjadi wahana pengungkap kebudayaan nasional yang berasal dari segala macam tradisi, adat, dan suku yang tersebar di seluruh Nusantara. Jika demikian, fungsi pemersatu dapat ditingkatkan menjadi suatu bahasa baku yang beradab yang menjadi salah satu ciri manusia Indonesia modern. b) Fungsi penanda kepribadian yang dijalankan oleh suatu bahasa baku dan bangsa yang beradab akan terlihat jika dipergunakan dalam pergaulan dengan bangsa asing. Kita ingin menyampaikan identitas kita lewat bahasa Indonesia. Jika fungsi ini sudah

dijalankan dan dipraktikkan secara luas, maka bahasa Indonesia dapat dianggap telah melaksanakan perannya yang penting sebagai bahasa nasional yang baku. c) Fungsi penambahan kewibawaan, yakni jika masyarakat mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam pergaulan internasional, maka gengsi bahasa Indonesia juga akan meningkat. Fungsi ini akan terlaksana dengan baik jika bahasa Indonesia telah menjadi bahasa pengantar dalam pergaulan internasional dan menjadi bahasa pengantar bagi hasil-hasil teknologi modern dan unsur kebudayaan baru. d) Fungsi sebagai kerangka acuan (frame of reference), yakni ukuran yang disepakati secara umum tentang tepat tidaknya pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu. Hal ini akan tercapai bila bahasa Indoensia digunakan secara luas di bermacam-macam bidang seperti: surat-menyurat resmi, bentuk surat-surat keputusan dan akte-akte, risalah-risalah dan laporan, undangan, iklan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, pidato dan lain-lain 2.2 Ciri Bahasa Indonesia Baku Bahasa baku ialah bahasa yang terpelihara dalam pemakaian kaidahnya dan bersih dari pengaruh langsung berbagai unsur bahasa daerah serta bahasa asing lainnya. Untuk ini, Anton Muliono mengatakan bahwa “bahasa baku memiliki ciri sifat dinamis yang cukup terbuka untuk menampung: a) perubahan yang bersistem di bidang kosa kata dan peristilahan. b) perkembangan berjenis ragam dan gaya bahasa dibidang kalimat dan makna”. Adapun sifat-sifat bahasa Indonesia baku yang terpenting adalah: a) Yang diterangkan terletak di depan yang menerangkan (Hukum DM) – rumah makan – sekolah tinggi b) Bila kata majemuk terdiri dari dua kata yang sama-sama menunjukkan waktu boleh dipertukarkan tempatnya menurut

kepentingannya. (Jika diletakkan di depan berarti itu lebih penting dari kata yang dibelakangnya). c) Bahasa Indonesia tidak mempunyai kata penghubung untuk menyatakan kepunyaan. Jadi ‘rumah guru” bukan “rumah dari guru”. d) Bahasa Indonesia tidak mengenal tasrifr atau perubahan bentuk pada pokok kata atau kata dasar. e) Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan jenis kelamin kata. f) Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) memainkan peranan yang penting dalam bahasa Indonesia, sebab imbuhan dapat mengubah jenis kata menjadi jenis lain. Misalnya kata: tunjuk (kata benda), menunjuk (kata kerja aktif), ditunjuk (kata kerja pasif), petunjuk, penunjuk, telunjuk, pertunjukan, dan lain-lain. 2.3 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Berbahasa yang baik adalah berbahasa sesuai dengan ‘lingkungan” bahasa itu digunakan. Dalam hal ini, beberapa faktor menjadi penentu. Pertama, orang yang berbicara; kedua orang yang diajak bicara; ketiga, situasi pembicaraan apakah situasi itu formal atau nonformal (santai); keempat, masalah atau topik pembicaraan. Beberapa contoh dikemukan berikut ini. Seorang guru yang berdiri di depan kelas menyampaikan pelajaran kepada murid-muridnya atau seorang dosen di fakulatas yang memberikan kuliah kepada mahasiswanya, tentu harus menggunakan bahasa yang sifatnya formal, yang biasa dinamai bahasa baku. Situasinya adalah situasi resmi. Guru itu tentu tidak dapat menggunakan bahasa santai, misalnya menggunakan bahasa berdialek Jakarta, atau dialek Ambon, atau Manado. Seorang yang menulis lamaran ke suatu departemen atau perusahan, harus juga menggunakan ragam bahasa baku yang resmi. Begitu juga dengan seorang yang menulis artikel untuk suatu surat kabar. Dia tidak punya pilihan lain.

3. Variasi Bahasa Variasi bahasa terjadi karena adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. Variasi bahasa juga disebabkan penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa dapat dibedakan menjadi: (1) variasi bahasa dari segi penutur, (2) variasi bahasa dari segi pemakaian, dan variasi bahasa dari segi keformalan. Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan penuturnya. Biasanya variasi bahasa ini muncul karena perbedaan asalusul, status sosial, kelompok masyarakat, pekerjaan, dan sebagainya. Bahasa Indonesia yang dipakai oleh Pak Rudi, seorang dokter yang berasal dari Kawanua, berbeda dengan bahasa Indonesia Pak Ruslan, seorang dokter dari Batak. Variasi bahasa yang demikian muncul karena perbedaan penuturnya. Variasi bahasa dari segi pemakaian berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya. Variasi bahasa ini disebut juga fungsiolek atau register, yaitu variasi bahasa yang menyangkut keperluan atau bidang apa yang dibicarakan. Misalnya variasi bahasa pada bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.

D. Evaluasi Soa 1-3 bertujuan untuk mencapai Kompetensi nomor 1 1. Cermatilah ilustrasi konsep bahasa berikut ini. Endah: Tadi pagi saya melihat berita di televisi. Saya ikut prihatin atas kejadian yang menimpa Kampung Banaran Kabupaten Ponorogo. Zuhri : Memangnya berita tentang apa? Farhan: Wah, ketinggalan berita kamu, Zuhri. Itu lho, berita tentang tanah longsor. Endah : Bayangkan saja, hujan deras selama tiga jam telah mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Sampai pagi tadi sudah 6 mayat ditemukan. Ilustrasi di atas termasuk ke dalam konsep ragam bahasa… A. Ragam bahasa ilmiah B. Ragam bahasa sastra C. Ragam bahasa santai D. Ragam bahasa formal 2. Dalam naskah Sumpah Pemuda pada urutan ketiga, bahasa Indonesia dirumuskan sebagai .... A. bahasa nasional B. bahasa Negara C. lambang kebangsaan D. identitas nasional 3. Kalimat di bawah ini merupakan kalimat yang tidak menggunakan ragam baku, kecuali .... A. Pada Bahasa Indonesia yang baik dan benar membicarakan ejaan dan ragam. B. Bagi pegawai Bank tidak boleh ikut lomba itu. C. Rencana undang-undang disyahkan oleh DPR. D. Buah ini bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

E. Dalam rapat itu membicarakan masalah penurunan prestasi siswa. Soal 4-6 bertujuan untuk mencapai kompetensi nomor 2 4. Di bawah ini yang menggunakan ragam bahasa baku adalah... ... A. Semua pegawai daripada pabrik ini sudah pulang. B. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran saudara. C. Udah deh, jangan mengganggu terus! D. Bilang dulu sama saya punya ibu. E. Kami menghaturkan terima kasih atas perhatiannya.

5. . perhatikan urutan berikut 1. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu 2. Memerlukan orang kedua/teman bicara 3. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu 4. Harus memperhatikan unsur gramatikal; 5. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca. Manakah yang termasuk ciri-ciri ragam tulis ditinjau dari segi tata bahasa, struktur dan kosa katanya... A. 1, 2, dan 3 B. 1, 3, dan 4 C. 1, 4, dan 5 D, 2, 3, dan 4 E. 2, 3, dan 5 6. perhatikan urutan berikut 1. Memerlukan orang kedua/teman bicara; 2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;

3.Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu; 4.Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu; 5. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi; Manakah yang termasuk ciri-ciri ragam lisan ditinjau dari segi tata bahasa, struktur dan kosa katanya... A. 1,3, dan 4 B. 1,3, dan 5 C. 1,2, dan 3 D. 1,4, dan 5 E. 2,3, dan 4 Soal 7-10 bertujuan untuk mencapai Kompetensi 3 7 . Pukul 08.00 di Tomok, Pulau Samosir, matahari baru saja muncul di Danau Toba. Udara dingin dan kabut belum beranjak. Tetapi, sekitar dua ratus warga desa telah bergerak ke rumah peninggalan Raja Sidabutar dengan menggunakan pakaian adat Batak, ialah kain ulos dan ikat kepala tiga warna: merah, putih, dan hitam. Kalimat di atas akan menjadi kalimat baku jika diperbaiki dengan cara berikut, kecuali .... A. Mengganti kata dua ratus dengan 200. B. Mengganti kata muncul dengan terbit C. Mengganti kata ialah dengan yaitu D. Mengganti kata tetapi dengan namun E. Mengganti kata menggunakan dengan mengenakan

8. Apa yang dimaksud “Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”? A. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penyampaian maksud dan tujuan dengan jelas. B. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah ketika berbicara apa yang diucapkan dimengerti oleh orang lain. C. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pema-kaian bahasa sesuai dengan pembicaraan sehari-hari. D. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia E. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemcampuran bahasa adat dan bahasa indonesia sesuai tempat dan kondisi 9. Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah melalui kaidah bahasa. Kaidah bahasa meliputi beberapa aspek yaitu.. A. Estetis, logis, dan ekonomis B. langsung dan tak langsung C. sosial, budaya, dan adat D. Simbol, Vokal, Arti, dan makna E. Semuanya benar. 10. Bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola, memiliki makna, dan fungsi. Hal tersebut merupakan pengertian dari... A. Lambang B. Sistem C. Bunyi D. Mimik E. Artikulasi

WACANA Latar belakang Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-kalimat yang ada disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak mempunyai makna dalam kesendiriannya. Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat yang berada disekitarnya. Kalau kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana, maka persoalan kita sekarang apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau bagaimana pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang. Namun , dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca( dalam wacana tulis) atau pendengar( dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.

Kompetensi 1. Mahasiswa mampu mengetahui penggunaan wacana 2. Mahasiswa mampu memahami jenis wacana 3. Mahasiswa mampu mengetahui persyaratan terbentuknya wacana Pengertian wacana Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimatkalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar. Jenis-jenis wacana 1. Jenis wacana berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit,

jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat. 2. Jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog. 3. Jenis wacana jika dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan tambahan dari sumber yang lain yakni, wacana persuasi. a)

Narasi

Narasi adalahceritayang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadianatau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragra fi/riwayat) seseorang,otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:

1) 2) 3) 4) 5)

Kejadian Tokoh Konflik Alur/plot. latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atausetahun kemudian kerap dipergunakan. Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut. Menentukan tema cerita Menentukan tujuan Mendaftarkan topik atau gagasan pokok Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu. Mengembangkan kerangka menjadi karangan. b)

Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, Perincian atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.

Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut: a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis. Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita: “Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersamasama dengan sekelompok orang yang sama sekali belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang punyang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.” b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau faktafakta yang dilihat. Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita: Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku, ”Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!” Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu: I Menetukan obyek pengamatan II. Menentukan tujuan

III. Mengadakab pengamatan dan pengumpulan data IV. Menyusun kerangka karangan V Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

c)

Eksposisi

Kata eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran. d)

Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis. Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut. a) Menentukan tema atau topik permasalahan, b) Merumuskan tujuan penulisan, c) Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, d) Menyusun kerangka karangan, Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah. 1) Sebab-akibat a) Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat. 2) Akibat-sebab b) Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibatdan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya. 3) Urutan Pemecahan Masalah Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkanmasalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah. e)

Persuasi

Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional.

EVALUASI Soal 1-3 bertujuan untuk mencapai Kompetensi 1 1. Bacalah paragraf berikut dengan saksama! Faktor utama untuk bersaing adalah SDM yang sekaligus sebagai subjek dalam berproduksi. SDM perusahaan atau industri harus memiliki kemampuan teknis profesional dan adaptif. Kemampuan teknis profesional adalah keahlian menghasilkan barang dan jasa dengan sarana teknologi yang memadai. Kemampuan adaptif adalah kesanggupan SDM untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, sosial, dan lingkungan kerja, disiplin dan niai-nilai dalam perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain, mereka harus memiliki kemampuan normatif. Penalaran yang terkandung dalam paragraf di atas adalah … a. Deduktif b. Induktif c. Deduktif – induktif d. Sebab – akibat e. Generalisasi 2. Bacalah penutup resensi buku berikut ini dengan saksama! Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaannya, harus diakui bahwa buku pertama seorang “yogi buku” ini merupakan karya yang memikat.Bahkan cara dan gaya pengungkapannya, dalam kadar tertentu, telah memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati. Kita menantikan karya berikutnya. Sumber: Majalah Matabaca, Agustus 2002 Pernyataan yang tepat untuk penutup resensi tersebut adalah… a. Penutup resensi buku tersebut sangat tepat. b. Pada bagian penutup resensi buku seharusnya mengajak untuk membaca buku karena sangat bermanfaat.

c. Pada bagian penutup resensi buku seharusnya mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku. d. Pada bagian penutup resensi buku seharusnya memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku. e. Pada bagian penutup resensi buku seharusnya berisi uraian tentang buku itu penting untuk siapa dan mengapa. 3. Perhatikan kalimat dibawah ini! (1) Dapat pula dikemukakan bahwa dalam paragraf yang kohesif tidak terdapat kalimat yang saling bertentangan. (2) Kohesif bermakna kepaduan. (3) Paragraf yang kohesif adalah paragraf yang hubungan antar kalimatnya padu atau berjalinan erat. (4) Kepaduan itu ditandai dengan terciptanya saling mendukung antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. (5) Lebih jelas lagi dapat dikatakan bahwa paragaraf yang kohesif ditandai dengan tidak terjadinya saling mengingkari antara kalimat satu dengan kalimat lainnya. Kalimat-kalimat tersebut akan menjadi paragraf yang padu apabila disusun dengan urutan… a. (2), (3), (5), (4), (1) b. (1), (3), (5), (4), (2) c. (5), (3), (2), (4), (1) d. (2), (4), (5), (3), (1) e. (2), (3), (4), (5), (1) Soal 4-6 bertujuan untuk mencapai kompetensi 2 4. Bacalah wacana berikut dengan saksama!

Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan , seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan, seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah seseorang sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya. Penalaran yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada paragraf di atas adalah…. A. generalisasi B. analogi C. Silogisme D. sebab – akibat E. akibat – sebab

5. Paragraf deskripsi yang tidak disertai opini penulis disebut … A. Deskripsi subjektif. B. Deskripsi objektif. C. Deskripsi spasial. D. Deskripsi waktu. E. Tidak ada yang benar.

6. Di bawah ini yang bukan tujuan dari paragraf deskripsi adalah… A. Memberikan informasi mengenai objek secara umum dan tidak mendetil. B. Membuat pembaca merasakan apa yang penulis rasakan. C. Menggambarkan atau melukiskan objek tertentu. D. Menempatkan pembaca seolah-olah melihat objek yang ditulis.

E. Menggambarkan objek secara jelas, detil, dan membuat pembaca seolah-olah melihat dan merasakan objek tersebut. Soal 7-10 bertujuan untuk mencapai kompetensi 3 7. Struktur teks persuasi adalah ... a. Pengenalan isu - pernyataan ajakan - rangkaian argumen penegasan kembali. b. Pengenalan isu - rangkaian argumen - pernyataan ajalan penegasan kembali. c. Pernyataan ajakan - pengenalan isu - rangkaian argumen penegasan kembali. d. Rangkaian argumen - pernyataan ajakan - pengenalan isu penegasan kembali.

-

8. Berikut adalah ciri kebahasaan teks persuasi, kecuali ... a. menggunakan kata kerja mental. b. menggunakan kata penghubung argumentatif. c. menggunakan kata penghubung urutan d. menggunakan kata-kata perujukan 9. Jenis karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alasan-alasan dengan pendapat yang kuat sehingga pembaca mau mengikuti gagasan yang dikemukakan penulis disebut a. b. c. d. e.

Narasi Deskripsi Eksposisi Argumentasi Persuasi

10. . Perhatikan pernyataan-pernyataan dibawah ini! 1) Tujuan paragraf argumentasi ialah untuk meyakinkan pembaca 2) Tujuan paragraf argumentasi ialah untuk memberi informasi atau menjelaskan kepada pembaca agar pembaca memperoleh gambaran yang jelas 3) Pendahuluan paragraf argumentasi ialah menarik perhatian pembaca pada persoalan yang akan dikemukakan 4) Pendahuluan paragraf argumentasi ialah memperkenalkan kepada pembaca tentang topik yang akan dipaparkan dan tujuan paparan tersebut Pernyataan yang salah ialah a. 3 dan 4 b. 2 dan 4 c. 1 dan 3 d. 1, 3 dan 4 e. Semua salah

Related Documents

Haris
November 2019 22
Haris
May 2020 11
Haris Resumea
June 2020 16
Haris M.
June 2020 16

More Documents from ""

Amplop.docx
April 2020 2
Sahmir Halil.xlsx
April 2020 3
November 2019 22
Aquarela Do Brazil
June 2020 31