PROPOSAL PERENCANAAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) PADA TEMPE BACEM GORENG DI INSTALASI GIZI RSUP PERSAHABATAN TAHUN 2019
Disusun Oleh : ELISA AMALIA
P2.31.31.0.16.023
LISTIA WINDA SARI
P2.31.31.0.16.045
Pembimbing Ni Luh Gede Kusumadewi, SST
PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal HACCP yang berjudul “Proposal Perencanaan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada Tempe Bacem Goreng di RSUP Persahabatan”. Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih terutama kepada: 1. Ibu Fitri N.H, S.KM, sebagai kepala Instalasi Gizi RSUP Persahabatan. 2. Ibu Ni Luh Gede Kusumadewi, SST sebagai pembimbing laporan HACCP 3. Seluruh karyawan terutama juru masak dan pramusaji Instalasi Gizi RSUP Persahabatan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal HACCP ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan rekan-rekan lainnya.
Jakarta, Maret 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A.
Latar Belakang......................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C.
Tujuan ..................................................................................................................... 2
D.
Manfaat ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3 A.
HACCP ..................................................................................................................... 3
B.
12 Langkah Penerapan HACCP ................................................................................ 4
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 15 A.
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 15
B.
Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 15
C.
Analisis Data .......................................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 16 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 69 A.
Kesimpulan ............................................................................................................ 69
B.
Saran ..................................................................................................................... 70
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Instalasi Gizi RSUP Persahabatan merupakan salah satu penunjang yang menyelenggarakan makanan bagi pasien rawat inap dan sebagian karyawan yang bekerja di RSUP Persahabatan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini dilaksanakan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pasien dan karyawan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu dengan menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya untuk dikonsumsi. HACCP adalah suatu evaluasi sistematis terhadap prosedur pengolahan atau penyiapan makanan yang spesifik untuk mengidentifikasi hazard yang berkaitan dengan bahan-bahan atau dengan prosedur pengolahan itu sendiri, dan untuk mengetahui cara mengendalikan hazard tersebut. Tujuan HACCP adalah untuk menjamin bahwa produk makanan memang aman untuk di konsumsi. Penerapan HACCP tersebut meliputi semua kegiatan yang dimulai dari penanganan bahan mentah, pemilihan bahan mentah, penyiapampanan bahan mentah, persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian makanan matang. Sistem HACCP dikenal secara luas oleh industri pangan sebagai suatu tindakan pengendalian terhadap risiko bahaya yang dapat memberikan efek merugikan terhadap keamanan pangan (Asian Productivity Organization 2005). Pada sistem HACCP ditekankan tindakan pencegahan pada setiap tahapan produksi terhadap terjadinya risiko bahaya yang akan mengakibatkan ketidakamanan bagi produk (Mayes 2001). Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap lauk nabati untuk jenis makanan biasa dan diet yaitu tempe bacem. Pada masakan tersebut perlu dilakukan tindakan HACCP mengingat bahan baku rentan terhadap bahaya mikrobiologi, fisik, dan kimia. Selain bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat pengelolahan. Bahaya tersebut timbul bila kualitas bahan tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan bahan makanan yang lain dan
1
kebersihan alat pada waktu pengelolahan. Oleh karena itu kami melakukan pengamatan penelitian tentang perencanaan HACCP pada tempe bacem goreng. B. Rumusan Masalah Apakah menu tempe bacem goreng memiliki mutu yang baik dan aman dikonsumsi oleh konsumen? C. Tujuan 1) Tujuan Umum Membuat perencanaan HACCP untuk lauk nabati berupa tempe bacem goreng di Instalasi Gizi RSUP Persahabatan. 2) Tujan Khusus a. Mendeskripsikan tempe bacem goreng. b. Mendata potensi bahaya, menetapkan signifikansi bahaya, dan menetapkan tindakan pengendalian pada tempe bacem goreng. c. Menetapkan batas kritis pada tempe bacem goreng. d. Mendeskripsikan CCP yang terdapat dalam bahan baku dan proses pengolahan tempe bacem goreng. e. Monitoring, tindakan koreksi, verifikasi, dan membuat formulir rekaman pemantauan CCP. D. Manfaat 1. Bagi rumah sakit Dapat memberikan informasi terkait mutu dan keamanan menu tempe bacem goreng yang diproduksi di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan melalui metode pendekatan HACCP. 2. Bagi mahasiswa Menerapkan ilmu yang didapat di kampus, dan juga menambah pengetahuan terhadap jaminan mutu dan keamanan pangan. 3. Bagi Konsumen Sebagai jaminan mutu keamanan pangan pada menu tempe bacem goreng.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. HACCP HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau perhatian bahwa hazard (bahaya) akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, tetapi pengendaliannya dapat dilakukan untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan kepada pengujian produk akhir.(EbookPangan.com, 2006) Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit. Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme pathogen. Konsep HACCP ini disebut rasional karena pendekatannya didasarkan pada data historis tentang penyebab suatu penyakit yang timbul (illness) dan kerusakan pangannya (spoilage).HACCP bersifat sistematis karena konsep HACCP merupakan rencana yang teliti dan cermat serta meliputi kegiatan operasi tahap demi tahap, tatacara (prosedur) dan ukuran kriteria pengendaliannya.Konsep HACCP juga 6 bersifat kontinyu karena apabila ditemukan terjadi suatu masalah maka dapat segera dilaksanakan tindakan untuk memperbaikinya.Disamping itu, sistem HACCP dikatakan bersifat komprehensif karena sistem HACCP sendiri berhubungan erat dengan ramuan (ingredient), pengolah/proses dan tujuan penggunaan/pemakaian produk pangan selanjutnya. Sistem HACCP dapat dikatakan pula sebagai alat pengukur atau pengendali yang memfokuskan perhatiannya pada jaminan keamanan pangan, terutama sekali untuk mengeliminasi adanya bahaya (hazard) yang berasal dari bahaya mikrobiologi (biologi), kimia dan fisika ;
3
dengan cara mencegah dan mengantisipasi terlebih dahulu daripada memeriksa/menginspeksi saja. Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali Kritis (CCPs).Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat bahaya yang harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs).HACCP harus diterapkan terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK yang diidentifikasi pada setiap contoh yang diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari Codex mungkin bukan satu-satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau mungkin berbeda jenisnya.(BSN, 1998) Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan semua bahaya yang mungkin terdapat dalam bahan baku dan tahap proses dengan mengacu pada referensi yang terkait (jurnal, buku, dokumen standarisasi dan hasil penelitian lainnya). Bahaya-bahaya yang teridentifi kasi kemudian ditabulasikan ke dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya, tingkat resiko dan tindakan pencegahannya.ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering bahaya tersebut kemungkinan terjadi. Setiap tahapan proses ditentukan termasuk CCP atau tidak melalui pertimbangan tingkat resiko dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP decision tree. Tahap proses yang tidak termasuk CCP, dapat termasuk control point (CP) yang berarti tahapan tersebut apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari segi kualitas. (Winarti, no date) B. 12 Langkah Penerapan HACCP Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi Codex Alimentarius Commission (CAC) tersebut dan menuangkannya dalam acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu pedoman BSN 1004/1999. (EbookPangan.com, 2006) Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagi berikut:
4
(EbookPangan.com, 2006) 1. Pembentukan tim HACCP Operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik produk tertentu tersedia untuk pengembangan rencana HACCP yang efektif. Secara optimal, hal tersebut dapat dicapai dengan pembentukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu. Apabila beberapa keahlian tidak tersedia, diperlukan konsultan dari pihak luar.Adapun lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi.Lingkup tersebut harus menggambarkan segmensegmen mana saja dari rantai pangan tersebut yang terlibat dan penjenjangan secara umum bahaya-bahaya yang dimaksudkan (yaitu meliputi semua jenjang bahaya atau hanya jenjang tertentu).
5
2. Deskripsi produk Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai komposisi, struktur fisika/kimia (termasuk Aw, pH, dll.), perlakuan-perlakuan mikrosidal/statis (seperti perlakuan pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, dll), pengemasan, kondisi penyimpanan dan daya tahan serta metoda pendistribusiannya. 3. Identifikasi rencana penggunaan Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaankegunaan yang diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen.Dalam hal-hal tertentu, kelompok-kelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima pangan dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan. 4. Penyusunan bagan alir Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus memuat semua tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah operasi tersebut. 5. Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan Tim HACCP sebagai penyusun bagan alir harus mengkonfirmasikan operasional produksi dengan semua tahapan dan jam operasi serta bilamana perlu mengadakan perubahan bagan alir. 6. Analisa Bahaya ( Prinsip 1) a) Penggolongan Karateristik Bahaya Berdasarkan National Advisory Committee on Microbiology Criteria for Food karakteristik hazard bisa dikelompokkan menjadi : a. Hazard A: merupakan kelompok yang dapat menyebabkan produk yang didesain dan ditujukan untuk kelompok berisiko (bayi, lanjut usia, orang sakit, ataupun orang dengan daya tahan tubuh rendah) menjadi tidak steril. b. Hazard B: produk mengandung bahan yang sensitif terhadap Hazard mikrobiologi. c. Hazard C: proses yang dilakukan tidak diikuti dengan langkah pengendalian yang efektif untuk merusak mikroorganisme yang berbahaya.
6
d. Hazard D: produk terkontaminasi ulang setelah pengolahan dan sebelum pengepakan. e. Hazard E: terdapat bahaya yang potensial pada penanganan saat distribusi atau penanganan oleh konsumen sehingga menebabkan produk berbahaya jika dikonsumsii. f. Hazard F: tidak ada proses pemanasan akhir setelah proses pengepakan atau ketika dimasak di rumah b) Pengukuran Tingkat Resiko Berdasarkan Karakteristik Hazard Berdasarkan Karakteristik Hazard Berdasarkan National Advisory Committee on Microbiology Criteria for Food, karakteristik hazard bisa dikelompokkan menjadi: a. Kategori VI, jika produk makanan mengandung hazard A atau ditambah dengan hazard yang lain. b. Kategori V, jika produk makanan mengandung lima karakteristik hazard (B,C,D,E,F). c. Kategori IV, jika produk makanan mengandung empat karakteristik hazard (antara B - F). d. Kategori III, jika produk makanan mengandung tiga karakteristik hazard (antara B - F). e. Kategori II, jika produk makanan mengandung dua karakteristik hazard (antara B - F). f. Kategori I, jika produk makanan mengandung satu karakteristik hazard (antara B - F). g. Kategori 0, jika tidak terdapat bahaya c) Jenis Bahaya Jenis bahaya yang mungkin terdapat di dalam makanan dibedakan atas tiga kelompok bahaya, yaitu : a. Bahaya Biologi Tabel 1. Jenis Bahaya Biologi dan Mikrobiologi pada Bahan Tempe Bacem Bahan Pangan Bahaya Biologi -
Bachillus Thurigiensis
-
Kapang Semut
Tempe Gula merah
7
Bawang merah
Bawang putih
-
Erwina Salmonella sp Bacillus cereus Clostridium Perfingens Kapang dan Khamir Erwina Salmonella sp Bacillus cereus Clostridium Perfingens Kapang dan Khamir B.cereus
-
Jamur Ulat B.cereus
-
B.cereus
Kemiri Daun salam Serai Lengkuas Garam
Air Minyak goreng
-
Halobacterium Halococcus Staphylococcus Aureus Escheriehia coli coliform - Coliform - Listeria monocytogenes
b. Bahaya Kimia Tabel 2. Jenis Bahaya Kimia pada Bahan Tempe Bacem Bahan Pangan Bahaya Kimia -
Pestisida
-
Formalin Tawas Peptisida
-
Peptisida
-
Tidak ada
Tempe Gula merah Bawang merah Bawang putih Kemiri
8
-
Pestisida
-
Peptisida
-
Peptisida
-
Pemutih
-
Kaporit/clorin Logam berat Oksidasi
Daun salam Serai Lengkuas Garam Air Minyak goreng
c. Bahaya Fisik Tabel 3. Jenis Bahaya Fisik pada Bahan Makanan Tempe Bacem Jenis Bahaya Fisik Bahan Pangan Tempe
Gula merah Bawang merah Bawang putih Kemiri Daun salam Serai
-
Permukaan basah Struktur tempe hancur Becak hitam Krikil Pasir/batu Meleleh Busuk Sisa kulit bawang Busuk Sisa kulit bawang Kerikil Kulit kemiri Layu/kering Debu Layu/kering Tanah/kotoran Tanah/kotoran
-
Pasir
-
Debu
Lengkuas Garam Air
9
Minyak goreng
-
Tengik Beku Kotoran
7. Penentuan TKK (CCP) (Prinsip 2) Untuk mengendalikan bahaya yang sama mungkin terdapat lebih dari satu TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan dari TKK pada sistem HACCP dapat dibantu dengan menggunakan Pohon keputusan, yang menyatakan pendekatan pemikiran yang logis (masuk akal).Penerapan dari pohon keputusan harus fleksibel, tergantung apakah operasi tersebut produksi, penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, distribusi atau lainnya. Jika suatu bahaya telah teridentifikasi pada suatu tahap dimana pengendalian penting untuk keamanan, dan tanpa tindakan pengendalian pada tahap tersebut, atau langkah lainnya, maka produk atau proses harus dimodifikasi pada tahap tersebut, atau pada tahap sebelum atau sesudahnya untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian. Pohon Keputusan CCP sebagai berikut : a. CCP Bahan Baku
b. CCP Proses
10
8. Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP) (Prinsip 3) Batas-batas limit harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi apabila mungkin untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus lebih dari satu batas kritis akan diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang seringkali digunakan mencakup pengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw, keberadaan chlorine, dan parameter-parameter sensori seperti kenampakan visual dan tekstur. Batas kritis harus ditentukan untuk setiapCCP . Dalam beberapa kasus batas kritis kriteria pengukurannya antara lain suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw dan ketersediaan chlorine dan parameter yang berhubungan dengan panca indra (penampakan dan tekstur). 9. Penyusunan sistem pemantauan untuk setiap TKK (CCP) (Prinsip 4) Monitoring dalam konsep HACCP adalah tindakan dari pengujian atau observasiyang dicatat oleh unit usaha untuk melaporkan keadaan CCP.Kegiatan ini untukmenjamin bahwa critical limit tidak terlampaui. Untuk menyusun prosedurmonitoring,pertanyaan-pertanyaan siapa, apa, dimana, mengapa, bagaimana dan kapan harusterjawab yakni apa yang harus dievaluasi, dengan metode apa, siapa yang melakukan,jumlah dan frekuensi yang diterapkan. Pemantauan dapat berupa pengamatan
11
(observasi)yang direkam dalam suatu checklist atau pun merupakan suatu pengukuran yang direkamke dalam suatu datasheet. Pada tahap ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenaicara pemantauan, waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan orangyang melakukan pemantauan. Monitoring batas kritis ini ditujukan untuk memeriksa apakah prosedur pengolahan atau penanganan pada CCP terkendali, efektif dan terencana untuk mempertahankan keamanan produk. 10. Penetapan tindakan perbaikan ( Prinsip 5) Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap TKK dalam sistem HACCP agar dapat menangani penyimpangan yang terjadi.Tindakan-tindakan harus memastikan bahwa CCP telah berada dibawah kendali.Tindakan-tindakan harus mencakup disposisi yang tepat dari produk yang terpengaruh.Penyimpangan dan prosedur disposisiproduk harusdidokumentasikan dalam catatan HACCP. 11. Penetapan prosedur verifikasi (Prinsip 6) KETENTUAN CODEX Tetapkan prosedur untuk verifikasi. Metode, prosedur dan pengujian verifikasidan audit termasuk random sampling dan analisis, dapat dipakai untuk menentukanapakah Sistem HACCP berjalan dengan benar danlancar .Frekuensi dari verifikasi haruscukup untuk mengkonfirmasikan bahwa HACCP berjalan efektif.Verifikasi adalah pemeriksaan HACCP secara menyeluruh untukmenjamin bahwa sistem seperti yang telah tertulis bahwa makanan yang diproduksi amanuntuk dikonsumsi dan mutunya bagus, benar-benar diikuti. Informasi yang didapatmelalui verifikasi harus dipakai untuk meningkatkan sistem HACCP 12. Penetapan dokumentasi dan pencatatan (lihat Prinsip 7) Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan semua bahaya yang mungkin terdapat dalam bahan baku dan tahap proses. Tingkat resiko ditentukan berdasarkan seberapa besar akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering bahaya tersebut kemungkinan terjadi. (Winarti, no date) Setiap bahan baku dan tahap proses ditentukan termasuk Critical Control Point (CCP) atau tidak melalui pertimbangan tingkat resiko dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP decision tree. Bahan baku dan tahap proses yang termasuk CCP berarti harus dikendalikan dengan baik supaya tidak berbahaya bagi kesehatan
12
manusia. Tahap proses yang tidak termasuk CCP, dapat termasuk control point (CP) yang berarti tahapan tersebut apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari segi kualitas.(Winarti, no date) Semua komponen yang mencakup tujuh prinsip HACCP disajikan dalam bentuk matrik, yaitu: 1.) Tabel analisa bahaya bahan baku dan tahap proses, serta penetapan tingkat resiko 2.) Tabel penentuan Critical Control Point (CCP) 3.) Matriks Critical Control Point (CCP), memuat proses yang termasuk CCP beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya 4.) Matriks Control Point (CP), memuat proses yang termasuk CP beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya. (Winarti, no date) C. Tempe Bacem Tempe bacem adalah makanan khas dari jawa, tempe bacem merupakan makanan yang dimasak dengan tanpa kuah dan sedikit terasa manis karena telah ditambah gula merah. Tempe bacem dapat dimakan langsung atau sebagai lauk. D. Resep Tempe Bacem Bahan baku : Tempe Bumbu B (bawang putih, bawang merah, kemiri) digiling Gula merah Laos Serai Daun salam Garam Air Minyak goreng Cara membuat : 1. Potong tempe menjadi 24 bagian @41 gram. Buat guratan pada permukaan tempe 2. Panaskan minyak di wajan kemudian tumis bumbu B sampai harum
13
3. Masukan daun salam, serai dan laos yang sudah digeprek. 4. Tambahkan air, gula merah dan masukan tempe. Tambahkan garam. 5. Masak sampai bumbu menyerap ke tempe dan air asat 6. Panaskan minyak pada wajan baru, goreng tempe sampai bewarna kecoklatan. sajikan
14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Tempat : Instalasi Gizi RSUP Persahabatan Waktu : Dilakukan selama 2 hari yaitu tanggal 7 Maret 2019 dan tanggal 9 Maret 2019. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah observasi secara langsung dan metode wawancara pada petugas juru masak di Instalasi Gizi RSUP Persahabatan. B. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, yaitu mengamati seluruh rangkaian proses pengolahan telmpe bacem dimulai dari proses penerimaan bahan baku yang digunakan, proes penyimpanan bahan dan bumbu, proses persiapan bahan, proses pengolahan bahan, proses pemorsian, dan proses distribusi. C. 1. 2. 3.
Analisis Data Tabel Analisa Bahaya Tabel Penentuan CCP Tabel HACCP Plan Matrik
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
PERENCANAAN HACCP TEMPE BACEM Pengawasan mutu yang telah kami lakukan di Instalasi Gizi RSUP Persahabatan adalah pengawasan mutu produk tempe bacem goreng. Produk : Telur Dadar 1. Langkah 1 – pembentukan Tim HACCP No. 1.
2. 3.
Tanggung Jawab Tanggung Jawab dalam dalam HACCP Rumah Sakit Ni Luh Gede Kusumadewi, PJ HACCP Koordinator Pengolahan SST dan Distribusi Makanan Instalasi Gizi Elisa Amalia Anggota Anggota tim Listia Winda Sari Anggota Anggota tim Nama
2. Langkah 2 – Deskripsi Produk No. 1. 2. 3.
Uraian Produk Nama Produk Sifat fisik Produk Komposisi
Tempe bacem Lunak dan bewarna coklat Bahan Utama Tempe Bumbu : Bumbu B (Bawang putih, bawang merah, kemiri dan gula merah) Daun salam Laos Serai Garam kecap Air Minyak goreng
16
4.
Penggunaan Produk
5.
5. 6.
Jenis Pengolahan Jenis Pengemasan
7. 8.
Distribusi Pemorsian
Produk digunakan sebagai menu lauk nabati untuk makanan biasa 1. Tempe dipotong kotak-kotak ukuran 5x4x1 cm 2. Bumbu di tumis dengan minyak sampai beraroma kemudian tambahkan air dan masukan tempe, masukan daun salam, laos dan serai. Kemudian masukan garam. Lalu direbus sampai matang dan bumbu meresap. 3. Tiriskan air rebusan tempe, kemudian goreng hingga berwarna kecoklatan. Sajikan Rebus dan goreng Pengemasan Primer : Plato dan piring dengan plastik wrap Sentralisasi Untuk memporsikan lauk nabati sesuai dengan etiket makan berdasarkan pesanan pasien secara terpusat. Untuk 1 porsi tempe dengan berat 41 gram. Untuk kelas 2 dan 3 menggunakan alat makan plato stainless steel, untuk kelas 1 dan VIP menggunakan piring keramik, Untuk pasien penderita TB menggunakan tempat makan bento dari bahan plastik sekali pakai. Untuk dokter KOAS menggunakan tempat makan bento yang dapat digunakan kembali dan untuk dokter jaga menggunakan rantang stainless steel untuk menyajikan makanan.
17
9.
Waktu Simpan
10.
Metode Transportasi
11.
Kelompok konsumen
Produk langsung diantar ke pasien dan batas maksimal konsumsi hingga 2 jam setelah diterima pasien Diantar menggunakan trolley pemanas dengan pengatur suhu oleh pramusaji Konsumen kelas I,II, III, VIP, dokter KOAS dan dokter jaga.
3. Langkah 3 – Identifikasi Sasaran Penggunaan Produk Masakan tempe bacem untuk pasien makanan biasa dan diet, dokter KOAS dan dokter jaga di RSUP Persahabatan dengan menu lauk nabati tempe bacem. 4. Langkah 4 – Diagram Alir Menyusun diagram alir dibuat mulai dari penerimaan sampai distribusi
18
Langkah 4 DIAGRAM ALIR TEMPE BACEM
Penerimaan Penerimaan
Bahan Baku Tempe
Daun salam
Serai
Laos
Minyak
Garam
Gula merah
Bumbu C : Bawang merah,bawang putih, kemiri
Penyimpanan Gudang Suhu Refrigerator 4 - 10◦ C
Suhu Ruang gudang kering : 19 – 25◦C
Suhu Cold room 2 - 10 ◦C
Distribusi ke ruang persiapan dan pengolahan
Persiapan Pemotongan tempe
Pencucian daun salam, serai, laos, bawang putih, bawang merah dan kemiri
Pengupasan, pencucian, dan penggilingan bawang putih, bawang merah dan kemiri
Menggeprek serai dan laos
Pengolahan Menumis bumbu B, daun salam, serai dan laos
Merebus semua bahan
Menggoreng tempe yang sudah meresap bumbu
19
Pemorsian Pengecekan Etiket makan
Pemorsian makanan berdasarkan etiket
Wrapping makanan yang sudah sesuai etiket
Dimasukkan ke dalam Trolley
Distribusi Sentralisasi Di distribusi langsung ke kamar pasien dan ruang dokter
Keterangan : = Bahan Basah
= Bahan Kering
20
Langkah 5 VERIFIKASI DIAGRAM ALIR
Penerimaan - Penimbangan bahan, Pengecekan mutu dan spesifikasi bahan - Distribusi bahan dengan mobil box - Rata – rata bahan datang pada pukul 08.00 -
Bahan Baku Tempe
Daun salam
Serai
Laos
Minyak
Garam
Gula merah
Bumbu C : Bawang merah,bawang putih, kemiri
Penyimpanan Gudang Suhu Refrigerator : 4° 10°C (Bumbu B, laos, serai dan daun salam)
Suhu Ruang gudang kering : 19° – 25°C ( Minyak, garam, dan gula merah)
Suhu cold room 2 - 10 ◦C untuk penyimpananan tempe
Distribusi ke ruang persiapan dan pengolahan sesuai dengan Bon pesanan bahan makanan yang dibuat oleh penanggung jawab dapur
Persiapan Pemotongan tempe
Pencucian daun salam, serai, laos, bawang putih, bawang merah dan kemiri
Pengupasan, pencucian, dan penggilingan bawang putih, bawang merah dan kemiri
Menggeprek serai dan laos
21
Pengolahan Menumis bumbu B, daun salam, serai dan laos
Merebus semua bahan dengan menambahkan air
Menggoreng tempe yang sudah meresap bumbu
Pemorsian Pengecekan Etiket makan sesuai jenis diet Suhu ruang : 22 -30°C
Pemorsian makanan berdasarkan etiket
Kelembapan : 60 - 80° C Wrapping makanan yang sudah sesuai etiket
Dimasukkan ke dalam Trolley
Distribusi Sentralisasi Di distribusi langsung ke kamar pasien dan ruangan dokter KOAS serta dokter jaga
Keterangan : = Bahan Basah = Bahan Kering
22
5. Langkah 6 – Analisa bahaya (Prinsip 1) Adapun analisa bahaya yang dibuat adalah analisa bahaya bahan baku dan analisa bahaya proses yang dibuat dalam bentuk tabel. Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Kategori A B C D E F Resiko Produk : Tempe + Bacem Bahan baku : Tempe + Bawang + putih Bawang + merah Kemiri + Gula + merah Laos + Daun + Salam Serai + Air + Garam + Minyak +
+
-
+
+
-
IV
+ +
-
+ -
+ -
-
IV IV
+
-
-
-
-
IV
-
-
-
-
-
IV IV
-
-
-
-
-
IV IV
+ +
-
-
+
-
IV IV IV IV
23
1. Langkah 6–analisa bahaya bahan baku Nama Bahan Baku Tempe
Jenis Bahaya
Biologi - Bachillus Thurigiensis Fisik -
Biologi -
Signifikansi Bahaya Tindakan Pencegahan Resiko Peluang signifikansi
Penyuntikan hormone M pada tanaman kedelai
M
TN
Erwina Salmonella sp Bacillus
-
Pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Penyimpanan pada suhu refrigator 4°C – 10°C Menghilangkan bagian yang rusak Alat dan bahan pengolahan di cuci hingga bersih sebelum digunakan
Penanganan BM yang M kurang tepat
L
N
Permukaan basah Struktur tempe hancur Becak hitam Kotoran
Kimia - Pestisida
Bawang merah
Justifikasi Bahaya
-
Penyemproten anti L hama pada kedelai
Proses penyimpananan kurang benar
M
M
N
H
TN
-
yang -
Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Pencucian dengan air mengalir
24
Fisik -
Busuk Sisa bawang
H
N
Penggunaan hormone M untuk menghindari hama tanaman Proses M penyimpananan yang kurang benar
L
N
H
TN
Biologi -
Erwina Salmonella sp Bacillus cereus Clostridium Perfingens Kapang dan Khamir
Fisik -
Busuk
-
Cemaran dari M lingkungan Proses pengupasan kulit yang tidak benar
Kimia - Pestisida Bawang putih
-
cereus Clostridium Perfingens Kapang dan Khamir
-
-
-
Cemaran dari M lingkungan Proses pengupasan
H
N
penyimpanan di dalam refrigerator suhu 4°C – 10°C pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penggunaan alat pengolahan yang bersih
Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Pencucian dengan air mengalir penyimpanan di dalam refrigerator suhu 4°C – 10°C pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penggunaan alat pengolahan yang bersih
25
-
Sisa kulit yang tidak benar bawang Kimia Penggunaan hormone M untuk menghindari - Pestisida hama tanaman Kemiri
Biologi - B.cereus Fisik -
Kerikil Kulit kemiri
Kimia - -
Proses penyimpanana M yang kurang benar Cemaran dari L lingkungan dan proses pengupasan yang tidak benar -
L
N
L
TN
M
N
-
-
-
-
Gula merah
Biologi - Kapang - Semut Fisik - Kotoran
Proses penyimpanan M yang kurang benar
L
TN
Cemaran lingkungan
M
N
-
dari M
Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Pencucian dengan air mengalir penyimpanan di dalam refrigerator suhu 4°C – 10°C pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penggunaan alat pengolahan yang bersih Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Menggunakan sarung tangan saat
26
- Benda asing Kimia : -
Formalin Tawas
-
L Penyeleksian barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi
L
N -
-
Laos
Biologi - B. Cereus
Penyimpanan tepat
tidak M
M
TN
-
Fisik - Tanah/kotora n Kimia - Pestisida
Proses pencucian M kurang bersih
H
N
-
Penggunaan peptisida L untuk menghindarkan tanaman dari hama
L
N -
-
menjamah gula merah Penyimpanan di tempat kering dengan suhu ruangan 19◦C – 25◦C Melelehkan kemudian menyaring saat menggunakan gula merah Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Pencucian dengan air mengalir penyimpanan di dalam refrigerator suhu 4°C – 10°C pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penggunaan alat pengolahan yang bersih
27
Serai
Biologi : B.cereus Fisik : -
Layu/kering Tanah/kotora n
Kimia : Pestisida
Penyimpanan tidak M tepat Proses pencucian M kurang bersih Penyimpnanan yang kurang tepat Penyeleksian bahan tidak sesuai spesifikasi Penggunaan peptisida M untuk menghindarkan tanaman dari hama
M
TN
H
N
-
-
M
N
-
-
Daun salam
Biologi : - Jamur - Ulat Fisik : -
Layu/kering Debu
Kimia : Pestisida
Penyimpanan tepat
tidak M
H
TN
Proses pencucian M kurang bersih Penyimpnanan yang kurang tepat Penyeleksian bahan tidak sesuai spesifikasi Penggunaan peptisida M untuk menghindarkan tanaman dari hama
M
N
-
-
L
N -
Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Pencucian dengan air mengalir penyimpanan di dalam refrigerator suhu 4°C – 10°C pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penggunaan alat pengolahan yang bersih Penyeleksian sesuai spesifikasi saat bahan datang Pencucian dengan air mengalir penyimpanan di dalam refrigerator suhu 4°C – 10°C pemasakan dengan suhu ≥100 °C Penggunaan alat pengolahan yang
28
bersih Air
Biologi
Berasal dar M bahan itu sendiri
H
TN
-
-
Escheriehia coli - coliform Fisik : Debu Kimia : -
Kaporit/clorin Logam berat
Cemaran lingkungan L Penggunaan L jenis air yang tidak tepat
L L
N N
-
Garam
Biologi : -
Halobacteriu m Halococcus Staphylococc us Aureus
Fisik : Pasir/ kotoran Kimia : Pemutih
Penyimpanan M yang kurang tepat
M
TN
-
-
Cemaran dari L lingkungan Penyeleksian yang M tidak sesuai dengan spesifikasi
L
N
H
N -
memastikan air yang dipakai bersih dana man melakukan pengecekan laboratorium apakah jenis air yang digunakan mengandung zat kimia berbahaya melakukan proses pemasakan dengan suhu ≥100◦C Penyeleksian bahan sesuai dengan spesifikasi Penyimpanan di wadah kering dalam ruangan yang kering dengan suhu ruangan 19◦C – 25◦C Menggunakan alat
29
ukur sejenis sendok untuk mengambil bahan Minyak Goreng
Biologi -
Berasal baku
bahan M
M
TN
Penyimpanan (wadah M dan udara)
M
N
penyimpanan tepat
H
N
Coliform Listeria monocytogen es
Fisik -
dari
-
Penyimpnanan di tempat tertutup yang tidak terkena matahari langsung, kering dalam suhu ruang 19◦C – 25◦C
Tengik Beku Kotoran
Kimia - Proses oksidasi
kurang M
Langkah 6 – Identifikasi Bahaya Proses Nama Bahan Baku Penerimaan bahan
Jenis Bahaya Biologi : S. aureus
Fisik :
Justifikasi Bahaya
Signifikasi Bahaya Tindakan Resiko Peluang Signifikasi Pencegahan Tangan petugas M H TN Penggunaan penerimaan bahan APD dan makanan kebersihan alat M N Proses dan - Benturan saat M
30
-
Serangga/ kotoran Busuk/layu hancur
Kimia : - pestisida - pemutih - tawas Biologi - E. Coli
Pencucian bumbu
penerimaan BM - Ketidaktelitian petugas dalam menyeleksi bahan yang datang M - Ketidaktelitian petugas dalam menyeleksi bahan yang datang Berasal dari air yang M digunakan
L
N
H
TN
Fisik : - Benda asing - Kotoran
Alat dan penjamah L yang kurang bersih
L
N
Kimia : - Kaporit - Logam berat
Jenis air digunakan
M
N
yang M
tempat sesuai SOP, penukaran bahan jika tidak sesuai spesifikasi Penukaran bahan jika tidak sesuai spesifikasi Air yang digunakan harus sesuai dengan standar Penggunaan APD yang lengkap oleh penjamah makanan Menggunaka n jenis air yang sudah di cek laboratorium minum
31
Biologi : - S. aureus
Tangan penjamah
M
H
TN
Fisik : Penanganan bahan L makanan yang - Struktur tempe hancur kurang tepat.
L
N
Kimia : - Pestisida
L
N
Pemotongan Tempe Penyemproten anti L hama pada kedelai
kaporit dan logam berat Penggunaan APD dan kebersihan alat - Penetapa n spesifikasi bahan makanan yang baik - Menghilan gkan bagian yang rusak Melakukan penyeleksian bahan sesuai spesifikasi dan encucian bahan dengan air mengalir
32
Penggilingan bumbu
Penyimpana n
Biologi : - S.aureus
Tangan penjamah
M
M
TN
Fisik : - Benda asing ( rambut, serangga) Kimia : - Karat dan alat
Kelalaian penjamah M makanan
L
N
Alat yang berkarat
sudah M
M
N
Biologi : - Bakteri pembusuk Fisik : - Benda asing - Busuk - Layu Kimia : - Oksidasi
Cara, tempat dan M suhu penyimpanan yang tidak tepat M
M
TN
M
N
M
L
N
Penggunaan APD dan keb ersihan alat Penerapan penggunaan APD secara lengkap Pembersihan alat sebelum digunakan dan pergantian alat yang sudah rusak atau berkarat Cara, tempat, suhu penyimpana n sesuai dengan sifat bahan dan ditutup dengan platik wrap untuk bahan yang telah mengalami
33
Biologi : S. aureus
Tangan penjamah
M
M
TN
Fisik : Sisa kulit
Pegupasan pencucian tidak bersih
dan L yang
M
N
Kimia : Biologi : Bakteri tahan suhu panas
L
TN
Fisik: - Kotoran
Alat yang tidak L bersih dan kebersihan penjamah yang kurang Kelalaian penjamah L makanan
M
N
Kimia : - Tidak ada
-
-
-
Pengupasan
Penumisan bumbu
-
proses persiapan Penggunaan APD dan keb ersihan alat Mengupas kulit dengan alat yang tepat dan sampai bersih Mencuci dengan air mengalir sampai bersih Penggunaan APD dan kebersihan alat Penggunaan APD dan kebersihan alat -
34
Perebusan
Biologi : - E.coli
Dari air digunakan
yang M
Fisik : - Kotoran
Menggoreng
pemorsian
M
TN
Merebus sampai suhu 100◦C Penggunaan APD dan kebersihan alat
Alat yang tidak bersih dan kebersihan penjamah yang kurang Kimia : Tidak ada Biologi : Alat yang tidak - Bakteri tahan suhu bersih dan panas kebersihan penjamah yang kurang Fisik: Suhu dan waktu yang kurang tepat - Gosong - Kurang matang
L
M
N
L
L
TN
Merebus sampai suhu ≥120◦C
M
M
N
Kimia : - Tidak ada Biologi : S. Aureus
Tangan penjamah
M
H
TN
Fisik : Tempe patah
Kelalaian
petugas L
L
N
Hygiene dan sanitasi penjamah makanan, alat dan bahan tempat terjamin Penggunaan APD dan keb ersihan alat Meningkatka
35
dalam perlakuan
Kimia : Biologi : - Bakteri pembusuk di udara bebas - Bakteri pembusuk
Usaha perlindungan M makanan yang kurang Suhu penyimpanan dari dapur sampai keruangan konsumen
M
TN
L
M
N
-
-
-
Distribusi ke pasien -
Fisik : - Benda asing
-
Kimia : - Tidak ada
-
Usaha perlindungan makanan yang kurang Kebersihan penjamah yang kurang
n kehatihatian dalam pengelolaha n Menutupi makanan dengan platik wrap Dari dapur ke ruangan konsumen menggunaka n alat transportasi trolly yang dapat diatur suhunya Hygiene dan sanitasi penjamah makanan, alat dan bahan tempat terjamin -
36
7. Langkah 7 – Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) Prinsip 2 1. CCP BAHAN BAKU
37
Nama Bahan Baku Tempe
Jenis Bahaya
Q1 Biologi - Bachillus Thurigiensis Fisik -
Biologi -
Justifikasi Bahaya Q2 Q3 CCP/NCCP
Penyuntikan hormone Y pada tanaman kedelai
Y
T
NCCP
Penanganan BM yang Y kurang tepat
Y
T
NCCP
Penyemproten anti Y hama pada kedelai
Y
T
NCCP
T
NCCP
Permukaan basah Struktur tempe hancur Becak hitam Kotoran
Kimia - Pestisida Bawang merah
Justifikasi Bahaya
Erwina Salmonella sp Bacillus cereus Clostridium Perfingens Kapang dan
Proses penyimpananan kurang benar
Y yang
Y
Alasan Keputusan Suhu dan kelembab an sesuai SOP penyimpa nan dengan sistem FIFO, sortir BM saat penerimaa n Suhu dan kelemba ban sesuai SOP penyimp anan dengan
38
Khamir Fisik -
Busuk Sisa bawang
Cemaran dari Y lingkungan Proses pengupasan kulit yang tidak benar
Y
T
NCCP
Penggunaan hormone Y untuk menghindari hama tanaman Proses Y penyimpananan yang kurang benar
Y
T
NCCP
Y
T
NCCP
Cemaran dari Y lingkungan Proses pengupasan kulit yang tidak benar
Y
T
NCCP
Penggunaan hormone Y untuk menghindari hama tanaman
Y
T
NCCP
Kimia - Pestisida Bawang putih
Biologi -
Erwina Salmonella sp Bacillus cereus Clostridium Perfingens Kapang dan Khamir
Fisik -
Busuk Sisa bawang
Kimia - Pestisida
sistem FIFO, sortir BM saat penerima an
Suhu dan kelemba ban sesuai SOP penyimp anan dengan sistem FIFO, sortir BM saat penerima an
39
Kemiri
Biologi - B.cereus Fisik -
Kerikil Kulit kemiri
Kimia - -
Gula merah
Biologi Fisik -
Proses penyimpanana Y yang kurang benar Cemaran dari Y lingkungan dan proses pengupasan yang tidak benar T
Y
T
NCCP
Y
T
NCCP
-
-
NCCP
Proses penyimpanan Y yang kurang benar
Y
T
NCCP
Cemaran lingkungan
Y
T
NCCP
Suhu dan kelem baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir BM saat peneri maan Suhu dan kelem baban sesuai SOP
Kapang Semut Kotoran Benda asing
dari Y
40
Kimia : -
Laos
Formalin Tawas
-
Y Penyeleksian barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Y
T
NCCP
penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir BM saat peneri maan Suhu dan kelem baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir
Biologi - B. Cereus
Penyimpanan tepat
tidak Y
Y
T
NCCP
Fisik - Tanah/kotora n Kimia - Pestisida
Proses pencucian Y kurang bersih
Y
T
NCCP
Penggunaan peptisida Y untuk menghindarkan tanaman dari hama
Y
T
NCCP
41
Serai
Biologi : B.cereus Fisik : -
Layu/kering Tanah/kotora n
Kimia : Pestisida
Daun salam
Biologi : -
Penyimpanan tidak Y tepat Proses pencucian Y kurang bersih Penyimpnanan yang kurang tepat Penyeleksian bahan tidak sesuai spesifikasi Penggunaan peptisida Y untuk menghindarkan tanaman dari hama
Y
T
NCCP
Y
T
NCCP
Y
T
NCCP
Penyimpanan tepat
Y
T
NCCP
tidak Y
BM saat peneri maan Suhu dan kelem baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir BM saat peneri maan Suhu dan kelem
Jamur Ulat
42
Fisik : -
Layu/kering Debu
Kimia : Pestisida
Air
Biologi
Proses pencucian Y kurang bersih Penyimpnanan yang kurang tepat Penyeleksian bahan tidak sesuai spesifikasi Penggunaan peptisida Y untuk menghindarkan tanaman dari hama
Y
T
NCCP
Y
T
NCCP
Berasal dar Y bahan itu sendiri
Y
T
NCCP
Cemaran lingkungan Y Penggunaan Y jenis air yang tidak tepat
Y Y
T T
NCCP NCCP
baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir BM saat peneri maan Suhu dan kelem baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem
-
Escheriehia coli - coliform Fisik : Debu Kimia : -
Kaporit/clorin Logam berat
43
Garam
Biologi : -
Minyak Goreng
Halobacteriu m Halococcus Staphylococc us Aureus
Penyimpanan Y yang kurang tepat
Fisik : Pasir/ kotoran Kimia : Pemutih
Cemaran lingkungan Penyeleksian tidak sesuai spesifikasi
Biologi
Berasal baku
dari
Y
T
NCCP
dari Y
Y
T
NCCP
yang Y dengan
T
T
NCCP
bahan Y
Y
T
NCCP
FIFO, sortir BM saat peneri maan Suhu dan kelem baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir BM saat peneri maan Suhu dan
44
-
kelem baban sesuai SOP penyi mpana n denga n sistem FIFO, sortir BM saat peneri maan
Coliform Listeria monocytogen es
Fisik - Tengik - Beku - Kotoran Kimia - Proses oksidasi
Penyimpanan (wadah Y dan udara)
Y
T
NCCP
penyimpanan tepat
Y
T
NCCP
kurang Y
45
2. CCP Tahapan Proses
46
Nama Bahan Baku
Jenis Bahaya
Justifikasi Bahaya
Signifikasi Bahaya Q2 Q3 Q4 Q5
Biologi : S. aureus
Tangan petugas Y penerimaan bahan makanan
Y
Y
-
-
CCP/ NCCP CCP
Fisik : - Serangga/ kotoran - Busuk/layu - Hancur
-
Benturan saat Y penerimaan BM Ketidaktelitian petugas dalam menyeleksi bahan yang datang
Y
T
T
-
NCCP
Kimia : - pestisida - pemutih - tawas
-
Y Ketidaktelitian petugas dalam menyeleksi bahan yang datang
Y
Y
T
-
NCCP
-
Penerimaan bahan
Q1
Alasan
47
Penggu naan APD dan kebersih an alat Proses dan tempat sesuai SOP, penukar an bahan jika tidak sesuai spesifik asi Penukar an bahan jika tidak
sesuai spesifik asi Biologi - E. Coli
Berasal dari air Y yang digunakan
Y
T
T
-
NCCP
Fisik : - Benda asing - Kotoran
Alat dan penjamah Y yang kurang bersih
Y
T
T
-
NCCP
Kimia : - Kaporit - Logam berat
Jenis air digunakan
Y
Y
-
-
CCP
Pencucian bumbu
yang Y
48
Air yang digunak an harus sesuai dengan standar Penggu naan APD yang lengkap oleh penjam ah makana n Menggu nakan jenis air yang sudah di cek laborato
Pemotongan Tempe
Biologi : - S. aureus
Tangan penjamah
Y
Y
Y
-
-
CCP
Fisik : - Struktur tempe hancur
Penanganan Y bahan makanan yang kurang tepat.
Y
T
T
-
NCCP
Kimia : - Pestisida
Penyemproten anti Y hama pada kedelai
Y
Y
-
-
CCP
49
rium minum kaporit dan logam berat Penggu naan APD dan kebersih an alat Peneta pan spesifik asi bahan makana n yang baik Menghil angkan bagian yang rusak Melakuk an
Biologi : - S.aureus
Penggilingan bumbu
Tangan penjamah
Fisik : Kelalaian - Benda asing penjamah ( rambut, makanan serangga)
Kimia : - Karat
Alat yang dan berkarat
Y
Y
Y
-
-
CCP
Y
Y
Y
-
-
CCP
sudah Y
Y
Y
-
-
CCP
50
penyele ksian bahan sesuai spesifik asi dan encucia n bahan dengan air mengali r Penggu naan APD dan keb ersihan alat Penerap an penggu naan APD secara lengkap Pember sihan
alat
Penyimpanan
Biologi : - Bakteri pembusuk Fisik : - Benda asing - Busuk - Layu Kimia : - Oksidasi
Cara, tempat dan Y suhu penyimpanan yang tidak tepat Y
Y
T
T
-
NCCP
Y
T
T
-
NCCP
Y
Y
T
T
-
NCCP
51
alat sebelum digunak an dan perganti an alat yang sudah rusak atau berkarat Cara, tempat, suhu penyimp anan sesuai dengan sifat bahan dan ditutup dengan platik wrap untuk bahan
Biologi : S. aureus
Tangan penjamah
Y
Y
Y
-
-
CCP
Fisik : Sisa kulit
Pegupasan pencucian tidak bersih
dan Y yang
Y
T
T
-
CCP
Pengupasan
52
yang telah mengal ami proses persiap an Penggu naan APD dan keb ersihan alat Mengup as kulit dengan alat yang tepat dan sampai bersih Mencuci dengan air mengali r
Kimia : Biologi : Bakteri tahan suhu panas
Penumisan bumbu
Perebusan
Alat yang bersih kebersihan penjamah kurang
T tidak Y dan
Y
Y
-
-
NCCP CCP
Y
Y
Y
-
-
CCP
yang
Fisik: - Kotoran
Kelalaian penjamah makanan
Kimia : - Tidak ada Biologi : - E.coli
Dari air digunakan
T yang Y
Y
Y
-
-
NCCP CCP
Fisik : - Kotoran
Alat yang bersih kebersihan penjamah kurang
tidak Y dan
Y
Y
-
-
CCP
yang
53
sampai bersih Penggu naan APD dan kebersih an alat Penggu naan APD dan kebersih an alat Merebu s sampai suhu 100◦C Penggu naan APD dan kebersih an alat
Kimia : Tidak ada Biologi : - Bakteri tahan suhu panas
Menggoreng
pemorsian
T Alat yang tidak Y bersih dan kebersihan penjamah yang kurang Suhu dan waktu Y yang kurang tepat
Y
Y
-
-
NCCP CCP
Y
Y
-
-
CCP
Kimia : - Tidak ada Biologi : S. Aureus
Tangan penjamah
T Y
Y
Y
-
-
NCCP CCP
Fisik : Tempe patah
Kelalaian petugas Y dalam perlakuan
Y
Y
-
-
CCP
Fisik: - Gosong - Kurang matang
54
Menggo reng sampai suhu ≥120◦C waktu menggo reng selama 5 menit dengan api sedang Penggu naan APD dan keb ersihan alat Meningk atkan kehatihatian dalam pengelol
Kimia : Biologi : - Bakteri pembusuk di udara bebas
Distribusi pasien
T Usaha Y perlindungan makanan yang kurang Suhu penyimpanan dari dapur sampai keruangan konsumen
Y
Y
-
-
NCCP CCP
Y
Y
-
-
CCP
ke
Fisik : - Benda asing
-
Usaha perlindunga
Y
55
ahan Menutu pi makana n dengan platik wrap dari dapur ke ruangan konsum en menggu nakan alat transpor tasi trolly yang dapat diatur suhunya Hygiene dan
-
Kimia : - Tidak ada
-
n makanan yang kurang Kebersihan penjamah yang kurang
T
-
-
-
-
NCCP
56
sanitasi penjam ah makana n, alat dan bahan tempat terjamin dan menutu p makana n dengan plastik wrap -
8. Langkah 8 – Spesifikasi Batas Kritis (Prinsip 3) CCP Batas Kritis Tempe Bacem Penerimaan Biologi : S. Aureus bahan Pencucian Kimia : Kaporit dan logam berat Pemotongan Biologi : S. Aureus tempe Kimia : Pestisida Penggilingan Biologi : S. Aureus bumbu Fisik : Benda asing (rambut, serangga) kimia : karat dan alat Pengupasan Biologi : S. Aureus Fisik : Sisa kulit Penumisan Biologi : Bakteri tahan suhu panas bumbu Fisik : Kotoran Perebusan biologi : E.coli Fisik : Kotoran Menggoreng Biologi : Bakteri tahan suhu panas Fisik : Gosong, kurang matang Pemorsian Biologi : S. Aureus Fisik : Tempe patah Distribusi ke Bakteri : bakteri pembusuk di udara bebas pasien Fisik : Benda asing
57
9. Langkah 9 Menetapkan Prosedur Monitoring ; Langkah 10 Menetapkan Tindakan Koreksi ; Langkah 11 Menetapkan Prosedur Verifikasi Tahapan Proses CCP Penerima an Bahan
Batas Kritis
Prosedur Monitoring What How
Tidak ada kontaminas i lingkungan dan mikroorgan isme berbahaya. Tidak ditemukan benda asing pada bahan.
Bahan makanan , tempat, dan alat penerima an
Where
Sanitasi Area BM sesuai penerimaa spesifikasi, n wadah dan tempat penerimaa n bersih, pemakaian APD penjamah makanan
Who
When
Panitia penerim aan
Setelah barang diterima
Tindakan Koreksi
Verifikasi
Bahan makanan yang diterima dalam keadaan bersih, dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, panitia penerimaa n bahan makanan mengguna kan sarung tangan saat proses penyortiran
Penyortira n dan penimbang an kesesuaian bahan makanan. Pengawas an proses kalibrasi timbangan. Pengawas an terhadap APG pegawai
58
pemoton gan tempe
tidak ada kontaminas i mikroorgan isme berbahaya, tidak ada cemaran dari lingkungan, potongan tempe sesuai dengan standar porsi
Bahan makanan , alat pemoton gan, penjama h
Penjamah Ruang mengguna persiapan kan APD lengkap, penggunaa n alat yang benar seperti pisau dan talenan bewarna biru
Juru masak
Setelah bahan sampai ke meja kerja di ruang persiapa n
Pengguna an alat seperti pisau dan talenan bewarna biru khusus untuk lauk nabati dan tidak digunakan untuk bahan makanan lain, bersih, penjamah mengguna kan APD lengkap, pemotonga n tempe 1 papan dengan berat 1 kg dipotong
Pengawas an proses pemotonga n, mengguna kan alat yang sudah dicuci dengan sabun dan air mengalir dan pengawas an terhadap APD karyawan
59
pengupas Tidak ada an kontaminas i mikroorgan isme pathogen, bersih dari kulit dan bagian yang kotor
Bahan makanan , penjama h, alat yang digunaka n
Penjamah Ruang mengguna persiapan kan APD lengkap, mengguna kan alat yang tepat dan tajam,
Juru masak
rata menjadi 24 bagian. Setelah Mengguna diterima kan alat di ruang yang tajam persiapa dan tepat n sesuai bahan makanan, penjamah mengguna kan APD lengkap
Pengawas an penggunaa n alat langsung dicuci dengan sabun dan air mengalir kemudian baru digunakan lagi untuk mengupas jenis bahan yang lain. Pengawas an penjamah mengguna kan APD lengkap
60
pencucia n
Tidak ada kontaminas i mikroorgan isme pathogen dan lingkungan,
Bahan makanan , air yang digunaka n, alat yang digunaka n
Mengguna Westafel kan air ruang yang persiapan sudah diuji laboratoriu m minus kaporit, E.coli dan logam berat, mengguna kan alat yang bersih dan kelengkapa n APD dari penjamah bahan makanan
Juru masak
Setelah melakuka n proses persiapa n
Bahan makanan ditaruh di wadah yang bersih kemudian dicuci dengan air mengalir dan penjamah mengguna kan APD lengkap
Pengawas an penggunaa n alat yang bersih kemudian dicuci dengan air mengalir sambil digosok perlahan kemudian untuk sayuran mengguna kan sedikit garam untuk mengeluar kan kotoran dan ulat dari dalam sayuran, Pengawas an
61
Penyimp anan
Tidak terkontami nasi dengan mikroorgan isme berbahaya, lingkungan, tidak terjadinya perubahan fisik
Wadah, Suhu ruangan dan sifat bahan makanan
Menyimpa n bahan makanan di tempat yang kering dan tertutup kemudian disimpan di gudang sesuai dengan sifat bahan
Gudang basah, gudang sementara dan gudang kering
Petugas gudang
penjamah mengguna kan APD lengkap Setelah Petugas Pengawas penerima harus an suhu an dan mengguna ruangan setelah kan APD dan alat persiapa lengkap, dari n suhu petugas ruangan gudang, dan alat pengawas penyimpan an APD an harus pegawai seusai gudang dengan sifat bahan, refrigerator 4◦C-10◦C, reezer 0◦C – (-5◦C), coldroom 2◦C-10◦C, untuk gudang kering
62
penumisa Tidak ada n bumbu kontaminas i mikroorgan isme tahan
Alat yang digunaka n, penjama h, dan
Alat yang Ruang digunakan pengolaha untuk n menumis harus
Juru masak
dengan suhu ruangan ±27◦C, gudang sementara dan gudang basah dengan suhu 19◦C -25◦C, penyimpan an dengan wadah yang bersih dan kering untuk bahan makanan kering setelah alat yang penyimpa digunkan nan dan harus persiapa terstandar,t n bahan epat dan
Pemantau an saat menumis, pengukura n suhu
63
panas, suhu penggunaa pengolah n alat an berstandar
perebusa n
Tidak ada kontaminas i bakteri, penggunaa n alat berstandar
Alat pemasak an, penjama h makanan
bersih dan sudah dicuci, alat yng digunakan juga harus standar, penjamah mengguna kan APD lengkap dan suhu yang digunakan harus tepat sehingga dapat mematikan mikroorgan isme patogen Merebus Ruang dengan pengolaha alat yang n terbuat dari stainless steel agar
makanan
Juru masak
bersih. Penjamah harus mengguna kan APD lengkap, suhu untuk menumis yaitu ≥120◦C
dengan melihat kasat mata percikan minyak goreng dan bumbu yang ditumis, pemantaua n penggunaa n APD pada penjamah makanan, pengawas an besar api dan waktu memasak Setelah Air yang Pemantau melakuka digunakan an saat n untuk proses penumisa merebus perebusan, n adalah air suhu yang maksimal
64
, suhu mudah pengolah menyerap an panas, penggunaa n APD yang lengkap pada penjamah, merebus suhu sampai 100◦C
menggor eng
Tidak ada kontaminas i mikroorgan isme pathogen, benda asing dan overcook/ under cook
Alat yang digunaka n, suhu, higine dan sanitasi penjama h, suhu pengolah an
Penggunaa Ruang n APD pengolaha penjamah n makanan yang tepat, memasak dengan suhu ≥120◦C, memperhat ikan besar api dan
Juru masak
Setelah perebusa n
terbukti laboratoriu m bebas dari E.coli, kaporit dan logam berat, alat yang digunakan bersih dan penjamah mengguna kan APD yang lengkap mengguna kan alat yang tepat, mengguna kan minyak goreng yang tidak tengik, APD pengolaha n yang lengkap,
100◦C, pengawas an besar api dan waktu memasak
Pengawas an penggunak an alat stainlesteel untuk menggoren g dan alat yang digunakan bersih, pengawas
65
waktu memasak
pemorsia n
Tidak ada kontaminas i benda asing, tidak ada kontaminas
APD oleh penjama h, pemorsia n makanan
Penggunaa Ruang n APD pendistrib lengkap usian pada saat pengemas an,
Pramus aji
setelah pengolah an
suhu untuk an besar menggoren api dan g ≥120◦C waktu memasak, pengawas an suhu dengan melihat secara kasat mata percikan minyak saat tempe ingi diangkat, pengawas an kelengkap an APD penjamah makanan Mengguna Pemeriksa kan APD an ruangan lengkap untuk bagi pendistribu penjamah sian, makanan, pemantaua
66
distribusi ke pasien
i mikroorgan isme pathogen dari udara bebas dan dari tangan penjamah, tidak ada kerusakan makanan jadi
sesuai dengan etiket yang diberikan , cara menaruh makanan kedalam piring/pla to
penggunaa n wadah bersih untuk pemorsian, menutup makanan dengan plastik wrap, penggunaa n alat yang tepat untuk pemorsian makanan
Bebas dari kontaminas i mikroorgan
Alat distribusi, penjama h
Mengguna Ruang kan APD distribusi yang luar lengkap
mengguna kan alat dan wadah yang bersih dan sesuai. Memberika n makanan sesuai dengan etiket yang sudah ada, menutup makanan yang sudah diporsikan dengan plastik wrap
Pramus aji
setelah pemorsia n
n penggunaa n APD oleh petugas, pemantaua n pemorsian sesuai dengan etiket, pemantaua n kebenaran alat dalam penggunaa nya dan pemantaua n penggunaa n plastik wrap untuk menutupi makanan mengguna Pemantau kan APD an suhu yang trolley, lengkap pemantaua
67
isme pathogen, cemaran benda asing dan suhu tetap terjaga
makanan , suhu yang digunaka n
bagi penjamah makanan, mengguna kan trolley yang dapat diatur suhunya sehingga tetap terjaga mutunya saat sampai ke konsumen
bagi penjamah makanan, mengguna kan trolley yang diatur suhunya,
n penggunaa n APD lengkap penjamah makanan.
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari perencanaan HACCP Tempe Bacem Goreng untuk pasien, dokter KOAS dan dokter jaga diatas dapat disimpulkan ada 10 proses pengolahan yang CCP namun dapat dikendalikan dengan prosesproses yang ada. Sehingga tempe bacem yang dibuat di instalasi gizi RSUP Persahabatan tergolong bermutu baik dan layak dikonsumsi untuk konsumen tertutama untuk orang yang sakit, dikarenakan dilihat dari proses penerimaan bahan makanan melakukan penyeleksian bahan makanan yang datang sesuai dengan spesifikasi bahan makanan dan mengembalikan jika ada bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Kemudian setelah dikirim ke gudang dilakukan penyimpanan yang tepat seperti untuk bahan makanan yang mudah busuk disimpan di gudang basah didalam refrigerator dengan suhu 4◦C-10◦C yang dimana suhu tersebut dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme pathogen. Kemudian untuk bahan kering disimpan di gudang kering didalam wadah yang kering dan terhindar dari paparan sinar matahari. Untuk penyimpanan bahan makanan petugas menggunakan system FIFO sehingga mengurangi resiko dari penggunaan bahan yang sudah kedaluwarsa. Setelah bahan makanan dikirim keruang persiapan melakukan pemotongan dan pengupasan dengan alat yang tepat, pencucian dengan air mengalir yang dimana alir negatif mengandung kaporit dan logam berat. Dalam proses menggiling bumbu terutama bumbu dicuci terlebih dahulu untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme pathogen kemudian digiling dengan alat yang bersih dan tidak berkarat. Selama proses pengolahan dilakukan pemasakan dengan suhu tinggi untuk mematikan mikroorganisme pathogen, dalam pemorsian menggunakan alat yang bersih dan menutup makanan dengan plastik wrap, saat distribusi menggunakan trolly yang dapat diatur suhunya dan tertutup untuk mengurangi kontaminasi terhadap makanan jadi sampai kepada konsumen. Dipantau dari penggunaan APD sudah tergolong baik, namun masih ada penjamah makanan yang tidak menggunakan sarung tangan. Walaupun seperti itu penjamah makanan sudah mencuci tangannya dengan sabun dan air mengalir sebelum menjamah makanan.
69
B. Saran Dilihat dari keseluruhan proses penyelenggaraan makanan berupa tempe bacem goreng di RSUP Persahabatan sebaiknya mencuci bahan makanan seperti serai, laos, daun salam, bawang merah dan bawang putih sebelum menyimpan bahan makanan didalam gudang. Peningkatan pemantauan alat sehingga alat yang digunakan tepat dan bersih terutama penggunaan pisau dan talenan agar tidak terkontaminasi dari bahan makanan lain. Peningkatan pemantauan APD lengkap karyawan untuk mengurangi resiko kontaminasi mikroorganisme, benda asing dan mengurangi resiko penurunan mutu makanan Pemantauan suhu, waktu memasak dan besar api saat pengolahan makanan secara berkala
70
10. Langkah 12 – Dokumentasi Keterangan Penerimaan bahan baku
Gambar
Pemotongan tempe
Pencucian
71
Penggilingan bumbu
penyimpanan
penumisan bumbu
Perebusan
72
menggoreng
pengemasan
Pemorsian
distribusi ke pasien
73
74