Makalah Toksikologi Bu Eka Hampir Fix Sud.docx

  • Uploaded by: riki al biruni
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Toksikologi Bu Eka Hampir Fix Sud.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,913
  • Pages: 10
MAKALAH TOKSIKOLOGI “Keracunan Timbal”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK Herfina Suci Nur Pitriani Indah Kurnia Utami Jhanis Remil Novita Febriani

(P07234017017) (P07234017018) (P07234017019) (P07234017020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN ANALIS KESEHATAN TAHUN 2018/2019

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang keracunan timbal. Adapun makalah keracunan timbal telah penulis usahakan dengan semaksimal mungkin. Penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak atas bantuannya, sebab penulis dapat dengan lancar dalam membuat makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang keracunan timbal. Adanya makalah ini sangat diharapkan dapat menambah serta memperkaya ilmu pengetahuan tentang keracunan timbal. Namun tidak lepas dari semua itu, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga dari makalah ini, pembaca dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi dan inspirasi terhadap pembaca. Samarinda, Februari 2019

Tim Penulis

Table of Contents KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4 A. Latar Belakang................................................................................................................. 4 B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 5 C. Tujuan ............................................................................................................................. 5 D. Manfaat ........................................................................................................................... 5 BAB II .......................................................................................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan tempat hidup makhluk hidup. Kualitas lingkungan sangat mempengaruhi kondisi makhluk hidup, terutama manusia. Bila interksi antara manusia dengan lingkungan berada dalam keadaan seimbang, maka kondisinya akan berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab yang mengganggu keseimbangan lingkungan ini, maka akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan (Pallar, 1994). Zat atau senyawa hasil kegiatan industri (limbah) biasanya berbahaya dan mempunyai sifat beracun (toksik). Keberadaan zat atau senyawa tersebut di lingkungan akan sangat membahayakan dan menurukan kualitas lingkungan (Darmono, 1995). Risiko toksisitas berarti besarnya kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan keracunan, hal ini tergantung dari besarnya dosis, konsentrasi, lamanya dan seringnya pemaparan, juga cara masuk dalam tubuh. Gejala keracunan antara lain disebabkan oleh adanya pencemaran atau polusi. Pencemaran atau polusi adalah keadaan yang berubah menjadi lebih buruk, keadaan yang berubah karena akibat masukan dari bahan- bahan pencemar. Bahan pencemar umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi makhluk hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (wardhayani, 2006). Bapak Toksikologi Modern, Paracelsus (1493-1541) menyatakan bahwa "semua zat adalah racun; tidak ada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan suatu racun dengan obat". Toksikan (zat toksik) adalah bahan apapun yang dapat memberikan efek yang berlawanan (merugikan). Racun merupakan istilah untuk toksikan yang dalam jumlah sedikit (dosis rendah) dapat menyebabkan kematian atau penyakit (efek merugikan) yang secara tibatiba. Zat toksik dapat berada dalam bentuk fisik (seperti radiasi), kimiawi (seperti arsen, sianida) maupun biologis (bisa ular). Juga terdapat dalam beragam wujud (cair, padat, gas). Beberapa zat toksik mudah diidentifikasi dari gejala yang ditimbulkannya, dan banyak zat toksik cenderung menyamarkan diri (Budiman, 2008).

Sulit untuk mengkategorisasi suatu bahan kimia sebagai aman atau beracun. Tidak mudah untuk membedakan apakah suatu zat beracun atau tidak. Prinsip kunci dalam toksikologi ialah hubungan dosis-respon/Efek. Kontak zat toksik (paparan) terhadap organisme/tubuh dapat melalui jalur tertelan (ingesti), terhirup (inhalasi) atau terabsorpsi melalui kulit. Zat toksik umumnya memasuki organisme/tubuh dalam dosis tunggal dan besar (akut), atau dosis rendah namun terakumulasi hingga jangka waktu tertentu (kronis) (Budiman, 2008). Untuk itu kita perlu mengetahui sumber, penyebab, mekanisme serta penanggulangan dari keracunan.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.

Apa saja yang menjadi sumber keracunan timbal? Bagaimana gejala keracunan timbal? Bagaimana mekanisme keracunan timbal? Bagaimana penanggulangan keracunan timbal? Bagaimana pengambilan ,penyimpanan, dan pengiriman sampel timbal ke laboratorium?

C. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5.

Untuk mengetahui sumber-sumber keracunan timbal. Untuk mengetahui gejala dari keracunan timbal. Untuk mengetahui mekanisme keracunan timbal. Untuk mengetahui penanggulangan keracunan timbal. Untuk mengetahui teknik pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman sampel timbal ke laboratorium.

D. Manfaat 1. 2. 3. 4. 5.

Agar mahasiswa mengetahui sumber-sumber keracunan timbal. Agar mahasiswa mengetahui gejala dari keracunan timbal. Agar mahasiswa mengetahui mekanisme keracunan timbal. Agar mahasiswa mengetahui penanggulangan keracunan timbal. Agar mahasiswa mengetahui teknik pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman sampel timbal ke laboratorium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Keracunan Timbal B. Gejala Keracunan Timbal C. Mekanisme Keracunan Timbal Dalam menentukan jenis zat toksik yang menyebabkan keracunan, seringkali menjadi rumit karena adanya proses yang secara alamiah terjadi dalam tubuh manusia. Jarang sekali suatu bahan kimia bertahan dalam bentuk asalnya didalam tubuh. Bahan kimia, ketika memasuki tubuh akan mengalami proses ADME, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Misalnya, setelah memasuki tubuh, heroin dengan segera termetabolisme menjadi senyawa lain dan akhirnya menjadi morfin, menjadikan investigasi yang lebih detil perlu dilakukan seperti jenis biomarker (petanda biologik) zat racun tersebut, jalur paparan zat, letak jejak injeksi zat pada kulit dan kemurnian zat tersebut untuk mengkonfirmasi hasil diagnosa. Zat toksik juga kemungkinan dapat mengalami pengenceran dengan adanya proses penyebaran ke seluruh tubuh sehingga sulit untuk terdeteksi. Walaupun zat racun yang masuk dalam ukuran gram atau miligram, sampel yang diinvestigasi dapat mengandung zat racun atau biomarkernya dalam ukuran mikrogram atau nanogram, bahkan hingga pikogram (Budiawan, 2008) . Pada dasarnya disposisi senyawa toksik meliputi beberapa fase di antaranya absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi (Maharani, 2013): a.

Absorbsi Absorbsi senyawa toksik sama dengan absorbsi dengan senyawa obat dalam hal ini

absorbsinya sangat bergantung terhadap membran sel. Agar mampu dilalui oleh suatu senyawa maka suatu membran haruslah bersifat semi permeabel. Sebagaimana kita ketahui membran sel bersifat lipid bilayer, yakni terdiri atas lapisan fosfolipid dan bagian yang bersifat lifofobik. Pada bagian fosfolipid tersebut terdapat protein yang tertanam diantara lapisan-lapisan lipid ini, tentu saja protein ini memiliki fungsi tersendiri yang akan dibahas kemudian. Seanyawa

yang mudah larut dalam lemak akan snagat mudah melewati lapisan ini dibandingkan dengan senyawa sifatnya mudah larut dalam air. Kelarutan suatu senyawa dipengaruhi pula dengan koefissien partisi dari senyawa tersebut. Koefisien partisi dalam hal ini diartikan sebagai perbandingan kelarutan suatu zat dalam air dan dalam pelarut organik. Pengangkutan senyawa dalam melintasi membran dapat dibagi dengan beberapa cara diantaranya: 1. Filtarsi melalui pori-pori Senyawa dengan molekul kecil mungkin melewati membran sel dengan melalui protein yang ada pada membran. Perpindahan ini akan menurunkan gradient konsentrasi dan substansisubstansi seperti urea dan etanol. 2. Difusi passive melaui membran fosfolipid Proses terjadinya diffusi pasif harus melalui beberapa kondisi diantaranya: ·

Gradient konsentrasi harus mampu melewati membran

·

Senyawa harus larut dalam lipid

·

Senyawa bersifat non-ion

Difusi pasif tidak sama halnya dengan transpor aktif yang membutuhkan energi, yang dibutuhkan dalam difusi pasif hanyalah gradient konsentrasi, gradient konsentrasi harus melewati membran sel. Selain itu kelarutan senyawa dalam lipid juga mnejadi hal yang tidak kalah penting, sebagaimana diketahui bahwa membran sel terdiri atas membran lipid bilayer yang terdiri atas fosfolipid yang bersifat non-polar. Senyawa yang dapat melintasi lapisan lemak ini adalah senyawa yang sifatnya sama atau hampir sama dengan membran yakni bersifat nonpolar. Dan yang tidak kalah penting sifat dari senyawa tersebut apakah bersifat ion tau non ion. Senyawa yang mudah melintasi membran adalah senyawa yang bersifat non-ion karena senyawa yang bersifat non-ion molekulnya lebih kecil dibandingkan dengan senyawa ionik. Sebagaimana teori pH partision menjelaskan “hanya senyawa non-ionik yang larut lemak ynag mampu diabsorbsi oleh membran sel secara difusi pasif melalui penurunan radient konsentrasi” 3. Transport aktif Transport aktif sangat berbeda dengan difusi pasif, difusi pasif terjadi tanpa harus melawan gradient konsentrasi. Sedangkan transport aktif dapat terjadi dengan cara melawan gradient konsentrasi dan adanya energi yang diperoleh dari hasil metabolisme. Energi dibutuhkan untuk memompa natrium-kalium, masuk dan keluar dari sel. Proses ini tidak akan terjadi tanpa adanya protein sebagai perantara, ketika ada ATP atau energi maka pompa natrium akan terbuka dan ion Na akan masuk kedalam sel bersamaan dengan masuknya pula senyawa-

senyawa lain dan dikeluarkannya kalium.

Jadi pada dasranya transport aktif ini sanagt

dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya: a.

Carrier spesifik dari membran

b.

Energi

c.

Proses yang mungkin dihambat dngan adanya metabolic racun

d.

Proses yang lebih mengikuti orde nol dibandingkan dengan orde satu

e.

Transport yang melawan gradient konsentrasi

f.

Substart yang sama kemungkinan akan berkompetisi

4. Difusi terfasilitasi Dalam difusi terfasilitasi faktor-faktor yang mempengaruhi adalah carrier spesifik dari membran, gardient konsentrasi yang melewati membran, dan proses yang mungkin jenuh karena tingginya konsentrasi dari sibstrat. 5. Fagositosis dan pinositosis Fagositosis adalah kemampuan suatu membran untuk memasukkan senyawa dari luar dengan cara membentuk semacam kantong kemudian melepaskannya kedalam sel. Yang membedakan antara fagositosis dan pinositosis hanyalah jenis zatnya, fagositosis biasanya berupa bahan padat sedangkan pinositosis berupa bahan cair. Adapun proses absorbsi ini dapat berlangsung melalui kulit, paru-paru dan saluran pencernaan. b.

Distribusi senyawa toksik Setelah terabsorbi senyawa kemudian akan didistribusikan ke jaringan tubuh, proses

pendistribusian ini kembali lagi pada sifat fisiko-kimia dari sneyawa. Hanya bentuk yang tidak terionisasi yang akan melewati aliran darah dan masuk ke jaringan tubuh secara difusi pasif, sedangkan transport spesifik dibutuhkan untuk senyawa-senyawa tententu, dan adapun fagositosis dan pinositosis dibutuhkan untuk senyawa yang molekulnya besar. Parameter penting dari distribusi suatu senyawa kedalam jaringan tubuh adalah volume distribusi. Volume distribusi ini dapat menunjukkan keberadaan suatau senyawa di dalam jaringan, jadi apabila subtansi didistribusikan kedalam jaringan adiposa maka konsentrasi plasma akan menjadi rendah, akibatnya volume distribusi semakin besar. Selain volume distribusi, faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi senyawa ke jaringan adalah waktu paruh. Waktu yang dibutuhkan oleh suatu bahan atau senyawa untuk meluruh setengahnya di dalam plasma. Senyawa yang memiliki waktu paruh panjang akan mengalami kontak dengan sistem biologi lebih lama akibatnya dibandingakan dengan senyawa yang waktu paruhnya pendek, akibatnya ada kemungkinan senyawa tersebut terakumulasi kembali.

Aspek lain dari distribusi yang memungkinkan adanya implikasi toksikoligi adalah interaksi antara senyawa asing dengan protein plasma. Banyak senyawa asing yang terikat dengan protein plasma nonkovalen, hal ini menyebabkan distribusi berubah. Distribusi ke jaringan akan berkurang karena adanya pengikatan dengan molekul plasma, dan dapat pula membatasi sistem ekskresi. c.

Ekskresi Senyawa Toksik Eliminasi senyawa asing dari tubuh sangat penting bagi efek biologis, ekskresi yang

cepat dapat mengurangi tosisitas yang mungkin terjadi, dan mengurangi pula durasi efek terhadap sistem biologis. 1. Ekskresi melalui urinaria Ekskresi ini melalui organ ginjal, dimana sisa metabolisme dari senyawa asing akan dibawah ke ginjal kemudian diolah sedemikian rupa hingga akhirnya dikeluarkan melalui urin. 2. Ekskresi melalui empedu Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika melalui ekskresi empedu yaitu: peningkatan waktu paruh senyawa, kemungkinan dihasilkan toksik metabolit pada saluran cerna, meningkatkan pengeluaran pada siklus enterohepatik, dan gangguan pada hati. Jalur masuknya timbal (Pb) ke tubuh manusia melalui saluran pernapasan (respirasi), juga melalui saluran pencernaan (gastrointestinal), kemudian di distribusikan ke dalam darah, dan terikat pada sel darah. Sebagian Pb disimpan dalam jaringan lunak dan tulang, sebagian diekskresikan lewat kulit, ginjal dan usus besar, skematis dapat dilihat di bawah ini (Wardhayani, 2006):

Timbal (Pb) bersirkulasi dalam darah setelah diabsorbsi dari usus, terutama berhubungan dengan sel darah merah (eritrosit). Pertama didistribusikan kedalam jaringan lunak dan berinkorporasi dalam tulang, gigi, rambut untuk dideposit (storage).17,20 Timbal (Pb) 90 % dideposit dalam tulang dan sebagian kecil tersimpan dalam otak, pada tulang timbal (Pb) dalam bentuk Pb fosfat / Pb3(PO4)2. Secara teori selama timbal (Pb) terikat dalam tulang tidak akan menyebabkan gejala sakit pada penderita. Tetapi yang berbahaya ialah toksisitas Pb yang diakibatkan gangguan absorbsi Ca karena terjadi desorpsi Ca dari tulang yang menyebabkan penarikan deposit timbal (Pb) dari tulang tersebut (Wardhayani, 2006). Timbal bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah merah adalah 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan dalam tulang selama 30 hari (Wikipedia, 2013).

D. Penanggulangan Keracunan Timbal

E. Pengambilan, Penyimpanan, dan Pengiriman Sampel Timbal

Related Documents


More Documents from "Arifa"

Indah A.doc
May 2020 31
Toksik Bu Eka .docx
June 2020 23
Pertamina Fix.docx
June 2020 17
Bab I.docx
June 2020 11
Pembahsan 1.docx
May 2020 14