Gastroenteritis Dengan Dehidrasi Berat.docx

  • Uploaded by: Ramadhyan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gastroenteritis Dengan Dehidrasi Berat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 767
  • Pages: 5
GASTROENTERITIS DENGAN DEHIDRASI BERAT

SOP

No. Dokumen No. Revisi Tanggal Terbit Halaman

PUSKESMAS JOMBANG

: SOP/ : 00 : 01/07/2016 : 1/2 Hj. Sri Naikowati Ningsih S.ST NIP.197104021991012001

1. Pengertian

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO (World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian.

Kriteria derajat dehirasi:

2. Tujuan

Sebagai acuan dalam penatalaksanaan gastroenteritis dengan dehidrasi berat di Puskesmas Jombang.

3. Kebijakan

SK Kepala Puskesmas Nomor 445.4/003/PJPLYN/PKMJB tentang Penetapan Penanggung Jawab Pelayanan Unit Gawat Darurat di Puskesmas Jombang.

4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun 2015.

5. Alat dan bahan

Alat : 1. Tensimeter 2. Stetoskop 3. Termometer Bahan : 1. Spuit 3cc 2. Infus set 3. Cairan infus

6. Prosedur

1. Petugas memberikan cairan dan diet adekuat a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi. b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien. c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna.

2. Petugas memberikan obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitive kepada pasien diare yang belum dehidrasi. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau antijamur tergantung penyebabnya. Obat antidiare, antara lain: a. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium.

Obat ini tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan penggunaannya dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi. b. Bismut subsalisilat, yang petugas berhati-hati pada pasien immunokompromais, seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy. c. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop. d. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1

Antimikroba, antara lain: a. Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5- 7 hari, atau b. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari. c. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari. d. Bila diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi.

3. Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, petugas menangani pasien dengan langkah sebagai berikut: a. Petugas nenentukan jenis cairan yang akan digunakan Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena. b. Petugas menentukan jumlah cairan yang akan diberikan Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus: Defisit cairan : {(BJ plasma – 1,025)/ 0,001} X Berat badan X 4 ml Kebutuhan cairan = (Skor/15) X 10% X kgBB X 1 liter c. Petugas menentukan jadwal pemberian cairan:

-

Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

-

Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atauskor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.

-

Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.

4. Petugas menilai kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila ditemukan: a. Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebih lanjut b. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38,5◦C, nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun c. Pasien usia lanjut d. Muntah yang persisten e. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable f.

Terjadinya outbreak pada komunitas

g. Pada pasien yang immunokompromais. 5. Bila pasien belum membaik, pasien dirujuk dengan kriteria: a. Tanda dehidrasi berat b. Terjadi penurunan kesadaran c. Nyeri perut yang signifikan d. Pasien tidak dapat minum oralit

e. Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan 7. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tanda-tanda vital

8. Unit terkait

Unit Gawat Darurat

9. Dokumen terkait

Rekam Medis, Buku Register

10. Rekaman Histori

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

Perubahan

Related Documents

Dehidrasi
June 2020 9
Gastroenteritis
December 2019 26
Gastroenteritis
November 2019 20
Gastroenteritis
October 2019 24
Gastroenteritis
May 2020 14

More Documents from ""