Hariman Alamsyah Siregar

  • Uploaded by: Reendy Afriko
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hariman Alamsyah Siregar as PDF for free.

More details

  • Words: 1,437
  • Pages: 43
Hariman alamsyah Siregar

DEFINISI Terapi Oksigen: pemberian oksigen dgn konsentrasi yang lebih besar daripada udara ruang untuk mencegah hipoksemia

HIPOKSEMIA  Penurunan tekanan parsial oksigen (PaO2) dalam darah arteri.  Neonatus: PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%  Dewasa, anak, bayi : PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%

TUJUAN  Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg

atau SaO2 > 90% untuk : - Mencegah hipoksia sel & jaringan - Menurunkan kerja nafas - Menurunkan kerja otot jantung

MEKANISME HIPOKSEMIA  Gangguan ventilasi-perfusi(V/Q

mismach): PPOK, retensi sputum, penyakit kardiovaskular  Hipoventilasi alveolar : PPOK eksaserbasi, henti tidur (sleep apnea), overdosis obat  Shunt (pirau) : pneumonia, ARDS, atelektasis, edema paru kardiogenik, emboli paru

MEKANISME HIPOKSEMIA  Gangguan

difusi→fibrosis intertisial, edema intertisial, sarkoidosis, penyakit kolagen vaskular(SLE, granulomatosis wagener)

 Penurunan

tekanan oksigen inspirasi→tempat ketinggian, anemia, perdarahan dll

HIPOKSIA JARINGAN AKIBAT HIPOKSEMIA 

Hipoksia hipoksik Penurunan oksigen dalam udara inspirasi/ darah misal : V/Q mismatch, gangguan difusi, hipoventilasi alveolar



Hipoksia stagnan Akibat perfusi jaringan buruk, penurunan aliran darah misal : gagal jantung, syok, henti jantung

 Hipoksia anoksia

Penurunan kapasitas angkut oksigen misal : anemia, keracunan CO2, anemia sickle cell, gangguan Hb lain  Hipoksia histotoksik

Ketidakmampuan menggunakan O2 di jaringan misal: keracunan sianida, alkohol

NILAI PAO2 DAN SAO2 PADA ORANG DEWASA PaO2

SaO2 (%)

Normal

97

97

Kisaran Normal

≥ 80

≥ 95

Hipoksemia

< 80

< 95

Ringan

60 - 79

90 – 94

Sedang

40 – 59

75 - 89

Berat

< 40

< 75

DETEKSI HIPOKSEMIA A. Gejala klinis

B. Analisa Gas darah C. Oksimetri D. Transkutaneus

A. GEJALA KLINIS 

  

  

sesak nafas nafas cepat dan dangkal rekuensi nafas 35xpermenit ada gerak cuping hidung retraksi sela iga sianosis jika sudah terlambat selain itu terdapat kelelahan, diorientasi, takikardia, bradikardia, aritmia, hipertensi, hipotensi dll

B. ANALISA GAS DARAH Gold standart : hipoksia  PaO2 dan SaO2  Saturasi O2: jumlah O2 yang berikatan dengan Hb  Derajat saturasi tergantung dari kurva disosiasi oksi Hb 

C. Pulse

oksimetri akurasi cukup baik bila SaO2 > 80 %

D. Transcutaneus partial pressure of oxygen ( Ptc O2)

KUNCI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN  Siapa yang memerlukan ?  Bagaimana cara pemberian ?

 Bagaimana cara memonitor ?

Oksigen dianggap sebagai obat maka mempunyai :  Indikasi pemakaian

 Dosis pemberian

 Cara pemakaian  Penyulit / efek samping

MONITORING TERAPI OKSIGEN  Tanda

klinis - Kerja nafas : RR, otot nafas tambahan, nafas cuping hidung, sianosis - Kerja jantung : Nadi, tensi  Pulse oxymetri  Analisa gas darah

PEMBERIAN OKSIGEN 1.Cara pemberian arus rendah (low-flow devices) 

Gas yang masuk lebih sedikit dibandingkan yang dihirup pasien. FiO2 lebih kecil dibandingkan dengan FDO2 dan bervariasi tergantung dari gas yang keluar dari alat dan pola pernafasan pasien.



Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Kanula hidung (nasal prong) 

Kanula hidung suatu pipa plastik lunak dengan ujung buntu yang dikaitkan ke telinga dan dibawah leher.



Bentuk ini dapat dipakai untuk dewasa, anak, dan bayi. Kanula dihubungkan dengan pipa kecil dan disambungkan ke humidifier.



Kecepatan aliran oksigen bervariasi antara 2-6 l/menit, FiO2 0.28 – 0.40.



Hal ini untuk mencegah terjadinya iritasi karena cepatnya aliran oksigen tersebut.

GAMBAR 1. NASAL KANULA

2. Masker 

Masker yang terdiri dari:



Masker digunakan apabila level oksigen yang diberikan lebih tinggi dibandingkan kanula hidung, dimana masker hidung adalah perangkat dari plastik ringan, pemakaiannya menutupi hidung dan mulut.

1. MASKER SEDERHANA (MASKER SIMPLE) 

Masker digunakan pada wajah dengan mengikatkan pita kepala plastik



Beberapa tipe menyediakan alat pengikat dari logam yang lunak sesuai dengan bentuk hidung.



Pemakaian masker harus dijamin kuat tetapi tidak menyebabkan tekanan yang menyakitkan pada wajah terutama bila menekan tulang pipi.



Kecepatan aliran oksigen bervariasi antara 5 - 10 l/menit dan FiO2 0.30 -0.60

GAMBAR 2. MASKER SEDERHANA

3. Masker Re - Breathing Keuntungan  Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir Kerugian  Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat

GAMBAR 3. MASKER RE - BREATHING

4. Masker Non Rebreathing Keuntungan :  Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapai 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian :  Kantong oksigen bisa terlipat.  Pasien hanya dapat bernafas dari kantung cadangan.  Kantung harus tetap dalam keadaan terkembang setiap waktu.  Laju aliran O2 10 sampai 15 L.  Pemasangan kurang baik, harus dilepaskan sebelum makan.

GAMBAR 4. A. MASKER Non – re BREATHING

GAMBAR 4. B. MEKANISME KERJA MASKER RE - BREATHING

Cara pemberian arus tinggi (high-flow devices). Gas yang masuk stabil dan sesuai dengan yang di hirup pasien (FiO2 sama dengan FDO2). Yang termasuk dalam kelompok ini 1. Masker venturi 2. CPAP (continous positive airway pressure)

CPAP (continous positive airway pressure). 

Sistem CPAP dengan regulator digunakan melalui sebuah flow meter menuju masker dan diakhiri dengan sebuah alat yang dapat mengukur tekanan antara 2,5-20 cm H2O, dimana masker dipasang pada wajah dengan menggunakan pengikat kepala.

 Merah  Biru  Hijau  Putih  Kuning

: 40% : 10 l/mnt : 29%: 4 l/mnt : 35% : 8 l/mnt : 31% : 6 l/mnt : 28% : 4 l/mnt



Ada beberapa rumus yang dapat kita pergunakan untuk menentukan kebutuhan konsentrasi O2, yaitu :

1. PAO2

= (PB - PH2O) x FiO2 – (PaCO2 astrup x 1,25) = (760-47) x FiO2 – (PaCO2 astrup x 1,25) = 713 x FiO2 – (PaCO2 astrup x 1,25)

2. AaDO2

=

PAO2 – PaO2 Astrup

3. FiO2

=

AaDO2 + 100 (150) x 100 % 760

atau setelah mendapat nilai PAO2 dengan rumus (1), gunakan rumus berikut untuk cari PAO2 baru :

4.

a/A ratio = PaO2 / PAO2

PaO2 astrup = PaO2 yang diinginkan PAO2 yang didapat PAO2 yang baru Selanjutnya , bila sudah didapat PaO2 baru, cari FiO2 baru dengan rumus (1)

 Keterangan  PAO2

: tekanan O2 di alveoli  PaO2 : tekanan O2 di arteri  FiO2 : Fraksi / konsentrasi O2  AaDO2 : Perbedaan tekanan O2 di alveoli dan arteri (PAO2 – PaO2) ○ AaDO2 < 20 ○ AaDO2 20 – 40

○ AaDO2 40 – 60 ○ AaDO2 > 60

: : : :

Normal V/Q mismatch Shunt Gangguan difusi

CONTOH KASUS Seorang lelaki, usia 60 tahun, datang ke RSHAM dengan keluhan utama sesak nafas, dilakukan pemeriksaan analisa gas darah (AGDA), dengan hasil PaO2 55 mmHg, PaCO2 32 mmHg, maka konsentrasi O2 dalam alveolus adalah dengan memakai rumus no 4, sebelumnya kita mencari PAO2 memakai rumus 1:

PAO2 = 713 x FiO2 – (PaCO2 astrup x 1,25) = 713 x 0,24 – ( 32 x 1,25) = 171,12 – 40 = 131,12 PaO2 yang diinginkan pada usia 60 tahun dapat kita gunakan rumus : PaO2 = 109 – 0,43 (usia) + 4 = 109 – 0,43 (60) + 4 = 109 – 25,8 + 4 = 87,2 Setelah itu kita masukkan hasil yang kita dapat ke rumus no 4 : PaO2 astrup = PaO2 yang diinginkan PAO2(1) PAO2 yang baru 55 = 87,2 131,12 PAO2 yang baru PAO2 yang baru

= 131,12 x 87,2 55 = 207,88

Maka, untuk menentukan berapa konsentrasi yang seharusnya pada pasien ini, kita dapat memakai rumus 1 kembali : PAO2 207,88 207,88 247,88 FiO2



= 713 x FiO2 – (PaCO2 astrup x 1,25) = 713 x FiO2 – (32 x 1,25) = 713 x FiO2 – 40 = 713 x FiO2 = 247,88 713 = 0,34

Maka kita dapat memberikan terapi oksigen sesuai dengan tabel 1 dibawah ini

Alat yang digunakan

Kanula Hidung

Masker simple

Masker Rebreathing

Masker

Non

O2 (LTR/MENIT)

FiO2

1-2

0,21 – 0,24

2

0,23 – 0,28

3

0,27 – 0,34

4

0,31- 0,38

5–6

0,32 – 0,44

5–6

0,30 – 0,45

7–8

0,40 – 0,60

7

0,35- 0,75

10

0,65 – 1,00

4 – 10

0,40 – 1,00

4–6

0,24 – 0,28

8 – 10

0,35 – 0,40

8 – 12

0,50

Rebreathing Venturi

KOMPLIKASI / PENYULIT TERAPI O2 Kerusakan pada paru - Tergantung konsentrasi oksigen yang diberikan - Tergantung pada lama pemberian 2. Efek neurologi Kejang – kejang karena tekanan intra kranial meningkat 3. Fibro plasia retrolental Kebutaan pada bayi prematur yang mendapat terapi oksigen 

GEJALA & TANDA – TANDA KERACUNAN O2 Terjadi penurunan vital capacity (Vc)  Paraesthesia, sakit sendi, mual dan muntah  Atelectesia  Perubahan mental dan gangguan penglihatan 

KESIMPULAN Terapi oksigen diberikan sesuai indikasi dan dosis  Indikasi utama : hipoksemia (PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%)  Tujuan : memberikan dosis terendah O2 untuk meningkatkan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 mmHg 

Related Documents


More Documents from "Sadra Alghifari Siregar"