DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2 BAB I ...................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN .................................................................................................. 3 BAB II .................................................................................................................... 4 DIET PADA PENYAKIT GINJAL ..................................................................... 4 2.1
PENGERTIAN GAGAL GINJAL ........................................................... 4
2.2 PENYEBAB MALNUTRISI PADA GAGAL GINJAL ............................ 9 2.3
KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN GAGAL GINJAL ......................... 11
2.4
DIET PADA GAGAL GINJAL ............................................................. 17
1. TUJUAN DIET .......................................................................................... 17 2. SYARAT DIET ......................................................................................... 18 3. JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN .......................................... 20 BAB III ................................................................................................................. 28 PENUTUP ............................................................. Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan : .............................................................................................. 29 Saran bagi keluarga penderita : ........................................................................ 29 Saran bagi penderita : ........................................................................................ 29 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
1
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan judul “Diet Pada Penyakit Ginjal”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Banda Aceh, 29 Maret 2019
Penulis
2
BAB I PENDAHULUAN
Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita penyakit ginjal penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka yang telah menderita gangguan ginjal, namun baik bagi mereka yang bertekad untuk menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal.
Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal terganggu, ia tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan terjadinya gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Penetapan terapi nutrisi diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal yang ada.
Seperti gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, penyakit ginjal tahap akhir (gagal ginjal terminal), sindroma nefrotik dan batu ginjal. Mengingat fungsi ginjal telah terganggu, penatalaksanaan diet difokuskan pada pengaturan dan pengendalian asupan energi, protein, cairan dan elektrolit natrium, kalium, kalsium dan fosfor.
3
BAB II DIET PADA PENYAKIT GINJAL
2.1 PENGERTIAN GAGAL GINJAL Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal ginjal.
Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang terjadi secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan produk sisa nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.
Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal, intrarenal dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat turunnya aliran darah yang mendadak ke ginjal seperti gagal jantung, shock atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma. Faktor intrarenal yang dapat 4
menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, obat atau trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal. Sedangkan faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor yang dapat mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat dari obstruksi (sumbatan) pada saluran kencing. Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Batasan Penyakit Ginjal Kronik 1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan : Kelainan patologik Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria, atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan 2. Laju filtrasi glomerulus kurang lebih 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes melitus dan hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal ginjal kronis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya inflamasi (radang), immunological (autoimmun) atau penyakit keturunan yang berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus, pasien dengan gagal ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
5
Tabel 2. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik Stadium
Fungsi Ginjal
Laju Filtrasi Glomerulus (ml/menit/1,73m2)
Risiko Meningkat
Normal
>
90
(Terdapat
faktor
risiko) Stadium 1
Normal / meningkat
> 90 (Terdapat kerusakan ginjal, proteinuria)
Stadium 2
Penurunan ringan
60 – 89
Stadium 3
Penurunan sedang
30 – 59
Stadium 4
Penurunan berat
15 – 29
Stadium 5
Gagal ginjal
Kurang lebih
Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik seperti: 1. Gangguan elektrolit dan hormon Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari gagal ginjal. Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron menjadi hal yang penting dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam pengaturan level elektrolit, akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut. Peningkatan sekresi hormon aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium serum tetapi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat membantu pencegahan dari peningkatan kadar phosphate serum akan tetapi dapat berdampak pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunan GFR ketika aktivitas dari hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit dibatasi atau berlebihan.
2. Renal osteodystrophy Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam urine tetapi menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain
6
itu hormon ini juga dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum, asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin D di dalam ginjal.
3. Sindrom uremia Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika GFR ginjal sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut dengan sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfungsi mental dan perubahan pada neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi lainnya akibat dari uremia adalah:
Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi gangguan pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin yang berfungsi pada pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan terjadi anemia dan osteoporosis akibat hilangnya kalsium dari tulang.
Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon dapat berakibat pada pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan, pengaturan kadar glukosa darah dan metabolisme zat gizi.
Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor pembekuan dapat menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang lama yang dapat berkontribusi pada anemia dan pendarahan pada saluran cerna.
Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain hipertensi, peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah yang tidak normal.
Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunitas yang rendah dan sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering menyebabkan kematian pada pasien.
7
4. Protein Energi Malnutrisi Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM dan wasting. Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan memiliki asupan energi dan protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit. Anoreksia merupakan salah satu faktor penyebab dari rendahnya konsumsi makanan dan dapat berakibat pada gangguan hormonal. Faktor penyebab lainnya adalah nausea dan vomiting, pembatasan diet, uremia dan pengobatan. Kehilangan zat gizi dapat memberikan kontribusi pada malnutrisi dan disebabkan akibat dari vomiting, diare, pendarahan gastrointestinal, concurrent catabolic illness dan dialisis.
Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat atau tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis dikarakteristik dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan irreversible. Pada penderita gagal ginjal kronis, penderita tidak menunjukkan gejal-gejala yang tampak seperti pada pasien dengan gagal ginjal akut. Gejala ini baru timbul setelah ginjal mengalami penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu dalam upaya menegakkan diagnosis yang tepat. Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit gagal ginjal kronik tak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut.
Nilai laju filtrasi merupakan parameter terbaik ukuran fungsi ginjal. Nilai ini dianjurkan dengan rumus Cockcroft-Gault atau rumus MDRD (modification of diet in renal diseases). (140-Umur) x Berat Badan Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita) (ml/menit) 72 x Kreatinin Serum
8
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) 0,203
x (0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan meliputi terapi penyakit ginjal , pengobatan
penyakit
penyerta,
penghambatan
penurunan
fungsi
ginjal,
pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular, pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, serta terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.
2.2 PENYEBAB MALNUTRISI PADA GAGAL GINJAL Tingginya angka prevalensi malnutrisi terjadi pada pasien dengan gagal ginjal. Beberapa survey menunjukkan bahwa 40% pasien dengan gagal ginjal mengalami malnutrisi terutama Protein-Energi malnutrisi. Penyebab malnutrisi ini disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktor), akan tetapi survey menunjukkan bahwa penyebabnya adalah intake makanan yang kurang. Indikator status gizi seperti turunnya intake makanan dan masa otot merupakan salah satu penyebab secara independent terhadap kematian 12 bulan lebih dini. Komplikasi gastrointestinal (saluran cerna) sering terjadi pada pasien yang menyebabkan turunnya intake makanan dan malnutrisi. Pengobatan komplikasi gastrointestinal dapat memperbaiki status gizi pada pasien. Meskipun secara tradisional indikator malnutrisi, seperti turunnya masa otot atau serum protein dihubungkan dengan peningkatan kematian, beberapa penelitian dilakukan untuk menunjukkan apabila status gizi baik, maka tingkat kematian pasien dapat dicegah. Penurunan masa otot atau protein serum dapat menyebabkan respon fase akut yang berhubungan dengan kondisi kesakitan. Sebagai tambahan, kondisi kesakitan dapat menyebabkan meningkatnya sitokin penyebab inflamasi dan menyebabkan malnutrisi serta peningkatan angka kematian. Peningkatan status gizi pada pasien gagal ginjal dari beberapa penelitian menunjukkan perbaikan pada pasien dan memperlama umur pasien.
9
Malnutrisi pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh beberapa faktor (multifaktor). Penurunan intake protein dan kalori merupakan penyebab dari malnutrisi pada pasien. Beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan nilai GFR (<50>). Kondisi co-morbid selalu memberikan kontribusi pada penurunan intake dan malnutrisi. Gastroparesis (gangguan motilitas lambung) merupakan faktor yang paling sering menyebabkan turunnya intake pada pasien gagal ginjal dengan komplikasi diabetes melitus. Akan tetapi, sekarang gastroparesis dapat juga terjadi pada pasien tanpa komplikasi diabetes. Beberapa studi menemukan tingginya insidensi dari gangguan motilitas lambung pada pasien yang mengalami cuci darah. Pada pasien non-diabetik yang dibantu dengan dialisis dan mengalami hipoalbuminemia serta gastroparesis akan meningkat status gizinya estela diberikan erythromicin yang berfungsi sebagai agen prokinetik. Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat menyebabkan malnutrisi pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal yang membatasi asupan protein, garam, kalium, phosphor dan air semakin menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan. Intervensi diet seharusnya tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan diketahui serta pasien gagal ginjal sudah jelas membutuhkan pembatasan diet. Selain itu, beberapa hal perlu diperhatikan dalam menyebabkan abnormalitas elektrolit seperti rendahnya kontrol terhadap glukosa, penggunaan kalium dalam pengganti garam, atau obat yang menyebabkan hyperkalemia. Sehingga pembatasan diet harus memperhatikan beberapa faktor diatas.
Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan peningkatan serum leptin dan serum mediator fase akut seperti IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini dihubungkan dengan anorexia dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal ginjal. Selain itu, uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya nafsu makan dan intake makanan.
10
Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan zat gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3 gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien akan mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram (termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal akan mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis. Pengeluaran ini akan terus meningkat sampai peritonitis diobati. Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah untuk check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan mengalami kehilangan protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah diambil dari tubuh. Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena aktivitas bakteri pada usus dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien dengan dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus. Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged". Meningkatnya reactan acute-phase pada pasien gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin dari hati dan meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil
penelitian menunjukkan aktivitas
dari ubiquitine-proteasome akan
menyebabkan proteolitik pada jaringan otot yang merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Asidosis pada pasien gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast
dan
meningkatkan
aktiovitas
osteoclast
osteodystrophy pada pasien gagal ginjal.
2.3 KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN GAGAL GINJAL
11
yang
menyebabkan
1. Kebutuhan Energi Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila berat pasien <95%> 115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat badan perkiraan adalah sebagai berikut: berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].
2. Kebutuhan Protein Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak diharapkan karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak adekuat.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,60,8 gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak mengalami dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan
12
terdapat perlakuan dialisis maka lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.
Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.
3. Kebutuhan Vitamin Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa mikronutient. Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang controversial.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH vitamin D <75> Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis:
13
Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis Vitamin
Rekomendasi
Thiamin
1,1-1,2 mg/hari
Riboflavin
1,1-1,3 mg/hari
Niacin
14-16 mg/hari
Asam pantotenat
5 mg/hari
Piridoksin
10 mg/hari
Sianokobalamin
2,4 mg/hari
Biotin
30 mcg/hari
Asam askorbat
75-90 mg/hari
Asam folat
1 mg/hari
Zink
15 mg/hari
4. Kebutuhan Mineral a. Kalsium Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat. Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan. Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.
14
b. Fosfat Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi yaitu : Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream Kacang kacangan, selai kacang Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan. Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin. Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium
15
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti : Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang Susu dan Yoghurt Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging babi,dan ikan. Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari penderita.
d. Sodium Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu : Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack Makanan jenis fast food
Tabel 4. Kebutuhan Rekomendasi pada Pasien Gagal Ginjal Parameter nutrisi Kalori
Kerja ginjal normal 30-37
(kcal/kg/hr)
Stage 1-4
Stage 5
Stage 5
Transplantasi
GGK
hemodialisis
peritoneal
ginjal
35 (<60>
35 (<60>
35 (<60>
30-35
30-35 (≥60
30-35 (≥60
30-35 (≥60
th)
th)
th)
termasuk
kalori dari dialysate Protein
0,8
0,6-0,75
1,2
16
1,2-1,3
25-30
(g/kg/hr) Fat (% total
50% HBV 30-35%
kcal)
50% HBV
50% HBV
Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA,
1.3-1.5
250-300 mg kolesterol/hari
Inisial
1.0
untuk penjagaan Na (mg/hr)
Tidak
2.000
2.000
2.000
Tidak dibatasi
Tidak
Berdasarkan
2.000-3.000
3.000-
Tidak dibatasi
Dibatasi
nilai lab
(8-17
4.000 (8-17
mg/kg/hr)
mg/kg/hr)
≤2000 dari
≤2000 dari
diet dan obat
diet dan obat
800-1000
800-1000
Dibatasi K (mg/hr)
Ca (mg/hr)
Tidak
1200
Dibatasi P (mg/hr)
Tidak
Berdasarkan
Dibatasi
nilai lab
1200
Tidak dibatasi sampai diindikasi harus dibatasi
Air (mL/hr)
Tidak
Tidak
1000+Output
Dibatasi
dibatasi
Urin
dengan output
1.500-2.000
Tidak dibatasi sampai diindikasi
urin
harus dibatasi
normal
2.4 DIET PADA GAGAL GINJAL 1. TUJUAN DIET Gagal Ginjal Akut : 1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal. 2. Menurunkan kadar ureum darah. 3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
17
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan.
Gagal Ginjal Kronis : 1. Mencapai
dan
mempertahankan
status
gizi
optimal
dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal. 2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi. 3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. 4. Mencegah
atau
mengurangi
progresivitas
gagal
ginjal,
dengan
memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus. Gagal Ginjal dengan Dialisis : 1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal. 2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. 3.
Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.
2. SYARAT DIET Gagal Ginjal Akut : 1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg BB. 2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB, katabolik sedang 0,8 – 1,2 g/kgBB, dan katabolik berat 1 – 1,5 g/kgBB. 3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 – 1,5 g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB. 4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula murni.
18
5.
Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.
6.
Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500 ml.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, A dan K. Gagal Ginjal Kronis : 1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB. 2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi. 3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda. 4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. 5.
Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria. 7.
Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8.
Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, dan D.
Gagal Ginjal dengan Dialisis : 1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pada CAPD diperhitungkan jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus dilakukan secara berangsur (250
19
– 500 g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass). 2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi. 3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total. 4.
Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin (HD.
1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD)
6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin (HD)
3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD)
7.
Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.
8. Fosfor dibatasi, yaitu kurang lebih. 9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml. 10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air seperti asam folat, vitamin B6, dan C.
3. JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN 20
Gagal Ginjal Akut
Jenis diet yang diberikan adalah : 1). Diet gagal ginjal akut lunak 2). Diet gagal ginjal akut cair
Apabila pasien makan per-oral, semua bahan makanan boleh diberikan ; batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.
Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg Bahan Makanan
berat (g)
urt
Beras
150
3 gls tim
telur ayam
50
1 btr
Ayam
50
1 ptg sdg
Ikan
50
1 ptg sdg
Tempe
25
1 ptg sdg
Tahu
50
Sayuran
150
Buah
300
Minyak
25
21/2 sdm
gula pasir
40
4 sdm
Madu
30
3 sdm
Susu
200
1 gls
kue RP*)
100
2 porsi
1
/2 bh bsr
11/2 gls 3 ptg sdg pepaya
Nilai Gizi Energi
1801kkal
Besi
17,1mg
Protein
51g (11% energi total)
Vitamin A
26449RE
Lemak
58g (28% energi total)
Tiamin
1mg
Karbohidrat
286g (61% energi total)
Vitamin C
245mg
Kalsium
623mg
21
Pagi
Siang/malam Beras
50 g = 1gls tim
nasi
50 g = 1gls tim
telur ayam
50 g = 1btr
ikan/ayam
50 g = 1ptg sdg
Sayuran
50g = 1/2gls tim
tempe/tahu
25/50 g = 1ptg sdg
Minyak
5 g = 1/2sdm
sayuran
50 g = 1/2gls
Susu
200 g = 1gls tim
sayuran
150 g = 11/2ptg sdg pepaya
gula pasir
10 g = 1sdm
minyak
150 g = 1sdm
Pembagian Bahan Makanan Sehari Pukul 10.00
Pukul 16.00
Kue RP
50 g = 1porsi
kue RP
10 g = 1porsi
Gula Pasir
10 g = 1sdm
gula pasir
10 g = 1sdm
pukul 21.00 Gula pasir
10 g = 1 sdm
Gagal Ginjal Kronis
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu: 1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50 kg. 2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60 kg. 3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65 kg. Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial murni.
22
Tabel 6. Bahan Makanan Sehari GGK Bahan
30 g protein
35 g protein
40 g protein
berat Makanan
(g)
berat urt
berat (g)
urt
(g)
urt 2 gls
beras telur ayam
100 50
11/2 gls nasi
150
1 btr
50
2 gls nasi 1 btr
150
nasi
50
1 btr 1 ptg
daging
50
sayuran
100
1 ptg sdg
50
1 gls
150
1 ptg sdg 11/2 gls
75 150
sdg 11/2 gls 2 ptg
pepaya
200
2 ptg sdg
200
2 ptg sdg
200
sdg
minyak
35
31/2 sdm
40
4 sdm
40
4 sdm
gula pasir
60
6 sdm
80
8 sdm
100
10 sdm
10
2 sdm
150
3 sdm
20
4 sdm
150
2 sdm
150
3 porsi
150
3 porsi
20
2 sdm
20
2 sdm
30
3 sdm
susu bubuk kue RP*) madu agar-agar
1 porsi
1 porsi
1 porsi
Tabel 7. Nilai Gizi 30 g protein Energi (kkal)
35 g protein
40 g protein
1729
2086
2265
Protein (g)
30
35
41
Lemak (g)
57
70
75
Karbohidrat (g)
263
327
356
Kalsium (mg)
262
336
385
10
11
11.7
27403
32999
33085
Tiamin (mg)
0.4
0.5
0.5
Vitamin C (mg)
182
191
192
Besi (mg) Vitamin A (RE)
23
Fosfor (mg)
497
623
702
Natrium (mg)
195
216
275
Kalium (mg)
1277
1387
1590
Pembagian Bahan Makanan Sehari Diet Rendah Protein 40 Pagi Beras
Siang 50 g = 3/4 gls nasi
50 g = 3/4 gls nasi
Beras
telur ayam
50 g = 1 btr
Daging
Sayuran
50g =1/2 gls
Sayuran
50 g = 1/2 gls
Minyak
10 g = 1 sdm
Pepaya
100 g = 1 ptg sdg
gula pasir
10 g = 1 sdm
Minyak
Madu
30 g = 3 sdm
gula pasir
susu bubuk
20 g = 4
Sdm
Pukul 10.00/21.00
50 g = 1 ptg sdg
15 g = 11/2 sdm 20 g = 2 sdm
Malam
Kue RP
50 g = 1 porsi
Beras
50 g = 3/4 gls nasi
gula pasir
20 g = 2 sdm
Ayam
25 g = 1 ptg kcl
Pukul 16.00
Sayuran
50 g = 1/2 gls
Pepaya
100 g = 1 ptg sdg
Kue RP
50 g = 1 porsi
minyak ikan
gula pasir
10 g = 1 sdm
gula pasir
15 g = 11/2 sdm 20 g = 2 sdm
Tabel 8. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak Dianjurkan Bahan Makanan
Dianjurkan
Tidak Dianjurkan/Dibatasi
nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, Sumber
singkong, ubi, selai, madu,
karbohidrat
permen kacang-kacangan dan hasil olahannya
Sumber protein
telur, daing, ikan , ayam, susu
24
seperti tempe dan tahu
minyak jagung, minyak kacang
Sumber lemak
tanah, minyak kelapa sawit,
kelapa, santan, minyak kelapa;
minyak
margarin, mentega biasa dan
kedelai; margarin dan mentega
lemak
rendah garam
Hewan
semua sayuran dan buah, kecuali pasienn dengan hiperkalemia Sumber vitamin
dianjurkan yang mengandung
sayuran dan buah tinggi kalium
dan
kalium rendah/sedang
pada
Mineral
pasien dengan hiperkalemia
Contoh Menu Sehari Pagi
Siang
Malam
nasi goreng
Nasi
nasi
telur ceplok
capcay goreng
ayam goreng
Katimun
daging bistik
setup buncis
Susu
Pepaya
setup nenas
Madu
puding saos caramel
Pukul 10.00
Pukul 16.00
Pukul 21.00
kue klepon ubi
kue cantik manis
kue pepe/lapis
Sirup
Teh
sirup
Gagal Ginjal dengan Dialisis
Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan. Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis: 1. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 50 kg
25
2. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 60 kg 3. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 65 kg Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk kebutuhan natrium dan cairan).
Tabel 9. Bahan Makanan Sehari Bahan
60 g protein
65 g protein
70 g protein berat
Makanan
berat (g)
Beras
200
Urt
berat (g)
3 gls nasi
200
urt
(g)
3 gls nasi
Urt
220
31/4 gls nasi
Maizena
15
3 sdm
15
3 sdm
15
3 sdm
telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
50
1 btr
Daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
75
1 ptg bsr
Ayam
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tempe
75
3 ptg sdg
100
4 ptg sdg
100
4 ptg sdg
Sayuran
200
1 gls
200
2 gls
200
2 gls
Pepaya
300
3 ptg sdg
300
3 ptg sdg
300
3 ptg sdg
Minyak
30
3 sdm
30
3 sdm
30
3 sdm
gula pasir
50
5 sdm
50
5 sdm
50
5 sdm
bubuk
10
2 sdm
10
2 sdm
10
2 sdm
Susu
100
susu 1
/2 gls
100
1
/2 gls
100
1
/2 gls
Tabel 10. Nilai Gizi 60 g protein Energi (kkal) Protein (g)
65 g protein
70 g protein
2002
2039
2127
62 (12% energi total)
67 (13% energi total)
72 (13% energi total)
26
Lemak (g)
67 (30% energi total)
68 (30% energi total)
72 (30% energi total)
290 (58% energi total)
293 (57% energi total)
301 (57% energi total)
Kalsium (mg)
547
579
583
Besi (mg)
21,5
24
24,8
Fosfor (mg)
917
957
1010
38630
38643
38A652
Tiamin (mg)
0,8
0,8
0,8
Vitamin C (mg)
254
254
254
Natrium (mg)
400
400
423
Kalium (mg)
2156
2156
2288
Karbohidrat (g)
Vitamin A (RE)
Tabel 11. Pembagian Bahan Makanan Sehari Waktu dan
60 g protein
65 g protein
berat Bahan Makanan
berat
(g)
urt
Beras
50
3
telur ayam
50
Sayuran
berat
(g)
urt 50
3
1 btr
50
50
1
/2 gls
gula pasir
10
Minyak Pukul 10,00
Pagi
(g)
urt 60
3
1 btr
50
1 btr
50
1
/2 gls
50
1
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
susu bubuk
10
2 sdm
10
2 sdm
10
2 sdm
gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
Pepaya Siang
70 g protein
/4 gls nasi
/4 gls nasi
/4 gls nasi
/2 gls
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
Beras
75
1 gls nasi
75
1 gls nasi
75
1 gls nasi
Daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
75
1 ptg bsr
Tempe
25
1 ptg sdg
50
2 ptg sdg
50
2 ptg sdg
Sayuran
75
3
75
3
75
3
Pepaya
100
/4 gls
1 ptg sdg
100
27
/4 gls
1 ptg sdg
100
/4 gls
1 ptg sdg
Minyak
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
Pukul
Maizena
15
3 sdm
15
3 sdm
15
3 sdm
16,00
Susu
1
/2 gls
100
30
3 sdm
Malam Beras
75
Ayam
1
1
/2 gls
100
30
3 sdm
30
3 sdm
1 gls nasi
75
1 gls nasi
75
1 gls nasi
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tempe
50
2 ptg sdg
50
2 ptg sdg
50
2 ptg sdg
Sayuran
75
3
75
3
75
3
Pepaya
100
Minyak
10
gula pasir
100
/4 gls
1 ptg sdg
100
/4 gls
1 ptg sdg
100
/2 gls
/4 gls
1 ptg sdg 1
1 sdm
10
28
1 sdm
10
sdm
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan : Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama (kronis). Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan memiliki asupan energi dan protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit. Malnutrisi pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh beberapa faktor (multifaktor). Penurunan intake protein dan kalori merupakan penyebab dari malnutrisi pada pasien. Beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan nilai GFR (<50>). Karena gejala penyakit bersifat individual, diet disusun secara individual pula dengan menyatakan banyak protein dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet.
Saran bagi keluarga penderita : Sebaiknya bagi keluarga gagal ginjal lebih memperhatikan pola makan dan asupan protein serta kalori yang dikonsumsi setiap harinya. Saran bagi penderita : Pasien harus diajarkan untuk memeriksakan berat badannya setiap hari, serta memeriksa adanya odema, terutama pada tungkai bawah dan sekitar mata.
29
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
30