Gagal Ginjal Kronis.docx

  • Uploaded by: Fadila
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gagal Ginjal Kronis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,543
  • Pages: 23
MAKALAH GAGAL GAGAL GINJAL KRONIS

OLEH : KELOMPOK I 1. KAMALIA 2. LULUK YUNIANI 3. BELIA KUSUMA NINGSIH 4. ELSA KARUNIATI 5. FADILA HAPSAH BAPANG 6. HUSWATUN HASANAH 7. ANNISA YULIANA PRATIWI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2019

KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum,War.Wab Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat,taufik,serat hidayah-Nya Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelessaikan tugas dengan baik,tepat waktunya yang berjudul “sistem informasi keperawatan”.makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah sistem informasi Keperawatan.dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Ibu Isianah, M.KEP selaku dosen pengampuh mata kuliah KMB II 2. Rekan rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,baik dari segi penulisan,bahasa ataupun penyusunannya.oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,khususnya dari dosen pengampuh mata kuliah sistem informasi keperawatan menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

Mataram, 15 Maret 2019 Penyusun Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................................... C. Tujuan ....................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ A. Definisi Gagal Ginjal Kronis .................................................................. B. Etiologi Gagal Ginjal Kronis .................................................................. C. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis .............................................................. D. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis ................................................. E. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis .......................................................... F. WOC Gagal Ginjal Kronis ...................................................................... G. Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronis ..................................... H. Komplikasi Gagal Kronis ........................................................................ I. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis .................................................. BAB III ASKEP GAGAL GINJAL KRONIS .................................................... BAB IV PENUTUP ................................................................................................. A. Kesimpulan ............................................................................................... B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memberikan

asuhan

keperawatan

yang

kompherensif

pada

pasien

gagal

ginjal.penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa., terlebih pada kaum lanjut usia. Gagal ginjal dibagi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal ailure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkanpada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85%.

B. Rumusan Masalah 1. Definisi Gagal Ginjal Kronis? 2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis? 3. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis? 4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis? 5. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis? 6. WOC Gagal Ginjal Kronis? 7. Pemeriksaan Penunjang Gagal Kronis? 8. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis?

9. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis? 10. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis?

C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Definisi Gagal Ginjal Kronis 2. Untuk Mengetahui Etiologi Gagal Ginjal Kronis 3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis 4. Untuk Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis 5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis 6. Untuk Mengetahui WOC Gagal Ginjal Kronis 7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronis 8. Untuk Mengetahui Komplikasi Gagal Ginjal Kronis 9. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis 10. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Gagal Ginjal Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah salah satu penyakit tidak menular, merupakan keadaan gangguan fungsi nginjal yang bersifat menahun berlangsung progresif dan ireversibel (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Dimna kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbamagn cairan dan elektrolit dan mengarah pada kematian. Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih ditandai dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian (tucker,s m). Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea sampah nitrogen lain dalam darah ). (bruner dan suaddrth, 2010.) Gagal ginjak kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomelurus yang dapat digolongkan dalam kategori ringgan, srdang dan berat. (mansjoer, 2007).

B. Etiologi Gagal Ginjal Kronis (GGK) Gagal ginjal kronis disebabkan oleh : a) Diabettes mellitus b) Glomerulonefritis kronis c) Pielonefritis d) Hipertensi tak terkontrol e) Obstruksi saluran kemih f) Penyakit ginjal polikistik g) Gangguan vaskuler Umumnya gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsicdifus dan menahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan

berakhir dengan gagal ginjal kronik. umumnya penyakit diluar ginjal, missal nefropati obstruktif dapat menyebabkan kelainan ginjalintrinsic dan berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis hipertensi essensial dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik kira-kira 60%. Gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15-20%. Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal progresif dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik. Laki-laki lebih sering dari wanita, umur 20-40 tahun. Sebagian besar pasien relatif muda dan merupakan calon utama untuk transplantasi ginjal. Glomerulonefritis mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit system (Glomerulonefritis sekunder) seperti Lupus Eritomatosus Sitemik, Poliarthritis Nodosa, Granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis (Glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes melitus (Glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritisyang berhubungan dengan amiloidosis sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun sperti tuberkolosis, lepra, osteomielitis, danarthritis rheumatoid, dan myeloma. Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nefrosklerosis) merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik. Insiden hipertensi essensial berat yang berekhir dengan gagal ginjal kronik kurang dari 10%. Kira-kira 10-15% pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih dan ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali tuberculosis, abses multiple, nekrosis papilla renalisyang tidak mendapatkan pengobatan adekuat. Seperti diketahui, nefritis interstisial menunjukkan kelainan histopatologi berupa fibrosis dan reaksi inflamasi atau radang dari jaringan interstisial dengan etiologi yang banyak. Kadang dijumpai juga kelainan-kelainan mengenai glomerulus dan pembuluh darah, vaskuler. Nefropati asam urat menempati urutan pertama dari etiolgi nefrotis interstisial.

C. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis (GGK) Klasifikasi GGK dibagi atas 5 tingkatan derajat yang didasarkan pada LFG dengan ada atau tidaknya kerusakan ginjal. Pada derajat 1-3 biasanya belum terdapat gejala apapun (asimptomatik). Manifestasi klinis muncul padafungsi ginjal yang rendah yaitu terlihat pada derajat 4 dan 5 (Arora, 2015). Tabel 1. Klasifikasi GGK (KDIGO, 2013). Derajat

LFG

Penjelasan

(ml/mnt/1.732m2) ≥ 90

Kerusakan ginjal

dengan

LFG normal

atau

meningkat 2

60-89 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan

3A

45-59 Kerusakan ginjal dengan LFG turun dari ringan sampai sedang

3B

30-44 Kerusakan ginjal dengan LFG turun dari sedang sampai berat

4

15-29 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat

5

5 < 15 Gagal ginjal

D. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Gagal ginjal kronis (GGK) 1) Kardiovaskuler a. Hipertensi b. Pitting edema c. Edema periorbital d. Pembesaran vena leher e. Friction rub pericardial

2) Pulmoner a. Krekles b. Nafas dangkal c. Kusmaul d. Sputum kental 3) Gastrointetinal a. Anoreksia, mual dan muntah b. Perdarahan saluran GI c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut d. Konstipasi / diare e. Nafas berbau ammonia 4) Muskulokeletal a. Kram otot b. Kehilangan kekutan otot c. Fraktur tulang d. Foot drop 5) Integumen a. Warna kulit abu-abu mengkilat b. Kulit kering c. Pruritus d. Ekimosis e. Kuku tipis dan rapuh f. Rambut tipis dan kasar 6) Reproduksi a. Amenore b. Atrofi testis

E. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis (GGK)

a. Penurunan GPR Penurunan GPR dapat dideteksi dengan mendapatkan urnin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kretinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kretinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah juga akan meningkat. b. Gangguan klirens renal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumblah glumeluri yang berfungsi, yang menyebabkan penuruna klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal) c. Retensi cairan dan natrium Ginjal kehilangan kemampuan untuk

mengkonsentrasikan atau

mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongsetif dan hipertensi. d. Anemia Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritroportin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, definisi nutrisi, dan kecendrungan unruk terjadi perdarahan akibat satatus uremik pasien, terutama dari saluran I. e. Ketidak seimbangan kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan ynag saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadinya peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penuruanan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan emicu sekresi paratormo, namun dalam kondisi gagl ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tualang. f. Penyakit tulang uremink (osteodistrifi) Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.

F. WOC Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Hipertensi

Vol. darah meningkat

Gangguan fungsi ginjal

GFR menurun

Ureum naik

mual

anoreksia

proteinuri

hipoalbumin Fosfat serum naik

Kalsium serum turun

Kalsium tulang turun Dx : nausea

Dx : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Perubahan dlam tulang-penyakit tulang

Penyakit tulang uremik

Gagal ginjal kronik

Tek. Osmotic plasma turun

Retensi NA

edema

G. Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronis (GGK) 1) Urine a. Volume : basanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria) b. Warana : secar abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotoran, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin c. Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusaka ginjal berat d. Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasion urin serum 1:1 e. Natrium : lebih besar dari 40 mEq/l karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium f. Protein : Derajat tinggi proteinuria

(3-4+) secara kuat menunjukkan

kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada 2) Darah a. BUN/Kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/ dl diduga tahap akhir b. Ht : menurunkan pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl c. SDM : asidosis metabolic, ph kurang dari 7,2 d. Natrium serum : rendah e. Kalium : meningkat f. Magnesium : meningkat 3) Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg 4) Pelogram retrograde : amnormalitas pelvis ginjal dan ureter 5) Ultrasono ginjal : menentuan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstuksi pada saluran perkemihan bagian atas 6) Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif, kelur batu, hematuriia dan pengangkatan tumor selektigf 7) Arteriogram ginjal : mengkaji

sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravaskular, masa 8) EKG : ketidak seimbanagn elektrolit dan asam basa.

H. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis (GGK)

a. Hiperkalemia Hiperkalemia merupakan keadaan dimana kalium yang ada dalam darah tinggi kalium yang tinggi ini angkn membuat, jantung bekerja dengan tidak sempurna pada orang dengan gangguan fungsi ginjal kronis kemampuannya untuk membuang kalium sangatlah rendah. b. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung Perikarditis merupakan peradangan pada pericardium, yaitu selaput yang membungkus jantung akan menyebabakan keluhan nyeri pada dada. c. Hipertensi Hipertensi bisa membuat seoarang terkenan penyakit ginjal, tetapi penyakit ginjal kronis juga bisa menyebabkan hipertensi. Karna gangguan glomeruler sesorang bisa mengalami hipertensi. Hipertensi juga bisa disebabkan karna terlalau banyank cairan atau tekanan darah yang anaik d. Anemia Anemia disebabkan karna kurangnya hormone eritroposit, sehingga kemampuansusum tulang untuk membentuk dara juga akan berkurang e. Penyakit tulang Penyakit ginjal kronik yang sudah lama dibiarkan bisa menggangu mineral dan tulang. Asupan kalsium yang kurang, bisa menyembakna tulang mudah patah. Orang dengan penyakit ginjal kronik, memiliki tulang yang tidak kuat yang mudah patah karna ganggyuan tulang ynag dialami.

I.

Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis (GGK)

1) Dialisi 2) Obat-obatan : anti hipertensi, suplemen besi, agen pingkaat fosfat, suplemen kalsium, furosemid 3) Diet rendah urem

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL GAGAL KRONIS

I. PENGKAJIAN Fokus pengkajian menurut Doengoes (2007), fokus pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik antara lain : 1) Aktivitas/istirahat Gejala : kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur. Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak. 2) Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada. Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, nadi lemah halus, pucat, kuning, kecendrungan perdarahan. 3) Eliminasi Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguri, anuri, diare, konstipasi. Tanda : perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat) digouria menjadi anuri. 4) Integritas ego Gejala : faktor stress, perasa tidak berdaya, tak ada kekuatan. Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung. 5) Makanan / cairan Gejala : peningkatan berat badan dengan cepat, penurunan berat badan (mal nutrisi), anoreksia, mual muntah, mudah tersinggung. 6) Neurosensori Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan dan kelemahan. Tanda : ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis. 7) Nyeri dan kenyamanan Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, nyeri dada. Tanda : perilaku berhati hati, gelisah. 8) Pernafasan

Gejala : nafas pendek, batuk dengan atau tanpa sputum Tanda : dispnea, peningkatan frekuensi, batuk. 9) Keamanan Gejala : kulit gatal Tanda : pruitus, demam, fraktur tulang. 10)

Seksualitas

Gejala : penurunan libido aminorea, infertilitas. 11)

Interaksi social Gejala : kesulitan menentukan kondisi

II. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penekanan diafragma edema pulmo ditandai dengan dispnea. 2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut. 4. Gangguan integrasi kulit, berhubungan dengan gangguan status metabolic, akumulasi toksik dalam tubuh menurun, menurunnya aktifitas kelenjar keringat, (kalsium, fosfat), edema dan nuropatik, ditandai dengan : gatal, luka, kulit kering, eksariasi, edema. 5. Gangguan ferkusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ditandai dengan produksi HB turun. 6. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulai, kerja miokardial dan tahanan vaskular sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, ketidak seimbangan elektrolit, hipoksia, akumulasi toksin (urea) klasifikasi jaringan lunak. III. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1 : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penekanan diafragma edema pulmo ditandai dengan dispnea.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan kebutuhan oksigen terpenuhi. Kriteria hasil : a. Pasien tidak mengeluh sesak nafas. b. Sesak nafas berkurang / hilang c. Tidak sianosis d. Suara nafas vesikuler e. Klien tampak tenang f. R 16-20 x/mnt No

Intervensi

Rasional

1

Beri posisi tidur semifowler

Meningkatkan ekspansi dada

2

Ciptakan suasana tenang

Memberikan

kenyamanan

dalam

bernafas 3

Anjurkan klien untuk nafas Membantu mengurangi sesak efektif

4

Observasi perubahan warna Adanya perubahan warna kulit, kulit,

5

kuku,

jari,

catat kuku menandakan menurunya suplai

adanya sianosis

oksigen

Monitor respirasi dan nadi

Respirasi

rate

yang

normal

menandsakan suplai oksigen yang adekuat 6

Berikan oksigen

Memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat

Dx 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan haluaran urine normal. Kriteria hasil : a. Intake dan output normal b. Turgor kulit normal tanpa ada edema

c. Tanda tanda vital normal d. Tidak adanya distensi vena leher e. Mukosa bibir lembab No 1

Intervensi Kaji

status

menimbang

Rasional

cairan BB

keseimbangan

dengan Memonitoring adanya peningkatan atau

per

masukan

hari, penurunan volume cairan dan

haluaran, turgor kulit tanda tanda vital 2

Batasi pemasukan cairan

Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal, haluaran urine, dan respon terhadap terapi

3

Jelasakan

pada

keluarga

tentang

pasien

dan Pemahaman meninkatkan kerjasama

pembatasan pasien dan keluarga dalam pembatasan

cairan 4

cairan

Anjurkan pasien / ajari pasien Untuk mengetahui keseimbangan input untuk

mencatat

penggunaan dan output

cairan terutama pemasukan dan haluaran

Dx 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil : a. Nafsu makan meningkat b. BB tidak turun c. Mual muntah berkurang No 1

Intervensi

Rasional

Awasi konsumsi makanan atau Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

cairan 2

Perhatikan adanya mual dan Gejala muntah

yang

menyertai

akumulasi

toksin endogen yang dapat mengubah atau

menurunkan

pemasukan

dan

memerlukan intervensi 3

4

Berikan makanan sedikit tapi Porsi lebih kecil dapat meningkatkan sering

masukan makanan

Lakukan oral hygiene

Menurunkan

ketidak

nyamanan

stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan 5

Kolaborasi dengan ahli gizi

Penghitungan kebutuhan kalori klien harus diperhatikan

Dx 4 : Gangguan integrasi kulit, berhubungan dengan gangguan status metabolic, akumulasi toksik dalam tubuh menurun, menurunnya aktifitas kelenjar keringat, (kalsium, fosfat), edema dan nuropatik, ditandai dengan : gatal, luka, kulit kering, eksariasi, edema. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam integritas kulit tetap terjaga. Kriteria hasil : a. Tidak ada itching (kulit kering) b. Kulit bersih, tidak kemerahan, tidak bersisik. c. Tidak ada gangguan fungsi No 1

Intervensi

Rasional

Inpeksi kulit terhadap perubahan Menandakan area sirkulasi buruk atau warna,

turgor,

perhatikan

vaskuler, kerusakan yang dapat menimbulkan keadaannya pembentukan dekubitus atau infeksi

kemerahan 2

Pantau

masukan

hidrasi

kulit

dan

cairan

dan Mendeteksi adanya dehidrasi atau

membran hidrasi

berlebihan

yang

mukosa

mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan

3

Ubah posisi sesering mungkin

Menurunkan tekanan pada udem, jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia

4

Anjurkan pasien menggunakan Menghilangkan

ketidak

nyamanan

kompres lembab dan dingin untuk dan menurunkan resiko cedera memberikan tekanan pada area pruritis 5

Anjurkan memakai pakaian katun Mencegah iritasi dermal langsung dan longgar

meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

6

Berikan obat antihistamin dan Menurunkan rasa gatal antipruritis hasil kolaborasi dokter

Dx 5 : Gangguan ferkusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ditandai dengan produksi HB turun. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer adekuat. Kriteria Hasil : a. Ankral hangat b. Nadi perifer teraba kuat c. CRT kembali < 2 detik d. TTV normal e. Sianosis ( - ) No 1

Intervensi

Rasional

Observasi adanya pucat, sianosis, Vasokonstriksi sistemik diakibatkan kulit dingin atau lembab, catat oleh kekuatan nadi perifer

penurunan

curah

jantung

mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi

2

Observasi TTV

Untuk memonitoring keadaan pasien

3

Pertahankan tirah baring

Membantu

untuk

menurunkan

rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi 4

Amati warna kulit, kelembaban, Adanya pucat, dingin, kulit lembab suhu dan CRT

dan CRT lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi pembuluh darah

5

Kolaborasi

pemberian

obat Merelaksasikan

vasodilator

otot-otot

polos

vaskuler

Dx 6 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulai, kerja miokardial dan tahanan vaskular sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, ketidak seimbangan elektrolit, hipoksia, akumulasi toksin (urea) klasifikasi jaringan lunak. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami penurunan curah jantung Kriteria hasil : a. TTV normal b. EKG normal c. Nadi perifer kuat dan sama dengan CRT No 1

Intervensi Auskultasi bunyi jantung dan paru

Rasional S3/S4

dengan

tonus

muffled,

akikardia, frekuensi jantung tidak teratur, takipnea, dispnea, mengi, dan edema menunjukkan GGK 2

Kaji adanya/ derajat hipertensi

Hipertensi bermakna dapat terjadi karena

gangguan

pada

sistem

aldosteron rennine – angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal) 3

Evaluasi bunyi jantung (perhatikan Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi friction rub), TD, Nadi perifer, paradoksik, penyempitan tekanan

pengisian perifer.

nadi, penurunan nadi perifer, distensi jugular,

pucat,

penyimpangan

mental,

cepat

menunjukkan

tamponade,

yang

merupakan

kedaruratan medis 4

Kaji

tingkat

aktifitas,

respon Kelelahan dapat menyertai GGK

terhadap aktifitas 5

Kolaborasi antihipertensi

pemberian

obat Menurunkan

tahanan

vaskuler

sistemik dan / atau pengluaran rennin

untuk

miokardial

menurunkan

kerja

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa ginjal merupakan organ terpenting di dalam tubuh manusia. Akan tetapi, pengatahuan manusia akan pentingnya fungsi ginjal sangatlah rendah. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah gagalnya fungsi ginjal yang berlangsung dalam waktu relatif singkat (beberapa hari atau beberapa minggu). Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba Glomerular Filtration Rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. (davidson, 1984). Sedangkan Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penyakit gagal ginjal yang prosesnya bertahap dan memakan waktu relatif lama. Penyebab utamanya adalah penyakit gula, glomerulonefritis, infeksi, kelainan bawaan, dan sumbatan oleh batu saluran kemih. Jika kondisi ginjal sangat parah, pekerjaannya perlu dibantu dengan mesin cuci darah (dialisis) untuk membersihkan sampah yang berbahaya di dalam tubuh.

B. Saran Dalam penulisan makalah yang berjudul “Gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis” nantinya makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Namun penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin Arif, Sari Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika Padila, (2012). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika Stamatakis, (2009). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC Smaltzer, Suzanne (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan suaddrth, Vol. 3. Jakarta : EGC Baticaca, Fransis B. Asuhan Keperawatan pada Pasie dengan Gangguan Sistem Perkemihan/Nursalam, Fransis B. Baticaca – Jakaerta : Salemba Medika, 2009

Related Documents

Gagal Ginjal
July 2020 32
Ckd Gagal Ginjal Kronik.docx
November 2019 39
Gagal Ginjal Kronik
July 2020 28
Gagal Ginjal Kronik
May 2020 38
Gagal Ginjal Akut.docx
April 2020 23

More Documents from "Rosid"

Anemia Dalam Kehamilan.pptx
December 2019 19
Awal Abortus Inkomplit.docx
December 2019 20
Pbl Dan Contoh Rpp.docx
April 2020 10
A Goitre.docx
November 2019 11