Gangguan Sistem Reproduksi.docx

  • Uploaded by: Vega Novita Andriyani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gangguan Sistem Reproduksi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,966
  • Pages: 20
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan reproduksi adalah secara utuh, yang tidak

keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial

semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan, dalam

semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus merupakan kejadian yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar 10-15% dari semua tanda klinis kehamilan yang dikenali, tapi secara empiris estimasi dan prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang tinggi sekitar 30%. Tiga penyebab klasik kematian ibu di dunia ini disebabkan oleh 3 faktor yaitu keracunan kehamilan, perdarahan, infeksi sedangkan penyebab ke empat yaitu abortus. World Health organization (WHO) melaporkan setiap tahun 42 juta wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan yang menyebabkan abortus, terdiri dari 20 juta merupakan unsafe abortion, yang paling sering terjadi pada Negara-negara dimana abortus itu illegal. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa factor risiko terjadinya abortus diantaranya usia maternal, riwayat terjadinya abortus pada kehamilan sebelumnya, komsumsi rokok dan alcohol, kondisi psikologis ibu, interval kehamilan, riwayat penggunaan obat kontrasepsi berupa pil,rendahnya indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan, tingkat pendidikan, usia paternal dan sering berganti-ganti pasangan seks.

Namun masih sedikit penelitian yang membahas mengenai factor risiko terjadinya abortus di daerah Jakarta. B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu pengertian abortus, etiologi, patofisiolgi abortus,

diagnosis,

komplikasi,

pemeriksaan

penunjang,

penatalaksaan

serta

pengobatan mengenai abortus. C. Tujuan Adapun tujuan penulisan ini adalah agar mahasiswa mampu dan mengerti serta dapat memahami penjelasan tentang abortus, etiologi, patofisiologi abortus, diagnosis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta pengobatan. D. Manfaat 1. Bagi penulis Menambah pengetahuan mengenai pengertian abortus, etiologi, patofisiologi abortus, diagnosis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta pengobatan tentang abortus. 2. Bagi pendidikan Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran khususnya tentang abortus. 3. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai pengertian abortus, factor-faktor penyebab terjadinya abortus spontan, diagnosis, komplikasi, sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan.

BAB II PEMBAHASAN A. GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI Sistem reproduksi pada manusia bisa mengalami gangguan, gangguan itu bisa di sebabkan oleh penyakit ataupun kelainan yang terjadi pada tubuh sesorang. Gangguan pada Sistem reproduksi manusia bisa menyerang Baik itu pria ataupun wanita. Akan tetapi ada beberapa penyakit yang hanya menyerang Pria saja ataupun wanita saja. 1. Gangguan pada sistem reproduksi wanita 

Gangguan menstruasi Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.



Kanker vagina Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.



Kanker serviks Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.



Kanker ovarium Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.



Kanker rahim Kanker rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.



Kanker payudara Yaitu tumor yang bersifat ganas. Kanker payudara banyak terdapat pada wanita yang telah menopause. Pengobatannya dengan operasi, sinar radio aktif, dan obat-obatan.



Fibroadenoma Yaitu tumor yang bersifat jinak. Gejalanya berupa benjolan kenyal pada payudara. Pengobatannya dengan operasi.



Endometriosis Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paruparu. Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan.

Penanganannya

laparoskopi atau bedah laser.

dapat

dilakukan

dengan

pemberian

obat-obatan,



Infeksi vagina Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.



Condyloma Yaitu tumbuhnya bejolan keras berbungkul seperti bunga kol atau jengger ayam atau dikenal sebagai kutil kelamin. Kutil kelamin atau condyloma merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), atau virus yang menyebabkan keganasan pada jaringan. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung secara seksual dengan penderita HPV lainnya. Penyakit ini ditemukan di seputar alat kelamin bagian luar, di dalam liang vagina, di sekitar anus, hingga mulut rahim. Jika sampai menginfeksi leher rahim, dapat menyebabkan kanker mulut rahim atau kanker serviks. Kutil kelamin dapat diobati dengan obat oles, suntik, maupun tindakan operasi. Untuk tindakan operatif dapat dilakukan dengan menggunakan alat kotter (pemotong) oleh tenaga medis. Pengobatan bisa dilakukan dengan obat topikal (oles).



Bartolinitis Yaitu infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah. Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia, Gonorrhea, dsb. Bartolinitis dapat menyumbat

mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina. Akibat penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). Untuk mengatasinya, pemberian antibiotik untuk mengurangi radang dan pembengkakan. Jika terus berlanjut, dokter akan melakukan tindakan operatif untuk mengangkat kelenjar yang membengkak. 

Vulvaginatis Merupakan suatu peradangan pada vulva dan vagina yang sering menimbulkan gejala keputihan (flour albus) yaitu keluarnya cairan putih/putih kehijauan dari vagina. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme misalnya Gardnerella vagimalis, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, virus herpes, Candyloma accuminata, dll.



Candidiasis / keputihan Yaitu munculnya gumpalan seperti endapan susu berwarna putih. Disebabkan karena infeksi jamur Candida albicans. Keputihan ini dapat muncul akibat ketidakseimbangan hormonal yang disebabkan oleh kegemukan, pasca menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi hormonal, pengunaan obat-obatan steroid, kondisi organ intim yang terlalu lembap, dan lainnya. Juga bisa merupakan akibat dari gula darah yang tidak terkontrol. Penanganan untuk candidiasis cukup dengan menjaga kebersihan dan kelembapan organ intim wanita. Peggunaan sabun khusus pembersih vagina dan menjaga agar di bagian intim tak terlalu lembap bisa dilakukan. Namun, jika memang tak tertahankan dan menimbulkan gatal yang amat sangat, dapat diberikan obat antijamur misalnya triazol atau imidazol.



Kista ovarium Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.



Infertilitas (kemandulan) Pada wanita infertilitas disebabkan oleh:



Kerusakan pada ovarium karena infeksi, racun, atau sinar radio aktif sehingga

pembentukan ovum terganggu  Penyumbatan pada tuba fallopi  Gangguan sistemik, misalnya gangguan hormon, diabetes mellitus, dsb 2. Gangguan pada sistem reproduksi pria 

Uretritis Uretritis merupakan peradangan yang terjadi pada uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. taukah sobat Organise yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis , ureplasma urealytium atau virus herpes.



Prostatitis Prostatitis merupakan peradangan yang terjadi pada prostat. hal ini di sebabkan bakteri. Seperti echerichia coli maupun bakteri lain.



Hipogonadisme Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi

hormon,

seperti

hormon

androgen

dan

hormon

testoteron.

Pada Gangguan ini menyebabkan infertilitas ,impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan cara terapi hormon.



Kriptorkidisme Kriptorkidisme merupakan kegagalan dari satu atau dua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal ini dapat di tangani dengan pemberian hormone human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga , dilakukan pembedahan.



Epididimitis Epididimitis merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada saluran reproduksi pada pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E.coli dan Chlamydia.



Orkitis Orkitis merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotis. Jika tejadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilisasi.

B. ABORTUS (ABORSI) Abortus merupakan gangguan kehamilan dan termasuk salah satu gangguan sistem reproduksi pada wanita, berikut penjelasan tentang abortus. 1. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer,Arief dkk, 2001). Aborsi ialah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “Abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin : Abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkna kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature.

Aborsi adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimasa masa gestasi belum mencapai 20/22/28 minggu (berbeda tiap literature) dan beratnya kurang dari 500 gr. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas seltelur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medic disebut abortus terapeutik. 2. Etiologi Abortus a. Hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi : 1) Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. 2) Infeksi kronis sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberculosis paru, aktif, pneumonia. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll. b. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit c.

jantung, toxemia gravidarum, Penyebab yang bersifat local : fibroid, inkompetensia serviks, radang pelvis kronis, endometritis,retroversi kronis, hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil sehingga menyebabkan hyperemia dan abortus, kelainan alat kandungan, gangguan kelenjar gondok, kematian janin akibat kelainan bawaan. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi Abortus spontan dapat terjadi pada trimester pertama kehamilan yang meliputi 85% dari kejadian abortus spontan dan cenderung disebabkan oleh factor-faktor fetal. Sementara abortus spontan yangterjadi pada trimester kedua lebih cenderung disebabkan oleh factor-faktor maternal termasuk inkompletensia serviks, anomalikavum uterus yang konenital atau didapat, hipotiroid, diabetes mellitus, nefritis kronik, infeksi akut oleh penggunaan kokain, gangguan

immunologi, dan gangguan psikologis tertentu. 3. Jenis-jenis abortus Berdasarkan jenisnya abortus di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Aborsi buatan (Abortus provocatus), yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan secara sengaja .Aborsi ini dibedakan lagi menjadi dua golongan 1) Abortus provocatus therapeuticus , yaitu aborsi yang dilakukan dengan

sengaja

karena alasan medis yang sangat darurat atau jika ada indikasi bahwa kehamilan dapat membahayakan atau mengancam ibu bila kehamilan berlanjut . 2) Abortus provokatus criminalis, ialah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan sengaja tanpa mempunyai alasan kesehatan ( medis), didorong oleh alasan-alasan yang lain dan melawan hukum b. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneous ) yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya bukan perbuatan manusia.Dalam bahasa sehari-hari aborsi jenis ini bisa disebut keguguran.Yang termasuk aborsi spontan adalah: 1) Abortus imminens (threatened) Suatu abortus imminens dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina yang mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan. Suatu abortus imminens dapat atau tanpa disertai rasa mulas ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah. Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong amnion kosong, serviks tertutup, dan masih terdapat janin utuh. 2) Abortus insipiens (inevitable) Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan

lagi

ditandai

denganpecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatsi ostium serviks dengan bagian kantong

konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah. 3) Abortus inkompletus (incomplete) Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam vakum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irregular. 4) Abortus kompletus (complete) Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan terus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negative. Padapemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong. 5) Missed abortion Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. 6) Abortus habitualis (habitual abortion) Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namu kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Factor-faktor penyebab terjadinya abortus spontan : a. Factor fetal ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin, kelainan chromosomal serta kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat. b. Factor maternal 1) Factor-faktor endokrin

Beberapa gangguan endokrin telah terlibat dalam abortus spontan berulang, termasuk diantaranya adalah diabetes mellitus tak terkontrol, hipo dan hipertiroid, hipersekresi luteinizing hormone, insufisiensi korpus luteum atau disfungsi fase lutealdan penyakit polikistik ovarium. Pada perkembangan terbaru peranan hipeerandrogenemiadan hiperproklaktinemia telah dihubungkan dengan terjadinya abortus yang berulang. 2) Factor-faktor anatomi Anomali uterus termasuk malformasi congenital, efek uterus yang didapat (Astherman’s syndrome dan efek sekunder terhadap dietilestilbestrol), leiomyoma, dan inkompetensia serviks. Meskipun anomaly-anomali ini sering dihubungkan dengan abortus spontan, insiden, klarifikasi dan peranannya dalam etiologi masih belum diketahui secara pasti. 3) Factor-faktor immunologi Pada kehamilan normal, system imun maternal tidak bereaksi terhadap spermatozoa atau embrio. Namun 40% pada abortus berulang diperkirakan secara immunologis kehadiran fetus tidak dapat diterima.rspon imun dapat dipicu oleh beragam factor endogen dan eksogen, termasuk pembentukan antibody antiparental, gangguan autoimun yang mengarah pada pembentukan antibody autoimun, infeksi, bahan-bahan toksik, dan stress. 4) Infeksi Infeksi-infeksi maternal yang memperlihatkan hubungan yang jelas dengan abortus spontan termasuk sifilis, parvovirus B19, HIV, dan malaria. Brusellosis, suatu penyakit zoonosis yang paling sering menginfeksi manusia melalui produk susu yangtidak dipasteurisasi juga dapat menyebabkan abortus spontan. Suatu penelitian retrospektif termasuk di Saudi Arabia menemukan bahwa hamper separuh (43%) wanita hamil yang didiagnosa menderita brussellosis akut pada awal kehamilannyamengalami abortus spontan pada trimesterpertama atau kedua kehamilannya. 5) Gaya hidup seperti merokok dan alkoholisme

Penelitian

epidemiologi

mengenai

merokok

tembakau

dan

abortus

spontan

menemukan bahwa meroko tembakau dapat sedikit meningkatkan resiko untuk terjadinya abortus spontan. Namun, hubungan antara meroko dan abortus spontan tergantung pada factor-faktor lain termasuk kmosumsi alcohol, perjalanan reproduksi, waktu gestasi untuk abortus spontan, kariotipe fetal, dan status sosialekonomi. Peningktana angka kejadian abortus spontan pada wanita alkoholik mungkin berhubungan dengan akibat tak berlangsung dari gangguan terkait alkoholisme. 6) Radiasi Radiasi ionisasi dikenal menyebabkan gangguan hasil reproduksi, termasuk malformasikongenital, restriksi pertumbuhan intrauterine, dan kematian embrio.pada tahun 1990, komisi internasional terhadap perlindungan radiasi menyerankan untuk wanita dengan konsepsi tidak terpapar lebih dari 5mSv selama kehamilan. 4. Patofisiologi Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatandengan tenpat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda

asing

di

dalam

uterus

sehingga

merangsang

kontraksi

uterus

dan

mengakibatkan pengeluaran janin. 5. Diagnosis Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam amsa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis *Galli Mainini) atau imunologi (Pregnosticon, Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus

diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina. 6. Komplikasi Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi juga berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis. a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. c. Infeksi Infeksi dalam uteus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus yang tidak aman (unsafe abortion). d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat (syok endoseptik). 7. Pemeriksaan Penunjang  Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.  Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.  Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion. 8. Resiko Aborsi 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi da beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of life” yang a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. 2.

ditulis oleh Brian Clowes, yaitu : Kematian mendadak karena perdarahan hebat Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal Kematian secara lambat akibat infeksi serius sekitar kandungan Rahim yang sobek (uterine perforation) Kerusakan leher rahim Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita) Kanker indung telur Kanker leher rahim Kanker hati Kelainan pada plasenta/ari-ari Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi Infeksi pada lapisan rahim Resiko gangguan psikologis Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memilki dampak yang sangat hebat tehadap keadaan mental seorang wanita. Yakni wanita akan

a. b. c. d. e. f.

mengalami hal-hal berikut : Kehilangan harga diri Berteriak-teriak histeris Mimpi buruk yang berkali-kali mengenai bayi Ingin melakukan bunuh diri Mulai mencoba melakukan obat-obat terlarang Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

9. Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan abortus berulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik. Apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester kedua juga penting untuk diperharikan. Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak factor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi atau mekanisme terjadinya abortus

berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor penyebab lain cenderung pada factor anantomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi yang berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan tersebut meliputi : 1. Riwayat penyakit dahulu : - Kapan abortus terjadi, apakah pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, -

adakah penyebab mekanis yang menonjol. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang Infeksi ginekologi dan obstetric Gambaran asosiasi Factor genetika antara suami istri Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus yang kemudian

meninggal - Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat 2. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan fisik secara umum b. Pemeriksaan ginekologi c. Pemeriksaan laboratorium : 1) Kariotik darah tepi kedua orang tua 2) Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopo bila da indikasi 3) Biopsy endometrium pada fase luteal 4) Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid 5) Antibody antifosfolipid 6) Lupus antikoagulan 7) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit 10. Pengobatan Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal. Bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan riwayat abortus berulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio intra uterine yang baik perlu diberukan pada ibu. Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine. Pemeriksaan kadar α-HCG secara periodic pada awal kehamilan dapat membantu pemantauan kelangsungn kehamilan sampai pemeriksaan USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap

dua minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami abortus. Pada embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut. Pemeriksaan serum á-fetoprotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya kehamilan. Bila belum terjadi kehamilan, pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang ada. Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi immunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu. Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus dikerjakan secara bertahap baik perbaikan kromosom, anomaly anatomi, kelainan

endokrin,

infeksi,

factor

immunologi,

anti

fosfolipid

sindrom,

terapi

immunoglobin atau immunomodulator perlu diberikan secara berurutan. Hal ini merupakan suatu pekerjaan yang besar dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal. C. PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP KASUS GSR Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak aman, tentu sangat memperhatikan. Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran dari perempuan dan masyarakat tentang hak atas pelayanan kesehatan. Padahal bagaimanapun kondisinya atau akibat apapun, setiap perempuan sebagai warga negara tetap memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan kewajiban negaralah untuk menyediakan hal itu. Hak-hak ini harus dipandang sebagai hak-hak sosial sekaligus hak individu yang merupakan hak untuk mendapatkan pelayanan. Hak atas pelayanan kesehatan ini

ditegaskan pula dalam penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan (konvensi perempuan) dan UU kesehatan. Yayasan

lembaga

konsumen

indonesia

dan

The

ford

Foundation

(1977)

merumuskan hak-hak pasien sebagai berikut: a)

Hak memperoleh pelayanan kesehatan yang mendasar, mudah diakses, tepat,

terjangkau. b) Hak untuk terbebas dari perlakuan diskriminatif, artinya tidak ada pembedaan perlakuan c) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, agama, suku bangsa. Hak untuk memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai : Kondisi kesehatan Berbagai pilihan penanganan Perlakuan medis yang diberikan Waktu dan biaya yang diperlukan Resiko, efek samping dan kemungkinan keberhasilan dari tindakan yang dilakukan Hak memilih tempat dan dokter yang menangani Hak untuk dihargai, dijaga privasi dan kerahasiaan Hak untuk ikut berpartisipasi dalam membuat keputusan, Hak untuk menagjukan pilihan Pelayanan yang diharapkan dalam aborsi. Tersedianya sarana pelayanan formal :

a) Fasilitas konseling b) Jaminan tindakan aborsi c) Pengetahuan tentang prosedur, usia kehamilan, resiko d) Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, alat kontrasepsi (mencegah aborsi berulang)., Melakukan aborsi pasti merupakan keputusan yang sangat berat dirasakan oleh perempuan yang bersangkutan. Tapi bila itu, memang menjadi jalan yang terakhir, yang harus diperhatikan adalah persiapan secara fisik dan mental dan informasi yang cukup mengenai bagaimana agar aborsi bisa berlangsung aman. Aborsi aman bila : a) Dilakukan oleh pekerja kesehatan (dokter yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi).

b)

Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak dilakukan dalam kondisi bersih

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sistem reproduksi pada manusia bisa mengalami gangguan, gangguan itu bisa di sebabkan oleh penyakit ataupun kelainan yang terjadi pada tubuh sesorang. Gangguan pada Sistem reproduksi manusia bisa menyerang Baik itu pria ataupun wanita. Akan tetapi ada beberapa penyakit yang hanya menyerang Pria saja ataupun wanita saja. Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil diluar nikah. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi yaitu : Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan resiko gangguan psikologis. Apapun jenis abortus yang terjadi pada pasien atau apapun jenis gangguan sistem reproduksi pada pasien, hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus tetap di berikan. B. Saran Kami sebagai penulis hanya mampu menyarankan bahwa berusahalah agar anda tidak sampai melakukan hal yang seperti itu karena sama saja anda membunuh

nyawa seseorang (bayi) dan itu hukumnya sangat berat baik didunia maupun di akhirat nanti. Jagalah diri anda baik-baik dan jagalah keluarga anda. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Asri. 2009. Cetakan Pertama. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika http://www.smallcrab.com/kesehatan/734-resiko-bahaya-melakukan-aborsi Nugroho, Dr.Taufan. 2012. Cetakan Pertama. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Gramedia Suryono, Joko.2001. Edisi 6. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Yayasan Pustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo

Related Documents


More Documents from "citra lestari"