SGD 1 BU HETI ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN KEGAWATAN PSIKIATRI KONDISI GADUH GELISAN
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional. Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan
oleh
petugas
kesehatan
lainnya,
atau
tanpa
disengaja.
Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut. Kegawat daruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu
2
perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawat daruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan
kegawat
daruratan
psikiatrik
umumnya
beresiko
tinggi
mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaiaman pengertian kegawatdaruratan psikiatri? 2. Dasar Hukum Pelayanan Kedaruratan Psikiatri ? 3. Bagaimana pengertian gaduh gelisah? 4. Bgaiamana gejala gaduh gelisah ? 5. Bagaiman penyebab gaduh gelisah? 6. Bgaimana Pathway gaduh gelisah? 7. Bagaimana strategi umum dalam pemeriksaan pasien gaduh gelisah? 8. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan psikiatri dengan gaduh gelisah? 9. Bagaiaman Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah ? 10. Bagaimana asuhan keperawatan gaduh gelisah? 1.3 Tujuan 1. untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan psikiatri 2. untuk mengetahui Pelayanan Kedaruratan Psikiatri 3. untuk mengetahui pengertian gaduh gelisah 4. untuk mengetahui gejala gaduh gelisah 5. untuk mengetahui penyebab gaduh gelisah 6. untuk mengetahui Pathway gaduh gelisah 7. untuk mengetahui strategi umum dalam pemeriksaan pasien gaduh gelisah 8. untuk mengetahui penanganan kegawatdaruratan psikiatri dengan gaduh gelisah 9. untuk mengetahui Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah 10. untuk mengetahui asuhan keperawatan gaduh gelisah
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kegawatdaruratan Psikiatri Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang memerlukan intervensi segera. Kejadian gawat darurat psikiatri semakin meningkat karena kekerasan, penggunaan narkoba, dan gangguan jiwa. Sebagian gawat darurat psikiatri dapat ditemui diunit gawat darurat. Jenis kegawatdaruratan psikiatri yang mungkin ditemukan adalah gaduh gelisah atau kekerasan, percobaan bunuh diri, penelantaran diri, sindroma putus zat, perkosaan dan bencana lain, dan sindroma neuroleptik maligna. Gawat darurat psikiatri memerlukan penilaian yang cepat dan tepat melalui pendekatan pragmatis. Pendekatan ini memerlukan skill yang cukup karena keterbatasan ruang dan waktu pelayanan. Target dari penanganan awal adalah initial diagnosis, identifikasi faktor pencetus, dan keputusan untuk merujuk ke bagian yang sesuai. 2.2 Dasar Hukum Pelayanan Kedaruratan Psikiatri Pengaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan gawat darurat adalah :
UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis,
Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
Pasal 5l UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran.
UU No.23/1992 tentang Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
Pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan.
Pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang Kesehatan.
4
UU No.23/1992 tentang Kesehatan. Pasal 32 ayat (4).
Pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan.
UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2.
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989.
2.3 Pengertian Gaduh Gelisah Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan kedalam golongan kedaruratan psikiatri, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena keadaan ini berbahaya bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang lain dan barang-barangnya. Tidak jarang seseorang yang gaduh gelisah dibawa ke rumah sakit. Yang mengantarnya sering tidak sedikit dan biasanya ialah anggota keluarganya dan sering mereka juga bingung dan gelisah.
2.4. Gejala gaduh gelisah 1. Banyak bicara 2. Mondar-mandir 3. Lari-lari 4. Loncat-loncat 5. Destruktif 6. Bingung Afek/emosi excitement, yaitu : 1. Marah-marah 2. Mengancam 3. Agresif 4. Ketakutan 5. Euphoria
2.5 Penyebab Keadaan Gaduh Gelisah : a. Gangguan psikotik akut
5
b. Psikosa yang berhubungan dengan sindroma otak organic yang akut Pasien dengan keadaan gaduh gelisah yang berhubungan dengan sindroma otak organic akut menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organic menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah. Penyakit badaniah ini yang menyebabkan gangguan fungsi otak itu mungkin terdapat di otak sendiri dan karenanya mengakibatkan kelainan patologik-anatomik. Secara mudah dapat dikatakan bahwa ada sindroma otak organic yang akut biasanya terdapat kesadaran yang menurun, pada sindrom otak organic yang menahun biasanya terdapat demensia,. Akan tetapi data daja menimbulkan psikosa ataupun gaduh gelisah. c. Skizofrenia d. Keadaan Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah itu merupakan manifestasi suatu psikosa fungsional, yaitu psikosa yang tidak berhubungan atau sampai sekarang belum diketahui dengan pasti adanya hubungan dengan suatu penyakit badaniah seperti pada sindroma otak organic. e. Amok Keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh factor-faktor social budaya, karena itu PPDGJ 1 memasukkan kedalam kelompok” Keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat” (culture bound phenomenon). Efek malu memegang peranan penting. Biasanya seorang pria sesudah periode “meditasi” atau tindakan ritualistic, maka mendadak ia bangkit dan mengamuk. Ia menjadi sangat agresif dan destruktif. f. Gangguan panic Mungkin saja terjadi pada orang yang normal bila nilai ambang frustasinya mendadak dilampaui, misalnya kecemasan dan panic sewaktu kebakaran, kecelakaan masala tau bencana. Sebagian besar orang-orang ini lekas menjadi tenang kembali, bila perlu diberikan
6
pengobatan
suportif
seerti
berbicara
dengan
tenang,
istirahat,
tranquilaizer serta makanan dan minuman. g. Kebingungan post konvulsi Tidak jarang terjadi sebuah konvulsi karena epilepsy grandmall atau sesudah terapi konvulsi elektrokonvulsi. Pasien menjadi gelisah atau agresif. Keadaan ini berlangsung beberapa menit dan jarang lebih lama dari 15 menit. Pasien dikendalikan dengan dipegang saja dan dengan kata-kata yang menentramkan. Bila ia masih tetap bingung dan gelisah, maka perlu diberi diazeapam atau penthotal secara intravena untuk mengakhiri keadaan bingungnya. h. Reaksi disosiatif atau keadaan fugue memperlihatkan pasien dalam Keadaan bingung juga. Keduanya merupakan jenis nerosa histerik yang disebabkan oleh konflik emosional. Kesadaran pasien menurun, ia berbicara dan berbuat sesuai seperti dalam keadaan mimpi, sesudahnya terdapat amnesia total i. Ledakan amarah (temper tantrum)tidak jarang timbul pada anak kecil. Mereka menjadi binggung dan marah tidak karuan. Penyebabnya sering terdaat pada hubungan dengan dunia luar yang dirasakan begitu menekan sehingga tidak dapat ditahan lagi dan anak kecil itu bereaksi dengan caranya sendiri.
2.6 . Pathway gaduh gelisah Seorang yang gaduh gelisah Menghadapi dengan tenang Menenangkan dengan kata-kata sedapat dapatnya, diamankan
Menentramkan keluarga/pengantar Memeriksa badaniah sedapat-dapatnya
7
Terdapat kelainan intern/nerologik
tidak terdapat kelainan
intern/nerologik
perawatan/penjagaan yang baik
Obati kelainan intern/neurologic *etiologic
perawatan penjagaan yang baik
Obati gejala psikiatrik *neroleptika
Obati gangguan psikiatrik *neroleptika *tranquilaizer
*simptomatik ner
*psikoterapi suportif *terapi elektrokonvulsi bila perlu
2.7 Strategi Umum Pemeriksaan Pasien 1. Ketahui sebanyak mungkin mengenai pasien sebelum menjumpai 2. Waspada mengenai ancaman kekerasan 3. Perhatikan posisi diri jika berada di ruang tertutup 4. Pastikan ada orang lain padasaat pemeriksaan 5. Usahakan untuk mengadakan relasi sebaik mungkin dengan pasien 6. Cegah pasien menciderai diri 7. Cegah pasien menciderai orang lain 8. Pendekatan pasien dengan sikap tidak mengancam 9. Beri keyakinan pada pasien 10. Tawarkan pengobatan 11. Informasikan pasien bahwa pengikatan atau pengurungan mungkin diperlukan 12. Serahkan prosedur pengikatan kepada mereka yang menguasai 13. Pastikan tim selalu siap menahan pasien Pemeriksaan a) Diagnosis awal
8
pemeriksaan fisik wawancara psikiatrik pemeriksaan status mental b) Mengidentifikasi faktor pencetus c) mengidentifikasi kebutuhan segera untuk segera mendapat penanganan psikiatrik untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten pemeriksaan laboratorium yang relevan 2.8 Penatalaksanaan pengikatan Fisik 1) Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan perilakunya. 2) Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan pengikatan. 3) Tawarkan untuk menggunakan medikasi dari pada dilakukan pengikatan Jangan tawar-menawar dengan pasien. 4) Jangan membiarkan pasien berpikir tentang keraguan kita untuk melakukan pengikatan. 5) Lakukan pengikatan o Tiap anggota gerak satu ikatan o Ikatan pada posisi sedemikian agar tidak mengganggu aliran cairan IV jika diperlukan o Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi o Lakukakan pemeriksaan vital sign tiap setiap ½ jam o Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf 6) Lanjutkan dengan medikasi 7) Setelah pasien dapat dikendalikan dengan medikasi, mulai dengan melepaskan satu ikatan 8) Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan mengikat pasien dengan hanya satu ikatan pada anggota gerak 9) Buat catatan mengapa pasien harus diikat
9
2.9 Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah Terapi terhadap Underlying disease merupakan tatalaksana saat ini yang menentukan pendekatan apa yang kita gunakan, antara lain : o Perawatan terhadap keadaangaduh
gelisah
termasuk
delirium
dan gangguan mental organik. o Fiksasi pada tempat tidur dandibuat ruangan tersendiri adalah tindakan yang sangat membantu. o Lampu yang cukup terang o orientasi dipertahankandengan adanya jam dan kalender o didampingi oleh kerabatterdekat
merupakan
lingkungan
yang
mempercepat perbaikan. o Pada keadaan primer psikitri,anti
psikotik
dan
atau
anti
anxietas
mempunyai dampak yang sangat baik Kemudian ditunjang lingkungan yang tidak merangsang, serta psikoterapi education diperlukan untuk mengurangi keadaan gaduh gelisah. Pada
gangguan
kepribadian
membutuhkan
kombinasi
dari
supportiveand basic cognitive psykotherapies and firm limit setting. Keterlibat an penegak hukum dalam hal ini kepolisian akan sangat membantu pasien untuk tidak
melawan dokter. Sedangkan
penggunaan obat-obat
sedapat mungkin tidak digunakan. 1) Pendekatan Umum Pasien Dengan Gaduh Gelisah o Selalu dalam keadaan rendahhati dan tenang. o Usahakan tidak menentang pasien, jika hal ini tidak dilakukan maka pa sien akan marah dan ancenderung tetap dalam kondisi gaduh gelisah. o Sampaikan pada pasiententang siapa dan apa tugas kita sebagai dokter. o Bicara dengan jelas, danhindari kontak mata yang lama. o Selalu menjaga jarak o Bersikap empati terutama pada pasien yang merasa kecewa/putus asa. o Hati-hati karena wawancara yang dilakukan dapat memicu perilaku kekerasan.
10
o Disarankan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan dalam waktu yang singkat. o Pertanyaan tertutup
merupakan
pertanyaan
yang
efisien
untuk
mendapatkan informasi pada keadaan ini. 2) Bangun kepercayaan dengan pasien. 3) Menawarkan makananataupun
minuman
akan
mempercepat
pasien
kooperatif. 4) Jika mungkin perkenankan pasien untuk memilih perawatan seperti apa yang diinginkan. 5) Gunakan waktu secaraefisien, jika pasien bersedia untuk diambil darah ma ka lakukan pemeriksaan pemeriksaan sesuai indikasi. 6) Selalulah berfikir bahwa iniadalah kesempatan satu-satunya Pasien gaduh gelisah membahayakan bagi pasien sendiri dan orang-orangdisekitar oleh karena cara pengambilan keputusan oleh pasien yang lemah. Tujuan utama perawatan adalah membuat pasien tenang dan tidak gaduh gelisah lagi. Pilihan sedian yang ada : a) Golongan Phenothiazine Salah satu obat yang paling banyak dipakai saat ini adalah Chlopromazine (largactil, promactil, ethibernal), yang diberikan dengan dosisawal 50 100 mg, dan bila diberikan perenteral, sebaiknya diberikan secara deep intramuscular.
Perlu
diperhatikan,
obat
ini
mempunyai khasiat
hipotensif (karenanya tidak dianjurkan dalam pemberian dan suntikan
dapat
menyebabkan
infiltrat
di
antara
intravenous) otot
(rasa
sakit). Demikian pula sifat epileptogenik dari derivate phenothiazine perlu pula diperhatikan. Mengingat efek samping yang cukup banyak dari chlorpromazine, di Indonesia saat ini juga dijumpai preparat perenteral seperti fluphenazine (anatensol HCI). Preparat tersebut saat ini mudah diperoleh, dan dapat diberikan dalam dosis yang relatif lebih rendah : yakni 2,5 - 5 mg yang dapat diberikan dalam bentuk injeksi sebanyak 1 - 2 cc. b) Golongan butyrophenon
11
Obat yang termasuk golongan ini antara lain Serenace, danHaldol/Haloper idol. FDA tidak menyetujui sedian IV bagi haloperidol, tetapi dapat digunakan bersama Salin untuk mencegah presipitasi dengan Heparindan Phenytoin. Dosis yang diberikan : Gaduh gelisah ringan dengan 0.5 mg – 2 mg. Gaduh gelisah sedang dimulai dengan 5-10 mg. Gaduh gelisah berat memerlukan permulaan 10 mg. Jika pasien masih gaduh gelisah dapat diberikan kembali tiap 20-30 menit dan dapat ditingkatkan pemberian bolus 75 mg. Haloperidol dapat diberikansecara IV dengan drip dengan dosis rata-rata 10 20 mg/jam. Dapat juga digunakan dosis 400-500 mg/hari, dengan dosis awal rendah pada pasien usia tua dan pasien dengan penyakit tertentu. Penggunaan IV lebih jarang terjadi EPS, reaksi distonik, dan akathisia sertahipotensi. c) Golongan Thioxanthene Walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa efek-samping golongan ini kurang menyenangkan, tetapi chlorprothixene yang pernah ada di pasaran Indonesia
(Truxal,
atau
taractan)
ternyata
cukup
efektif
dalam
menanggulangi pasien gaduh gelisah bila diberi dalam dosis 50 - 100 mg intramuskular.
Pada
Ruangan
Gawat
Darurat,
pemberian
IV biasanya sulit pada keadaan gaduh gelisah, sehingga pasien harus ditenangkan menggunakan sediaan IM ataupun konsentrat. Pilihan I: Haloperidol 5 mg IM/konsentrat dan diulangi 40 menit sampai pasien tenang. Dilanjutkan dengan pemberian 2 mg IM/per oral tiap 4 jam bila perlu. Pengguanaan berikutnya sampai dengan 24 jam. Pilihan II: Kombinasi
antipsikotik
dan
Benzodiazepine
mempunyai
efek
yanglebih rendah. Haloperidol 5 mg IM/konsentrat tiap 30 menit jika perlusampai dengan pasien tenang. Sebagai alternatif Lorazepam 2 mgIM/konsentrat diulangi 30 menit bila perlu sampai pasien tenang. Pilihan III:
12
Chlorpromasin 25 mg IM, jangan pernah memberikan lebih dari 50mg. Karena dapat menyebabkan hipotensi, dan hindarkan penggunaan pada pasien tua. 7) Penggunaan Elektro Convulsive Therapy Di
antara
kasus-kasus
tertentu,
temyata
ada
yang
masih
membandelwalaupun kita telah menggunakan dosis yang lebih tinggi. Tidak jarang dosisyang tinggi tadi dapat berakibat toksik dan malahan menyebabkan
pasien
leblgelisah. Pada
kasus
yang dulu
dikenal
sebagai akute-tt5dliche katatonie,disarankan diberikan Block-shock, yakni pemberian ECT sebanyak dua atautiga kali dalam sehari, karena justru terapi ini yang menjadi Drugs of Choice. Terapi ini dapat diulang pada hari-hari berikutnya selama tiga hari bila diperlukan. Perlu diperhatikan, bahwa :mereka yang tidak mempunyai alat ECT, yang mutakhir, masih dapat pula menggunakan elektrode dari listrik biasa
(listrik
bolak balik,
dengan voltase 70 - 130
volt), dan
kedua electrode tersebut diletakkan di kedua pelipis penderita, dan waktu yang dibutuhkan adalah 0,1 - 0,5 detik. (tapi preparasi pun harus dikerjakan dengan baik). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ECT adalah : ECT
dapat
memperhebat
efek
hipotensif
dari
neuroleptika
(penyebabnyamasih dipertanyakan). Akhir
akhir ini,
penggunaan ECT memperoleh kecaman yang hebat,
khususnya oleh negara-negara maju karena dianggap kurang etis. Tapi pemakaian untuk kasus-kasus psikiatrik yang tepat, misalnya bagi keadaan Psikosis-depresiva, yang disertai agitasi, pemakaian ECT masih dianggap yang paling potensial.
13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI GADUH GELISAH 3.1 Asuhan keperawatan kegawatdaruratan psikiatri gaduh gelisah 1. Pengkajian Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya). Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian: 1) Wawancara 2) Pemeriksaan fisik 3) Observasi atau pengamatan 4) Catatan atau status pasien 5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain I.
Data pasien Data pasien merupakan identitas pasien yang meliputi Nama Usia, jenis kelamin Kebangsaan/suku Berat badan, tinggi badan Tingkat pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Anggota keluarga Agama Kondisi medis, prosedur pembedahan Masalah emosional
14
Dirawat di RS sebelumnya Pengobatan sebelumnya Alergi Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami gangguan) Pengkajian dilanjutkan dengan mengkaji keluhan utama, keluhan tambahan serta aspek psikologis dari klien dengan percobaan bunuh diri. II.
RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN 1. Keluhan utama Kluhan utama pasien saat datang ,pasien gaduh gelisah biasanya mengeluh bingung dan gelisah 2. Riwayat penyakit :
Pernah mengalami masalah penyakit tertentu ? Ya/Tidak
Riwayat Pengobatan sebelumnyadan keberhasilannya
3. Riwayat penyakit keluarga :
Tanyakan riwayat kesehatan keluarga, riwayat gangguan jiwa). Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa, apabila ada bagaimana hubungan dengan pasien dan anggota keluarga yang lain?
Bagaimana riwayat pengobatannya ?
15
III. ANAMNESA STATUS MENTAL 1. APPEARANCE (Penampilan) 1. Postur :
kaji cara berjalan dari pasien gaduh gelisah pasien gaduh gelisah berjalan
dengan
membungkuk,merunduk
tegap
dan
lain
sebagainya.
Kaji adanya ketegangan pada postur tubuh pasien gaduh gelisah.
2. Kerapian :
kaji kondisi Rambut, kuku, kulit, gigi dan cara berpakaian pada pasien gaduh gelisah , Tidak rapi Rambut kotor dan kusam.
3. Cara berpakaian :
kaji cara berpakaian pada pasien gaduh gelisah , Penggunaan pakaian tidak sesuai ,Cara berpakaian tidak seperti biasanya dan baju yang dikenakan kotor.
4. Status nutrisi :
kaji status nutrisi pasien intake dan output ,pada pasien gaduh gelisah mengalami kurang asupan di karenakan kondisi yang ada menyebabkan pasien kurang memperhatikan asupan nutrisinya.
5. Tanda penggunaan obat/ alcohol:
kaji pasien apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat obatan ataupun alkohol.
Kaji cara bicara pada pasien, seseorang yang mengonsumsi penggunaan obat dan alcohol akan berbicara melantur.
6. Selalu bawa senjata: 16
Kaji apakah pasien membawa senjata tajam atau tidak ,yang dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain di sekitarnya.
2. BEHAVIOUR (Perilaku) 1. Motorik
:
kaji perilaku dari pasien gaduh gelisah , Agitasi (kegelisahan motorik, mondar-mandir)
kaji adanya gerakan isyarat yang menandakan kegelisahan seperti kedutan, meremas-remas tangan.
2. Pergerakan abnormal:
Tegang, gelisah, tidak bisa tenang (hipermotorik)
TIK (gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol)
Grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol pasien)
Tremor (Jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangannya dan merentangkan jari-jari)
Kompulsif ( kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti berulang
kali
mencuci
tangan,
mencuci
muka,
mandi,
mengeringkan tangan) 3. Respon pada situasi tertentu:
Resiko mencederai diri sendiri atau orang lain
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Curiga Defensif Kontak mata tidak ada
Kotak mata mudah beralih
3. KOGNITIF 1. Orientasi pasien terhadap:
Orang : kaji apakah pasien tahu siapa pemeriksa dan peranan orang-orang
yang berhubungan dengannya disekitarnya
Waktu : kaji apakah pasien mampu mengidentifikasi hari, waktu, lamanya pasien telah berada di rumah sakit, apakah perilakunya sesuai dengan orientasi waktu.
Tempat : kaji apakah pasien tahu dimana dia berada
17
Orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang diperoleh melalui wawancara 2. Interaksi selama wawancara:
Interaksi selama wawancara apakah bermusuhan, tidak kooperatif atau mudah tersinggung
Kontak mata selama wawancara (tidak ada kontak mata, mudah beralih dan dapat mempertahankan kontak mata)
Defensif
(selama
wawancara
pasien
selalu
berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenarannya dirinya)
Curiga (selama wawancara menunjukkan sikap perasaan tidak percaya pada orang lain
Dikaji selama proses wawancara dengan perawat
3. Memory:
Data diperoleh melalui wawancara
Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan
Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir
Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi
Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya
4. SPEECH (Pembicaraan) 1. Pembicaraan :
Kaji kondisi pasien gaduh gelisah itu sendiri biasanya pasien bicara cepat tidak bisa disela dan membisu,apatis atau lambat.
2. Nada :
Kodisi nada pasien gaduh gelisah nada keras dan berbisik dan kadang diam seketika.
3. Kualitas :
18
Tidak dapat memulai pembicaraan
5. THOUGHT (Pola Pikir) 1. Data diperoleh melalui observasi selama wawancara dengan pasien
Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan
Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampi pada tujuan yang diinginkan perawat
Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan pasien tidak menyadarinya
Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topic ke topic lainnya tetapi masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan, akan tetapi perawat dapat memahami kalimat yang diucapkan oleh pasien
Blocking : pembicaraan yang terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dapat melanjutkan pembicaraan lagi
Reeming : pembicaraan yang secara perlahan intonasinya menurun dan kemudian berhenti dan pasien tidak sanggup melanjutan pembicaraan lagi (misalnya pada pasien depresi)
Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali
2. Isi Pikir : Dapat diketahui dari wawancara dengan pasien
Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya
Phobia : ketakutan yang pathologis/tidak logis terhadap onjek/situasi tertentu, misalnya takut ditempat keramaian, takut gelap, takut darah dan sebagainya
Ide terkait
:
keyakinan pasien terhadap
kejadian
yang terjadi
dilingkungannya yang bermakna dan terkait dengan dirinya
Depersonalisasi : perasaan pasien yang asing terhadap dirinya sendiri, orang atau lingkungannya
6. AFFECT
19
1. Data afek didapatkan dari respon pasien selama wawancara bukan didapatkan dari status pasien
Jenis afek
Apprópiate (tepat)
Inapropiate (tidak tepat)
Datar (saat dilakukan wawancara pasien tidak menunjukkan perubahan roman muka atau ekpresi wajah, juga saat diberikan stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan
Tumpul (Pasien hanya mau bereaksi atau memberi respon jika diberikan stimulus yang kuat, misalnya ditepuk atau diberikan pertanyaan dengan intonasi yang keras)
Labil ( Emosi pasien yang cepat berubah)
Tidak sesuai (emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada, misalnya ketika diajak berbicar hal-hal yang sedih, pasien malah tertawa terbahak-bahak)
7. MOOD (Suasana Hati) 1. Suasana hati :
Pasien di kaji dengan wawancara meliputi adanya perasaan sedih, putus asa, gembira, khawatirm takut (hasil wawancara divalidasi dengan hasil observasi,apakah disforia, efori)Ditanyakan bukan dilihat.
8. PERSEPTIONS (Persepsi) 1. Persepsi :
Kaji adanya pengalaman pasien tentang halusinasi dan ilusi
Bila pasien mengalami halusinasi, tanyakan jenis halusinasinya, isi halusinasinya, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi halusinasi muncul, respon atau perasaan selama halusinasi muncul, tindakan yang sudah dilakukan pasien untuk mengontrol atau menghilangkan halusinasi serta keberhasilan dari tindakan tersebut
20
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. keadaan umum Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang berhubungan dengan sindroma otak organik akut menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organik menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah (Maramis dan Maramis, 2009).
2. Tanda tanda vital -
suhu : kaji suhu pasien gaduh galisah
-
Tekanan Darah :
Kaji ekanna darah klien gaduh gelisah apakah
mengalami kenaikan atau penurunan -
Respirasi : Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen yang tajam ( 10 liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita. Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita dengan kegagalan ventilasi seperti pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan asfiksia. Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena. Nadi : Nilai sirkulasi dan peredaran darah, Kulit terasa dingin, Gangguan fungsi mental, Takikardi, Aritmia
3. Pemeriksaan Kepala Bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala. 1. Pemeriksaan Mata Inspeksi : a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata b. Mata melotot
21
c. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus ( mata tenggelam ) d. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,. e. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar, pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar. f. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan kornea, Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena kelumpuhan otat. 2. Pemeriksaan Wajah Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna merah Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau takut dan kondisi wajah klien, struktur wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak. 3. Pemeriksaan Leher Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan : a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas, adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa 4. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU a. Inspeksi Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit. Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
22
Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 – 24 X per-menit ), retraksi intercosta, retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung. Macam-macam pola pernafasan : 1. Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal 2. Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan 3. Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal 4. Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan 5. Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan dalam, dan melambat diseligi pereode apnea 6. Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba . 7. Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti Amati ada / tidak cianosis, batuk produktif atau kering. b. Palpasi Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding torak antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan
pemeriksa
pada
punggung
klien
dank
lien
diminta
mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan da kiri teraba sama. c. Perkusi Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan jari tangan yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor menandakan adanya
23
pemadatan jaringan paru atau prnimbunan cairan dalam dinding torak ( pnemotorak ) d. Auskultasi 1. Suara nafas Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah ,lembut dan bersih. Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan bersih Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih 2. Suara Ucapan Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri sama Kelainan yang dapat ditemuka : Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain Egophoni : Suara bergema ( sengau ) Pectoriloqy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas 3. Suara tambahan Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi Rales tidak hilang dengan batuk
24
Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar, terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat inspirasi akibat penyempitan bronkus Pleural tricion rab : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero lateral bawah dinding torak 5. PEMERIKSAAN JANTUNG
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada klien yang gemuk.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah. Derajat Murmur : 1 : Hampir tidak terdengar 2 : Terdengar lemah 3 : Agak keras 4 : Keras 5 : Sangat keras 6
: Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar
6. PEMERIKSAAN ABDOMEN / PERUT
Bemtuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti 25
ada obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak terlihat terlalu menonjol. a. Gambaran normal b. Gambaran Hipertensi portal c. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit, normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada klien ileus paralitik.
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
7. PEMERIKSAAN FISIK EKRTRIMITAS EKSTREMITAS ATAS : a.
Inspeksi kulit dan kuku. Kuku halus, warna merah muda
b.
Jarungan kulit utuh pengisian kapiler < 3 detik
c.
Cembung dan sudut antar kuku- dasar sekitar 160 derajat
d.
Kuku sangat tebal/tipis, warna kuku pucat/ sianosis
e.
Jaringan kulit tidak utuh
f.
Pengisian kapiler > 3 detik
g.
Terdapat lekukan-lekukan (karena injury)
h.
Kuku cenderung “spoon nail”
i.
Sudut antara kuku dan dasar kuku sekitar 180 derajat lebih Ekstremitas bawah : Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa nyeri/spasme otot/ sendi bengkak/ kontraktur. Bergerak terbatas bias karena nyeri, spasme otot
a)
Kekuatan otot terhadap kontraksi otot
b)
Rentang gerak penuh dengan melawan gaya gravitasi
c)
Kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tanaga dorongan
26
d)
Tidak ada gerakan tubuh
e)
Tidak ada kontraksi otot
f)
Tidak dapat melawan gaya gravitasi Test refleks patella dan plantar gerakan respon singkat(tidak berlebihan/sangat lambat)
a)
Refleks berupa ekstensi dari tungkai bawah (refleks patella)
b)
Refleks berupa penekukan ibu jari kaki ke bawah (refleks plantar)
c)
Tidak ada respon refleks
d)
Gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat cepat)
e)
Dada (depan dan belakang) 2.DIAGNOSA KEPERAWATAN: 1. ketidakefektifan pola napas 2. Resiko mencederai diri sendiri 3. Ansietas 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3.3 Intervensi Keperawatan NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
KEPERAWATAN 1.
Ketidakefektifan
pola
Respiratory status : Airway management
napas
Definisi: Inspirasi
dan/
atau
ekspirasi
yang
tidak
memberi ventilasi. Batasan karakteristik :
ventilation
Respiratory status :
gunakan
airway patency
chin lift atau caw
Vital sign status
thrust bila perlu
kriteria hasil :
Buka jalan nfas, teknik
Posisikan pasien
Medemonstrasikan
untuk
Perubahan
batuk
efektif
memaksimalkan
kedalaman
suara
nafas
pernapsan
bersih,
Perubahan
sianosis dan dyspneu
pasien perlunya
ekskursi dada
(mampu
pemasangan alat
Mengambil posisi
mengeluarkan
jalan
27
tidak
dan yang ada
ventilasi
Identifikasi
nafas
tiga titik
sputum,
mampu
Bradipneu
bernafas
dengan
Penurunan
mudah,
tekanan ekspirasi
pursed lips)
ada
Pasang
mayo
bila perlu
Lakukan
fisio
Menunjukkan jalan
terapi dada jika
ventilasi semenit
nafas
perlu
Penurunan
(klien tidak merasa
kapasitas vital
tercekik,
Dipneu
nafas,
Peningkatan
pernafasan
diameter anterior
rentang
posterior Pernapasan cuping
Penurunan
tidak
buatan
hidung
Ortopneu
Fase
paten
irama
dengan
frekuensi dalam
Keluarkan sekret batuk
atau suction
normal,
Auskultasi suara nafas,
catat
tidak ada suara nafas
adanya
suara
abnormal)
tambahan
Tanda
ekspirasi
yang
tanda
vital
dalam
rentang
normal
(tekanan
Lakukan suction pada mayo
Berikan
memenjang
darah,nadi,pernafasa
bronkodilator
Pernapasan bibir
n)
bila perlu
Takipneu
Penggunaan
otot
pelembab udara
aksesorius
utuk
kasa basah Nacl
bernapas
Berikan
lembab
faktor yang berhubungan :
Atur
intake
untuk
cairan
Ansietas
mengoptimalkan
Posisi tubuh
keseimbangan
Deformitas tulang
Deformitas
Monitor respirasi dan status o2
dinding dada
oxygen terapi
Keletihan
Hiperventilasi
hidung
Sindrom
sekret trakea
28
Bersihkan mulut, dan
hipoventilasi
Gangguan
jalan nafas yang
muskuloskeletal
paten
Kerusakan neurologis
Imaturitas
neuromuskular Obesitas
Nyeri
Keletihan
peralatan
Monitor
alian
oksigen
Disfungsi
Atur
oksigenasi
neurologis
Pertahankan
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya
otot
tanda
tanda
pernapasan cedera
hipoventilasi
medula spinalis
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
vital sign monitoring
Monior
TD,
nadi, suhu dan RR
Catat
adanya
fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk
atau
berdiri
Auskultasi tekanan
darah
pada
kedua
lengan
29
dan
bandingkan
Monior tekanan drah,
nadi,
ernafasan, sebelum, selama, dan
setelah
akifitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi
dan
irama pernafasan
Monito
suara
paru
Monitor
pla
pernafasan abnormal
Monitor
suhu,
warna, kelembapan kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad
(tekanan
nadi
yang
melebar,
brakikardi, peningkatan sistolik)
30
Identifikasi penyebab
dari
perubahan
vital
sign 2.
RESIKO MENCEDERAI Pengendalian resiko dengan risiko DIRI
criteria :
Definisi:
berisiko
mencederai diri yang disengaja
yang
menyebabkan
lingkungan
Memantau
melakukan perilaku
Perlindungan
Faktor
menginformasik
Perilaku lingkungan
an
Memantau
beresiko tentang
Faktor
Perilaku Pribadi
bahaya
Mengembangkan
lingkungan
kerusakan
jaringan
strategi
dengan
maksud
pengendalian resiko
memantau
yang efektif
cedera terhadap
menyebabkan cedera yang
tidak
fatal
mengakui
untuk
incident penyakit
faktor
lingkungan
menyesuaikan
kan tekanan Faktor Resiko:
Program
strategi
dukungan untuk
pengendalian risiko
mengungkapkan
mengembangkan
bahaya lingkungan
Remaja
Individu autistic
strategi
Anak dianiaya
pengendalian risiko LIMIT
Gangguan
yang efektif
kepribadian
Definisi:
menetapkan
berkomitmen untuk parameter
yang
strategi
diinginkan
dan
Gangguan
pengendalian risiko
menerima
perilaku
Penyakit
berikut
masa
Penganiayaan
strategi pasien.
pengendalian risiko Kegiatan:
kanak-kanak
SETTING
borderline
karakter
dan
bahaya
risiko
meringankan/mereda
populasi
yang dipilih
memodifikasi
1. Discus keprihatinan gaya dengan pasien tentang
sexual pada masa
hidup
untuk perilaku.
kanak-kanak
mengurangi risiko
2.
Mengidentifikasi
Pembedahan pada MOOD KESEIMBANGAN (dengan input pasien, masa kanak-kanak
Definisi: tepat penyesuaian bila
Depersonalisasi
nada emosional prefailing pasien
31
perlu,) yang
perilaku tidak
Individu
yang dalam
mengalami
Pameran
keterlambatan
sesuai.
perkembangan
Bukti
Disosiasi
Pameran
Gangguan
keadaan
respon diinginkan
mempengaruhi 3.
Diskus
dengan
pasien, jika sesuai, apa mood
non-labil. yang
impuls
perilaku
yang
kontrol. diinginkan dalam suatu
citra Laporan yang cukup tidur situasi atau pengaturan.
tubuh
(setidaknya 5hr / 24 jam). 4. Menetapkan harapan
Hubungan
Pameran
interpersonal yang Pidato
konsentrasi. yang masuk akal untuk dengan
kecepatan perilaku pasien, yang
terganggu
sedang.
Gangguan makan
Bukti
Gangguan
penerbangan
emosional
Bukti tidak adanya euforia. konsekuensi
Alkoholisme
Pameran
yang
dalam keluarga
grooming
dan
Perceraian
Memakai
pakaian
keluarga
sesuai dengan situasi dan nonoccurrence perilaku
Laporan
Merasa terancam normal.
pasien.
ide. 5.
Membangun
sesuai input
(dengan
pasien,
hyglene. diperlukan)
bila untuk
yang terjadinya
/
keinginan.
nafsu
makan perilaku ekspektasi yang ditetapkan
dan
dengan kehilangan Laporan kepatuhan dengan konsekuensi
kepada
hubungan
bahasa
yang obat dan regimen terapeutik. pasien
bermakna Riwayat
dalam
Menunjukkan minat dalam yang mudah dipahami ketidak lingkungan.
mampuan
adanya dan
diri Menjaga berat badan stabil. 6. Mengkomunikasikan
dalam keluarga
tidak
Riwayat perilaku cuaca. merusak
didasarkan pada situasi
dan
non
untuk Tidak adanya ide bunuh 7.
Berkomunikasi
merencanakan
diri.
solusi
Laporan tingkat energi yang perilaku
Riwayat
sesuai.
ketidakmampuan
Laporan kemampuan untuk lain
untuk
hukuman.
didirikan
harapan dan
konsekuensi dengan staf yang
merawat
melihat menyelesaikan tugas sehari- pasien.
konsekuensi
hari.
32
8. Menahan diri dari
jangka panjang
berdebat
Riwayat perilaku
menawar
menciderai
harapan perilaku mapan
Impulsivitas
dan konsekuensi dengan
Ketidak mampuan
pasien.
mengekspresikan
9. Membantu pasien bila
ketegangan secara
perlu dan tepat untuk
verbal
menunjukkan
Koping yang tidak
yang
efektif
10.
Dorongan
untuk
menyayat
diri
atau
tentang
Monitor
untuk
pasien
terjadinya
nonoccurrence diinginkan.
tertahankan
11. untuk
merusak
perilaku
diinginkan.
sendiri yang tidak
Dorongan
tawar-
yang
Ubah
harapan
perilaku
dan
konsekuensi
yang
sendiri yang tidak
diperlukan,
untuk
tertahankan
mengakomodasi
Isolasi dari teman
perubahan yang wajar
sebaya
dalam
Perilaku labil
12.
Kurang
konsekuensi ditetapkan
keprcayaan
untuk
keluarga
nonoccurrence
Tinggal di tatanan
perilaku
nontradisional
diinginkan.
Kehilangan
13.
control
penetapan limit, sebagai
diri
/
terhadap
situasi
pasien. Memulai
terjadinya
/ dari yang
Penurunan
situasi pemecahan
perilaku
masalah
mendekati perilaku yang
Kehilangan
diinginkan.
hubungan
orang
33
pasien
terdekat
Harga diri rendah
Peningkatan tekanan/keteganga n yang tidak dapat ditoleransi
Kebutuhan
akan
peredaan
atres
secara cepat
Perasaan negative
Teman yang
sebaya melakukan
perilaku menciderai diri
Perfeksionis
Komuniksi buruk orang
yang antara
tua
dan
remaja
Kondisi psikosis
Krisis
identitas
seksual
Penyalah gunaan zat
Citra tubuh yang tidak stabil
Harga diri yang tidak stabil
Menggunakan manipulasi untuk mendapat hubungan
yang
34
terpelihara dengan orang lain
Perilaku kekerasan diantara figure orang tua
3.
Cemas
berhubungan NOC :
NIC :
kurang Anxiety control
dengan
Anxiety
dan Coping
pengetahuan hospitalisasi
Kriteria Hasil :
Definisi :
Klien
Reduction
(penurunan kecemasan) mampu Gunakan pendekatan
Perasaan gelisah yang tak
mengidentifikasi
dan
jelas
dari
mengungkapkan gejala Nyatakan
dengan
ketidaknyamanan
atau
cemas
harapan
jelas
ketakutan yang disertai Mengidentifikasi,
terhadap
respon autonom (sumner
mengungkapkan
tidak spesifik atau tidak
menunjukkan
diketahui oleh individu);
untuk mengontol cemas
dan
disebabkan dari antisipasi
pelaku
pasien
tehnik Jelaskan
keprihatinan Vital sign dalam batas
perasaan
yang menenangkan
normal
semua
prosedur
dan
apa
yang
dirasakan
selama prosedur
terhadap bahaya. Sinyal Postur tubuh, ekspresi Temani pasien untuk ini merupakan peringatan
wajah, bahasa tubuh dan
memberikan
adanya
ancaman
yang
tingkat
keamanan
akan
datang
dan
menunjukkan
memungkinkan individu
berkurangnya
untuk mengambil langkah
kecemasan
untuk
menyetujui
aktivitas
dan
mengurangi takut Berikan faktual
informasi mengenai
diagnosis, tindakan
terhadap tindakan
prognosis Dorong
Ditandai dengan Gelisah
untuk
Insomnia
anak
Resah
keluarga menemani
Lakukan back / neck
Ketakutan
rub
35
Sedih
Dengarkan
Fokus pada diri
dengan
penuh perhatian
Kekhawatiran
Identifikasi
Cemas
tingkat
kecemasan Bantu
pasien
mengenal
situasi
yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
NOC :
NIC :
dari Nutritional Status : food Nutrition Management
kurang
kebutuhan tubuh
Kaji adanya alergi
and Fluid Intake
Definisi : Intake nutrisi Kriteria Hasil : tidak
cukup
keperluan
untuk Adanya
metabolisme
tubuh.
berat
makanan peningkatan Kolaborasi
badan
sesuai
dengan tujuan
Batasan karakteristik : Berat badan 20 %
kalori
dengan tinggi badan
yang
Dilaporkan
mengidentifikasi adanya
kebutuhan nutrisi
intake makanan yang Tidak ada tanda tanda
36
gizi
untuk
menentukan jumlah
Berat badan ideal sesuai
atau lebih di bawah Mampu ideal
ahli
dengan
dan
nutrisi
dibutuhkan
pasien. Anjurkan
pasien
untuk meningkatkan intake Fe
kurang
dari
RDA
(Recomended
malnutrisi
Anjurkan
Daily Tidak terjadi penurunan
untuk meningkatkan
berat badan yang berarti
protein dan vitamin
Allowance) Membran mukosa dan
C
konjungtiva pucat
Berikan
Kelemahan otot yang
gula
digunakan
menelan/mengunyah
dimakan
Luka, inflamasi pada
mengandung tinggi
rongga mulut
serat merasa
kenyang, setelah
untuk
mencegah konstipasi Berikan
sesaat mengunyah
makanan
yang terpilih ( sudah
makanan
dikonsultasikan
Dilaporkan atau fakta adanya
substansi
Yakinkan diet yang
untuk
Mudah
pasien
dengan ahli gizi) Ajarkan
kekurangan
makanan
pasien
bagaimana membuat
Dilaporkan perubahan
adanya
catatan
sensasi
harian.
makanan
Monitor
rasa Perasaan
jumlah
nutrisi
ketidakmampuan
dan
kandungan kalori Berikan
informasi
makanan
tentang
kebutuhan
Miskonsepsi
nutrisi
untuk
mengunyah
Kehilangan dengan
Kaji
BB makanan
pasien
cukup Keengganan
kemampuan untuk
mendapatkan nutrisi untuk
yang dibutuhkan
makan
Nutrition Monitoring
Kram pada abdomen
BB
Tonus otot jelek
pasien
batas normal
37
dalam
Nyeri dengan
Monitor
abdominal atau
tanpa
penurunan
patologi
berat
badan
Kurang
Monitor
berminat
terhadap makanan Pembuluh
darah
dan
Monitor
atau
interaksi
anak atau orangtua rambut
selama makan Monitor lingkungan
(rontok)
selama makan
Suara usus hiperaktif
Jadwalkan
Kurangnya informasi,
pengobatan
misinformasi
dan
tindakan yang
tidak
selama jam makan Monitor kulit kering
berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan
biasa
dilakukan
yang cukup banyak
Faktor-faktor
dan
aktivitas
yang
steatorrhea Kehilangan
tipe
jumlah
kapiler mulai rapuh Diare
adanya
dan atau
perubahan
pigmentasi
mencerna makanan atau
Monitor turgor kulit
mengabsorpsi zat-zat gizi
Monitor kekeringan,
berhubungan
dengan
rambut kusam, dan
faktor biologis, psikologis
mudah patah Monitor mual dan
atau ekonomi.
muntah Monitor
kadar
albumin,
total
protein,
Hb,
dan
kadar Ht Monitor kesukaan Monitor
38
makanan
pertumbuhan
dan
perkembangan Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik lidah
papila
dan
cavitas
oral. Catat
jika
berwarna
magenta,
scarlet
3.4 Implementasi Keperawatan Melakukan
pendekatan
kepada
pasien
dan
keluarga
pasien
untuk mempermudah proses keperawatan Memberikan penjelasan dan motifasi pada pasien tentang penyakitnya Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya Mengobservasi TTV Mengkaji pasien 3.5 Evaluasi S : pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian O : Pemeriksaan TTV A : masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian P : planing selanjutnya
39
lidah
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat dan tehnik keperawatan gawat
darurat
berbentuk
pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual
yang
komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang mengalami masalah kesehatan yang bersifar urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana. Sedangkan gaduh gelisah merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan: banyak bicara, mondar-mandir, lari-lari, loncat-loncat, destruktif, dan bingung. Hal ini disebabkan oleh gangguan mental organik (delirium), psikosisfungsional, amok, gangguan panik, kebingungan post konvulsi, reaksidisosiatif dan ledakan amarah(temper trauma). 4.2 Saran Gaduh gelisah merupakan suatu keadaan dimana ditandai dengan hiperaktif dan agresif maka dari itu di sini peran perawat dalam menangani pasien dengan gaduh gelisah harus dapat menerapkan komunikasi yang baik agar proses penyembuhan dan penenangan pasien dapat tercapai secara semaksimal mungkin.
40
DAFTAR PUSTAKA Morgan. 1991.Segi Psikiatri. Jakarta : Binarupaksa Davies, Teifion dan Craig. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC Maramis, W.F. (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:Airlangga University Press Stuart, Gail W.(2006). Buku Saku Keperawatan gawatdaruratan edisi 5. Jakarta: EGC
41