BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun, yang mana proses lanjut usia merupakan proses normal yang dapat terjadi pada setiap orang, hal ini ditandai dengan adanya penurunan kemapmpuan fisik dan psikologis serta penurunan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Beberapa
dampak
dari
proses
bertambahnya
usia
tentunya
dapat
memunculkan berbagai masalah kesehatan dan beberapa penyakit, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan fungsi organ karena bertambahnya usia. Beberapa kesulitan yang sering terjadi pada lansia diantaranya, immobilisasi, inkontinensia urin, konstipasi, kekurangan gizi, iatrogenesis, depresi, instabilitas, gangguan intelektual, infeksi, dan lain sebagainya. Iatrogenesis dan kurang gizi sering sekali dijumpai pada masalah lansia. Iatrogenesis sendiri dapat terjadi banyaknya masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia yang mana pengobatan farmakologi sering menjadi pilihan yang akibatnya apabila pemakaiannya tidak dapat terkontrol maka akan dapat menimbulkan komplikasi dari penggunaan berbagai obat. Sedangkan masalah kurang gizi pada lansia dapat terjadi karena adanya penurunan fungsi dari organ pencernaan lansia yang mana dapat menyebabkan kelemahan lansia dalam mencukupi kebutuhan nutrisinya. Selain masalah pada fungsi organ, banyak juga faktor eksternal penyebab kurangnya gizi pada lansia. Dari permasalahan diatas maka kelompok tertarik untuk melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai iatrogenesis dan masalah kurang gizi yang terjadi pada lansia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dari Iatrogenesis ? 2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan Iatrogenesis ? 3. Bagaimana konsep kurang gizi pada lansia ? 4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan kurang gizi ?
C. Tujuan 1. Mengetahui konsep dari Iatrogenesis 2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan Iatrogenesis 3. Mengetahui konsep kurang gizi pada lansia 4. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan kurang gizi D. Manfaat 1. Dapat meningkatkan wawasan mengenai konsep iatrogenesis dan kurang gizi pada lansia 2. Dapat mengetahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan masalah iatrogenesis dan kurang gizi pada lansia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IATROGENESIS 1. Definisi Iatrogenesis atau disebut dengan penyakit akibat obat-obatan sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan. Iastrogenesis
,merupakan penyakit yang di
tindakan dokter,
baik
sebabkan oleh
dalam membuat diagnosis maupun
dalam
memberikan terapi untuk pasienya (Rahmanstjah, 2009). Iatrogenesis mengarah pada ketidaksengajaan efek samping atau kompliksi yang disebabkan oleh intervensi kedokteran atau peresepan obat. Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik,
seringkali
mengkonsumsi obat yang
menyebabkan
pasien
tersebut
perlu
tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang
ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik (Yuliyanti, 2015). 2. Penyebab Iastrogenesis a. Kesalahan medis, penulisan resep obat yang buruk (tidak terbaca) b. Kealpaan tenaga kesehatan
c.
Prosedur, teknik, informasi dan metode yang tidak tepat
d. Interaksi obat akibat kesalahan peresepan dan polifarmasi e. Efek samping obat f.
Penggunaan obat yang berlebihan dan ketidakpatuhansehingga menyebab kanresistensi obat
g. Infeksi nosokomial h. Tranfusi darah i.
Distress emosi yang membahayakan
3. Masalah Iastrogenik yang sering ditemukan a. Overzealus labeling b. Demensia c. Inkontinensia d. Underdiagnosis e. Istirahat di tempat tidur f.
Polifarmasi
g. Ketidaktergantungan yang dipaksakan h. Gangguan lingkungan i.
Trauma transfer
4. Macam-Macam Iatrogenik a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Iatrogenic infeksi Iatrogenic Malnutrisi Iatrogenic insiden kurang baik Iatrogenic gangguan tidur/siklus bangun Iatrogenic imobiliti Iatrogenic berhubungan dengan obat-obatan Iatrogenic klinik Iatrogenic sosial Iatrogenic cultural
5. Iatrogenesis ADR Dari sekian banyak tipe penyakit iatrogenik, yang paling sering ditemukan adalah yang berhubungan dengan obat atau efek samping obat (adverse drug reaction- ADR). Pada umumnya, pasien tidak mengetahui alasan, rincian, atau efek samping terapi yang diterimanya. Kelaianan yang sering ditemukan berupa gangguan elektrolit (termasuk
dehidrai),
gangguan
metabolit/endokrin,
gangguan
gastrointestinal dan hepar, gangguan kardiovaskular, kejadian neuropsikiatri, gangguan hematologi dan komplikasi infeksi dan perdarahan. Berdarkan definisi efek samping obat tipe A dan B, ADR harus dapat diprediksi bila ingin dicegah. Tabel 2. Tipe-tipe Efek Samping Obat (ADR) Efek samping Kejadian yang tidak menyenangkan dan tidak disengaja, obat
terjadi pada dosis yang digunakan pada manusia untuk profilaksis, diagnosis, terapi atau modifikasi fungsi fisiologis
(kelebihan
dosis
yang
disengaja
atau
penyalahgunaan obat dieksklusi)
Reaksi tipe A
Disebabkan
oleh
toksisitas
obat
yang
diketahui,
berhubungan dengan dosis dan efek farmakologis (misalnya perdarahan disebabkan oleh warfarin) Berpotensi untuk dicegah
Rekasi tipe B
Idiosinkrasi atau alergi Reaksi yang umumnya terjadi pada penggunaan pertama obat, tidak dapat diperkirakan dan karenanya tidak dapat dicegah.
6. Pencegahan Intervensi untuk mencegah terjadinya kejadian iatrogenik meliputi : a. Manajemen pelayanan: pimpinan pelayanan memfasilitasi komunikasi antara praktisi medis, menyakinkan bahwa pelayanan yang dibutuhkan memang diberikan. b. Tim interdispliner geriatri: mengevaluasi semua kebutuhan pasien, mengembangkan
renaca
pelayanan
yang
terkoordinasi,
dan
memberikan pelayanan. c. Konsultasi farmasi: seorang tenaga farmasi dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh polifarmasi atau penggunaan obat yang tidak tepat. d. Unit pelayanan akut untuk lansia: unit ini berupa bangsal-bangsal di rumah sakit dengan protocol yang menyakinkan bahwa pasien lansia secara seksama dievaluasi untuk potensi masalah iatrogenik sebelum masalah terjadi dan bahwa masalah-masalah tersebut diidentifikasi dan ditangani. Tabel 4. Kunci-kunci untuk mencegah terjadinya penyakit iatrogenik Masalah
Penyebab umum
Kunci penyegahan
iatrogenik Efek
samping Polifarmasi,
obat
obat, disposisi
interaksi Peresepan obat rasional, dosis perubahan pemeliharan obat
sensitivitas obat
yang
dan rendah,
lebih
membatasi
penggunaan obat psikoaktif, hindari obat multiple yang menginduksi
metabolism
hepar sitokrom P-450 atau terikat erat dengan albumin Jatuh/mobilisasi
Kelemahan otot tungkai, Nilai resiko jatuh saat masuk hipotensi
postural, (penyakit
kronik
multiple,
dekondisi karena tirah disfungsi
kognitif,
baring lama, gangguan neuromuscular,
gangguan
kognitif,
gangguan sensorik multipel), terapi fisik
sensorik
dan alat-alat bantu, modifikasi lingkungan
,
antikoagulan
profilaksis Ulkus dekubitus
Imubilisasi,
tekanan Nilai resiko ulkus dekubitus:
menetap pada tulang, paresis, kelembapan
disfungsi
berlebih, inkontinensia,
friksi dan gesekan
mobilisasi
kognitif, manutrisi,
tiap
2
jam,
lembabkan kulit dengan krim, koreksi
defisiensi
nutrisi,
matras bertekanan Dehidrasi/ nutrisi Penyakit kronik yang Nilai status nutrisi saat masuk: kurang
menyebabkan malnutrisi berat badan rendah, wasting, kalori protein, asupan albumin
rendah,
kolestrol,
makanan buruk karena hemoglobin, monitor kalori penyakit
akut, dan
anoreksia,
asupan
persiapan konsul
studi diagnostik
cairan
harian,
gizi,
cairan
ahli
intravena bila asupan oral tidak adekuat, pertimbangkan alimentasi enteral
Infeksi
Transmisi
Teknik cuci tangan yang baik,
nasokomial
mikroorganisme
sterilisasi
resisten/oportunistik
mempersempit
peralatan
medis, spectrum
oleh alat atau pengasuk, antibiotic, waspada aspirasi, penggunaan spectrum
antibiotic disinfeksi kulit sebelum insersi luas
mengeliminasi normal,
yang intravena
atau
intraarterial,
flora kateter uretra intermiten
instrumentasi,
aspirasi pneumonia 7. Prinsip Pengobatan Lansia
Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemakaian atau pemberian obat : a. Riwayat Pemakaian Obat Informasi mengenai pemakaian obat terdahulu peru ditanyakan Informasi pengobatan sebelumnya berkaitan dengan apakah penyakit / keluhan ada kaitan dengan pemakaian obat atau efek samping obat. b. Obat diberikan atas indikasi yang ketat c. Memulai dengan pemberian dosis terkecil. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan intoksikasi. d. Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien, memberi resiko yang terkecil, dan sejauh mungkin jangan diberikan lebih dari dua jenis obat. B. KURANG GIZI PADA LANSIA 1. Definisi Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan (Kane et al., 2008). Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan nafsu makan pasien.
2. Etiologi Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan asupan makanan yang berkurang, perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan
pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, selain itu kondisi karena adanya penurunan penyerapan makanan dan meningkatnya kebutuhan protein, kalori dan mikronutrien akibat infeksi dan stres yang tidak segera dipenuhi juga dapat menjadi penyebab dari kurang gizi. 3. Manifestasi Klinis Lansia Kurang Gizi a. Gigi tidak lengkap b. Perubahan nafsu makan c. Lesu d. Tidak semangat e. Berat badan kurang f. Sukar menelan g. Mual dan muntah h. Penurunan kemampuan kognitif 4. Komplikasi a. Kelelahan karena energy menurun b. Immobilisasi yang dapat menyebabkan luka tekan c. Penyembuhan dari suatu penyakit yang lama d. Gastritis e. Mudah terserang infeksi seperti ISPA 5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Klinik 1) Tanda-tanda yang dianggap memiliki nilai dalam pemeriksaan gizi 2) Gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut 3) Gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi b. Pemeriksaan Antropometri Pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan lemak dibawah kulit dan pemeriksaan IMT
c. Pemeriksaan Biokimiawi Pemeriksaan terkait nutrisi adalah pemeriksaan Hb dan Ht d. Pemeriksaan Biofisik 6. Penatalaksanaan a. Pemberian gizi seimbang bagi lansia sesuai dengan prinsip kebutuhan gizi b. Pengaturan konsistensi makanan sesuai dengan kebutuhan lansia, karena lansia sering mengalami masalah kemunduran pada sistem pengecap c. Hindarkan makanan yang kurang baik untuk lansia, seperti makanan berlemak, goreng-gorengan dan makanan bersantan d. Memberikan pengertian kepada lansia untuk menghindari makanan yang tinggi natrium e. Memperbanyak makan buah dan sayur f. Perbanyak minum air putih
Daftar Pustaka
Yulianti. 2015. Geriatric Syndrom. Malang : Universitas Brawijaya Alexander, Oki. 2015. Malnutrisi pada Lansia